SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh:
Sarah Rahmadian
10607000217182
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
”
Kesabaran itu menolong segala pekerjaan
“
-Mahfudzot
“Tuntutlah ilmu pengetahuan karena dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut kepada Allah. Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah, menelaahnya dianggap membaca tasbih, meneliti itu setara jihad, mengajarkannya kepada orang yang bodoh dihitung sebagai sedekah, dan mendiskusikannya dengan para pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada-Nya”
-Muadz bin Jabal r.a.
““““
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, ka
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, ka
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, ka
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan dapat
pankah kita akan dapat
pankah kita akan dapat
pankah kita akan dapat
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju
adalah pintu menuju
adalah pintu menuju
adalah pintu menuju
pengetahuan
pengetahuan
pengetahuan
pengetahuan
”
”
”
”
----
Mario Teguh
iv
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini ku persembahkan untuk
Skripsi ini ku persembahkan untuk
Skripsi ini ku persembahkan untuk
Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama
Mama
Mama
Mama &
&
&
& Papa
Papa
Papa
Papa
yang
yang
yang
yang telah
telah
telah
telah memberikan
memberikan
memberikan
memberikan kasih
kasih
kasih
kasih say
sayaaaang
say
say
ng
ng
ng, dukun
, dukun
, dukun
, dukungan dan doa
gan dan doa
gan dan doa
gan dan doa
v
ABSTRAK
(A)Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B)Oktober 2011
(C)Sarah Rahmadian
(D)XVI + 120 halaman + lampiran
(E)Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa
beberapa Perguruan Tinggi di Tangerang Selatan.
(F)Sehat dan sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan
oleh masalah perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit. Perilaku tersebut termasuk olahraga dan konsumsi buah. Namun, para peneliti telah menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai perilaku sehat beresiko. Perilaku sehat diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang paling besar dan signifikan mempengaruhi perilaku sehat mahasiwa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Peneliti menguji beberapa variabel yang
diduga mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, yaitu self-esteem,
health-specific self-efficacy, health locus of control (internal health locus of control dan
eksternal health locus of control), dan kepribadian (extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, dan openness). Selain itu peneliti juga meneliti variabel demografis yaitu kelas sosial ekonomi orang tua sebagai kontrol yang
menjadi independent variabel.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 195 responden mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non-probability sampling.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku sehat yang peneliti
adaptasi dari Health Behavior Checklist (Vickers dkk., 1988). Alat ukur
self-esteem peneliti adaptasi dari skala self-esteem yang disusun oleh Rosenberg. Alat
ukur health-specific self-efficacy peneliti adaptasi dari skala health-specific
self-efficacy (Renner & Schwarzer, tt). Alat ukur health locus of control peneliti
adaptasi dari Multidimensional Health Locus of Control (MHCL) (Wallston,
vi
Five Inventori (BFI) (John, Oliver P., 1991 dalam John & Srivastava, 1999). Adapun metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 17. Sedangkan untuk pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.3.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari beberapa independent variabel dalam
penelitian ini yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat adalah
health-specific self-efficacy dan openness, kedua variabel tersebut juga memberikan seumbangan yang signifikan terhadap perilaku sehat. Dan terdapat
perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, internal health
locus of control, eksternal health locus of control, extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki dan perempuan.
Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa pada penelitian selanjutnya. Selain itu untuk penelitian mengenai perilaku sehat, untuk meneliti variabel perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan analisisnya menggunakan teknik
analisis multivariate regression sehingga dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari
IV terhadap masing-masing perilaku sehat, atau meggunakan variabel perilaku sehat yang lebih spesifik.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa beberapa Perguruan
Tinggi di Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga,
sahabat, ulama, dan segenap umat Islam sekalian.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima
kasih karena ditengah jadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan
waktu dalam proses bimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan,
masukan, kritik, serta koreksi yang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Yufi Adriani, M. Psi., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala
bimbingan, koreksi, arahan, masukkan, dan waktu yang diberikan kepada penulis.
3. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan pelajaran kepada penulis, baik itu dalam hal akademis
maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama
Mba Rini yang selalu memberikan informasi mengenai kegiatan dan kehadiran
viii
6. Mama dan papa atas didikan, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan baik
moril maupun materil, arahan serta doa yang penulis terima dan rasakan hingga
detik ini.
7. Adik dan kakak penulis, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.
Meskipun kalian terlihat tidak peduli, penulis yakin didalam lubuk hati kalian
selalu ada dukungan dan doa untuk penulis. Serta sepupu penulis, Mba Erna dan
Bang Jamil, terimakasih atas tempat tinggal yang nyaman serta fasilitas yang
sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan skripsi ini, dan atas dukungan,
doa serta saran yang penulis terima.
8. Sahabat-sahabat penulis, Hasnah, Susi, Korri, Nadia, Ali, Sunu, Bambang, Bima,
Ayu & Nisa, yang telah memberikan penulis makna dari persahabatan, terima
kasih atas segala hal yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Kiki,
Rika F, Hanny, Sheli, & Puri, terima kasih atas dukungan serta doa kalian. Untuk
teman-teman seperjuangan selama skripsi Cut, Rudi, Pras, Aji, Nya’ Soraya, Ina ,
Suci, Risna, Nuran, Fifa, Re a, & Siti terima kasih atas bantuan, informasi, saran
serta dukungan yang penulis terima selama mengerjakan skripsi. Terutama untuk
Muhamad Kahfi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan sampel dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A serta angkatan dibawah penulis,
terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini.
10.Teman-teman Mentor Akademik dan KKL, yang telah menyempatkan waktunya
untuk berbagi ide, informasi dan pengetahuan bersama penulis, serta terima kasih
atas wawasan yang tidak ternilai tersebut. Khususnya untuk Adiyo, terimakasih
atas bantuannya dalam memahami lisrel dan analisis regresi. Dan Eja, yang
banyak memberi informasi, masukkan dan bantuan bagi penulis.
11.Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Tanpa waktu
ix
12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan,
motivasi, dan bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Amin. Selain itu penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Mengingat kekurangan dan
keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, Oktober 2011
x
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sarah Rahmadian
NIM : 106070002182
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Psikologis
yang Mempengaruhi Perilaku sehat Mahasiswa Beberapa Universitas di
Tangerang Selatan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun
kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Oktober 2011
. Sarah Rahmadian .
xi
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...ii
MOTTO...iii
PERSEMBAHAN ...iv
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ...vii
PERNYATAAN ORISINALITAS... ..x
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ...xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Pertanyaan Penelitian………. 10
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 11
1.4. Pembatasan Masalah……….. 11
1.5. Sistematika Penulisan………. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...14
2.1. Perilaku Sehat ...14
2.1.1. Definisi Perilaku Sehat ...14
2.1.2. Macam-macam Perilaku Sehat...15
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat ...19
2.2. Pengukuran Perilaku Sehat...33
2.3. Hipotesis Penelitian...34
BAB III METODE PENELITIAN...38
3.1. Populasi dan Sampel ...38
xii
3.3. Definisi Operasional Variabel ...39
3.4. Instrument Pengumpulan Data ...41
3.5. Pengujian Validitas Alat Ukur...42
3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku sehat ...44
3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem...46
3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy...48
3.5.3.1. Uji Validitas Skala Nutrion Self-Efficacy...48
3.5.3.2. Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy...50
3.5.3.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Keseluruhan...52
3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control...54
3.5.4.1. Uji Validitas Skala Internal Health Locus of Control...54
3.5.4.2. Uji Validitas Skala Eksternal Health Locus of Control...56
3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian ...58
3.5.5.1. Uji Validitas Skala Extraversion...58
3.5.5.2. Uji Validitas Skala Agreeableness...60
3.5.5.3. Uji Validitas Skala Conscientiousness...62
3.5.5.4. Uji Validitas Skala Neuroticism...64
3.5.5.5. Uji Validitas Skala Openness...65
3.6. Prosedur Pengumpulan Data ...67
3.7. Metode Analisis Data ...67
BAB IV HASIL PENELITIAN ...68
4.1. Analisis Deskriptif ...68
4.2. Uji Hipotesis Penelitian...72
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ...72
xiii
4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada
Kelompok Laki-laki dan Perempuan ...83
4.2.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Laki-laki ...83
4.2.3.2. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Perempuan ………89
4.2.3.3. Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan…...…...94
4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel ………99
4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Laki-laki………....………….99
4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Perempuan ………...102
4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan………...105
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...109
5.1. Kesimpulan...109
5.2. Diskusi………...110
5.3. Saran…….. ...114
5.3.1. Saran Metodologis... ..115
5.3.2. Saran Praktis ... ..116
DAFTAR PUSTAKA ... ..117
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator dan Karakteristik Kepribadian ...29
Tabel 2.2 Matrikulasi Hasil pengaruh Faktor-faktor Psikologis terhadap Perilaku Sehat ...32
Tabel 3.1 Muatan Faktor Item untuk Perilaku Sehat ...45
Tabel 3.2 Muatan Faktor Item Self-Esteem...47
Tabel 3.3 Muatan Faktor Item Nutrion Self-Efficacy...49
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy...51
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control...55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Eksternal Health Locus of Control...57
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion ...59
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Agreeableness...61
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Conscientiousness...63
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Neoriticism ...64
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Openness ...66
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian………..71
Tabel 4.2 R Square...73
Tabel 4.3 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV...73
Tabel 4.4 Koefisien Regresi ...74
Tabel 4.5 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel ...81
Tabel 4.6 R Square Kelompok Laki-laki ...84
Tabel 4.7 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Laki-laki ...84
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki...86
Tabel 4.9 R Square Kelompok Perempuan ...89
Tabel 4.10 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Perempuan ...90
xv
Tabel 4.12 Perbandingan Koefisien Regresi antara
Kelompok Laki-laki dan Perempuan... 95
Tabel 4.13 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing
Independen Variabel Kelompok Laki-laki...100
Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing
Independen Variabel Kelompok Perempuan ...103
Tabel 4.15 Perbandingan Proporsi varian Sumbangan Masing-masing
xvi
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ...37
Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Dua Tingkat dari
1
Dalam bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku sehat
mahasiswa, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembahasan
masalah dan sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Sehat dan
sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan oleh masalah
perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling
penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia.
Perilaku sehat sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat
dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk
menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi,
mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik tidaknya perilaku secara
objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarer & Renner, 2000;
dalam Renner & Schwarer, 2003).
Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu
dengan regimen medis (misalnya, diet diabetes, regimen antihipertensi), dan perilaku
sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).
Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau
menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan
perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit.
Perilaku tersebut termasuk olahraga, konsumsi buah dan sayur, dan menggunakan
kondom dalam menanggapi ancaman penyakit seksual menular. Banyak kondisi
kesehatan yang disebabkan oleh perilaku seperti minum alkohol, penggunaan
narkoba, merokok, mengemudi sembrono, makan berlebihan, atau hubungan seksual
tanpa kondom (Renner & Schwarer, 2003).
Peran perilaku sehat mendapat perhatian yang tinggi karena kebiasaan
perilaku sehat mempengaruhi kecenderungan berkembangnya penyakit yang kronis
dan fatal seperti hepatitis, kanker, dan AIDS (WHO dalam Sarafino, 2006). Perhatian
ini disimulasi oleh perubahan penyakit mulai dari infeksi sampai pada penyakit
kronis yang dapat menyebabkan kematian ditambah dengan meningkatnya biaya
pengobatan dan data yang membuktikan bahwa perilaku individu dapat meningkatkan
kematian dan penyakit. Penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki
gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti diet sehat dan tidak merokok
(Sarafino, 2006).
Perilaku sehat yang terbentuk pada masa dewasa awal mungkin memiliki
menjadi peristiwa menarik namun juga stres bagi remaja dan dewasa muda dimana
mereka mencoba untuk beradaptasi dengan perubahan beban kerja akademik,
jaringan pendukung, dan lingkungan baru mereka. Ditambah dengan perubahan ini
dan tanggung jawab yang baru, mereka memiliki kebebasan yang lebih besar dan
kontrol atas gaya hidup mereka daripada sebelumnya. Namun, para peneliti telah
menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai
perilaku sehat beresiko (Von, Ah D. dkk., 2004).
Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan
tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Wikipedia, 2009). Sejatinya
sebagai mahasiswa yang dianggap memiliki nilai positif di masyarakat, haruslah
berperilaku positif pula. Akan tetapi hal tersebut berlawanan dengan kondisi jiwa
mahasiswa pada umumnya, selayaknya seseorang yang sedang mengalami masa
transisi dalam hidupnya, mereka juga dihadapkan pada berbagai godaan yang
menarik dan menggiurkan. Sehingga kecenderungan untuk melakukan hal negatif dan
mencoba sesuatu yang baru yang dapat menarik perhatiannya, akan dilakukan oleh
kebanyakan remaja dalam masa ini seperti tawuran, merokok, penggunaan narkoba,
perilaku seksual bebas dan perilaku tidak sehat lainnya yang dapat berakibat
timbulnya penyakit.
Mahasiswa merupakan kaum terpelajar, dari kecil mereka mendapat
pendidikan formal dalam institusi pendidikan yang tentunya mengajarkan mana hal
kesehatan dan akibat dari perilaku sehat yang buruk, tetapi tidak mampu
mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya.
Dari beberapa macam perilaku sehat yang ada, yang diteliti dalam penelitian
ini yaitu perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan mengkonsumsi alkohol.
Perilaku pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang memilih
makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang sehat dapat dilihat dari jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, jadwal yang teratur dan jenis makanan yang
bervariasi (dalam Aminah, 2010).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa
putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan
pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian
mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara) memberi alasan mengkonsumsi mie
instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus
nasi. Kebiasaan mengkonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gii,
mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat
menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gii apabila tidak
ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi giinya (dalam Mulia, 2010).
Selanjutnya yaitu olahraga. Berbagai aktivitas olahraga yang dilakukan
manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, terutama
apabila dilakukan secara benar dan teratur. Olahraga merupakan suatu aktivitas
kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi.
Olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap tubuh kita. Olahraga dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh
yang selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran jasmani (Moeloek D,
Tjokronegoro A, 1984 dikutip oleh Syatria, 2006).
Dengan semakin banyaknya jenis olahraga yang ditawarkan, maka semakin
mudah pula bagi masyarakat untuk memilih dan melakukan olahraga yang disenangi.
Namun, amat disayangkan karena hanya 26,2% dari masyarakat Indonesia yang
berusia 10-30, yang melakukan olahraga (Kuntaraf KL, Kuntaraf J, 1992 dikutip oleh
Syatria, 2006).
Perilaku sehat yang lainnya yaitu perilaku merokok. Di kampus, merokok
seakan menjadi pemandangan umum. Sering kita temui beberapa mahasiswa
merokok di sela-sela kegiatan kuliahnya. Bagi mereka, merokok seperti kegiatan
yang tidak dapat ditinggalkan. Padahal, dalam rokok terdapat at adiktif yang dapat
membuat seseorang kecanduan. Maka, jika mahasiswa yang merokok tidak segera
berhenti merokok, kebiasaan buruk ini akan berlanjut terus hingga mereka tua.
Dengan kata lain, mereka harus siap menanggung beban-beban penyakit yang
ditimbulkan oleh rokok (Sari, 2010).
Berdasarkan data hasil laporan WHO 2008, Indonesia menempati urutan
ketiga perokok terbesar didunia yaitu dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% per
penduduk (~225 miliar batang per tahun). Dan statistik perokok di kalangan anak -
4,0%, atau 13,5% anak/remaja Indonesia. Indonesia ternyata menempati urutan
pertama dalam jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Pada tahun 2008, lebih 5
juta orang mati karena penyakit yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit
tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun pada rokok. Angka kematian oleh rokok
ini jauh lebih besar dari total kematian manusia akibat HIV/AIDS, + tubercolis +
malaria + flu burung (Nusantaranews, 2009) .
Selanjutnya beberapa kasus juga terjadi pada mahasiswa akibat
mengkonsumsi alkohol, seperti yang terjadi di Tangerang, Selasa (11/05/2010)
minum miras oplosan seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Penerbangan (STP)
berinisial LW, tewas setelah dua hari mendapat perawatan RS. Husada Insan. Selain
itu ada juga kasus yang terjadi Surabaya, Kamis (27/11/2008) dinihari, sebanyak 12
mahasiswa diciduk polisi karen kedapatan pesta minum-minuman keras (miras) di
kampus Universitas IKIP PGRI Adi Buana di kawasan Jalan Ngagel.
Beberapa mahasiswa yang mempunyai ketergantungan pada alkohol
mempunyai kehidupan yang kurang teratur. Pada mahasiswa yang mengalami
akoholisme prestasi dan hasil akademiknya relatif kurang baik, meskipun mahasiswa
tersebut sebenarnya mempunyai potensi dan kemampuan yang cukup. Hal tersebut
terjadi karena biasanya mahasiswa mengkonsumsi minuman berakohol pada malam
hari sehingga pada pagi harinya mahasiswa tersebut tidak bisa mengikuti kuliah
karena efek alkohol yang masih dirasakan mengganggu aktivitas mahasiswa tersebut
mempunyai orientasi yang rendah terhadap tugasnya sebagai mahasiswa (Istana Blog,
2010).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beberapa perilaku sehat di atas,
salah satunya adalah faktor psikologis. Dalam Taylor (1995) yang termasuk dalam
faktor psikologis yaitu faktor emosi, faktor kognitif, dan faktor kepribadian atau
psikologis umum yang mempengaruhi individu untuk terlibat dalam perilaku sehat.
Yang termasuk dalam faktor-faktor tersebut diantaranya adalah self-esteem, perceived
self-efficacy, locus of controll dan kepribadian.
Self-esteem didefinisikan sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai
dan pentingnya diri mereka sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri
sendiri secara keseluruhan (Rosenberg, 1965 dalam Juan L., José G. & Grijalvo,
2007). Self-esteem berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak dan
orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan besar
mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka dengan
self-esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998 dalam Taylor, 1995).
Selanjutnya yaitu perceived self-efficacy. Perceived self-efficacy adalah
keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk menghasilkan perilaku
(Bandura, 1994). Health-specific self-efficacy adalah optimistis seseorang untuk
dapat melawan godaan dan untuk mengadopsi gaya hidup sehat. Hubungan antara
self-efficacy dan perilaku sehat yang spesifik telah ditinjau. Sejumlah studi tentang
adopsi praktik kesehatan telah mengukur self-efficacy untuk menilai efek potensial
Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga
mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada tujuan.
Langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada kemampuan individu untuk
berurusan dengan berbagai situasi stres, mengukur efektivitas diri dalam perilaku
sehat yang mengacu pada keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk melakukan
perilaku sehat tertentu (Schwarer, t.t.).
Faktor psikologis lainnya yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu locus of
controll. Menurut Rotter (1966) locus of controll adalah keyakinan individu
mengenai sumber penentu perilaku. Locus of controll terdiri dari dua bagian yaitu
internal locus of controll dan external locus of controll. Internal locus of controll
adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya,
sedangkan external locus of controll adalah cara dimana individu yakin kontrol
terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya (dalam Wallston, t.t.).
Health locus of controll adalah sejauh mana orang percaya bahwa kesehatan
mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston dkk., 1976).
Orang-orang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungking lebih
cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang baik daripada mereka yang
menganggap kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor,
2009).
Selanjutnya yaitu kepribadian. Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri seseorang, sistem psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku
1997). Salah satu trait (sifat) dalam kepribadian yaitu Big Five atau Five Faktor
Model, Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model oleh
Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Disini, peneliti
berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang
digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog,
namun juga orang biasa. Faktor-faktor dalam teori kepribadian Five Faktor Model
yaitu Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness
(Pervin, Cervone, & John, 2005).
Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat
merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti yang
menghubungkan kepribadian dan perilaku (lihat Furnham dan Surga, 1999, sebagai
gambaran). Faktor kepribadian yang positif (misalnya, optimisme) atau negatif
(misalnya, efektivitas negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler &
Matthews 1994, Steptoe et al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005).
Faktor-faktor tersebut juga diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku
sehat. Penelitian-penelitian tersebut diuraikan dalam tabel 2.2 pada halaman 32.
Jadi berdasarkan permasalahan dibidang perilaku sehat yang dimiliki oleh
mahasiswa yang pada akhirnya permasalahan tersebut justru malah menimbulkan
masalah dan penyakit, maka perlu diketahui secara empiris faktor psikologis apa
sajakah yang menyebabkan baik dan buruknya perilaku sehat. Hal ini dilakukan
pada perilaku sehat. Dengan demikian peneliti ingin meneliti variabel-variabel
psikologis apa sajakah yang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam melakukan
perilaku sehat yang baik sehingga menyebabkan masalah dan penyakit. Oleh sebab
itu, penelitian ini peneliti beri judul : “Faktor - Faktor Psikologis yang
Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa Beberapa Perguruan Tinggi di
Tangerang Selatan”.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal
health locus of control, internal health locus of controll, extraversion,
agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat?
2. Bagaimanakah perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,
eksternal health locus of control, internal health locus of controll,
extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan
kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan
penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat
subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu:
1. Mengetahui pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal
health locus of control, internal health locus of controll, extraversion,
agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat.
2. Melihat perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,
eksternal health locus of control, internal health locus of controll,
extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan
kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok
laki-laki dan perempuan.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi
penelitian ini hanya kepada:
1. Penelitian ini hanya melihat perilaku sehat berdasarkan 4 perilaku yaitu
perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol.
2. Faktor – faktor psikologis dalam penelitian ini adalah self-esteem,
control dan internal health locus of controll), dan kepribadian (extraversion,
agreeablenes, conscientiousness, neoriticsmm, dan opennes) .
3. Populasi penelitian mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang
Selatan.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku
sehat, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis
penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini meliputi, subyek penelitian, variabel penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian
BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan
meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi
14
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari 4 subbab yaitu subbab tentang deskriptif teoritis yang membahas perilaku sehat, pengukuran perilaku sehat, dan hipotesis penelitian.
2.1. Perilaku Sehat
2.1.1 Definisi Perilaku Sehat
Perilaku sehat secara luas dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan (Kasl & Cobb, 1966; dalam Vickers dkk., 1988 ).
Perilaku sehat juga sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi, mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik atau tidak perilaku secara objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarer & Renner,
2000; dalam Renner & Schwarer, 2003).
Jadi, perilaku sehat adalah perilaku-perilaku seseorang dalam menjaga, memelihara dan mengembangkan kesehatannya.
2.1.2 Macam-macam Perilaku sehat
Empat perilaku sehat dipilih untuk mewakili empat kategori utama perilaku sehat empiris digambarkan oleh Vickers dan Hervig (1984). Secara umum, kategori yang diwakili (a) perilaku yang mengurangi resiko membebani kapasitas adaptif tubuh, (b) yang melibatkan mengambil resiko perilaku, terutama sebagai pejalan kaki atau driver, (c) perilaku yang seharusnya membantu mencegah timbulnya penyakit, dan (d) perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan bukan hanya mencegah penyakit (dalam Vickers dkk., 1988).
Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk. (1988) terdapat 2 dan 4 komponen dari perilaku sehat yaitu :
a) Perilaku pencegahan: penjagaan, pemeliharaan & pengembangan, serta mencegah kecelakaan.
b) Perilaku beresiko: resiko penggunaan at dan resiko lalu lintas.
Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining), sesuai dengan regimen medis (misalnya, diet, diabetes, regimen antihipertensi), dan perilaku sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).
(1988) perilaku makan dan olahraga termasuk ke dalam perilaku penjagaan, pemeliharaan dan pengembangan kesehatan. Selanjutnya perilaku merokok dan konsumsi alkohol termasuk ke dalam perilaku resiko penggunaan at. Penjelasan dari masing-masing perilaku sebagai berikut.
1. Perilaku makan
Perilaku makan dalam penelitian ini adalah makan makanan dengan menu seimbang. Dalam Notoatmodjo (2003) menu seimbang dalam arti kualitas (mengandung at- at gi i yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
Nutrisi jelas penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Selama ribuan tahun, manusia mengabdikan sebagian besar waktu mereka untuk memenuhi makanan yang cukup (Sheridan & Redmacher, 1992).
Makanan yang terbuat dari kelompok atau kelas kimiawi sebagai berikut: karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin, serta air dan serat. Kelompok-kelompok ini terdiri dari at kimia khusus yang disebut nutrisi. Sebagian besar makanan mengandung lebih dari satu at gi i (Kilander, 1957).
menghilangkan limbah dan mengatur suhu tubuh. Serat membantu dalam pencernaan dan eliminasi. Gii yang baik sangat penting untuk kesehatan yang
baik. Bahkan, tanpa makanan yang memadai, tidak ada yang bisa memiliki kesehatan yang optimal (Kilander, 1957).
2. Olahraga (exercise)
Semua aktivitas-fisik kecuali figeting merupakan penggunaan energi dan pembakaran kalori. Olahraga adalah kelas khusus aktivitas fisik di mana orang menggunakan tubuh mereka demi kesehatan atau pengembangan tubuh (dalam Sarafino, 1994).
Olahraga merupakan salah satu perilaku sehat yang paling penting karena olahraga membuat orang bergerak dan mampu merawat diri mereka sendiri. Manfaat dari Olahraga Reguler (dalam Taylor, 2009):
• Meningkatkan konsumsi oksigen maksimum
• Mengurangi istirahat denyut jantung
• Mengurangi tekanan darah (dalam beberapa)
• Meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung
• Mengurangi penggunaan sumber energi, seperti glutamin
• Meningkatkan HDL, kolesterol total berubah
• Mengurangi penyakit kardiovaskular
• Mengurangi obesitas
• Meningkatkan umur panjang
• Mengurangi panjang siklus haid, menurunkan estrogen dan progresterone
• Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh
• Mengurangi suasana hati yang negatif
Ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan mental yang baik. Penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga menurunkan resiko penyakit jantung koroner, kanker usus, osteoporosis, dan stroke. Sebuah penelitian baru menemukan hubungan yang kuat antara kebugaran fisik dan semua penyebab kematian, terutama penyakit jantung dan kanker (Blair et al, 1989). Olahraga juga dapat membantu dalam pengelolaan diabetes, obesitas, dan depresi (Koplan, Caspersen, & Powell, 1989). Dengan kata lain, "hal ini baik untuk dilakukan" (dalam Sheridan & Radmacher, 1992).
3. Perilaku merokok (tobacco consumption)
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya (Notoatmodjo, 2003).
mengurangi resiko terhadap kesehatan mereka, khususnya jika mereka berhenti sebelum 35 tahun (Doll et al 1994; dalam Conner, 2002).
4. Konsumsi alkohol (alkohol consumption)
Alkohol adalah cairan tidak berwarna, mudah terbakar dibuat dari fermentasi gula dan pati. Ini melayani banyak tujuan dan datang dalam berbagai bentuk, dari pelarut untuk anggur berkualitas. Keracunan disebabkan oleh pengaruh alkohol pada sistem saraf pusat. Tergantung pada beberapa faktor, konsumsi alkohol dapat menjadi biasa saja atau fatal (dalam Sheridan & Radmacher, 1992).
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menghasilkan beberapa masalah kesehatan yang serius. Sirosis hati merupakan penyebab utama kematian di antara pecandu alkohol. Sirosis adalah akumulasi jaringan parut pada hati, menyebabkan hilangnya fungsi dalam organ vital (Eckhardt dkk, 1981). Mengkonsumsi alkohol yang berat dapat mempengaruhi penyempitan otot jantung, sehingga fungsi kurang efisien, dan dapat menyebabkan kerusakan saraf. Alkohol menyebabkan masalah, disorientasi, dan gangguan visual (Eckhardt et al, 1981). Konsumsi alkohol yang berat juga bisa menyebabkan kemandulan, dan alkohol dapat memiliki efek negatif langsung terhadap kehamilan dan perkembangan janin (dalam Dimatteo, 2002).
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
sosial dan values), faktor emosi (seperti self-esteem dan personal goals), faktor kognitif (seperti pengetahuan dan rasa self-efficacy), perceived symptoms dan faktor yang berhubungan dengan akses pelayanan medis (cf. H. Leventhal. Leventhal, & Nguyen, 1985). Selain itu juga para peneliti meneliti faktor-faktor dalam kepribadian individu atau psikologis umum yang mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam perilaku sehat (diantaranya usia, locus of control dan kepribadian).
Dan dalam Taylor (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sehat antara lain :
1. Variabel Demografis
Perilaku sehat dibedakan berdasarkan faktor demografis. Orang yang lebih muda, lebih kaya, yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, yang mempunyai kadar stres dibawah rata-rata dengan dukungan sosial yang tinggi biasanya mempraktekkan perilaku atau kebiasaan sehat lebih baik dibandingkan orang dengan kadar stres yang lebih tinggi dan sumber daya lebih sedikit. Seperti individu dengan kelas sosial yang rendah (Gottlieb & Green, 1984; dalam Taylor, 2009).
2. Usia
3. Values
Values terkait dengan budaya atau kelompok ekonomi sosial tertentu
(Donovan, Jessor, & Costa, 1991; Langlie, 1997; dalam Taylor, 1995). Values
sangat mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Sebagai contoh, olahraga untuk wanita mungkin dianggap diinginkan dalam satu budaya, tapi tidak diinginkan di budaya lain (Donovan, Jessor, & Costa, 1991; dalam Taylor, 2009).
4. Personal Control
Dalam Taylor (2009) persepsi mengenai kesehatan seseorang berada di bawah kontrol pribadi juga menentukan kebiasaan sehat. Salah satu yang telah mendapat perhatian adalah locus of control (Lau, 1988; Rotter, 1966; Strickland, 1978).
Sebagai contoh, skala Health Locus of Control (Wallston, Wallston, & DeVellis, 1978) mengukur sejauh mana orang merasa diri mereka dapat mengendalikan kesehatan mereka, merasa orang lain yang sangat kuat dapat mengendalikan kesehatan mereka, atau menganggap keberuntungan sebagai penentu utama kesehatan mereka. Orang-orang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungkin cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang lebih baik daripada mereka yang menganggap kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor, 2009).
5. Pengaruh Sosial
merugikan (Broman, 1993; turbin at al, 2006). Sebagai contoh, tekanan teman sebaya sering menyebabkan merokok pada remaja (dalam Taylor, 2009).
6. Personal Goals
Kebiasaan sehat sangat terikat dengan personal goals (Eiser & Lembut, 1998). Jika kebugaran pribadi atau prestasi atletik merupakan tujuan penting, orang mungkin akan lebih berolahraga secara teratur daripada jika kebugaran bukan tujuan pribadi (dalam Taylor, 2009).
7. Perceived Symptoms
Beberapa kebiasaan sehat biasanya dikontrol oleh perceived symptoms
contohnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka jika mengalami gangguan di tenggorokan mereka. Perokok yang bangun dengan batuk-batuk dan tengguorkan yang sakit mungkin akan berpikir kembali bahwa dia sebenarnya bisa mempunyai masalah kesehatan pada saat itu (Taylor, 2009). 8. Akses Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan juga bisa mempengaruhi praktek perilaku sehat dengan menggunakan program screaning tubercolosis (TBC), mendapatkan
Pap-Smear secara regular, mendapatkan mammogram dan mendapatkan
imunisasi pada masa kecil adalah perilaku sehat yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan (Taylor, 2009).
9. Faktor Kognitif
berarti bahwa seseorang mungkin rentan terhadap penyakit jika dia tidak melakukan perilaku sehat tertentu dan juga tidak memprediksi perilaku sehat (dalam Taylor, 2009).
Dari beberapa teori yang ada peneliti memilih teori dari Taylor (1995). Dan dari faktor-faktor tersebut, peneliti meneliti beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu :
1. Self-Esteem
Berbeda dengan konsep diri, yang merupakan pandangan kognitif diri, harga diri dapat didefinisikan sebagai komponen afektif dari diri (Seigley, 1999).
Self-esteem mengacu pada persepsi seseorang tentang harga diri (Rosenberg,
1965; dalam Alison dkk., 1999).
Salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk menilai harga diri adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES; Rosenberg, 1989). Penulis ini berpendapat bahwa self-esteem komponen dari self-concept dan didefinisikan sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai dan pentingnya diri mereka sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri secara keseluruhan (Rosenberg, 1965). RSES adalah instrumen unidimensional terbuat dari konsepsi fenomenologis diri yang menangkap persepsi keseluruhan dari subyek dari nilai mereka sendiri melalui skala 10 item, 5 item positif dan 5 item negatif (dalam Juan L., José G. & Grijalvo, 2007).
Self-esteem juga berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak
dengan self-esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998). Umumnya, perilaku sehat yang baik lebih mungkin untuk dipraktekkan oleh orang-orang dengan rasa psikologis kesejahteraan dan keyakinan bahwa kesehatan mereka umumnya baik (Mekanik & Jelas, 1980). Mechanic & Jelas (1980) berpendapat bahwa perilaku sehat yang positif adalah bagian dari gaya hidup yang kompleks yang mencerminkan kemampuan untuk mengantisipasi masalah, untuk memobilisasi dalam menghadapi masalah, dan mengatasi secara aktif. Dengan demikian, perilaku sehat mirip dengan aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan rencana aktivitas mengatasi masalah (dalam Taylor, 1995).
Dalam sebuah penelitian tentang perilaku sehat remaja yang dilaporkan oleh Stein et al, (1998) dalam Seigley (1999) menunjukkan adanya hubungan antara self-esteem yang rendah dan praktek kesehatan beresiko.
2. Health-Specific Self-efficacy
Perceived self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang
kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk mempunyai pengaruh atas peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Self-efficacy beliefs menentukan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan tersebut menghasilkan efek beragam melalui empat proses utama. Mereka termasuk kognitif, motivasi, afektif dan proses seleksi (Bandura, 1994).
menentukan apakah untuk memulai perubahan perilaku sehat akan dibuat banyak usaha dan berapa lama seseorang dapat menghadapi hambatan dan kegagalan.
Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga
mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada tujuan. Sementara langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada kemampuan untuk menghadapi situasi stres, tindakan self-efficacy untuk perilaku sehat mengacu pada keyakinan tentang kemampuan untuk melakukan perilaku sehat tertentu (Schwarer, t.t.).
Health-specific self-efficacy adalah optimistis keyakinan diri seseorang
untuk dapat menahan godaan dan mengadopsi gaya hidup sehat (dalam Schwarer
& Renner, tt). Health specific self-efficacy pada penelitian ini terdiri dari nutrition
self-efficacy, physical exercise self-efficacy, smoking cessation self-efficacy dan
alcohol resistance self-efficacy.
3. Health Locus of Control
Health locus of control adalah sejauh mana orang percaya bahwa
kesehatan mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston, Wallston, Kaplan and Maides, 1976).
Dan dalam Taylor (2003) health locus of control adalah persepsi bahwa kesehatan seseorang berada di bawah kendali pribadi, dikendalikan oleh orang lain yang kuat seperti dokter, atau ditentukan oleh faktor eksternal termasuk keberuntungan.
cenderung percaya bahwa sumber bantuan adalah konsekuensi perilaku mereka sendiri, sedangkan individu dengan external locus of control cenderung melihat sumber bantuan mereka sebagai di bawah kendali eksternal, yaitu tergantung pada orang lain atau kesempatan (Rotter, 1954, 1996; dalam Taylor, 1995).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of
control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya
sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan lebih dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun, hasil tidak selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of
control. Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat
preventif itu sederhana (dalam Taylor, 1995).
Sebagai konsekuensi dari jenis-jenis temuan, peneliti telah mencoba untuk mengetahui locus of control apakah yang lebih tepat dalam konteks kesehatan (Lau & Ware, 1981; KA Wallston, Wallston & DeVellis, 1978). Sebagai contoh, Skala Health Locus of Control, dikembangkan oleh Wallston et al. (1978), mengukur tiga faktor. (1) subskala internal health locus of control, (2) subskala eksternal health locus of control, (3) subskala ketiga, kesempatan (chance) health
locus of control (dalam Taylor, 1995).
4. Kepribadian
Trait adalah sifat konsisten pola pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan orang dari satu sama lain. Trait tampaknya diperlukan untuk ilmu kepribadian, karena semua ilmu pengetahuan adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan pola-pola yang konsisten (Hanson, 1958 dalam Hogan, Jonshon, & Briggs, 1997).
Selama bertahun-tahun, para peneliti sifat, Eysenck, Cattell dan lain-lain bersemangat memperdebatkan jumlah dan trait dari dimensi dasar kepribadian. Karena masalah itu belum terselesaikan, lapangan tetap terpecah-pecah dan berantakan. Sejak 1980-an, perbaikan bertahap dalam kualitas dan kecanggihan metode, terutama analisis faktor, telah menyebabkan awal dari sebuah konsensus. Sekarang banyak peneliti setuju bahwa perbedaan individu dapat berguna diatur dalam lima dimensi besar, bipolar (John & Srivastava, 1999: John McCrae & Costa, 2003). Dikenal luas sebagai dimensi fitur "Big Five" - bukan karena mereka begitu hebat, tetapi karena jangkauan yang luar biasa dan tingkat abstraksi (dalam Pervin, Corvone & John, 2005).
Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu
kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)
Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan
Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model
oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, Corvone & John, 2005).
Faktor-faktor dalam teori kepribadian five faktor model yaitu Neuroticism,
Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Definisi serta
Tabel 2.1
Indikator dan Kerakteristik Faktor Kepribadian
Karakteristik Orang dengan Skor
Tinggi
Skala Trait Karakteristik Orang denga Skor Rendah
Mudah berhubungan dengan orang lain, aktif, cerewet,
person-oriented,
optimis, suka bersenang-senang, dan penuh kasih saying
Extraversion
Menilai kuantitas dan intensitas dari interaksi
interpersonal, tingkat keaktifan, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk
kesenangan.
Lambat dalam
menunjukkan perasaan, serius dan
bertanggungjawab, tidak semangat, tidak ramah, berorientasi tugas, pendiam berhati lembut, bersifat
baik, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah tertipu, dan jujur
Agreeableness
Menilai kualitas dari orientasi interpersonal seseorang yang
bervariasi menurut suatu kontinum dari merasa kasihan
sampai antagonis dalam pikiran, perasaan, dan
perbuatan
Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, penuh dendam, mudah tersinggung, manipulative
Terorganisir, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan Tekun
Conscientiousness
Menilai tingkat keteraturan, ketahanan,dan motivasi individu dalam perilaku yang
berorientasi pada tujuan.
Tidak punya tujuan, malas, ceroboh, cuek, tidak punya keinginan yang kuat, hedonis.
khawatir, gelisah, emosional, merasa tidak aman, tidak cakap,
hypochodriacal
Neuroticism
Menilai penyesuaian versus ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi individu yang
rentan terhadap distres, ideide yang tidak realistis, keinginan yang berlebih, dan respon coping yang maladaptif.
Tenang, santai, tidak emosional, tegar, merasa aman, dan puas atau bangga terhadap diri
sendiri.
selalu ingin tahu, punya ketertarikan yang beragam, kreatif, orisinil,
penuh daya khayal, tidak tradisional
Openness
Menilai pencarian yang proaktif dan menghargai pengalaman, toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang
tidak familiar.
Konvensional, apa adanya, tidak memiliki ketertarikan, tidak artistik, tidak analitis
Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti menghubungkan kepribadian dan perilaku (Furnham dan Surga, 1999). Faktor kepribadian positif (misalnya, optimisme) atau negatif (misalnya, efektivitas negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler & Matthews 1994, Steptoe et al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005).
Sebuah literatur secara luas menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri kepribadian yang berhubungan dengan hasil kesehatan (lihat Marshall et al, 1994.), namun, penelitian yang telah memfokuskan pada dampak dari sifat-sifat ini pada perilaku sehat relatif sedikit. Untuk saat ini, sebagian besar penelitian telah difokuskan pada pengaruh sifat-sifat ‘Big Five’ kepribadian (yaitu
neurotisisme, extraversion, conscientiousness, openness dan agreeableness)
terhadap perilaku sehat (misalnya Siegler et al, 1995;. Schwart et al, 1999;.
Conner dan Ibrahim 2001). Terdapat penelitian yang menemukan efek langsung ciri-ciri kepribadian ketika memprediksi perilaku sehat. Sebagai contoh,
extraversion telah ditunjukkan untuk menjelaskan varians tambahan dalam
perilaku olahraga, melebihi dan di atas yang dijelaskan oleh TPB (Theory Planned
Behavior) (misalnya Courneya et al. 1999). Demikian pula, Conner dan Abraham
(2001) melaporkan bahwa conscientiousness memiliki efek langsung pada perilaku olahraga, meskipun extraversion dan neurotisisme hanya memiliki efek tidak langsung. Tidak ada efek yang ditemukan untuk openness dan
agreeableness. Ditemukannya efek langsung conscientiousness dan extraversion
kepribadian dapat berdampak pada perilaku sehat (dalam Conner & Norman, 2005).
Dan selain yang diteorikan, sebagai kontrol yang menjadi variabel independen yaitu variabel demografis yang terdiri dari kelas sosial ekonomi orang tua. Variabel demografis menunjukkan hubungan yang handal dengan kinerja perilaku sehat. Perilaku tersebut bervariasi berdasarkan gender, dengan perempuan umumnya kurang mungkin untuk merokok, mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar, terlibat dalam olahraga teratur, tetapi lebih cenderung untuk memantau diet mereka, minum vitamin dan terlibat dalam perawatan gigi (Waldron 1988). Perbedaan status sosial ekonomi dan kelompok etnis juga jelas untuk perilaku seperti diet, olahraga alkohol, konsumsi dan merokok (misalnya blaxter, 1990; dalam Conner, 2002).
Secara umum, orang yang lebih muda, lebih kaya, berpendidikan yang lebih baik, di bawah rendahnya tingkat stres, dengan tingkat tinggi dukungan sosial lebih tinggi mungkin melakukan perilaku melindungi kesehatan. Tingginya tingkat stres dan/atau kurangnya sumber daya terkait dengan perilaku beresiko kesehatan seperti penyalahgunaan merokok dan alkohol (Adler dan Matthews 1994; dalam Conner, 2002).
Tabel 2.2
Matrikulasi Hasil Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadap Perilaku
sehat
No Nama Temuan
1 Allison K.R. dkk.(1999) - Faktor penentu kontrol individu, rasa koherensi, self-esteem dan kesusahan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan salah satu dari empat perilaku (physical inactivity, daily
smoking, heavy drinking dan risk
behavior index)
2 Abood & Conway (1988) - Temuan menunjukkan bahwa self-esteem
bukan merupakan kekuatan pendorong praktek perilaku sehat tertentu. Namun,
self-esteem dapat memiliki hubungan
timbal balik dengan praktek umum perilaku sehat. Artinya, self-esteem yang tinggi dapat meningkatkan kecenderungan umum seseorang untuk terlibat dalam berbagai perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Sebaliknya, berpartisipasi dalam berbagai perilaku sehat yang positif dapat meningkatkan persepsi diri
seseorang.
2 Von, AH.D dkk. (2004) - Self-efficacy secara signifikan memprediksi perilaku alkohol dan merokok, aktivitas fisik dan perilaku perlindungan gii, perilaku protektif
terhadap keselamatan umum dan perilaku perlindungan matahari.
3 Puchala dkk. (2007) - Ada pengaruh yang signifikan secara statistik self-efficacy belief terhadap perilaku sehat seperti konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari dan konsumsi alkohol yang sudah berkurang.
4 Silalahi, Verawati (2009) - Terdapat hubungan positif dan signifikan antara locus of control dengan perilaku sehat
5 Torres & Pritchard (tt) - Agreebleness berkorelasi dengan perilaku sehat yang lebih beresiko daripada dimensi kepribadian lainnya.
tiga dimensi kepribadian. Pria terlibat lebih dalam aksi kekerasan, penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, ganja dan penggunaan narkoba lainnya
dibandingkan dengan wanita.
6 Conway, T. L. dkk (1992) - Conscientiousness, agreebleness dan
extraversion merupakan tiga elemen
penting dari kepribadian yang memprediksi perilaku sehat.
7 Rohman, A (t.t.) - Tingkat perilaku merokok pada remaja berada pada tingkatan sedang.
- Status sosial ekonomi orang tua remaja adalah bawah.
- Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dan tingkat perilaku merokok remaja.
8 Holopainen & Sulinto (2005) - Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan perilaku sehat remaja.
4.2. Pengukuran Perilaku sehat
Berikut ini pengukuran perilaku sehat pada beberapa penelitian terdahulu :
1. Von, AH. D. dkk. (2004) mengukur perilaku sehat dengan menggunakan kuesioner self-report tentang perilaku sehat umum seperti konsumsi alkohol, perilaku merokok, aktivitas fisik and perilaku pola makan/gii,
perilaku keselamatan umum dan perilaku perlindungan dari sinar matahari.
2. Allison, K.R. dkk. (1999) mengukur perilaku sehat beresiko berdasarkan beberapa perilaku yaitu physical inactivity, daily smoking, heavy
3. Lant dkk. (1998) mengukur perilaku sehat dari informasi self-report
responden berdasarkan 4 perilaku yaitu merokok, meminum alkohol, body
weight dan aktivitas fisik.
4. Pikko & Brassai (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat perilaku yaitu merokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, dan aktivitas olahraga.
5. Puchała J dkk. (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat perilaku yaitu pola makan, aktivitas fisik, minum alkohol, dan merokok. Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran perilaku sehat berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat ukur perilaku sehat, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut peneliti tidak perlu lagi untuk menyusun secara baku alat ukur perilaku sehat sebab tentu alat ukur tersebut dibuat sesuai dengan perilaku sehat, namun sejauh pengukuran tersebut menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang instrument pengukuran perilaku sehat, maka akan peneliti paparkan di BAB 3 pada sub-bab instrument pengumpulan data.
4.3. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable yang diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini dependent variable
yaitu perilaku sehat, sedangkan variabel yang di teorikan peneliti sebagai
perilaku sehat, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, health locus of
control (yang terdiri dari dua faktor yaitu internal health locus of control dan
eksternal health locus of control), dan kepribadian (yang terdiri dari lima faktor
yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neoriticism, dan openness) . Dan selain yang diteorikan, peneliti juga meneliti variabel lainnya yaitu kelas sosial ekonomi orang tua.
Bunyi hipotesis utamanya yaitu : “ada pengaruh yang signifikan dari faktor psikologis seperti self-esteem, health-specific self-efficacy, internal
health locus of control, eksternal health locus of control, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neoriticism, openness, dan kelas sosial
ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat”.
Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu :
1. Self-Esteem berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
2. Health-specific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
3. Internal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
4. Eksternal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku
sehat.
5. Extraversion berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
6. Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
7. Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
9. Openness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
10. Kelas sosial ekonomi orang tua berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Health Locus of Control
Kepribadian
Keterangan : perilaku sehat sebagai dependent variable, sedangkan variabel lainnya sebagai independent variable.
Internal Health Locus of Control
EksternalHealth Locus of Control
Neoriticsm
Perilaku Kesehatan Self-Esteem
Opennes
Health-Specific Self-Efficacy
Conscientiousness Agreeableness Extraversion
38
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan Data, Pengujian Validitas Alat Ukur, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.
Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap perilaku sehat. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat statistik.
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 200 orang tetapi yang mengembalikan kuesioner hanya ada 195 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
non-probability sampling, dimana besar peluang untuk terpilihnya anggota
hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan ke populasi karena dalam penelitian ini tujuan utamanya adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan antar variabel penelitian, bukan mengenai subjek penelitian.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel pen