• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI SURABAYA (STUDI PADA MAHASISWA UNAIR, UNESA DAN ITS ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI SURABAYA (STUDI PADA MAHASISWA UNAIR, UNESA DAN ITS )."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI PADA MAHASISWA UNAIR, UNESA DAN ITS )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan

Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi

Pr ogr am Studi Manajemen

Diajukan Oleh:

AMANDA WIRATRI M

1012215017 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

PADA MAHASISWA DI SURABAYA

(STUDI PADA MAHASISWA UNAIR, UNESA, DAN ITS)

Disusun Oleh:

AMANDA WIRATRI M 1012215017 / FE / EM

Telah diper tahankan Dihadapan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi

Pr ogr am Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan

Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 14 Desember 2012

Pembimbing Utama

Tim Penguji

Ketua

Dr s. Ec. Gendut Sukar no, MS

Dr s. Ec. Gendut Sukar no, MS

Sekr etar is

Sugeng Pur wanto. SE., MM

Anggota

Her r y Ar iyanto. SE., MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

(3)

melimpahkan rachmat, hidayah dan karunianya-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Berwirausaha Pada mahasiswa di Sur abaya (Studi Pada Mahasiswa Unair ,Unesa, ITS)”, dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat untuk kelulusan program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichasanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Rahman Amrulloh Suwaidi, MSi., selaku wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

(4)

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Ucapan terima kasih kepada keluargaku, bapak dan ibu serta saudara yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan baik moral maupun materiil dengan tulus ikhlas.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini.

Surabaya, Desember 2012

(5)

(STUDI KASUS MAHASISWA UNAIR, UNESA, DAN ITS)

Amanda Wiratri Maduratna ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat berwirausaha mahasiswa di Surabaya, serta untuk mengetahui seberapa jauh pola hubungan antara faktor-faktor tersebut.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daya Tarik/Sikap Pribadi (Personal Attitude/Personal Attraction) sebagai Xı, Persepsi Kendali Perilaku (Perceived Behavioral Control) sebagai X₂ , Norma Sosial/Norma Subjektif (Subjective Norm) sebagai X₃ , dan Niat Berwirausaha (Entrepreneurial Intention) sebagai Y.

Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Surabaya angkatan 2006 s/d 2012 semester ganjil, yang berjumlah 147 orang. Teknik alanalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis varian dengan Partial Least Square (PLS).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah norma sosial berpengaruh signifikan terhadap daya tarik pribadi, norma sosial berpengaruh signifikan terhadap persepsi kendali perilaku, norma sosial tidak berpengaruh terhadap niat berwirausaha, daya tarik pribadi tidak berpengaruh terhadap niat berwirausaha, dan persepsi kendali perilaku tidak berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Keyword: daya tarik pribadi, persepsi kendali perilaku, norma sosial.

(6)

DAFTAR GAMBAR... .. v

DAFTAR LAMPIRAN... ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian... 12

1.4.Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hasil Penelitian Terdahulu... 15

2.2.Landasan Teori ... 17

2.2.1. Niat Berwirausaha ... 17

2.2.1.1. Teori Niat Berwirausaha ... 19

2.2.1.2. Proses Pembentukan Niat Kewirausahaan ... 20

2.2.1.3. Indikator-indikator Niat Berwirausaha ... 21

2.2.2. Persepsi Kendali Perilaku ... 24

2.2.2.1. Indikator-Indikator Persepsi Kendali Perilaku .. 26

2.2.3. Norma Sosial (Subjective Norm)/Norma Subjektif ... 27

(7)

2.2.6. Pengaruh Persepsi Kendali Perilaku Terhadap Niat

Berwirausaha ... 33

2.2.7. Pengaruh Norma Sosial Terhadap Niat Berwirausaha .... 35

2.2.8. Pengaruh Norma Sosial Terhadap Daya Tarik………… 36

2.2.9. Pengaruh Norma Sosial Terhadap Persepsi Kendali Perilaku……….37

2.3.Kerangka Konseptual Niat Berwirausaha ... 38

2.4.Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 40

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 40

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 45

3.2.Teknik Penentuan Sampel ... 46

3.2.1. Populasi ... 46

3.2.2. Sampel ... 46

3.3.Teknik Pengumpulan Data... 47

3.3.1. Jenis Data ... 47

3.3.2. Sumber Data ... 48

(8)

dan Formatif... 52

3.4.3. Metode PLS ... 55

3.4.4. Pendugaan Parameter ... 57

3.4.5. Evaluasi Goodness of Fit... 57

3.5.Uji Kualitas Data ... 58

3.5.1. Uji Realibilitas Data...59

3.5.2. Uji Validitas Data...59

3.6.Pengujian Hipotesis...60

3.6.1. Hipotesis Statistik Untuk Outer Model...61

3.6.2. Hipotesis Statistik Untuk Inner Model (Variabel Laten Eksogen Terhadap Endogen)... ... 61

3.6.3. Hipotesis Statistik Untuk Inner Model (Variabel Laten Endogen Terhadap Eksogen)... .... 61

4.1. Hasil Penelitian ... 62

4.1.1. Sejarah Singkat UNAIR ... 63

4.1.2. Sejarah Singkat UNESA ... 68

4.1.3. Sejarah Singkat ITS ... 71

4.1.4. Karakteristik Responden ... 73

(9)

4.3.1. Composite reliability ... 84

4.3.2. Outer Weight... 85

4.4. Evaluasi Model Struktural atau Inner Model ... 87

4.5. Pengujian Hipotesis ... 88

4.5.1. Uji Kausalitas (Inner Weight) ... 88

4.6. Structural Equation Model (SEM) ... 90

4.7. Pembahasan... 91

4.7.1. Pengaruh Norma Sosial Terhadap Daya Tarik Pribadi ... 91

4.7.2. Pengaruh Norma Sosial Terhadap Persepsi Kendali Perilaku ... 92

4.7.3. Pengaruh Norma Sosial Terhadap Niat Berwirausaha .... 93

4.7.4. Pengaruh Daya Tarik Terhadap Niat Berwirausaha ... 93

4.7.5. Pengaruh Persepsi Kendali Perilaku Terhadap Niat Berwirausaha ... 94

5.1. Kesimpulan ... 96

5.2. Saran... .... 97

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel 1.2. Jumlah Angkatan Kerja Di Indonesia... 3

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Indonesia... 3

Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Sebagai Pekerja... 4

Tabel 1.5. Jumlah Jam Kerja... 5

Tabel 1.6. Jumlah Pekerja... 5

Tabel 3.1. Kriteria Untuk Menentukan Apakah Kontruk Formative atau Reflektif ... 52

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 74

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 75

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 76

Tabel 4.4. Karakteristik responden Berdasarkan Universitas... 77

Tabel 4.5. Outer Loading (model pengukuran dan validitas)... 78

Tabel 4.6. Average Varience Extracted (AVE)... 80

Tabel 4.7. Composite Reliability... 85

Tabel 4.8. Hasil uji Outer Weight... 86

Tabel 4.9. Tabel R-square... 88

(11)

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Niat Berwirausaha... 21

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Niat Berwirausaha... 38

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian... 51

Gambar 3.2. Contoh Prinsipal Factor (Reflective) Model... 54

Gambar 3.3. Composite Latent Variable (Reflective) Model... 54

Gambar 4.1. Convergent Validity Untuk Konstruk Daya Tarik Pribadi... 81

Gambar 4.2. Convergent Validity Untuk Konstruk Persepsi Kendali Perilaku... 82

Gambar 4.3. Convergent Validity Untuk Konstruk Citra Merek... 83

Gambar 4.4. Convergen Validity Untuk Konstruk Niat Berwirausaha... 84

Gambar 4.5. Full Model SEM... 91

(12)

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 Model PLS, Model Pengukuran dan Validitas Lampiran 4 Average variance extracted dan Realiabilitas Lampiran 5 Pengujian Model struktural

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan kewirausahaan beberapa tahun terakhir memang telah menjadi isu lembaga–lembaga ekonomi mulai dari tingkat daerah, nasional bahkan internasional. Kecenderungan ini karena keyakinan bahwa kewirausahaan adalah kunci untuk sejumlah hasil-hasil sosial yang diinginkan, termasuk pertumbuhan ekonomi, pengangguran yang lebih rendah, dan modernisasi teknologi (Baumol, et al. 2007) dalam Endi Sarwoko.

Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang menghinggapi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Setiap periode kepemimpinan nasional di Indonesia selalu dihadapkan pada kedua isu tersebut. Sampai pergantian kepemimpinan nasional saat ini, masalah pengangguran dan kemiskinan terus berulang. Banyak ahli ekonomi bangsa ini mengajukan berbagai konsep alternatif untuk mengatasi masalah tersebut.

(14)

akan mampu membantu membuka lapangan kerja, sehingga dengan terserapnya tenaga kerja akan mengurangi kemiskinan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif masyarakat meningkatkan kemandirian ekonomi dengan berwirausaha.

Hal ini dibuktikan dari data

(http://www.solopos.com/2009/channel/nasional/angka-pengangguran-indonesia-capai-896-juta-9284), jumlah pengangguran di Indonesia tercatat sebagai berikut:

Tabel 1.1.

J umlah Pengangguran di Indonesia

Bulan 2008 2009

Februari 9,26jt (8,14%)

Agustus 9,39jt (8,39%) 8,96jt (7,87%) Sumber: http://www.solopos.com

(15)

Jumlah angkatan kerja di Indonesia tercatat sebagai berikut: Tabel 1.2.

J umlah Angkatan Kerja di Indonesia

Bulan 2008 2009

Februari 113,74 jt

Agustus 111,95 jt 113,83 jt

Sumber: Sumber: http://www.solopos.com

pada Agustus 2009 bertambah 90 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2009, atau bertambah 1,88 juta orang dibanding Agustus 2008.

Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia tercatat sebagai berikut: Tabel 1.3.

J umlah Penduduk Yang Bekerja di Indonesia

Bulan 2008 2009

Februari 104,49 jt

Agustus 102,55 jt 104,87 jt

Sumber: http://www.solopos.com

(16)

Dibanding Agustus 2008, seluruh sektor mengalami peningkatan lapangan kerja, kecuali Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi yang menurun sebanyak 60 ribu orang. Sektor yang mengalami kenaikan terbesar adalah Sektor Jasa Kemasyarakatan naik 900 ribu orang, Sektor Perdagangan 730 ribu orang, dan Sektor Industri naik 290 ribu orang. Jika dibandingkan dengan Februari 2009, hanya Sektor Pertanian yang mengalami penurunan sebesar 1,42 juta orang.

Pada Agustus 2009 tercatat jumlah penduduk sebagai pekerja: Tabel 1.4.

J umlah Penduduk Sebagai Pekerja

BULAN/THN

Agustus/2009

Buruh/karyawan 29,11 jt (27,76%)

Buruh tidak tetap 21,93 jt (20,91%)

Berusaha sendiri 21,05 jt (20,07%)

(17)

Berdasarkan jumlah jam kerja pada Agustus 2009 tercatat sebagai berikut:

Tabel 1.5. J umlah J am Kerja

BULAN/THN

Agustus/2009

Pekerja > 35jam/minggu 73,30 jt (69,90%)

Pekerja < 8 jam/minggu 1,31 jt (1,25%)

Sumber: http://www.solopos.com

Pada Agustus 2009 tercatat pekerja sebagai berikut: Tabel 1.6.

J umlah Pekerja

BULAN/THN

Agustus/2009

Pendidikan SD 55,21 jt (52,65%)

Pendidikan Diploma 2,79 jt (2,66%)

Pendidikan Sarjana 4,66 jt (4,44%)

Sumber: http://www.solopos.com

(18)

persen atau sekitar empat jutaan wirausaha. Indonesia membutuhkan sedikitnya empat juta wirausaha untuk mendukung sektor perekonomian bangsa agar lebih tangguh di masa depan.

Laporan International Labor Organization (ILO) mencatat jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah 9,6 juta jiwa (7,6%), dan 10% diantaranya adalah sarjana (Nasrun,2010). Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia mendukung pernyataan ILO tersebut yang menunjukkan sebagian dari jumlah pengangguran di Indonesia adalah mereka yang berpendidikan Diploma/Akademi/dan lulusan Perguruan Tinggi (Setiadi, 2008) dalam jurnal Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011).

Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang berbasis pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong budaya berwirausaha. Perguruan tinggi diharapkan juga mampu menciptakan wirausahawan-wirausahaan yang handal, sehingga mampu memberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha (Tjahjono, 2008:2).

(19)

peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak perguruan tinggi perlu menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang kongkrit berdasar masukan empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna agar dapat mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha (Yohnson 2003, Wu & Wu, 2008) dalam jurnal Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011).

Mahasiswa yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi harus mampu menyiapkan anak didiknya, agar menjadi wirausaha yang unggul, dan tidak menggantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha.

(20)

berbagai risiko atau rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut dalam jurnal Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

Hal tersebut dapat didukung dari hasil data survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Universitas Negeri di Surabaya yaitu UNAIR, UNESA dan ITS. Tiga universitas ini mewakili karakteristik mahasiswa di Surabaya. Apakah antusias mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan sangat tinggi untuk mempermudah mengetahui dasar-dasar ilmu kewirausahaan, yang akhirnya para mahasiswa berniat untuk berwirausaha.

(21)

Gambar 1.1.

Grafik Intensitas Ber wirausaha Mahasiswa

0

Grafik diatas menggambarkan bahwa mata kuliah kewirausahaan, menjadi prioritas utama dalam membangun niat berwirausaha pada mahasiswa. Akan tetapi, niat mahasiswa untuk memulai berwirausaha semenjak dini lebih membuat para mahasiswa antusias untuk memulainya. Hal ini dapat dilihat pada grafik diatas, berniat semenjak dini berada pada titik paling atas pada universitas-universitas negeri yang ada di Surabaya tersebut. Maka kesimpulannya adalah memulai usaha semenjak dini lebih membuat para mahasiswa antusias untuk melakukannya.

(22)

yang potensial sementara mereka berada di bangku kuliah (Indarti dan Rostianti, 2008).

Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, peran mahasiswa sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa lebih memiliki intensi atau niat untuk menjalankan bisnis dengan kemandirian tinggi. Niat adalah sebagai usaha yang disadari untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah didefinisikan secara jelas. Niat merupakan prediktor terbaik untuk melihat dinamika perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975) dalam Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

Faktor sikap seseorang dalam memandang kegiatan berwirausaha juga dipercayai akan membentuk niat kewirausahaan (Ajzen & Fishbein, 1985 dalam Gurbuz & Aykol, 2008) dalam jurnal Lieli Suharti dan Hani Sirine.

(23)

nyata dan berhubungan langsung dengan perilaku tanpa melalui niat. Dalam K Ima I, M.Pd, M.Kes (ind).

Norma subyektif diartikan sebagai faktor sosial yang menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan wirausaha (Dharmmesta, 1998). Dalam penelitian norma subyektif adalah kelompok referensi berupa orang tua, teman dekan dan dosen, yang mampu mendorong mahasiswa berperilaku yaitu niat untuk berwirausaha, dalam jurnal Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

Niat adalah maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu.

Sikap merupakan keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi, atau kondisi di lingkungan sekitarnya.

Persepsi norma sosial merupakan perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu.

Persepsi kendali perilaku merupakan perasaan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu, yang dapat berubah tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan.

(24)

Pada Mahasiswa Di Sur abaya (Studi Pada Mahasiswa UNAIR, UNESA dan ITS)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan pada penelitian ini, yaitu:

1. Apakah daya tarik berpengaruh terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya ?

2. Apakah persepsi kendali perilaku berpengaruh terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya ?

3. Apakah persepsi norma sosial berpengaruh terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya ?

4. Apakah persepsi norma sosial berpengaruh terhadap daya tarik pada mahasiswa di Surabaya ?

5. Apakah persepsi norma sosial berpengaruh terhadap persepsi kendali perilaku pada mahasiswa di Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

(25)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi kendali perilaku terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi norma sosial terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi norma sosial terhadap daya tarik berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi norma sosial terhadap persepsi kendali perilaku berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :

1. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk merapkan ilmu-ilmu yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan. Serta untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti khususnya dalam bidang kewirausahaan.

(26)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, berkaitan dengan intensi berwirausaha.

3. Bagi Universitas

(27)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang di lakukan Christoffel M. O. Mintardjo (2010), yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Di Kawasan Timur Indonesia” pada seminar nasional kewirausahaan II program doktor ilmu manajemen FEUB, tanggal 5-6 November, 2010. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 203 orang yang diambil dari mahasiswa S1 reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado. Tehnik analisis penelitian ini menggunakan metode persamaan struktural (SEM). Hasilnya menunjukkan bahwa norma sosial/norma subjektif mempunyai pengaruh terhadap daya tarik/sikap pribadi dan persepsi kendali perilaku, dimana kedua variabel ini juga memiliki pengaruh terhadap intensitas berwirausaha.

(28)

persamaan struktural (SEM) dan Binary Logistic Regression. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kebutuhan berprestasi, keyakinan diri, pusat kendali, kesiapan informasi/faktor lingkungan dan faktor demografi terhadap intensi

kewirausahaan mahasiswa Universitas Mercu Buana. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) kebutuhan akan prestasi

(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Niat Ber wirausaha (Entrepreneurial Intention)

Dalam jurnal Wijaya (2007) dijelaskan pengertian-pengertian niat menurut banyak ahli, yang dijelaskan berikut ini:

Theory of Planned Behavior menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku,niat merupakan variabel antara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap maupun variabel lainnya (Ajzen, 1991) dalam jurnal Endi Sarwoko (2011).

Menurut Krueger (1993) dalam Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011), niat kewirausahaan mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru.

Niat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba, niat menunjukkan seberapa besar upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukannya dan niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya (wijaya, 2008) dalam jurnal Endi Sarwoko (2011).

(30)

berhubungan dengan perilaku berikutnya (Dharmmesta, 1998) dalam jurnal Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

Dengan kata lain, pada dasarnya intensi sama dengan niat untuk melakukan suatu perbuatan. Niat mengandung konotasi bahwa di samping perilaku yang diniatkan itu disadari dan disengaja, perilaku itu

pun akan segera dilaksanakan, dalam

(http://bermenschool.wordpress.com/2009/03/28/intensi/).

Intensi memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu (Wijaya, 2007).

Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku.

(31)

Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yang diasumsikan dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku. Hal ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat dilakukan.

Ancok (1992) menyatakan bahwa intensi dapat didefinisikan sebagai niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku.

2.2.1.1. Teori Niat Berwirausaha (Entrepreneurial Intention)

Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang yang tanpa intensi untuk memulai usaha (Choo dan Wong, 2006) dalam Mafizatun Nurhayati (2012).

Sedangkan dalam jurnal Christoffel M.O. Mintardjo adanya pendapat beberapa ahli mengenai pengertian intensi, yaitu antara lain: • Menurut Jogianto (2007), intensi (intention) adalah keinginan untuk

melakukan perilaku.

• Menurut Bird (1988), menyatakan bahwa intensi merupakan, suatu

(32)

• Dalam kamus Merriam-Webster (merriam-webster.com, 2009), intensi

merupakan suatu dorongan untuk bertindak lewat suatu cara tertentu.

2.2.1.2. Pr oses Pembentukan Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention)

Intensi kewirausahaan dalam diri seseorang mengalami beberapa tahapan sebelum membentuk intensi berwirausaha. Proses pembentukan intensi berwirausaha menurut Indarti dan Kristiansen 2003 (dalam jurnal Wijaya 2007 : 117-127) melalui tahapan seperti Gambar 2.1.

(33)

persepsi diri dan kemampuan diri berperan dalam membangun intensi. Individu yang merasa memiliki self efficacy tinggi akan memiliki intensi yang tinggi untuk kemajuan diri melalui kewirausahaan.

Gambar 2.1.

Pr oses Pembentukan Niat Berwirausaha

Sumber: Indarti dan Kristiansen 2003 (dalam jurnal Wijaya 2007 : 117-127)

2.2.1.3. Indikator –indikator Niat Berwirausaha (Entrepreneurial Intention) Dalam jurnal Wijaya, ada faktor-faktor yang mempengaruhi niat berwirausaha, yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan mendukung dan mendorong kemandirian,

(34)

berprestasi dan bertanggung jawab. Dukungan orang tua ini, terutama ayah sangat penting dalam pengambilan keputusan pemilihan karir bagi anak. Penelitian Jacobowitz dan Vidler (Hirrich dan Peters, 1998) menemukan bahwa 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai ayah atau orang tua yang relatif dekat yang juga wirausahawan.

b. Pendidikan

Pentingnya pendidikan dikemukakan oleh Holt (Rahmawati, 2000) yang mengatakan bahwa paket pendidikan kewirausahaan akan membentuk siswa untuk mengejar karir kewirausahaan. Pendidikan formal memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantang yang dihadapinya para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil.

(35)

c. Nilai Personal

Beberapa penelitian menemukan bahwa wirausahawan memiliki sikap yang berbeda terhadap proses manajemen dan bisnis secara umum (Hisrich dan Peters, 1998). Nilai personal dibentuk oleh motivasi, dan optimisme individu. Penelitian Indarti dan Kristiansen (2003) menemukan bahwa tingkat intensi wirausaha siswa dipengaruhi tinggi rendahnya kapasitas motivasi, pengendalian diri dan optimisme siswa. Dengan demikian nilai personal juga menentukan tingkat intensi wirausaha seseorang.

d. Usia

Roe (1964) mengatakan bahwa minat terhadap pekerjaan mengalami perubahan sejalan dengan usia tetapi menjadi relatif stabil pada post abdolence. Penelitian Strong dalam Hartini (2002) terhadap sejumlah pria berusia 15-25 tahun tentang minat terhadap pekerjaan menunjukkan bahwa minat berubah secara sedang dan cepat pada usia 15-25 tahun dan sesudahnya sangat sedikit perubahannya.

e. Jenis Kelamin

(36)

yang penting. Karena wanita masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar menjadi istri dan ibu rumah tangga.

Dari uraian di atas dapat disimpulan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha seperti lingkungan, keluarga, pendidikan, nilai personal, usia, dan jenis kelamin. Lingkungan, keluarga dan pendidikan merupakan faktor eksternal sedangkan nilai personal, usia dan jenis kelamin merupakan faktor internal yang mempengaruhi intensi individu untuk berwirausaha.

2.2.2. Persepsi Kendali Perilaku (Perceived Behavioral Control)

Persepsi kendali perilaku memiliki arti, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu intensi dan perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs) (Azjen, 2008) dalam Wijaya (2008).

(37)

dalam kondisi lemah, dalam (repositery.usu.ac.id/bitstream/123456789/16214/4/chapter % 20 II pdf).

Persepsi kendali perilaku (perceived behavioral control) mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh di sekitar individu, dalam Zakariza Achmad (2010).

(38)

2.2.2.1. Indikator-indikator Persepsi Kendali Perilaku (Perceived Behavioral Control)

Dalam Zakarija Achmad (2010) dijelaskan bahwa, persepsi kendali perilaku (Perceived Behavioral Control) ditentukan oleh dua faktor yaitu:

1. Control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam mengendalikan), dan

2. Perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku).

(39)

2.2.3. Nor ma Sosial (Subjective norm) / Norma Subjektif

Persepsi Norma Sosial/Perceived Social Norms (SN) akan mengukur persepsi tekanan sosial yang membawa perilaku kewirausahaan. Terutama sekali, hal tersebut merujuk pada persepsi bahwa “orang-orang yang mereferensikan (reference people)” akan menyetujui keputusan untuk menjadi wirausahawan, atau tidak (Ajzen, 2001) dalam jurnal Chrisoffel M. O. Mintardjo (2010).

Menurut Ajzen (2005) dalam

(repositery.usu.ac.id/bitstream/123456789/16214/4/chapter % 20 II pdf), norma sosial/norma subjektif merupakan keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam individu. Keyakinan yang mendasari norma subjektif yang dimiliki individu disebut sebagai keyakinan normatif.

(40)

Norma Subjektif yaitu keyakinan individu untuk mematuhi arahan atau anjuran orang sekitarnya untuk turut dalam aktivitas berwirausaha, dalam Wijaya (2008).

Konsumen berperilaku tidak terlepas dari kegiatan melakukan keputusan untuk berperilaku. Keputusan yang akan diambil seseorang dilakukan dengan pertimbangan orang lain yang dianggap penting. Keputusan yang dipilih bisa gagal untuk dilakukan jika pertimbangan orang lain tidak mendukung, walaupun pertimbangan pribadi menguntungkan. Dengan demikian pertimbangan subyektif pihak lain dapat memberikan dorongan untuk melakukan wirausaha atau keputusan berwirausaha, hal demikian dinamakan norma subyektif, dalam jurnal Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

2.2.3.1. Indikator-Indikator Nor ma Sosial (Subjective Norm)/Nor ma Subjektif

Menurut Ramayah & Harun (2005) dalam Endi Sarwoko (2011), norma subjektif diukur dengan skala subjective norm dengan indikator sebagai berikut:

a. Keyakinan dukungan orang yang dianggap penting

(41)

b. Keyakinan dukungan teman dalam usaha

Keyakinan dukungan sahabat dalam memotivasi sangat dianggap penting dalam menjalankan atau memulai suatu usaha.

2.2.4. Daya Tarik/Sikap Pribadi (Personal Attitude/ Personal Attraction) Sikap ke arah perilaku (Daya tarik/Personal attraction, PA) merujuk pada tingkat dimana individu memegang nilai personal yang positif atau negatif tentang menjadi seorang wirausahawan (Ajzen, 2002, Kolvereid, 1996). Itu termasuk tidak hanya kecenderungan (Saya menyukainya, hal itu membuat saya lebih baik, hal itu mnyenangkan), tetapi juga pertimbangan evaluatif (hal tersebut lebih menguntungkan, lebih unggul/baik), dalam Christoffel M.O. Mintardjo (2010).

(42)

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada satu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Jadi sikap memberikan evaluasi terhadap objek (Shaw & Constanzo, 1983), dalam Wijaya (2008).

Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan perceived behavioral control, dalam Zakarija Achmad (2010).

(43)

yang dipikirkan oleh manusia (Sihombing, 2004). Seseorang selalu berhubungan dengan obyek tertentu baik secara fisik maupun non fisik. Dalam memberi tanggapan terhadap obyek tersebut seseorang harus memiliki sikap tertentu pula. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian konsumen. Sikap itu sendiri mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan juga mempengaruhi sikap (Swastha Dh dan Irawan, 1998). Dalam Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

Menurut Assael (2001) dalam Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi, sikap didefenisikan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002) dalam Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi, sikap merupakan afeksi atau perasaan terhadap sebuah rangsangan. Berdasarkan dua definisi diatas sikap dapat disimpulkan sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk memberi respon atau menerima rangsangan terhadap obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka.

2.2.4.1. Indikator-indikator Daya Tarik/ Sikap Pr ibadi (Personal Attitude/ Personal Attraction)

(44)

yang terdapat dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dari Ajzen dan Fishbein (1985) dalam Gurbuz & Aykol (2008), dalam jurnal Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011). Unsur-unsur tersebut mencakup:

a. Autonomy/Authority

Memiliki otoritas dan otonomi. b. Economic Opportunity

Menginginkan pekerjaan yang menantang dan bernilai ekonomi tinggi.

c. Self Realization

Menyukai pekerjaan yang berdaya cipta dan kreatif. d. Perceived Confidence

Memiliki keyakinan tentang kemampuan berwirausaha.

2.2.5. Pengaruh Daya Tarik/Sikap Pribadi Ter hadap Niat Berwirausaha Faktor sikap seseorang dalam memandang kegiatan berwirausaha juga dipercayai akan membentuk niat kewirausahaan (Ajzen & Fishbein, 1985 dalam Gurbuz & Aykol, 2008), dalam jurnal Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011).

(45)

niat kewirausahaan mahasiswa dapat dilakukan dengan meningkatkan keyakinan diri mereka melalui penguasaan ketrampilan berwirausaha dan juga memberikan kebebasan penuh pada mahasiswa untuk menentukan pilihan karir mereka sendiri di masa depan sesuai keinginan mereka.

Ajzen (2001) dalam Endi Sarwoko (2011) menyebutkan bahwa sikap berperilaku (attitude), merupakan dasar bagi pembentukan intensi. Di dalam sikap terhadap perilaku terdapat dua aspek pokok, yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan indivisu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya.

Sikap individu yang mampu mentoleransi risiko (Zhao et al., 2005; Seagel et al, 2005) dan berani menghadapi rintangan dalam dunia usaha (Wijaya, 2007) memiliki intensi untuk berwirausaha, dalam jurnal Wijaya (2008).

(46)

menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2005) dalam (repositery.usu.ac.id/bitstream/123456789/16214/4/chapter % 20 II pdf).

Intensi secara akurat dapat memprediksi kesesuaian perilaku. Intensi juga merupakan anteseden pada perilaku yang tampak. Ajzen juga mengatakan bahwa korelasi antara intensi dengan perilaku lebih kuat dibandingkan dengan faktor-faktor anteseden lainnya. Berdasarkan pendapat ini, validitas prediksi intensi terhadap perilaku secara signifikan lebih baik daripada sikap (Ajzen, 2005) dalam (repositery.usu.ac.id/bitstream/123456789/16214/4/chapter % 20 II pdf).

(47)

yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku, dalam Zakariza Achmat (2010).

Perilaku akan bergantung pada interaksi antara sikap, keyakinan, dan niat berperilaku. Niat berperilaku seseorang juga akan dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang dirasakan. Kontrol keperilakuan yang dirasakan merupakan kondisi di mana orang percaya bahwa suatu tindakan itu mudah atau sulit dilakukan, mencakup juga pengalaman masa lalu di samping rintangan-rintangan yang ada yang dipertimbangkan oleh orang tersebut (Dharmmesta, 1998) dalam jurnal Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

Ajzen (1991) mengemukakan kontrol perilaku dan niat berhubungan erat dengan dilakukan atau tidak dilakukannya sebuah perilaku. Persepsi kontrol mempengaruhi niat terhadap perilaku, sehingga persepsi kontrol mempunyai dua fungsi, (a) sebagai motivator yang secara tidak langsung mempengaruhi perilaku melalui niat, (b) merefleksikan kontrol perilaku nyata dan berhubungan langsung dengan perilaku tanpa melalui niat. Dalam K Ima I, M.Pd, M.Kes (ind).

2.2.7. Pengaruh Nor ma Sosial Ter hadap Niat Berwirausaha

(48)

berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. Semakin tinggi motivasi individu mematuhi pandangan ataupun peranan orang lain dalam berwirausaha maka semakin tinggi intensi untuk berwirausaha (Ramayah & Harun, 2005; Shook & Britanu, 2008), dalam jurnal Wijaya (2008).

Norma subyektif sebagai variabel yang mendukung intensi berwirausaha mahasiswa disebabkan mahasiswa pada umumnya masih tergantung pada orang tua atau saudara dekat yang dianggap memberikan kontribusi terhadap masa depannya, dalam jurnal Endi Sarwoko (2011).

Norma subyektif diartikan sebagai faktor sosial yang menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan wirausaha (Dharmmesta, 1998). Dalam penelitian norma subyektif adalah kelompok referensi berupa orang tua, teman dekan dan dosen, yang mampu mendorong mahasiswa berperilaku yaitu niat untuk berwirausaha, dalam jurnal Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi.

2.2.8. Pengaruh Nor ma Sosial Ter hadap Daya Tarik/Sikap Pribadi

(49)

pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan perilaku tertentu, dalam Wijaya (2008).

Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan norma-normatif (norma-normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud. Pernyataan ini dikutip dalam Zakarija Achmad (2010).

2.2.9. Pengaruh Nor ma Sosial Ter hadap Per sepsi Kendali Perilaku

Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang

dikenal/teman-teman, dalam

(50)

Oleh karena itu mengapa disebutkan norma sosial berpengaruh terhadap persepsi kendali perilaku, karena norma sosial seperti informasi dari orang lain sangat mempengaruhi kontrol perilaku yang dapat meyakinkan individu tersebut merasa mampu atau tidak dalam berperilaku.

2.3. Kerangka Konseptual Niat Berwirausaha Gambar 2.2.

Kerangka Konseptual Niat Berwirausaha

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori, maka dibuatkah hipotesis sebagai berikut:

Daya Tarik/ Sikap

Pribadi

Norma Sosial

Persepsi Kendali Perilaku

(51)

1. Diduga daya tarik/sikap pribadi secara signifikan berpengaruh terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

2. Diduga persepsi kendali perilaku secara signifikan berpengaruh terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

3. Diduga norma sosial/norma subjektif secara signifikan berpengaruh terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Surabaya.

4. Diduga norma sosial/norma subjektif secara signifikan berpengaruh terhadap daya tarik/sikap pribadi pada mahasiswa di Surabaya.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Daya Tarik/ Sikap Pr ibadi (X1)

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

Unsur-unsurnya mencakup (Lieli Suharti dan Hani Sirine): a. Autonomy/Authority

Mahasiswa di Surabaya memiliki otoritas dan otonomi. b. Economic Opportunity

Mahasiswa di Surabaya menginginkan pekerjaan yang menantang dan bernilai ekonomi tinggi.

c. Self Realization

Mahasiswa di Surabaya menyukai pekerjaan yang berdaya cipta dan kreatif.

d. Perceived Confidence

(53)

2. Persepsi Kendali Perilaku (X2)

Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu. Persepsi kontrol perilaku dapat berubah tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan.

Dalam Zakarija Achmad dijelaskan bahwa, persepsi kendali perilaku (Perceived Behavioral Control) ditentukan oleh dua faktor yaitu:

1. Control beliefs (adanya kepercayaan mahasiswa di Surabaya mengenai kemampuan dalam mengendalikan).

2. Perceived power (adanya persepsi mahasiswa di Surabaya mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku).

3. Nor ma Sosial/Nor ma Subjektif (X3)

Norma subjektif adalah persepsi individu terhadap tekanan lingkungan mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu. Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga faktor pengaruh lingkungan disebut juga norma subjektif.

(54)

a. Keyakinan dukungan orang yang dianggap penting

Keyakinan dukungan orang yang dianggap penting misalnya kekasih dapat memberikan motivasi atau meningkatkan semangat terhadap seseorang khususnya mahasiswa di Surabaya untuk berwirausaha. b. Keyakinan dukungan teman dalam usaha

Keyakinan dukungan sahabat dalam memotivasi sangat dianggap penting dalam menjalankan atau memulai suatu usaha khususnya pada mahasiswa di Surabaya.

4. Niat Ber wirausaha (Y)

Niat adalah maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu.

Dalam jurnal Wijaya (2007), ada faktor-faktor yang mempengaruhi niat berwirausaha, yaitu:

a. Lingkungan keluarga

(55)

Penelitian Jacobowitz dan Vidler (Hirrich dan Peters, 1998) menemukan bahwa 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai ayah atau orang tua yang relatif dekat yang juga wirausahawan.

b. Pendidikan

Pentingnya pendidikan dikemukakan oleh Holt (Rahmawati, 2000) yang mengatakan bahwa paket pendidikan kewirausahaan akan membentuk siswa untuk mengejar karir kewirausahaan. Pendidikan formal memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tentang yang dihadapinya para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil khususnya bagi mahasiswa di Surabaya.

Sementara itu menurut Hisrich dan Peters (1998) pendidikan penting bagi wirausaha, tidak hanya gelar yang didapatkannya saja, namun pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan sebagainya. Dari penelitian Hisrich dan Brusch (Hisrich dan Reteter, 1989) ditemukan bahwa 70% wirausahawati adalah lulusan perguruan tinggi. Secara lebih spesifik penelitian inimenemukan bahwa pendidikan yang dibutuhkan untuk berwiraswasta termasuk dalam area finansial, strategi perencanaan, marketing (termasuk pemasaran dan manajemen).

(56)

Beberapa penelitian menemukan bahwa wirausahawan memiliki sikap yang berbeda terhadap proses manajemen dan bisnis secara umum (Hisrich dan Peters, 1998). Nilai personal dibentuk oleh motivasi, dan optimisme individu. Penelitian Indarti dan Kristiansen (2003) menemukan bahwa tingkat intensi wirausaha siswa dipengaruhi tinggi rendahnya kapasitas motivasi, pengendalian diri dan optimisme siswa. Dengan demikian nilai personal juga menentukan tingkat intensi wirausaha seseorang khususnya mahasiswa di Surabaya.

c. Usia

Roe (1964) mengatakan bahwa minat terhadap pekerjaan mengalami perubahan sejalan dengan usia tetapi menjadi relatif stabil pada post abdolence. Penelitian Strong dalam Hartini (2002) terhadap sejumlah pria berusia 15-25 tahun tentang minat terhadap pekerjaan menunjukkan bahwa minat berubah secara sedang dan cepat pada usia 15-25 tahun dan sesudahnya sangat sedikit perubahannya. Hal ini juga dialami khususnya pada mahasiswa di Surabaya.

d. Jenis Kelamin

(57)

cenderung sambil lalu dalam memilih pekerjaan dibanding dengan pria. Wanita menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting. Karena wanita masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar menjadi istri dan ibu rumah tangga.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, yaitu merupakan ukuran yang semata-mata menunjukkan urutan (ranking) obyek penelitian berdasarkan atribut, tetapi juga memberikan informasi tentang jarak perbedaan antara tingkatan obyek yang satu dengan obyek yang lain. sedangkan teknik pembobotan skala menggunakan skala Likert, analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi.

Analisis ini dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang di teliti dengan bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi.

1 Sangat Tidak

(58)

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan member skor yang berada dalam rentang 1 sampai dengan 5 masing-masing skala, di mana nilai 1 merupakan nilai terendah dan nilai 5 merupakan nilai tertinggi. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan skala interval likert karena teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah parametrik.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peniliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya, Sugiono (2006:90).

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di Unair, Unesa dan ITS.

3.2.2. Sampel

(59)

dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.

Untuk mengambil sampel atau responden di lakukan dengan menggunakan teknik Sample Purposive Sampling, yakni teknik pengambilan sampel karena ada pertimbangan tertentu, jadi sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang hanya menempuh kewirausahaan. Pedoman ukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48): a. 100-200 sampel untuk teknik maksimum Likelihood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang di estimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang di estimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang di gunakan dalam seluruh variabel laten. jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih tekhnik estimasi ADF (asymptotically Distribution Free Estimation) dan sampel penelitian diambil sebesar 150 mahasiswa.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

(60)

Data yang diperoleh langsung dari jawaban responden. Data ini meliputi kuesioner tentang daya tarik, persepsi kendali perilaku, norma sosial, dan niat berwirausaha.

b. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari pihak kedua maupun lembaga lain yang dapat berupa jurnal, dokumen , literature ilmiah, maupun arsip-arsip yang memiliki kaitan dengan objek penelitian.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari mahasiswa Unair, Unesa dan iTS di Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang di perlukan dalam penelitian ini dengan cara sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Merupakan suatu teknik yang di pakai untuk memperoleh gambaran secara langsung yaitu melalui pengamatan secara langsung tentang gejala-gejala yang ada.

b. Metode wawancara

(61)

c. Metode Kuesioner

Merupakan pengumpulan data yang di perlukan dengan pengamatan yaitu dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada pihak yang berkepentingan secara langsung berhubungan dengan masalah yang di teliti.

3.4. Model dan Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, model dan teknik analisa data yang digunakan adalah menggunakan metode pengembangan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis varian dengan Partial Least Square (PLS). PLS digunakan karena tujuannya adalah prediksi. PLS merupakan metode analisis yang powerful karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Data tidak harus terdistribusi normal multivariate, sampel tidak harus besar dan residual distribution. PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Oleh karena lebih menitikberatkan pada data dan dengan prosedur estimasi yang terbatas, maka mispesifikasi model tidak begitu berpengaruh terhadap estimasi parameter.

(62)

penelitian kecil, adanya data yang hilang dan multikolinieritas (Jogiyanto, 2011).

Kelebihan PLS adalah kemampuannya dalam memetakan seluruh jalur ke banyak variabel dependen dalam satu model penelitian yang sama dan menganalisis semua jalur dalam model struktural secara simultan. Kelebihan lainnya adalah hanya memerlukan sedikit sampel dibandingkan dengan SEM.

Pada dasarnya PLS adalah alternatiflain dalam analisis Structural Equation Model (SEM). SEM adalah covarience based, sedangkan PLS adalah component based. Jika pada analisis SEM mengasumsikan seluruh indikator adalah reflektif, maka pada analisis PLS indikator bisa reflektif dan formatif. Penggunaan indikator formatif dalam SEM bisa mengakibatkan permasalahan serius terkait validitas hasil dan konklusinya.

(63)

3.4.1. Kerangka Penelitian

Gambar 3.1

Kerangka Penelitian

Notasi pada penelitian ini sebagai berikut: X1 = variabel daya tarik

X1.1 = indikator pertama pada variabel daya tarik X1.2 = indikator kedua pada variabel daya tarik X1.3 = indikator ketiga pada variabel daya tarik X1.4 = indikator keempat pada variabel daya tarik X2 = variabel persepsi kendali perilaku

X2.1 = indikator pertama pada persepsi kendali perilaku X2.2 = indikator kedua pada persepsi kendali perilaku

(64)

X3 = variabel norma sosial

X3.1 = faktor pertama yang mempengaruhi norma sosial X3.2 = faktor kedua yang mempengaruhi norma sosial Y = variabel niat berwirausaha

Y1 = faktor pertama yang mempengaruhi niat berwirausaha Y2 = faktor kedua yang mempengaruhi niat berwirausaha Y3 = faktor ketiga yang mempengaruhi niat berwirausaha Y4 = faktor keempat yang mempengaruhi niat berwirausaha Y5 = faktor kelima yang mempengaruhi niat berwirausaha

3.4.2. Kriter ia Membedakan Antar a Model Indikator Reflektif dan Formatif

Tabel 3.1.

Kriteria Untuk Menentukan Apakah Kontruk Formative atau Reflektif Kriteria Model Formative Model Reflektif

1. Arah hubungan

arah kausalitas dari indikator ke konstruk

Arah kausalitas dari kontruk ke indikator

Indikator manifestasi dari konstruk

(65)

mengakibatkan Indikator tidak harus memiliki content yang sama atau mirip Indikator tidak perlu share common theme Indikator harus share common theme

Menghilangkan satu indikator tidak akan merubah makna

Indikator tidak perlu memeiliki anteseden dan konsekuen yang sama.

Nomological net indikator tidak harus berbeda (sama)

Indikator harus memiliki anteseden dan konsekuen yang sama.

(66)

Gambar 3.2.

Contoh Prinsipal Factor (Reflective) Model

Sumber: Buku SEM Metode Alternatif Dengan PLS Edisi 3 Gambar 3.3

Composite Latent Variable (Reflective) Model

(67)

3.4.3. Metode PLS

Partial Least Square merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sample kecil. PLS dapat juga digunakan untuk konfirmasi teori. Dibandingkan dengan covarience based SEM (yang diwakili oleh software LISREL, EQS atau AMOS) component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi oleh covariance based SEM (CBSEM) yaitu inadmissible solution dan (Fornell dan Bookstein, 1982).

Secara filosofis perbedaan antara covariance based SEM dengan component based PLS adalah apakah kita akan menggunakan model persamaan struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi (Anderson dan Gerbing, 1988). Pada situasi dimana kita mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan covariance based (Maximum Likelihood atau Generakized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan prediksi.

(68)

menghindarkan masalah indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor, (Wold, 1982). PLS memberikan model umum yang meliputi teknik korelasi kanonikal, redundancy analysis, regresi berganda, multivariate analysis of variance (MANOVA) dan principle component analysis.

Oleh karena itu PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary least square maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentuuntuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar yaitu (1) sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator (kausal) formatif (catatan skala untuk konstruk yang didesain dengan reflektif indikator dapat dibatalkan), atau (2) sepuluh kali dari jumlah terbesar structural path yang diarahkan pada konstruk tertentu dalam model struktural.

(69)

3.4.4. Pendugaan Parameter

Pendugaan parameter di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah dicapai kondisi konvergen. Pendugaan parameter dalam PLS meliputi tiga hal, yaitu:

a. Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten. b. Path estimate yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi

loading antara variabel laten dengan indikatornya.

c. Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator dan variabel laten.

3.4.5. Evaluasi Goodness of Fit a. Outer Model

- Covergent Validity

Nilai loading 0.5 – 0.6 dianggap sudah cukup untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar antara 3 sampai 7.

- Discriminant Validity

Direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0.50

∑ λı²

AVE=

(70)

- Composite Reliability

Nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas komposit (ρc) adalah > 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut.

(∑λ )² (ρc) =

(∑λ )² + ∑ var (ε )

b. Inner model

- Goodness of Fit untuk inner model diukur menggunakan Q-square predictive relevance. Ini untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Q² = 1 – (1 - Rı²) (1 - R₂ ²) ... (1 - Rp²)

Dimana Rı², R₂ ² ... Rp² adalah R aquare variabel endogen dalam model. Dengan interpretasi Q2 sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur.

3.5. Uji Kualitas Data

Uji kualitas data yaitu untuk menguji instrumen yang dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan.

(71)

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan konsistensi instrumen dalam mengukur konsep. Selain itu pengujian reliabilitas dilakukan untuk membantu menetapkan kesesuaian pengukuran. Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketetapan suatu lat ukur dalam melakukan pengukuran. Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik Cronbach alpha. Teknik ini merupakan pengujian reliabilitas inter item, yaitu menggunakan item-item pertanyaan yang berskala multipoint (Sekaran, 1992). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.6 (Nunnaly, 1978).

Namun Salisbury et al (2002) menyatakan bahwa composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk. Rule of thumb nilai alpha atau composite reliability harus lebih besar dari 0,7 meskipun nilai 0.6 masih dapat diterima.

3.5.2. Uji Validitas Data

(72)

dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka item-item pertanyaan yang terdapat pada masing-masing variabel tersebut dinyatakan valid.

Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi (Jogiyanto, 2011). Uji validitas konvergen dalam PLS dinilai berdasarkan loading factor indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Semakin tinggi nilai loading factor, maka semakin penting peranan loading dalam menginterpretasikan matrik faktor. Rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen adalah outer loading > 0.7, communality > 0.5 dan average variance extracted (AVE) > 0,5.

3.6. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis (β, γ dan λ) dilakukan dengan metode resampling Bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t. Penerapan metode resampling memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas (distribution free) tidak memerlukan asumsi distribusi normla, serta tidak memerlukan sampel yang besar.

(73)

tingkat keyakinan 95 persen (alpha 5 persen) maka nilai t-tabel untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) adalah > 1,96 dan untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) adalah > 1,64.

3.6.1. Hipotesis Statistik Untuk Outer Model H0 : λi = 0 lawan

H1 : λi ≠ 0

3.6.2. Hipotesis Statistik Untuk Inner Model (Var iabel Laten Eksogen Ter hadap Endogen)

H0 : γi = 0 lawan H1 : γi ≠ 0

3.6.3. Hipotesis Statistik Untuk Inner Model (Var iabel Laten Endogen Ter hadap Eksogen)

H0 : βi = 0 lawan H1 : βi ≠ 0

Dengan ketentuan:

- Statistik uji : t-test; p-value < 0.05 (alpha 5%); signifikan. - Outer model signifikan : indikator bersifat valid.

- Inner model signifikan: terdapat pengaruh signifikan.

(74)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada dasarnya data penelitian terdiri dari data pokok yang mempunyai hubungan langsung dengan variabel penelitian. Pada hasil analisa data penelitian yang di dapat oleh peneliti yaitu hasil penelitian yang berhubungan langsung dengan variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, adalah sebagai berikut :

1. Daya Tarik/Sikap Pribadi (X1) adalah, cerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu dalam berniat untuk berwirausaha. Yang terdiri dari Autonomy/Authority yaitu mahasiswa di Surabaya memiliki otoritas dan otonomi, Economic Opportunity mahasiswa di Surabaya menginginkan pekerjaan yang menantang dan bernilai ekonomi tinggi, Self realization yaitu mahasiswa di Surabaya menyukai pekerjaan yang berdaya cipta dan kreatif, Perceived Confidence yaitu mahasiswa di Surabaya memiliki keyakinan tentang kemampuan berwirausaha.

(75)

adanya persepsi mahasiswa di Surabaya mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku.

3. Norma Sosial/Norma Subjektif (X3) adalah persepsi individu terhadap tekanan lingkungan mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya niat berwirausaha mahasiswa di Surabaya. Yang terdiri dari keyakinan peran keluarga, keyakinan dukungan orang yang dianggap penting, keyakinan dukungan teman dalam usaha.

4. Niat Berwirausaha (Y) adalah, maksut atau keinginan kuat di dalam hati mahasiswa di Surabaya untuk memulai usaha. Yang terdiri dari lingkungan keluarga, pendidikan, nilai personal, usia, dan jenis kelamin.

Pada hasil penelitian ini, akan dijelaskan terlebih dahulu sejarah singkat Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR), sejarah singkat Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan sejarah singkat Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) serta karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan universitas dari mahasiswa UNAIR, UNESA dan ITS.

4.1.1. Sejar ah Singkat Universitas Air langga (UNAIR)

(76)

mendidik pemuda-pemuda Jawa yang berbakat menjadi ahli-ahli praktek kesehatan. Pada tanggal 2 Januari 1849, melalui Keputusan Pemerintah No. 22, didirikan NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) sebagai tempat pendidikan dokter di Surabaya. Sejak tahun 1913, pendidikan dokter di Surabaya berlangsung di Jl. Kedungdoro 38 Surabaya. Pada tahun 1923 gedung NIAS dipindah dari Jl. Kedungdoro ke tempat berdirinya Fakultas Kedokteran Unair di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo Surabaya.

Kemudian Dr. Lonkhuizen, Kepala Dinas Kesehatan pada masa itu, mengajukan usulan untuk mendirikan Sekolah Kedokteran Gigi di Surabaya yang dirintis sejak bulan Juli 1928 hingga 1945. Ia mendapat persetujuan dari Dr. R.J.F. Van Zaben, Direktur NIAS. Berikutnya, sekolah tersebut lebih dikenal dengan nama STOVIT (School Tot Opleiding Van Indische Tandarsten). Kala itu, STOVIT berhasil mengumpulkan 21 orang siswa. Dalam perjalanannya, STOVIT berganti nama menjadi Ika Daigaku Shika dengan Dr. Takeda sebagai Direktur pertamanya, menjabat antara tahun 1942-1945.

(77)

Dentistry) selama 4 tahun masa studi, di bawah pimpinan Prof. M. Knap dan Prof. M.Soetojo. Pada tahun 1948 Universitas Airlangga merupakan cabang dari Universitas Indonesia yang memiliki 2 fakultas, yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi.

Universitas Airlangga secara resmi berdiri pada tahun 1954 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57/1954 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 November 1954, bertepatan dengan perayaan hari pahlawan yang kesembilan. Pada tahun yang sama pula berdiri Fakultas Hukum yang dulunya merupakan cabang dari Fakultas Hukum, Ekonomi dan Sosial Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(78)

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Pengangguran di Indonesia
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Indonesia
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Sebagai Pekerja
Tabel 1.6.  Jumlah Pekerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum pementasan, mewakili pihak UNAIR, Tubiyono mengucapkan banyak terima kasih kepada aparat dan masyarakat setempat, ia juga berharap bahwa filosofi yang terdapat dalam

Pada penelitian tersebut, modulasi yang diujikan hanya BPSK dan nilai power watermark hanya dicoba untuk beberapa nilai saja sehingga belum diketahui berapakah

Pada ikan gurame betina karakter morfometrik strain Bastar menyebar pada sebelah atas aksis Y, strain Paris menyebar pada sebelah bawah axis Y dan sebelah kiri axis

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara ekspresi VEGF terhadap mortalitas (p = 0.813), berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Oehring et al pada

Seperti yang praktikan sudah paparkan di dalam latar belakang bahwa untuk membuktikan tumbuhan melakukan proses respirasi maka diperlukan suatu pengamatan, pengamatan yang

Saleh dan temannya itu memiliki uang yang cukup untuk membeli ikan dalam jumlah besar.. Mereka ingin menjadi agen ikan

Pada organisasi pengelolaan situs web pemerintah daerah, secara internal implementasi-nya dapat dalam bentuk intranet, sedang secara eksternal implementasinya dilakukan

Maka hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan nilai korelasi analisis regresi untuk hubungan daya pengisian alternator terhadap jumlah lampu, hubungan