• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Optimisme dan Kesan Positif tentang Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Optimisme dan Kesan Positif tentang Indonesia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Membangun Optimisme dan Kesan

Positif tentang Indonesia

UNAIR NEWS – Ada 7,4 miliar populasi manusia di dunia.

Sebanyak 3,4 miliar di antaranya adalah pengguna aktif internet. Dari angka tersebut, sebanyak 2,3 miliar adalah pengguna media sosial. Rata-rata, dalam sehari, orang menggunakan sepertiga waktunya untuk mengakses media sosial. Inilah dampak perkembangan teknologi yang membuat arus informasi berkembang pesat.

Akhyari Hananto, penggagas gerakan Good News From Indonesia (GNFI) banyak berbagi pengetahuan tentang perkembangan media dan peran pihak hubungan masyarakat (humas) di instansi pendidikan. Ia menjadi salah satu pembicara Dialog Komunikasi Publik yang diadakan oleh Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga, Rabu (30/11), di Aula Kahuripan 300. Menanggapi fenomena arus informasi dan komunikasi yang kian masif, humas menjadi garda terdepan dalam membangun citra perguruan tinggi. Humas juga dituntut untuk memformulasikan strategi dalam mengemas keunggulan universitas menjadi produk yang menarik dan disebarluaskan untuk masyarakat.

“Ada tiga kunci kemenangan humas. Pertama, mengidentifikasi keunggulan. Kedua, mengidentifikasi target market (pasar). Ketiga, bagaimana menghubungkan keduanya dalam sebuah produk kemasan yang bagus,” papar Akhyari.

Publik, seperti yang kita tahu di zaman informasi ini, memiliki banyak pilihan informasi yang beragam dan tak terbatas. Beragam cara mesti digunakan untuk menghasilkan produk yang mampu menggaet hati publik. Tampilan visual yang menarik, mudah diakses, sederhana, menampilkan pesan yang mendalam, dan dapat dinikmati kaum muda.

(2)

Gagasan membangun GNFI bermula dari kegelisahan Akhyari atas citra buruk Indonesia yang dibangun media-media arus utama. Menurutnya, media-media ini tak membangun optimisme dan membagikan inspirasi masyarakat untuk mengekspose potensi besar yang dimiliki Indonesia. Padahal, katanya, Indonesia memiliki beragam keunggulan yang dapat diketahui warga dunia. “Kita memiliki sejarah yang panjang, alam yang indah, budaya yang adiluhung, kesenian yang luar biasa banyak, keragaman budaya. Tapi tidak banyak orang luar yang tahu. Jangankan orang luar, orang Indonesia pun tidak tahu sendiri apa keunggulan-keunggulan dari bangsa kita,” ujarnya.

Maka itu ia berpikir untuk mengangkat potensi-potensi yang dimiliki Indonesia agar terekspos di ruang publik. Sejak didirikan tahun 2009 hingga sekarang, banyak saluran media yang dikelola GNFI. Mulai dari laman resmi, YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, dan LINE. GNFI juga memproduksi majalah digital dan cetak. Di ranah media nasional, GNFI telah memiliki program dengan bekerjasama dengan tiga stasiun televisi di Indonesia.

“Saya berharap ketika orang membaca, orang bisa mengenali Indonesia, bangga menjadi Indonesia, mencintai Indonesia, dan dia ikut sharing tentang keindahan-keindahan Indonesia kepada yang lain. Ketika masyarakat kita bangga menjadi Indonesia, maka ia akan terpicu keinginan untuk berbuat sesuatu yang baik untuk Indonesia,” ujarnya.

Melalui GNFI, ia berharap publik semakin mengenali Indonesia, bangga menjadi bagian dari Indonesia. Sehingga, kita bisa bekerjakeras dan berinovasi bersama untuk kemajuan bangsa. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

(3)

PIH UNAIR Wadahi Dialog

Kehumasan Se-Jatim

UNAIR NEWS – Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas

Airlangga (UNAIR) mengadakan dialog komunikasi publik yang bertajuk “Inisiasi Kemitraan Kehumasan Perguruan Tinggi di Jawa Timur”, pada Kamis (30/11), di Kantor Manajemen UNAIR. Acara ini mengundang seluruh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), praktisi hubungan masyarakat (Humas) dari Perguruan Tinggi di seluruh Jawa Timur, berbagai awak media serta beberapa LSM dan instansi di Jawa Timur. Diskusi ini menghadirkan Ketua ISKI Jatim dan juga dosen komunikasi UNAIR Prof. Rachma Ida, Ph.D, dan pendiri Good News From Indonesia, Akhyari Hananto.

Suko Widodo selaku Ketua PIH UNAIR dalam sambutannya mengatakan, acara ini bertujuan sebagai wadah berbagi dan mencari solusi problematika yang sering dihadapi oleh staf Humas di kalangan perguruan tinggi.

“Diskusi ini, awalnya saya terinspirasi dari beberapa pembicaraan saya dengan rekan sesama Humas sewaktu cangkrukan, membicarakan mengenai beberapa masalah yang ada serta teknologi komunikasi yang semakin tinggi,” ujarnya.

Di awal acara dilakukan dengar pendapat dari berbagai praktisi Humas PTN/PTS yang sering dihadapi. Beberapa keluhan yang ada seputar publikasi acara universitas di media. “Bagi saya, tugas Humas sangat berat, salah satunya harus publikasi suatu acara yang menarik. Sehingga media mau melihat dan meliput acara kita,” ujar Irma staf Humas Universitas 17 Agustus Surabaya.

(4)

kehumasan, acara dilanjutkan dengan pemaparan kedua pembicara dan dialog diskusi. Dalam pemaparannya, Prof. Rachma Ida menjelaskan mengenai peran dari seorang Humas sebagai penyedia informasi kepada publik. Selain itu, ia juga menjelaskan terkait pentingnya menjalin suatu relasi dengan media, agar sebuah instansi bisa lebih dikenal masyarakat dan informasi bisa sampai ke ranah publik.

“Bapak dan ibu memahami konsep komunikasi. Inti dari relasi

kan sebenarnya dari komunikasi. Keahlian komunikasi itu ada

pada kita. Membangun sebuah relasi dengan media tak sekedar di acara –acara besar, lebih dari itu, relasi dengan media bisa dilakukan di keseharian, misalnya dengan ngobrol ataupun

nongkrong membahas yang ada sekarang,” ujar Prof. Rachma Ida.

Pemaparan materi kedua dilanjutkan dengan Akhyari Hananto, yang menjelaskan mengenai bagaimana seorang Humas bisa memberikan sesuatu yang menarik untuk ditampilkan kepada masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan minat masyarakat sekarang.

“Kita harus paham apa yang sedang digemari masyarakat, kita membutuhkan sesuatu yang baru untuk bisa menarik perhatian masyarakat,” jelasnya.

Ia juga menerangkan terkait pentingnya peran sosial media untuk sebuah branding di masyarakat. Humas di perguruan tinggi maupun instansi bisa mengembangkan inovasi audio visual yang bisa dipublikasikan melalui sosial media sebagai bentuk penyampaian pesan pada masyarakat.

Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

(5)

Bahas Obat, Komisi IX DPR RI

Kunjungi Fakultas Farmasi

UNAIR

UNAIR NEWS – Peran perguruan tinggi dalam menyelesaikan

berbagai persoalan bangsa memang tidak diragukan. Berbagai kebijakan yang diputuskan oleh parlemen selaku pemangku kebijakan, tidak sedikit yang lahir dari gagasan SDM di perguruan tinggi. Untuk mendapat masukan dari perguruan tinggi, Komisi IX DPR RI berkunjung ke Fakultas Farmasi Universitas Airlangga untuk mendiskusikan tentang Pengawasan Program Penelitian Bahan Obat Baku, Rabu (30/11).

Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, Ph.D, menyampaikan, selaku kalangan akademisi dan pelaku upaya-upaya dari pengadaan bahan baku dan produk obat, UNAIR memang terus fokus mengembangkan ilmu kesehatan. Baginya, sangat tepat jika kunjungan tersebut dilakukan di UNAIR.

“Kami memang unggul dalam pusat kesehatan. Semua tujuannya untuk kemakmuran bangsa,” ujarnya.

Ketua rombongan Komisi IX, Hj. Ermalena dalam sambutannya berharap bahwa dalam diskusi tersebut nantinya bisa menghasilkan berbagai kajian yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan kebijakan. Selain itu, pihaknya juga mengakui bahwa sudah banyak tahu tentang kemajuan keilmuan farmasi di UNAIR. “Kami sering mendengar banyak bahan baku obat yang dihasilkan dari penelitian UNAIR. Ini akan jadi masukan bagi kami untuk didiskusikan dengan para rekan di DPR RI. Pertemuan kita ini penting sekali mengingat JKN (Jaminan Kesehatan Nasional,red) sudah berjalan dan kebutuhan akan obat terus meningkatkan. Maka dari itu perlu kami diskusikan dengan UNAIR,” jelas politikus dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

(6)

Di hadapan peserta yang terdiri dari rombongan Komisi IX, perwakilan dari Kementerian Kesehatan, BKKBN, BPOM, BPJS, dan akademisi UNAIR, Junaidi mengungkapkan bahwa dalam pengembangan produk bahan baku obat, pihaknya sudah sering menjalin kerja sama dengan pihak industri. Hal itu dilakukan untuk kemandirian dan kebermanfaatan yang lebih luas.

“Perguruan tinggi itu harus membawa hasil riset, agar membawa dampak ekonomi di masyarakat dan hidup bersama masyarakat. Kita sekarang tengah membuka aset itu. Tentu peran PT (perguruan tinggi,red) tidak sendiri. Ada titik yang harus kita benahi bersama. Syukur semua pelaku ada di sini, yakni akademis, industri, dan pemerintahan,” paparnya.

Ermelena mengungkapkan, bahwa hubungan antara akademik dan pemerintahan masih ada sedikit hambatan. Baginya, saat perguruan tinggi siap, pemerintah masih belum. Tidak hanya pimpinan rombongan, Betti Shadiq anggota rombongan dari Fraksi Partai Golkar menjelaskan bahwa permasalahan yang lain juga ada pada sistem impor obat yang masih berjalan.

Selain itu, pernyataan lain muncul dari perwakilan anggota rombongan yang menjabarkan mengenai produk halal, kesulitan mengembangkan dan produksi, serta kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah, menjadi topik hangat saat pendalaman materi diskusi.

“Untuk persoalan kebijakan regulasi, kami sedang mengusahakan. Semoga bisa masuk Prolegnas (program legislasi nasional,

red),” jelas Siti Masrifah dari Fraksi PKB.

Menanggapi berbagai pernyataan dari anggota Komisi IX, mewakili pihak UNAIR Prof. Syahrani menyampaikan bahwa fakta 95% Indonesia masih impor bahan baku obat. Baginya, itu ada permainan pelaku bisnis.

“Untuk masalah ini peran negara bagaimana bisa menghentikan hal tersebut. Kita harus mengubahkan pandangan bangsa ini,” tegasnya.

(7)

Menambahkan pernyataan Prof. Syahrani, Prof. Mangestuti juga menyatakan bahwa penemuan khasiat jamu ditemukan dari data empiris atau coba-coba, sebab itulah dibutuhkan landasan ilmiah yang kuat.

Di akhir diskusi Dekan FF UNAIR, Dr. Umi Athiyah menyampaikan harapan kepada pemerintah agar mendukung penambahan ketersediaan laboratorium. “Perihal fasilitas dan ketersediaan laboratorium. Mohon perhatian pemerintah,” pungkasnya.(*)

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila

Peluang

Kerja

WNI

di

Organisasi

Internasional

Masih Terbuka Lebar

UNAIR NEWS – Keanggotaan Indonesia pada lebih dari 200

organisasi internasional (OI) menjadi peluang terhadap upaya Diplomasi Multilateral Indonesia. Salah satunya adalah kesempatan kerja bagi warga negara Indonesia (WNI) untuk bergabung dengan OI, baik di dalam maupun di luar negeri. Pernyataan itu disampaikan Kepala Bagian Kontribusi dan Pencalonan, Direktorat Jenderal Multilateral (Ditjen), Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Sam E. Marentek dalam seminar dan pameran bertajuk “Peluang Bekerja bagi Warga Negara Indonesia pada Organisasi Internasional” di Hotel Swiss-Bellinn, Surabaya, Selasa, (29/11).

Seminar ini diselenggarakan berkat kerja sama antara Kemlu RI dengan Universitas Airlangga dan Universitas Pembangunan

(8)

Nasional. Selain dihadiri narasumber asal Kemlu RI, seminar ini juga dihadiri oleh Joyce Sinaga, pejabat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) United Nations Development Programme (UNDP), dan Juvelia Neviandini, pejabat PSDM Sekretariat Association of South East Asia Nation (ASEAN). Sementara itu, dalam pameran yang berlangsung bersamaan dengan seminar, hadir pula Oemi Praptanto, pejabat keuangan Organisasi Pangan Dunia (FAO).

Dalam seminar, Marentek menjelaskan bahwa Indonesia turut bergabung sebagai anggota ratusan OI di berbagai bidang. Di bidang kerja sama internasional dan regional, Indonesia bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dan ASEAN. Di bidang politik dan keamanan, Indonesia bergabung dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan International Criminal Police Organization (Interpol).

Di bidang ekonomi dan pembangunan, Indonesia bergabung organisasi seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Organisasi Buruh Internasional (ILO). Sedangkan, di bidang sosial budaya, Indonesia bergabung dengan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), dan Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF).

Harapannya, dengan melimpahnya OI yang diikuti Indonesia, WNI dapat memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin untuk mengisi lowongan jabatan profesional pada sekretarian OI. Sayangnya, WNI masih belum banyak memanfaatkan lowongan tersebut.

“Itu terlihat dari sedikitnya pegawai profesional Indonesia yang bergabung dengan Sekretariat PBB di New York dan Sekretariat IAEA di Wina, Austria. Di Sekretariat WTO di Jenewa, Swiss, juga belum ada tenaga profesional dari Indonesia. Bahkan kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga, jumlah WNI yang bekerja pada Sekretariat PBB masih tergolong minim. Jadi, sebenarnya, peluang bagi WNI untuk bekerja di OI masih sangat terbuka,” tutur Marentek.

(9)

Joyce, narasumber dari UNDP, menjelaskan bahwa proses rekrutmen di PBB mengutamakan prinsip kejujuran, objektivitas, transparansi, dan akuntabilitas. Bagi siapapun yang ingin bekerja di PBB, bisa menemukan lowongan pekerjaan di laman resmi https://careers.un.org.

Selain itu, saat ini PBB sedang menggalakkan program rekrutmen pegawai professional PBB (United Nations Young Professionals Program/UN YPP) yang tidak mensyaratkan pengalaman kerja guna menjaring lebih banyak warga negara yang masih belum terwakili (underrepresented) dalam kepegawaian di Sekretariat PBB.

Dalam sesi berikutnya, Juvelia menyampaikan prosedur melamar pekerjaan pada Sekretariat ASEAN. Mengingat lokasi Sekretariat ASEAN yang terletak di Jakarta, besar kesempatan bagi WNI untuk bekerja pada Sekretariat ASEAN, baik sebagai locally

recruited staff (LRS) ataupun openly recruited staff (ORS).

Sebelum menutup seminar, Marentek menjelaskan bahwa latar keilmuan yang dibutuhkan untuk mendukung organisasi tak melulu dari jurusan ilmu sosial dan ilmu politik, tetapi hampir semua bidang bergantung kebutuhan suatu OI.

“Untuk yang berasal dari bidang eksak pun jangan khawatir. Karena kesempatan bekerja bersama OI tidak hanya dimiliki bidang-bidang sosial seperti Politik, Hubungan Internasional, Hukum, dan sebagainya. Bidang apa pun memiliki peluang bekerja bersama OI,” ujar Marentek sebelum menutup seminar. (*)

Penulis: Lovita Martafabella Editor: Defrina Sukma S

(10)

Sastra

Indonesia

UNAIR,

Pelopori Desa Wisata di

Kabupaten Blitar

UNAIR NEWS – Bermula dari Praktik Kuliah Lapangan (PKL)

mahasiswa pada mata kuliah folklor (tradisi lisan, red) di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Departemen Sastra Indonesia Universitas Airlangga berupaya menggalakkan potensi kesenian dan beragam hasil alam serta kreativitas warga desa setempat. Upaya itu dalam bentuk keinginan untuk mengembangkan Desa Kemloko menjadi sebuah desa wisata.

Hal pertama yang kini konsisten dilakukan oleh Departemen Sastra Indonesia UNAIR, yakni dengan mengikutsertakan mahasiswa untuk kuliah lapangan di desa yang tak jauh dari Candi Penataran Blitar.

Dosen mata kuliah Folklor, Dr. Trisna Kumala Satya Dewi, M.S., mengungkapkan bahwa kajian folklor mulanya memang kurang begitu diminati mahasiswa, mengingat pemahaman yang masih kurang. Namun, di tahun ke empat ini, mahasiswa semakin memahami keilmuan yang tidak hanya memberikan wawasan mengenai seni budaya tapi juga potensi ekonomi.

“Alhamdulillah, sekarang pesertanya cukup banyak. Beberapa tahun yang lalu pesertanya sedikit karena kurang pemahaman dari mahasiswa tentang isi mata kuliah ini,” jelasnya.

Langkah untuk mewujudkan desa wisata di wilayah yang berada di kaki Gunung Kelud tersebut kini semakin menunjukkan hasilnya. Fendi Susilo, salah satu warga setempat yang juga pelopor pengembangan desa wisata mengungkapkan, desa yang kini tengah dikembangkan itu memiliki beragam potensi seperti melestarikan budaya mataraman yang syarat akan nilai dan filosofi. Selain itu, potensi alam seperti ikan koi nusantara dan gula jawa bisa menjadi daya tarik tersendiri.

(11)

“Syukur berkat kerja sama dengan UNAIR, desa kami mulai dilirik. Salah satunya, kami dapat bantuan biji kakau dari Uni Eropa. Bulan depan rencana pemerintah setempat juga akan meresmikan tugu batas desa wisata yang UNAIR bangun,” jelasnya.

Melengkapi pernyataan Fendi, Drs. Tubiyono, M.Si., selaku Dosen Sastra Indonesia UNAIR menjelaskan, desa wisata tersebut nantinya bisa menjadi laboratorium budaya bagi mahasiswa. Selain itu, dengan berkembangnya sektor lain seperti ikan koi, kakau, dan beragam hasil kreativitas masyarakat setempat. Tubiyono berharap, ke depan beragam keilmuan di UNAIR juga bisa ikut serta mengembangkan desa tersebut.

“Ini kan kalau sudah bisa berkembang, kita bisa gandeng keilmuan yang lain. Misalnya dengan perikanan, biologi, juga kesehatan masyarakat. Semua bisa bermula dari FIB,” sambungnya.

Ditemui di lokasi yang berbeda, Kepala Departemen Sastra Indonesia Dwi Handayani, M.Hum., menuturkan bahwa upaya pengembangan desa wisata akan disampaikan pada saat rapat dengan pimpinan. Hal itu ditujukan agar institusi turut memberikan perhatian.

“Nantinya, pengembangan desa wisata ini juga akan saya presentasikan ke Jakarta untuk mewakili UNAIR pada ajang koordinator berprestasi se-Indonesia,” tutup salah satu Kepala Departemen berprestasi UNAIR tersebut.(*)

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila

(12)

Pasar Modal Syariah Membuka

Peluang Baru

UNAIR NEWS – Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) bekerja sama

dengan IDX, KPEI, dan KSEI menyelenggarakan Workshop Pasar Modal Syariah (SPMS level 2). Kegiatan yang dihelat di Aula Fajar FEB UNAIR pada Sabtu, (26/11), tersebut mengangkat tema “Memiliki Perusahaan Bukan Sekedar Mimpi”. Kegiatan ini m e r u p a k a n r a n g k a i a n k e g i a t a n M E S d a l a m r a n g k a i a n memasyarakatkan ekonomi syariah.

Mengawali kegiatan yang dihadiri mahasiswa, dosen, pengusaha, perwakilan ICMI, dan lembaga keuangan syariah ini dibuka oleh Dr. Imron Mawardi, SP.,M.Si selaku Ketua Pengurus MES Jawa Timur. Lokakarya tersebut menghadirkan tiga pembicara, yaitu Doddy Prasetya Ardhana dari divisi pengembangan pasar modal syariah MES, Ah. Azharuddin Lathif dari DSN-MUI, dan Iman Widiyatma dari MNC Sekuritas.

Dalam pemaparannya, Doddy Prasetya mengibaratkan pasar modal sebagai supermarket. Terdapat investor sebagai pembeli, bursa efek sebagai penjual, dan emiten (badan pemerintah penerbit kertas berharga) sebagai suplier. Namun lebih ditekankan pada pasar modal syariah, yaitu pembelian produk pasar modal yang syariah.

“Terdapat 311 efek di daftar efek syariah (DES) yang telah diseleksi. Maka kriteria produk syariah ialah tidak terdapat unsur MAGODIR, Maysir berarti judi, Gharar yang artinya tidak jelas statusnya, dan Riba,” Jelas Doddy.

Sementara itu, Azharuddin Lathif memandang bahwa bisnis atau bermuamalah adalah suatu kewajiban dan hukumnya boleh. Bisnis secara syariah merupakan bagian dari islam dan dewasa ini mulai dilirik oleh khalayak umum karena bersifat universal dan adil.

(13)

“Dalam Islam tidak melarang adanya bank, asuransi, dan pasar modal. Melainkan cara operasional yang tidak sesuai harus diislamkan. Bukan membuldoser dengan cara brutal,” tutur Azharuddin yang juga aktif di DSN-MUI.

Sesi penutup diakhiri oleh Iman Widiyatma memaparkan tentang

online trading syariah, mulai dari tata cara pembuatan

rekening hingga penjelasan seluruh ketentuannya.

Kedepannya, salah satu panitia Nurul Hidayah penyelenggara berharap kegiatan ini dapat mengenalkan pasar modal syariah karena mayoritas masyarakat hanya mengenal pasar modal konvensional.(*)

Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila

Outlook 2017, UNAIR Ajak

Pakar dan Gubernur Jatim

Bahas Masa Depan Indonesia

UNAIR NEWS – Tahun 2016 sudah memasuki penghujung tahun.

Banyak persoalan di Indonesia, termasuk Jawa Timur, yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk segera diselesaikan di tahun-tahun berikutnya. Berkaca dari kaleidoskop yang terjadi pada tahun ini, para pakar dan pembuat kebijakan serta merta berusaha merapal prediksi tentang apa yang terjadi pada tahun 2017.

Prediksi itu dikemas dalam acara bertajuk “Outlook 2017: Optimalisasi Potensi dan Peningkatan Peran Daerah untuk Pencapaian Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017 dalam

(14)

Meningkatnya Ketidakpastian Global”. Acara ini akan diselenggarakan pada Kamis (1/12) di Isyana Ballroom, Hotel Bumi, Surabaya.

Acara Outlook 2017 itu dihadiri oleh lima narasumber. Masing-masing narasumber akan memberikan paparan outlook tahun 2017 sesuai kepakarannya. Prediksi akan dibahas dari sisi ekonomi, politik, dan hukum.

Kelima narasumber itu adalah Gubernur Jatim Soekarwo, Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR Prof. Drs. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D., dan Doktor Ilmu Hukum UNAIR Dr. Harjono, S.H., M.CL.

Rektor UNAIR menyatakan, paparan berbagai isu beserta perbaikan tentang situasi bangsa ke depan adalah bagian dari tugas sivitas akademika perguruan tinggi. “Ini adalah tugas kami untuk memberikan prediksi beserta berbagai kemungkinan kepada masyarakat berdasarkan kajian ilmiah. Prediksi ini juga didasarkan pada situasi setahun terakhir,” tutur Prof. Nasih. Setelah acara diskusi outlook 2017 berakhir, acara dilanjutkan dengan penghargaan kepada akademisi, kolega serta alumni, dan wartawan. Acara ini dikemas dalam tajuk “Malam Apresiasi Sahabat Airlangga” di tempat yang sama. Acara malam apresiasi adalah sekaligus penutup perayaan Dies Natalis “62 Tahun Universitas Airlangga untuk Indonesia Adil dan Beradab”.

Selain dihadiri oleh narasumber yang menarik, acara akan dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai kalangan di antaranya kepala daerah tingkat II di Jatim, pimpinan fakultas, konsulat jenderal luar negeri di Surabaya, direktur perbankan, pimpinan redaksi media massa, rektor perguruan tinggi negeri di Jatim, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jatim. Sedangkan, pada acara Malam Apresiasi acara akan dihadiri oleh Kepala SMA se-Jatim, serta akademisi berprestasi.

(15)

Penulis: Defrina Sukma S

Bersiap Menuju Denali, Atlet

WANALA

Seret

Ban

dan

‘Jatuhkan Diri’ di Bromo

UNAIR NEWS – Kelima atlet anggota Unit Kegiatan Mahasiswa

Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga (UNAIR) yang tergabung dalam tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDEx) semakin intensif mempersiapkan diri untuk pendakian ke Gunung Denali, Alaska, Mei 2017 nanti. Salah satunya, melatih kemampuan pendakian secara fisik dan mental di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS).

Melakukan pendakian ke Gunung Denali, Alaska, Amerika Serikat tentu saja memerlukan persiapan fisik dan mental yang matang. Selama 14 hari, sejak 20 November sampai 4 Desember, mereka digembleng latihan berbagai teknik pendakian di kawasan Bromo. Roby Yahya, Ketua AIDEx menyatakan, pelatihan di pegunungan Bromo ini termasuk agenda kegiatan pra operasional sebelum berangkat ke Denali. Tujuannya, untuk menyiapkan fisik dan mental sekaligus menghadapi berbagai kemungkinan yang dihadapi oleh atlet saat mendaki Denali. Sebelumnya, tim juga melakukan latihan pendakian (tryout) di Gunung Arjuno-Welirang selama 8 hari. Ini merupakan salah satu pendakian terlama yang kami lakukan.

Kawasan Bromo yang memiliki padang pasir luas dan ketebalan yang cukup, membuat atlet AIDEx memilih Bromo sebagai tempat menempa diri. Ditambah tumbuhnya vegetasi alam di kawasan itu, tim memanfaatkan keadaan tersebut untuk melatih berbagai

(16)

teknik pendakian.

Hal yang menarik dari pendakian di Denali adalah penggunaan

sled (kereta luncur), karena tidak adanya porter di Alaska.

Kondisi ini mengharuskan setiap atlet untuk membawa seluruh beban bawaannya masing-masing.

Tim sedang istirahat sejenak di kawasan Gunung Bromo (Sumber: Istimewa)

“Untuk mengatasi sled, kami melakukan simulasi mengganti sled dengan ban, yang beratnya sekitar 15-20 kilogram,” terang Roby.

Selain penggunaan sled, mereka juga melatih kemampuan simulasi jatuh (self rescue). Self rescue atau simulasi jatuh dari tempat ketinggian enam sampai sepuluh meter. Ketika atlet sudah menjatuhkan diri, mereka langsung sigap menyelamatkan diri dengan menancapkan alat di permukaan berpasir sebelum jatuh ke dasar dengan menggunakan ice axe (alat pemecah batu dan alat bantu berjalan).

(17)

Ada juga simulasi tenik berjalan di permukaan bersalju dengan menggunakan crampon. Ini semacam alat bantu berjalan berbentuk paku-paku tajam yang dipasangkan di telapak sepatu dan berguna untuk mencengkram permukaan salju, sehingga mempermudah untuk berjalan di atas permukaan salju di Denali nantinya.

“Latihan ini dilakukan untuk berlatih teknik pendakian di gunung es. Sebab, medan yang berpasir mirip dengan permukaan salju. Saya rasa Bromo tempat yang ideal untuk digunakan sebagai latihan para calon atlet tim AIDEx,” tutur Yasak atlet AIDEx.

Selain latihan teknik pendakian gunung es, kelima calon atlet AIDeX WANALA UNAIR juga melakukan latihan fisik dengan berlari

sprint, lari naik turun bukit selama 1 jam. Sprint berawal

dari base camp menuju titik B-29 di Bromo menuju puncak kawah Bromo dengan dihitung waktu.

“Lari di lautan pasir ini terasa sangat berat dibandingkan lari di kota. Mungkin karena permukaan yang berpasir tebal membuat langkah terasa lebih berat. Selain itu, debu yang dihasilkan oleh hentakan langkah kaki dan tiupan angin kencang membuat pasir debu di sekitar beterbangan, sehingga terasa sesak di tenggorokan. Jadi kami juga sedia untuk memakai masker,” terang salah satu atlet AIDeX WANALA UNAIR, Septian Rio. (*)

Penulis : Wahyu Nur Wahid Editor: Defrina Sukma S

(18)

Informasi Manajemen Melalui

“Industri 4.0”

UNAIR NEWS ̶ Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui prodi

Manajemen menyelenggarakan kuliah tamu di mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Jum’at lalu (25/11). Dr.-Ing. Hendro Wicaksono dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman memberi pemaparan tentang revolusi industri ke-4. Hadir sebagai moderator, T. Aria Auliandri, M.Sc, yang juga dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah (PJMK) SIM.

Kuliah tamu diikuti oleh seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Tema yang diambil adalah Sistem Teknologi Informasi untuk Menghadapi Revolusi Industri ke-4, konsep aplikasinya di Jerman.

Mengawali pemaparan revolusi industri ke-4, Hendro Wicaksono menjelaskan bagaimana teknologi tumbuh secara signifikan. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan sebesar 100 % maket

selling rate produk berteknologi sejak 2005 sampai 2013.

Gebrakan di bidang industri dicetuskan sejak penemuan mesin uap atau disebut industri 1.0.

Dalam tahap ini mechanical sangat berperan penting. Kemudian bergerak menuju industri 2.0, kali ini industri mulai merambah ke sektor electrification yang mengarah pada produksi massal. Selanjutnya periode komputerisasi, yakni industri 3.0. Yang lantas mengantarkan pada revolusi industri 4.0 berbasis internet. Segala aktivitas beralih ke internet, sebagaimana peran buku digantikan Wikipedia, peran DVD digantikan Youtube. “Inti dari industri 4.0, mesin dapat berkomunikasi dengan produknya. Misalnya, industri di Jerman saat terjadi kekurangan bahan baku atau suatu komponen, maka mesin tersebut dapat mengidentifikasi sendiri sehingga dapat menginstruksikan

(19)

pada pemilik bahan baku,” Jelas Hendro Wicaksono yang juga dosen sekaligus peneliti di Karlsruhe Institute of Technology. Salah satu bagian dari Industri 4.0 ialah big data. Hendro Wicaksono menjelaskan bagaimana big data analitis mendasari pengendalian objek di jalan raya tanpa pengemudi. Melalui sensor pada objek, dapat menggambarkan keadaan sekitar, seperti temperatur, suhu hingga kelembapan.

Aria Auliandri pun menambahkan bahwa dewasa ini pengguna

smartphone berbasis android, iphone, dan windows, merupakan

bagian dari big data. Segala informasi keberadaan, dapat diakses melalui smartphone karena aktivitas yang terekam dalam sistem smartphone tersebut. Misalnya, penggunaan GPS untuk menemukan lokasi.

Kendati mempermudah kegiatan sehari-hari, big data memiliki tantangan pada keamanannya, yaitu bagaimana suatu sistem mampu meyakinkan kepercayaan penggunanya. Sementara itu, sebagai upaya penanganan, dibuat deklarasi sebelum menginput data-data pribadi, sehingga pengguna tidak harus mengisi seluruh datanya.

“Di UNAIR sendiri terdapat dua hal mendasar yang harus ditingkatkan untuk mendukung big data dalam lingkup universitas. Pertama ialah integrasi konektivitas internet, internet yang terhubung membuat proses collecting data menjadi lebih mudah. Kedua, penyelarasan versi data antara berbagai pihak yang ada.” Jelas Hendro Wicaksono

Secara singkat, Aria Auliandri selaku moderator menyimpulkan tiga poin pemaparan, yaitu bagaimana industri 4.0 berkembang, transformasi teknologi, dan penggunaan aplikasi penunjang aktifitas sehari-hari. (*)

Penulis: Sri Nur Umami Editor: Rio F. Rachman

(20)

PKL Folklor, Bangun Minat

Generasi Muda Kenali Seni

Budaya

UNAIR NEWS – Praktik Kuliah Lapangan (PKL) menjadi salah satu

agenda wajib bagi mahasiswa di lingkungan Universitas Airlangga. Tak terkecuali mahasiswa Departemen Sastra Indonesia UNAIR, agenda PKL rutin dilakukan setiap tahun, terutama pada mata kuliah folklor (tradisi lisan, -red).

Kuliah lapangan yang dilaksanakan di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar tersebut sudah berjalan untuk kali ke empat. Salah satu dosen Sastra Indonesa UNAIR Drs. Tubiyono, M.Si., mengungkapkan bahwa kuliah lapangan ini menjadi salah satu media untuk mengenalkan kepada mahasiswa mengenai seni tradisi lisan dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

“Saya yakin generasi saat ini hampir tidak tahu bahwa ada sebelas tembang macapat dan filosofi yang penuh nilai di dalamnya. Makanya perlu diadakan kuliah semacam ini,” jelasnya.

PKL yang dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 November 2016 tersebut dimulai dengan penugasan kepada mahasiswa untuk menggali seputar materi tradisi lisan, salah satunya tentang macapat. Di malam harinya, mahasiswa disuguhi pertunjukan kesenian desa setempat, mulai Reog Bulqio, Jidor, Genjringan, dan pembacaan Serat Ambiyo. Sebelum pementasan, mewakili pihak UNAIR, Tubiyono mengucapkan banyak terima kasih kepada aparat dan masyarakat setempat, ia juga berharap bahwa filosofi yang terdapat dalam setiap pertunjukan seni yang ditampilkan dapat

(21)

menjadi bekal bagi mahasiswa.

“Saya harap mahasiswa dapat menikmati dan mengambil filosofi yang ada. Agar mahasiswa berwawasan luas. Jika ke depan jadi pemimpin tidak akan mudah goyah dan mengikuti hal yang tidak ada fondasinya,” jelasnya.

Di hadapan warga setempat, Tubiyono juga menegaskan bahwa seni dan budaya merupakan salah satu khazanah dari kemajukan bangsa. “Ingat seni budaya ini erat berkaitan dengan masyarakat yang majemuk,” tegasnya.

Mewakili kepala desa setempat, Nasrodin juga menjelaskan bahwa kesenian khas Desa Kemloko tersebut memang perlu dilestarikan. Ia juga mengungkapkan bahwa berkat kedatangan pihak UNAIR ke desanya, kesenian yang mulanya tidak begitu diminati generasi muda setempat, kini mulai mendapat perhatian dan banyak generasi muda yang mau menghidupkan kembali tradisi yang ada sejak zaman penjajahan tersebut.

“Reog Bulqio, Jidor, Genjringan, dan Sholawatan adalah kesenian khas yang perlu dilestarikan. Berkat kerja sama ini, akhirnya ada putra dan putri kami yang mulai belajar,” paparnya bangga.

Dari pihak mahasiswa, Nadiyatul Adabiyyah mengaku bahwa kuliah lapangan yang baru pertama kali diikuti tersebut sangat banyak manfaatnya. Baginya, selain mencari pengalaman, mahasiswa dapat mengenal lebih dalam tentang kebudayaan yang ada di Jawa, khususnya pada daerah Blitar.

“Banyak manfaatnya PKL ini, selain mengenal lebih dalam kebudayaan di Blitar ini, tradisi-tradisi lisan yang ada juga lebih dalam kami pahami,” tegasnya mengakhiri. (*)

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Anda login sistem dengan user nop, dan akan menggunakan database nop untuk bekerja, maka berikanlah perintah berikut ini untuk masuk ke server postgresql:.. $

dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi : asal-usul manusia purba di indonesia.. Sains (

Jadi yang dimaksud dengan Pengaruh penggunaan media sosial dalam pengamalan Ibadah Shalat Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Antasari Banjarmasin Tahun

1, Memantau penyuluhan gi%i umum sasaran& macam dan  !umlah diet).. Melakukan e+aluasi di bidang 1 Menge+aluasi hasil kegiatan pelayanan gi%i& makanan dan pelayanan

Misalnya tidak ditemukan kasus yang relevan dengan sistem pembakaran injeksi, maka HDOs bisa mencoba untuk mengganti sistem pembakaran tersebut dengan sistem pembakaran

Seluruh anggota tahu Sebagian besar anggota tahu Sebagian kecil anggota tahu.. 3) Pengetahuan anggota tentang rencana kerja kelompok tani: (Pilih salah satu dan beri tanda √

Berdasarkan hal yang dipaparkan diatas, maka akan dilakukan penelitian tentang pembuatan sabun dan penentuan karakteristik sabun terbaik dari limbah CPO dan

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa uji simultan menghasilkan signifikansi 0,000, nilai (0,000) lebih kecil dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa variabel