• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran orang tua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran orang tua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) Jakarta Timur"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK TERLANTAR YANG DIADOPSI DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA (PSAA B TB)

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

KHOIRIDA ANINDITA

107054102501

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juni 2011

(5)

i Khoirida Anindita

Peran Orangtua Angkat dalam Melindungi Hak Anak Terlantar yang Di adopsi Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orang tuanya atau kerabatnya, orang tua yang tidak mampu merawatnya, terlantar di sembarang tempat, dan karena sebab-sebab lain yang patut diberikan pertolongan, sehingga kebutuhan anak tidak dapat dipenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Ketika anak tersebut terlantar atau ditelantarkan oleh orangtuanya, melindungi hak anak pun lalu menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, juga negara.Dalam hal ini peranan yang bisa masyarakat lakukan demi terjaminnya perlindungan anak salah satu caranya adalah dengan mengangkat anak sebagai anak asuh, yang kemudian masyarakat tersebut dinamakan orangtua angkat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.

Penulis melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi, dimana yang menjadi informan peneliti adalah dua pasangan suami istri yang telah mengangkat anak dari panti.

(6)

ii

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaranNya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtuaku yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil, serta doa yang tidak penah habis.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Arief Subhan, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya. 5. Ibu Siti Nafsiyah, MSW ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN

(7)

iii

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungan dan bantuannya. 7. Dosen-dosen Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial yang telah

mendidik dan memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini. 8. Pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang sudah

mengizinkan saya melakukan penelitian skripsi ini (ibu Sa’diyah) dan pengasuh-pengasuh yang berada di sana (mbakDewi,mbakSusi ). 9. Keluargaku terutama kembaranku Diyah yang sama-sama berjuang

untuk lulus, Kakak-kakakku Oki dan Ira beserta suaminya, adikku Wulan serta ketiga keponakan tersayang Sayo, Saki, Ibin, terimakasih sudah menjadi penghibur setiap saat bagi penulis.

10. Kepada teman-teman Kessos 2007 yang berbagi pengalaman, teman seperjuangan skripsi saya, Chairunnisa, Wiwi juga teman-teman saya yang memberi saya dukungan moril Ayu, Uci, Neti, Said, Najib, Fiqih. 11. Teman terdekat Ferdi yang selalu memberi dukungan setiap saat

kepada penulis.

Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudah-mudahan skripsi ini membawa berkah bagi yang membaca. Amin.

Jakarta, Juni 2011

(8)

iv

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah... 3

1. Pembatasan Masalah ... 3

2. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

a. Manfaat Praktis... 4

b. Manfaat Akademis... 5

E. Metodologi Penelitian... 5

1. Metode Penelitian ... 5

2. Jenis dan Sumber data... 6

3. Teknik Pengumpulan Data ... 7

a. Observasi ... 7

b. Wawancara ... 8

c. Catatan Lapangan... 9

d. Dokumentasi ... 9

4. Tempat dan waktu penelitian ... 10

5. Subyek Penelitian ... 10

a. Pemilihan Kasus... 10

b. Teknik Analisa Data... 11

c. Teknik Keabsahan Data... 11

d. Teknik Penulisan... 11

F. Tinjauan Pustaka ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Peran ... 16

B. Orangtua... 16

1. Definisi Orang Tua... 16

(9)

v

1. Pengertian Anak... 17

2. Pengertian Anak Terlantar... 18

3. Pengertian Anak Angkat ... 19

4. Hak Anak Angkat ... 20

D. Adopsi ... 21

1. Definisi Adopsi... 21

2. Jenis-jenis Adopsi ... 22

3. Adopsi dalam Islam ... 23

4. Status Hukum Anak Angkat dalam Islam ... 23

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA A. Pengertian Panti... 25

B. Sejarah PSAA B Tunas Bangsa... 25

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi PSAA Balita Tunas Bangsa.... 26

D. Visi dan Misi ... 27

E. Tujuan PSAA B Tunas Bangsa ... 28

F. Struktur Organisasi ... 28

G. Sasaran dan Jumlah Binaan... 29

H. Persyaratan ... 29

I. Prosedur Penerimaan ... 29

J. Kegiatan PSAA B TB ... 30

K. Sasaran Penerimaan Panti ... 30

L. Pendanaan Panti ... 30

M. Sumber Daya Manusia ... 30

N. Fasilitas Panti ... 34

O. Persyaratan Pengangkatan Anak ... 35

P. Profil Anak-Anak di PSAA B TB ... 36

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA A. Profil ... 38

B. Temuan dan Analisis... 41

1. Proses Pengangkatan Anak di PSAA B TB ... 43

2. Peran Orangtua Angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi ... 50

3. Hak-hak anak angkat ... 50

BAB V PENUTUP... 63

A. Kesimpulan... 63

(10)
(11)

viii TABEL 1.1 Personalia PSAA Balita Tunas

Bangsa………32

TABEL 1.2 Personalia PSAA Balita Tunas

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.1Anak merupakan generasi penerus bangsa. Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa.

Dalam masa pertumbuhannya anak membutuhkan perawatan, perlindungan serta kasih sayang, seperti tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Bab II, pasal 2 yang berbunyi :

“Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar”.

Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan mengembangkan potensi diri dan kemampuannya, anakpun berhak mendapatkan kesejahteraannya baik dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus.

Namun tidak semua keluarga dapat memenuhi hak anak tersebut, karena berbagai kondisi, sering kali anak tidak mendapatkan hak mereka,

1

(13)

beberapa dari mereka terlantar dan ditelantarkan oleh orang tua mereka dengan alasan tertentu.

Padahal dalam Undang-Undang no.23 tahun 2002 pasal 20 tentang perlindungan anak telah menegaskan bahwa terlindungnya hak-hak anak adalah tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, juga negara. Ketika anak tersebut terlantar atau ditelantarkan oleh orangtuanya, melindungi hak anak pun lalu menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, juga negara.

Dalam pasal 72 disebutkan bahwa masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak. Dalam hal ini peranan yang bisa masyarakat lakukan demi terjaminnya perlindungan anak salah satu caranya adalah dengan mengangkat anak sebagai anak asuh, yang kemudian masyarakat tersebut dinamakan orangtua angkat. Oleh karena itu, penelitian tentang peranan orangtua angkat dalam melindungi hak anak dirasa sangat penting.

(14)

cara pindah ke panti sekolah dasar, atau mencarikan orang tua angkat bagi anak terlantar yang sudah diserahkan kepada negara.

Tujuannya agar anak terlantar dapat hidup layak dan normal, serta membantu anak agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik jasmaniah maupun rohaniah dan berada di lingkungan keluarga yang harmonis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Peran Orang Tua Angkat dalam Melindungi Hak Anak Terlantar yang Diadopsi”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran pembahasan maka penulis mencoba membatasi permasalahan pada Peran Orangtua Angkat dalam Melindungi Hak Anak Terlantar yang Diadopsi dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, dalam status asuhan sementara.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(15)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orang tua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi dari Panti Sosial Anak Asuh Tunas Balita.

D. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan Kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan dengan masalah perlindungan hak anak.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pemahaman bagi orang tua angkat yang mengadopsi anak terlantar dalam berperan serta melindungi hak anak.

(16)

2. Manfaat Akademis

a. Sebagai sarana informasi mahasiswa sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan perlindungan hak anak.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar dan bermakna di lapangan.2

Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

2

(17)

tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumen-dokumen resmi lainnya.3

Penelitian deskriptif ini penulis gunakan dalam menjelaskan dan menerangkan peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.

2. Jenis dan sumber data

Menurut Lofland dalam Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tapes. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.4

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.5

3

Burhan Bugin,Analisis Data Penelitian Kualitatif,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2,h.39

4

Dr. Lexy J. Moleong, MA. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 112

5

(18)

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif deskriptif tentang peranan orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.

Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama (orangtua angkat dan pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa).

Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.

3. Teknik pengumpulan data

Adapun untuk melaksanakan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui:

a. Observasi

Marshall (1995) dalam Sugiyono, menyatakan bahwa, observasi adalah “ throught observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”.

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.6

Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono, mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipasi, observasi secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi tak

6

(19)

berstruktur. Observasi yang penulis lakukan adalah observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa penulis sedang melakukan penelitian, jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau secara tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan yang jika dikatakan terus terang peneliti kemungkinan tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

b. Wawancara

Esterberg (2002), mendefinisikan interview/ wawancara sebagai berikut “a meeting of two person to exchange information and idea

through question and responses, resulting in communication and

joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.7

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur, adalah wawancara dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

7

(20)

yang dikemukakan informan. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi pengumpulan data yang diperlukan oleh penulis, penulis melakukan wawancara langsung kepada orangtua angkat, pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang dianggap dapat memberikan informasi kepada penulis ataupun kepada pihak lain yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang penulis dengar, lihat, dan pikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data penelitian.8 Penulis akan mencatat hasil observasi dan wawancara selama masa penelitian berjalan. Hasil catatan tersebut akan digunakan sebagai acuan serta pedoman dalam menguraikan hasil dan temuan lapangan.

d. Dokumentasi

Metode ini digunakan oleh peneliti guna mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen yang menunjang terhadap penelitian. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan yaitu berupa buku-buku, data kepustakaan, brosur, artikel-artikel baik tertulis maupun melalui internet, catatan, foto-foto dan lain sebagainya yang semuanya memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap peran

8

(21)

orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan atau penelitian ini dilakukan di rumah kedua orangtua angkat yang beralamat di Pondok Gede, Perumahan KOSABRI di Jakarta timur, serta di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang beralamat di JL. Bina Marga Jakarta Timur. Sedangkan waktu penelitian terhitung mulai dari masa praktikum yaitu tanggal 1 oktober 2010 sampai Februari 2011.

Peneliti memilih lokasi tersebut dengan alasan Panti tersebut diyakini penulis sebagai panti yang berkontribusi aktif dalam melindungi hak anak terlantar.

5. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak terlantar yang diadopsi dari PSAA B TB. Penulis sebagai peneliti berupaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini.

a. Pemilihan kasus

(22)

anak tersebut enam anak berasal dari rumah sakit, satu anak berasal dari Panti Kebun Kosong dan satu anak berasal dari masyarakat. Dari delapan anak tersebut orangtua angkat yang bersedia penulis wawancara hanya orangtua angkat P dan H.

b. Teknik Analisa Data

Proses awal yang penulis lakukan adalah observasi ke lembaga, serta ke rumah orangtua angkat. Setelah itu penulis melakukan wawancara kepada orangtua angkat juga pengurus Panti PSAA B Tunas Bangsa penulis juga mengabadikannya dalam bentuk dokumentasi. Penulis mengamati seluruh data dan hasil wawancara secara detail dan melakukan berulang-ulang dari awal penelitian dan selama proses penelitian berlangsung lalu kemudian penulis rangkum dan menyeleksi data-data yang terhimpun sesuai dengan konsep-konsep penelitian. Selanjutnya penulis menyusun dalam catatan lapangan, kemudian diringkas, dipilih hal-hal yang penting dan pokok, dikategorikan dan disusun secara sistematis.

Data yang terkumpul selanjutnya penulis analisa secara kualitatif. Data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau pernyataan pendapat tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, untuk memahami keterlibatan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

(23)

Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan pihak panti sebagai pengecekan data yang penulis peroleh dari orangtua angkat.

d. Teknik Penulisan

Untuk mempermudahkan dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Tinjauan Pustaka

(24)

Penulis menggunakan literatur berupa skripsi yang membahas tentang “Peran TBS (Taman Balita Sejahtera) dalam Membantu Perkembangan Psikososial Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu ” nama peneliti :

Supriadi Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, penelitian menitik beratkan kepada psikososial anak terlantar.

Dari skripsi diatas, penulis menemukan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi rujukan penulis lebih menekankan pada segi perkembangan sosial anak terlantar, maka dalam penelitian ini penulis membahas mengenai perlindungan hak anak terlantar yang diadopsi.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat Penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Bab ini mengemukakan tentang pengertian peran, orang tua angkat, anak terlantar, hak-hak anak, definisi adopsi, adopsi di mata Islam.

(25)

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Panti Sosial Asuha Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) yang meliputi latar belakang berdirinya PSAA B TB, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA

Bab ini memaparkan tentang analisis mengenai peran orang tua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi dari Panti Sosial Anak Asuh Tunas Balita.

BAB V PENUTUP

(26)
(27)

16

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia atau orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu orang dengan yang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.

B. Orang Tua

1. Definisi Orang tua

Kartono mendefinisikan, orang tua adalah pria dan wanita yang terkait dalam perkawinan, siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah, ibu dari anak-anak yang dilahirkannya2.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah orang tua diartikan dengan “1. Ayah dan ibu kandung, 2. Orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dsb,) 3. Orang yang disegani atau dihormati dikampung”.3,

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998 h.667

2

Kartini, Kartono, Peran Keluarga Memandu anak(Jakarta : Raja Wali Press, 1952) h 37-38

3

(28)

2. Definisi Orang tua angkat

Definisi orang tua angkat, menurut Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007, adalah sebagai berikut :

"Orang tua angkat adalah orang yang diberi kekuasaan untuk merawat, mendidik, dan membesarkan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan dan adat kebiasaan".

C. Anak

1. Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun.4Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keturunan kedua. Anak juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil.5

Adapun tahap-tahap perkembangan anak pada usia 0-18 bulan : a. Dari segi fisik anak sudah mencapai mobilitas, dorongan kuat

untuk memanjat, merangkak. Anak juga sudah bisa berdiri dan berjalan, belajar berjalan sendiri, belajar untuk meraih dengan ibu jari dan jari, bisa menyuap sendiri, memindahkan benda-benda kecil dari satu tangan ke tangan lain.

b. Dari segi emosional dan sosial anak ingin dipenuhi kebutuhannya, mengembangkan rasa aman, tersenyum secara spontan dan responsif, suka gerakan dipegang, digendong dan diayun, tertawa keras, sosialisasi dengan siapapun, tetapi tahu 4

UU Perlindungan Anak no.23 tahun 2002

5

(29)

ibu atau pemberi asuhan yang utama, merespon gelitik, lebih suka pemberian asuhan utama, bisa menangis ketika orang asing mendekat, umumnya menampilkan kecemasan, memperluas ikatan kasih sayang, menunjukkan permanennya benda, tahu orangtuanya ada dan akan kembali, dan menguji batasan.

c. Dari segi intelektual/ kognitif anak bisa berbisik, tersenyum dan mengekpresikan kesenangan, mengenali pemberi asuhan utama, menggunakan kedua tangan untuk menangkap benda, memiliki ketertarikan visual yang luas, meletakkan segala sesuatu di mulut, memecahkan masalah sederhana, misalnya memindahkan rintangan ke samping untuk mencapai benda-benda, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain, menanggapi perubahan lingkungan dan dapat mengulangi tindakan yang menyebabkannya, mulai menanggapi kata-kata yang selektif, menunjukkan perilaku disengaja, memprakasai tindakan-tindakan, menyadari benda-benda ada ketika di luar pandangan dan akan mencarinya, tertarik dan memahami kata-kata, mengatakan kata-kata seperti “mama”, papa.6

2. Pengertian Anak terlantar

Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat

6

(30)

terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.7 Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.8

Menurut Edi Suharto anak terlantar ialah anak yang berusia lima sampai delapan belas tahun yang karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan : miskin, tidak mampu, salah seorang dari orang tua atau wali pengampu sakit, salah seorang atau kedua orang tuanya atau wali pengampu atau pengasuh meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu atau pengasuh), sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani rohani maupun sosial. Istilah terlantar dalam hal ini antara lain tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orang tuanya atau kerabatnya, orangtua yang tidak mampu merawatnya, terlantar di sembarang tempat, dan karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan.9

3. Pengertian Anak Angkat

Anak angkat diberikan definisi sebagai anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan orang tua angkatnya

7

UUD pasal 1 butir 7 4/179

8

Kamil, Ahmad dkk,Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, jakarta: Raja Grafindo Persada,2008

9

Edi Suharto,Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.

(31)

berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.10 Sebagian pakar hukum Islam beristilah anak angkat dengan anak asuh atauhadhanah yang diperluas. Menurut M.J Koenen-J. Endopols’Verlarend -handwoordenboek der nederlandse Taal, adopteren berarti mengambil anak untuk diberi bantuan sebagai perlindungan.11

4. Hak anak angkat

1. Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

3. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orangtua.

4. Berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri.

5. Dalam hal karena sesuatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku.

10

Syamsu Andi, dkk. Hukum Pengangkatan Anak Perpspektif Islam,

Jakarta:Kencana,2008

11

Martoesedono, Amir. Tanya Jawab pengangkatan anak dan masalahnya,

(32)

6. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.

7. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya.

8. Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi sesuai dengan minat dan bakat dan tingkat kecerdasan demi pengembangan diri..

D. Adopsi

1. Definisi Adopsi

Hoetomo, menyebutkan bahwa adopsi ialah pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri, “mengadopsi” adalahmengambil atau mengangkat anak orang lain secara sah menjadi anak sendiri.

Adopsi menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris “adoption”, yang berarti pengangkatan atau pemungutan sehingga sering dikatakan “ adoption of child “ yang artinya pengangkatan atau pemungutan anak. Anak yang diadopsi disebut “anak angkat”, peristiwa hukumnya disebut “pengangkatan anak”12

12

(33)

2. Jenis–jenis adopsi.

Menurut Hoopes (dalam Brodzinsky & scechter 1990), berdasarkan ikatan kekeluargaan antara keluarga yang mengadopsi dengan adoptee, adopsi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Within-Family Adoption.

Adoptee dari jenis adopsi ini berasal dari keluarga sendiri yang diadopsi secara ilegal, kakek-nenek, paman- bibi, sepupu bisa mengadopsi anak ini karena orang tua kandungnya tidak mampu untuk membesarkan anak itu karena satu dan lain hal. Adopsi orangtua tiri yang sering terjadi pada kasus orang tua yang telah meninggal atau menikah lagi juga termasuk dalam jenis within-family adoption.

b. Non-Family or Non-Relative Adoption

Adoptee ini berasal dari keluarga yang tidak memiliki ikatan keluarga dengan keluarga adopsi. Kebanyakan keluarga mengadopsi ketika orangtua kandungnya tidak mampu membesarkan anaknya. Ada pula keluarga yang mengadopsi dengan alasan untuk menolong. Misalnya menyediakan rumah dan kasih sayang bagi si anak. Adoptee bisa melalui lembaga seperti yayasan atau rumah sakit atau langsung melalui orangtua yang ingin menyerahkan anaknya untuk diadopsi.

(34)

permohonan pengesahan melalui pengadilan. Sebaliknya sepasang suami istri yang tidak mempunyai hubungan darah dengan anak yang diadopsinya mungkin saja tidak mengikuti proses resmi di pengadilan karena mereka berhubungan langsung dengan orangtua kandung dan perantaranya. Sehingga baik within family adoption maupun non-family or non-relative adoptiondapat tergolong adopsi resmi maupun tidak.13

2. Adopsi dalam islam

Dalam fiqih, adopsi disebut dengan istilah tabbani, secara etimologis kata tabbani yaitu mengambil anak.

Mahmud Syaltut ulama dan pemikiran Islam Mesir (Ensiklopedia Islam, 1999) adopsi dapat dikemukakan dengan dua pengertian : a. Mengambil anak orang lain untuk diasuh dan dididik dengan penuh

kasih sayang, dan diperlakukan sebagai anak sendiri oleh orangtua angkatnya tanpa memberi status anak kandung kepadanya.

b. Mengambil anak orang lain untuk diberi status anak kandung, sehingga ia berhak memakai nasab orangtua angkatnya dan mewarisi harta peninggalannya dan hak-hak lainnya sebagai hubungan anak dan orangtua.

3. Status Hukum anak angkat dalam Islam

( Ensiklopedia Hukum Islam, 1997). Status hukum anak angkat dalam islam dari segi kewarisan ialah menurut ulama fiqih, dalam islam ada

13

(35)
(36)

25 A. Pengertian Panti

Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar.

B. Sejarah (PSAA B TB)

Banyaknya masalah bayi yang terlantar di DKI Jakarta, diantaranya adalah bayi yang dibuang, bayi yang ditinggalkan orang tuanya di Rumah Sakit, ataupun bayi hasil hubungan diluar nikah, yang hal tersebut merupakan masalah yang perlu mendapat penanganan.

Pada saat itu lembaga Pemerintah maupun swasta yang menangani masalah yang dimaksud masih sangat terbatas, sehingga timbul gagasan dari Dinas Sosial untuk mendirikan sebuah penampungan guna menangani masalah tersebut.

(37)

Pada tahun 1966, tepatnya tanggal 1 Mei 1966, seluruh Panti Sosial dibawah binaan Dinas Sosial dirubah namanya, salah satunya adalah Panti Asuhan Balita menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung, tanpa merubah fungsi dan tugas pokoknya.

Kemudian dengan adanya pengembangan organisasi, maka diterbitkan SK Gubernur DKI Jakarta nomor 163 tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis di lingkungan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.22

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi PSAA Balita Tunas Bangsa

Kedudukan PSAA B TB merupakan unit pelaksanaan teknik dinas bintal dan kessos dalam pelayanan, pembinaan anak balita terlantar, yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kessos, anak terlantar usia 5 tahun ke bawah yang meliputi asuhan dan perlindungan, perawatan, sosialisasi dan pengembangan, penitipan anak, penyaluran dan bina lanjut.

Adapun fungsi PSAA B TB :

1. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi.

2. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi, penempatan dalam panti dan penitipan dalam taman asuhan anak.

22

(38)

3. Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta asuhan dan perlindungan sosial.

4. Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan, pengungkapan, pemahaman masalah dan potensi.

5. Pelaksanaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, pendidikan non formal dan pengembangan kepribadian. 6. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kemampuan bermasyarakat,

kehidupan dalam keluarga dan kesiapan pendidikan.

7. Pelaksanaan penyaluran dan pembinaan lanjut, meliputi penempatan anak, monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan, dan terminasi.23

D. Visi dan Misi PSAA B TB

Visi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa adalah menyelamatkan anak dari keterlantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar.

Misi panti adalah, mengembalikan anak balita terlantar ke dalam kehidupan yang layak dan normatif juga agar anak mempunyai disiplin tinggi, percaya diri, penuh semangat dan tanggung jawab.

23

(39)

E. Tujuan PSAA Balita Tunas Bangsa Tujuan PSAA B TB adalah sebagai berikut :

1. Sebagai upaya pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menangani balita terlantar.

2. Agar balita terlantar dapat hidup layak dan normatif.

3. Sebagai upaya Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta untuk menyelamatkan anak balita dari keterlantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar.

F. Struktur Organisasi

Kasie Sosialisasi dan Pengembangan Hj. Sa’diyah S.sos

KEPALA PANTI Dra. Mariana Msi

SUB.BAGIAN TATA USAHA

Kasie Asuhan dan Perawatan

(40)

G. Sasaran dan Jumlah Binaan PSAA Balita Tunas Bangsa

Adapun sasaran panti ialah anak terlantar berusia 0-5 tahun,anak yatim, piatu, yatim piatu terlantar usia 0-5 tahun, keluarga tidak mampu yang berkapasitas tampung sebanyak 60 anak.

H. Persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial di PSAA B TB

Persyaratannya ialah laki-laki atau Perempuan yang berusia 0-5 tahun, berstatus terlantar, sehat fisik dan mental serta berdomisili DKI Jakarta

I. Prosedur Penerimaan

Penerimaan PSAA Balita Tunas Bangsa ini dari berbagai macam tempat, yaitu:

1) Penyerahan dari Rumah Sakit menyerahkan ke panti dengan surat rekomendasi dari Dinas Sosial DKI Jakarta/Sudin Sosial setempat. Kelengkapan, surat kelahiran, serat penyerahan, berita acara penyerahan dan study case.

2) Penyerahan dari kepolisian, penyerahan langsung ke panti, surat penyerahan.

3) Penyerahan dari lembaga sosial, pemerintah atau swasta, surat pengantar penyerahan, laporan sosial yang bersangkutan (sosial study).

(41)

J. Kegiatan PSAA Balita Tunas Bangsa

Kegiatan di PSAA B TB ialah kegiatan yang mmemfokuskan kepada, pelayanan kesehatan dan gizi, kesejahteraan sosial, mental dan spiritual, pendidikan pra sekolah, pendidikan taman kanak-kanak, rekreasi serta penyaluran Bina lanjut.

K. Sasaran Penerimaan Panti

Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa adalah anak terlantar usia 0 tahun s/d 5 tahun yang karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial.

L. Pendanaan Panti

Sumber pendanaan, barang, dan properti yang dimiliki panti itu semua dari subsidi Pemerintah yaitu dari Pemda DKI Jakarta melalui APBD setiap tahun.24

M. Sumber Daya Manusia

Seluruh pegawai di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa berjumlah 33 orang. Dengan jumlah pegawai wanita 26 orang dan jumlah pegawai laki-laki 7 orang.

24

(42)

Tabel 1. 1. Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa

No Nama Golongan Jabatan Pangkat/Pendidikan

1 Dra. Mariana. M.si IV/a Kepala Panti Pembina/S2

2 Yenti Kemala. Aks III/d Ka. Sub. Bag Tata Usaha

Penata Tk. I/S1

3 Yuliani Purwita. S.sos. Msi

III/c Ka. Sie. Asuhan & Perawatan

Penata Tk. I/S2

4 Hj. Sadiyah. S.sos III/c Ka. Sie. Sosialisasi & Pengembangan

Penata Tk. I/S1

5 Lely Yuliati. SE III/d Staf Sie Asuhan & Perawatan

Penata Tk. I/S1

6 Marsuni III/b Staff Tata Usaha Penata Muda Tk. I/STM

7 Sekarwati III/b Staff Sie.

Sosialisasi & Pengembangan

Penata Muda Tk. I/SMA

8 Sri Marsiyanti III/b Staff Sie. Asuhan & Perawatan

Penata Muda Tk. I/SMEA

(43)

Sosialisasi & Pengembangan

I/SBPLB

10 Endang Rusmiati III/b Staff Tata Usaha Penata Muda Tk. I/SMA 11 Tri handayani. SH III/a Staff Tata Usaha Penata Muda/S1

12 Dewi Aryati

II/d Staff Tata Usaha Pengatur Tk. I/SMPS

14 Ponirah II/d Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur Tk. I/SMEA

15 Rohaya II/c Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur/SMP

16 Kamiludin II/a Staff Tata Usaha Pengatur Muda/SMA

17 Nurleni II/a Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur Muda/SMA 18 Fitri Yulianti II/a Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur Muda/SMEA

19 Mukinah II/a Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur Muda/SMEA

(44)

& Perawatan Muda/PGAN

21 Mukiyana Mahera II/a Staff Sie Asuhan & Perawatan

Pengatur Muda/SMU 22 Welas Asih II/a Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur Muda/SMPS

23 Ningrum Kusumah II/a Staff Sie Asuhan & Perawatan

Pengatur Muda/SMEA 24 Christina Saptarini II/a Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Pengatur Muda/SMA

25 Dian Eva Yanti II/a Staff Sie Asuhan & Perawatan

Pengatur Muda/SMPS 26 Eno Narseno II/a Staff Tata Usaha Pengatur

Muda/SMU

27 Wahyuni I/c Staff Sie Asuhan

& Perawatan

Juru/SMP

28 Tasirin I/c Staff Tata Usaha Juru/SMP

29 I Wayan Budi Arta I/c Staff Tata Usaha Juru/SMP

30 Susmiyati I/c Staff Sie Asuhan & Perawatan

Juru/SMP

31 Saimin I/c Staff Tata Usaha Juru/SMP

32 Rundiyani I/c Staff Tata Usaha Juru/SMP

(45)

Jumlah Pegawai Pramu yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa dibagi dalam berbagai macam tugas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1. 2 Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa

No Pramu Berdasarkan Tugas Jumlah

1 Perawat Pemakanan PMKS 3

2 Perawat Kebersihan PMKS 4

3 Pengasuh 5

4 Petugas Dapur 1

5 Sopir 1

6 Petugas Cuci Pakaian 1

7 Petugas Komputer 1

Total 16

N. Fasilitas Panti

1. Ruang kantor yang di dalamnya terdiri dari ruang tamu, ruang meeting, meja, kursi, tv, komputer, telpon, lemari.

2. satu ruang Tata Usaha (TU)

3. Ruang Asrama yang terdiri dari tiga kamar yaitu kamar arjuna, kamar srikandi dan kamar dewi shinta.

4. Satu ruang belajar

(46)

6. Satu ruang dapur 7. Satu aula pertemuan 8. Satu Musola

9. Satu taman bermain

10. Alat transportasi terdapat dua buah mobil.

11. Peralatan komunikasi terdapat satu telepon, satu mesin tik, dan satu mesin fax.

12. Satu ruang cuci 13. Satu gudang 14. Satu ruang isolasi 15. Satu ruang poliklinik

16. Dua rumah mest yang terdapat di dalam panti.

O. Persyaratan Pengangkatan anak (Sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 110/HUK/2009).

1. Usia Pernikahan minimal 5 tahun 2. Usia suami dan istri minimal 30 tahun

3. Surat permohonan izin pengangkatan anak kepada kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

4. Surat pernyataan dari keluarga suami dan istri

5. Surat pernyataan dari Suami dan Istri calon orang tua angkat (COTA) 6. Fotocopi surat nikah

(47)

8. Surat keterangan kesehatan suami dan istri dari rumah sakit pemerintah 9. Surat keterangan dari Dokter Ahli Kandungan/Kebidanan

10. Surat Keterangan Kesehatan Jiwa dari Dokter 11. Fotocopi Kartu Keluarga

12. Surat Keterangan lahir/akte kelahiran COTA

13. Surat pernyataan wali nikah (bila yang diadopsi bayi/anak perempuan).

P. Profil Anak-Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung

Jumlah anak di panti seluruhnya ada 89 orang. Anak yang berada di dalam panti ini berusia 0-5 tahun. Dalam 89 anak ini, 25 anak sudah berada dalam asuhan orang tua adopsi dan sudah tidak tinggal di dalam panti. Anak yang sudah dapat diadopsi yaitu anak yang sudah berstatus aman, sedangkan anak yang tidak dapat diadopsi adalah anak titipan atau anak yang masih mempunyai orang tua atau keluarga lainnya. Anak-anak panti yang berusia 5 tahun di sekolah kan panti di luar panti. Adapun jumlah anak yang bersekolah taman kanak-kanak di luar panti berjumlah 12 orang. Anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun belajar di dalam panti yang dibimbing oleh guru dari luar panti.

Dalam menitipkan anak di dalam panti ini terdapat beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh orang tuan yang menitipkan anaknya, seperti:

(48)

2) Tidak menuntut PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung, apabila keluarga atau anak kami tersebut di atas meninggal dunia, karena komplikasi atau penyakit yang diderita dan sebab-sebab lainnya.

3) Bersedia menerima kembali apabila ternyata anak kami tersebut telah sampai atau selesai perawatan atau pembinaan sesuai dengan surat pernyataan yang berlaku.

(49)

38

TEMUAN DAN ANALISA A. PROFIL

Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas informan yang akan menjadi obyek dari skripsi ini. Yaitu dua anak terlantar dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang saat ini telah diadopsi serta dua dari delapan pasangan suami istri yang bersedia penulis wawancara.

1. H

Nama : H

Tanggal lahir : 26 November 2009 Tanggal masuk panti : 15 Januari 2010 Umur : 1 tahun 6 bulan

Fisik : Kulit hitam, rambut ikal. Psikis : Sensitif, periang.

2. Bapak angkat H

Nama : DZ

Umur : 37 tahun

Pendidikan terakhir : S1 akuntansi Usia perkawinan : 7 tahun Ibu angkat H

Nama : WS

(50)

Pendidikan terakhir : S1 Akuntansi Usia perkawinan : 7 tahun

Klien adalah satu dari delapan anak yang diadopsi per bulan Desember 2010. Setelah dilahirkan H ditinggal di rumah sakit RSIB Budi Kemuliaan oleh kedua orangtuanya dan akhirnya pihak rumah sakit menyerahkan H ke panti. Dengan keinginan serta ketertarikan DZ dan WS akhirnya merekapun mengadopsi H 1. P

Nama : P

Tanggal Lahir : 31 Agustus 2009 Tanggal Masuk Panti : 26 Juli 2010 Umur : 1 tahun 9 bulan

Fisik : Kulit sawo matang, rambut lurus.

Psikis : Riang, tidak takut pada orang yang baru dikenalnya.

2. Bapak angkat P

Nama : S

Umur : 34 tahun

Pendidikan terakhir : S1 Teknik Usia perkawinan : 10 tahun 3. Ibu angkat P

(51)

Umur : 32 tahun Pendidikan terakhir : D1 PAUD Usia perkawinan : 10 tahun

Sama halnya dengan H, klien P juga termasuk salah satu dari delapan anak yang diadopsi perbulan Desember 2010. Ibunda klien dahulu sempat stress karena ditinggal suaminya dan dijaring razia pada saat hamil P. Kemudian ibunda klien dikirim ke panti khusus rehabilitasi “Panti Kebun Kosong”, pihak panti menemani

ibu klien sampai klien dilahirkan kemudian karena jiwa ibunda klien masih terganggu akhirnya klien diserahkan ke Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.

(52)

anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

B. TEMUAN DAN ANALISIS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi. Dengan cara menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelaskan dibab II. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa hal mengenai peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi juga sekilas tentang proses pengangkatan anak.

(53)
(54)

Sumber : Berasal dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Permohonan

Masyarakat

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

Adopsi melalui PSAA Balita Cipayung

Private Adoption

Asuhan Sementara dalam Keluarga selama 6 bulan Adopsi melalui

Yayasan

Sidang Ketetapan Pengadilan Sidang Tim

PIPA (Pertimbang an Izin Pengangkat an Anak)

Orangtua Angkat Disetujui

(55)

Dari bagan tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk proses pengangkatan anak dimulai dari membuat surat permohonan masyarakat yang dibuat dan ditujukan untuk kepala dinas sosial provinsi DKI Jakarta perihal memohon izin untuk pengangkatan anak. Ada dua macam permohonan, melalui lembaga/ yayasan, dan melalui privat adopsi, untuk privat adopsi karena sudah ada anaknya maka langsung mengajukan surat permohonan ke kepala dinas. Kalau melalui panti atau yayasan ada tahap orangtua observasi dan bersosialisasi terlebih dahulu dengan anak, setelah memilih anak, barulah mengurus surat permohonan berikut persyaratan-persyaratannya. Dalam hal ini, kedua pasangan tersebut mengangkat anak melalui lembaga yakni Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.

“...ada dua macem permohonan ada dari lembaga/ yayasan atau privat adopsi, privat adopsi tu, masyarakat sudah ada, hanya kalo privat adoption sudah ada anaknya jadi langsung ke dinas sosial barulah diproses apa saja..”1

Untuk surat permohonan, karena kedua orangtua mengangkat anak melalui jalur lembaga maka dibuatlah surat permohonan oleh pihak panti yang ditandatangani oleh kedua orangtua angkat tersebut. Isi dari surat permohonan ialah memohon izin kepada pihak Dinas Sosial untuk mengangkat anak dari panti, disertai lampiran berupa identitas suami istri,

1

(56)

penghasilan suami istri, motivasi yaitu pernyataan tertulis bahwa mereka belum mempunyai anak, juga pernyataan bahwa keluarga besar kedua belah pihak harus menyetujui, menyatakan tidak keberatan atau mendukung sepenuhnya orangtua mengangkat anak dari panti beserta duabelas syarat-syarat sesuai peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia. Adapun persyaratan pengangkatan anak sesuai peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 110/ HUK/ 2009 : 1. Usia pernikahan minimal 5 tahun

2. Usia suami istri minimal 30 (tiga puluh) tahun

3. Surat permohonan Izin Pengangkatan Anak kepada Kepala Dinas

4. Surat pernyataan dari suami istri 5. Fotocopy surat nikah

6. Surat SKCK dari Polda Metro Jaya

7. Surat keterangan kesehatan suami istri dari rumah sakit pemerintah

8. Surat keterangan dokter ahli kandungan/ kebidanan 9. Surat keterangan kesehatan jiwa dari dokter

10. Foto copy kartu keluarga

11. Surat keterangan lahir / akte lahir

(57)

Pihak panti kemudian memastikan bahwa kedua pasangan DZ dan WS serta S dan KI telah memenuhi persyaratan-persyaratan diatas, setelah itu berkas-berkas tersebut diserahkan ke Dinas Sosial.

“...kita melakukan apapun semua sesuai persyaratan, jadi persyaratan dan prosedur seperti itu yang harus kita laksanakan, karena perlu diketahui juga, dipanti balita tidak ada biaya apapun, tidak ada biaya sama sekali mengadopsi itu...Kalau memang dia sudah memenuhi persyaratan 5 tahun, usia 30 tahun, anak ada silahkan...”2

Setelah mendapat balasan dari Dinas Sosial, keluarlah surat tugas, lalu pihak panti atau yayasan mengunjungi/ visit 1 ke rumah orangtua angkat dengan membuat laporan sosial.

“...nanti kita isi ...barulah nanti keluar...kita kerumahnya visit...visit adalah laporan sosial orangtua angkat itu wajib, karena itu salah satu persyaratan nanti di sidang tim PIPA dan putusan pengadilan nanti, itu harus ada laporan sosial...”3

Isi dari laporan sosial tersebut adalah kronologis pernikahan, alasan mengangkat anak, usaha apa saja yang telah dilakukan orangtua.

“...Didalam laporan sosial itu adalah awal mulai menikah, penyebab tidak punya anak, penyebab-penyebab adopsi, karena dalam surat itukan ada surat keterangan dari dokter, ginekolog itu, diperkuat dgn surat itu dia akan bercerita, mulai menikah, tanggal sekian-sekian sekian....1 taun pertama belum punya anak, apa aja usaha dia. belum udah kedokter,periksa ini itu, pindah dokter lagi, pindah dokter lagi...akhirnya dia sampailah ke alternative..dan akhirnya memutuskan, upaya kita udah cukup gitu, lalu dia ini deh...”4

2

Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011 3

Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011

4

(58)

Dalam hal ini, pasangan DZ dan WS memutuskan untuk mengangkat anak karena setelah 7 tahun perkawinan, mereka belum juga dikaruniai anak, mereka sudah memeriksakan diri ke dokter, kemudian sang Ibu disarankan untuk program bayi tabung, namun karena beresiko tinggi sampai saat ini Ibu WS belum menjalankan program bayi tabung.

“Ya Alasan pertamanya karena emang kepengen.udah cek dan saya kayanya cenderung ke bayi tabung. Bayi tabung itu...mungkin dari segi materinya kita bisa nyari ya tapi kemungkinannya Itu yang bikin saya e.. ragu gitu ya..”5

Pertimbangan usia pasangan inipun menjadi alasan mengapa mereka akhirnya mengadopsi anak, usia mereka yang sudah memasuki kepala tiga membuat mereka berpikir, bagaimana jika nantinya anak masih kecil dan mereka sudah memasuki usia yang sudah tidak produktif lagi, dengan alasan itulah akhirnya pasangan DZ dan WS memutuskan untuk mengadopsi anak.

“..yaa mau nunggu sampai kapan lagi, pada saat itu kan usiaku udah tiga puluh enam istri udah tiga puluh tiga ...kalau ternyata Allah kasih umur kita udah empat puluh tahun lebih kasihan anaknya juga kan,pada saat anaknya mungkin baru umur sepuluh tahun... saya udah pensiun, kalau nanti anak-anak udah dewasa kan orangtua kan kembali ke anak kecil lagi kan mereka pasti butuh perhatian kalau anak udah dewasa yaudah kalau masih kecil? ya begitulah kira-kira. jadi kita putusin daripada nunggu belum dikasih-kasih ..kita putusin .ambil sekarang, dengan asumsi umur H duapuluh, kita kan masih kuat kerjalah ...baru umur lima puluh lima ya kan, istri juga masih empat puluh sembilan...masih ada kesempatan gitu,

5

(59)

daripada nunggu yang gak pasti..toh siapa tau mungkin dengan cara kaya gini ya mungkin rejeki kita lewat dia kan...”6

Tidak jauh berbeda dengan pasangan DZ dan WS, pasangan S dan KI pun mengadopsi anak karena keinginan mereka yang sangat kuat setelah sepuluh tahun perkawinan namun tidak juga dikaruniai anak, keinginan tersebut kemudian dilandasi dengan niat sang ayah yang ingin membahagiakan dan memberikan kepeduliannya terhadap anak-anak terlantar.

“..ingin membahagiakan dan memberikan kepedulian kita terhadap anak-anak….anak-anak yang belum ada yang memperhatikannya…”7

Pasangan ini telah mengupayakan berbagai cara untuk segera mempunyai keturunan, mulai dari rumah sakit sampai dengan pengobatan alternatif, tidak sedikit biaya yang dikeluarkan pasangan ini, namun tidak kunjung membuahkan hasil, akhirnya diputuskanlah bahwa mereka akan mengangkat anak.

“..Udah…udah tiga kali mbak,alternatif sudah tidak terhitung ,sampai daerah mana ya, Yogya iya Bekasi, Jakarta, muter-muter..wooh… ada yang 1 kali dateng 1,7 juta..iyaaa..ada yang sekali datang 4.750.000 pernah…sangking pengennya…tapi intinya bahwa itu adalah ibadah, amal jariah insya Allah dapat yang penting kita kan niat nya baik...”8

Setelah kurun waktu enam sampai sepuluh bulan, anak kemudian diasuh oleh keluarga barunya selama enam bulan, proses ini disebut asuhan sementara, setelah itu pihak panti/ yayasan melakukan home visit ke-2 yang bertujuan membuat 6

Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tangga 15 Mei 2011

7

Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 mei 2011

8

(60)

laporan perkembangan anak, isi dari laporan perkembangan anak ialah mengenai aktifitas anak, dilihat aktifitas anak dari bangun sampai tidur, setelah dibuat laporan perkembangan, lalu masuk ke sidang tim PIPA untuk mengecek berkas-berkas yang ada mulai dari identitas, laporan sosial sampai ke laporan perkembangan anak, jika sudah cocok dan layak, maka tim PIPA akan merekomendasikan berkas tersebut untuk disidangkan di sidang ketetapan pengadilan. Rekomendasi tim PIPA berlaku selama satu tahun, kemudian orangtua membawanya ke sidang ketetapan pengadilan.

Dalam hal ini kedua pasangan yakni DZ dan WS serta S dan KI masuk ke dalam tahap asuhan sementara.

Untuk privat adopsi, setelah home visit, kemudian langsung ke sidang ketetapan pengadilan. Jika disetujui maka anak resmi secara legal diangkat/ diasuh oleh keluarga angkatnya. Jika tidak disetujui maka berkas kemudian di cek ulang dan kembali lagi ke tahap awal yakni permohonan masyarakat.

(61)

2. Peran Orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi

Karena anak terlantar merupakan tanggung jawab salah satunya masyarakat, maka cara masyarakat berperan dalam perlindungan anak adalah menjadi orangtua angkat bagi anak-anak terlantar. Peran orangtua angkat yang dibahas peneliti adalah dalam hal melindungi hak-hak anak angkat, sejauh mana orangtua memenuhi hak anak angkat layaknya anak kandung. Hak-hak anak angkat yang dimaksud antara lain : a. Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dari segi fisik anak dalam usia 9-18 bulan, dikatakan berkembang apabila anak sudah mencapai mobilitas, dorongan kuat untuk memanjat, merangkak. Anak juga sudah bisa berdiri dan berjalan, belajar berjalan sendiri, belajar untuk meraih dengan ibu jari dan jari, bisa menyuap sendiri, memindahkan benda-benda kecil dari satu tangan ke tangan lain.

(62)

hal menyuap, H dan P masih disuapi oleh kedua orangtua anak.

Dalam hal memberikan kesempatan H untuk hidup dan tumbuh orangtua H memberikan yang terbaik kepada H seperti menyediakan asupan makanan yang bergizi dan proporsional.

“seperti makanan si ya pasti memberikan yang terbaik buat dia gitu kan, ya...bergizi, gak kurang tapi juga gak berlebihan dengan usia dia gitu kan ya, yang penting cukup untuk dia e..punya stamina buat ...main...”9

Orangtua H juga mengganti susu yang biasa dikonsumsi H, dipanti dengan merk yang kualitasnya lebih bagus.

“e..saya ganti dengan Bebelac, mau dia, gak ada masalah sih hanya penyesuaian sedikit saja sih. Hanya buang air kayanya agak mencret tapi e...selanjutnya enggak malah kayanya cocok, nafsu makannya juga naik, minum susunya juga kuat.”10

Sama halnya dengan orangtua P, mereka juga memperhatikan susu, serta gizi yang ada pada makanan.

“Caranya banyak banget. satu dari segi fisik, fisik kan pertumbuhan dia kan, perhatiannya ya, rutin cek kesehatan, kemudian memperhatikan susu,makan gizinya itu penting…”11

Dan pihak pantipun dalam laporan perkembangannya akan memperhatikan tumbuh kembang sang anak sebagai bentuk pantauan panti kepada orangtua dalam memenuhi hak anak. 9

Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011

10

Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011

11

(63)

“Kita liat selama enam bulan, setelah enam bulan nanti kita liat perkembangannya gitu, liat keadaannya kalau anak itu dipelihara dengan baik kan anaknya tambah seger, tambah segalanya misalkan dari panti berapa kilo, begitu dirumah sudah naik jadi berapa kilo berarti kan ada kenaikan berat badan selama enam bulan, otomatis kan memberikan asupan gizinya bagus,”12

Dalam hal berpartisipasi secara wajar, H dan P setiap pagi dan sore, setelah dimandikan, mereka dilepas ke halaman untuk bermain bersama teman-temannya.

b. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

Kedua adoptan sama-sama tidak ingin membuang identitas asli sang anak, namun sebagai kedua orangtua yang baru, terbesit di hati mereka untuk memberinya sebuah nama, maka salah satu jalan adalah mengkombinasikannya.

Ayah angkat H menyelipkan nama awal sesuai dengan nama pengarang buku kesukaan istrinya, dan menambahkan nama belakang yang sama dengan nama ayah angkat H agar nantinya H tidak merasa asing ditengah-tengah keluarga. Akhirnya H dirubah menjadi “ASZ”. Sebagaimana telah dijelaskan oleh pasangan DZ dan WS

“O..sederhana aja si..saya ngefans sama Habiburrahman Elshirazy tu...terus saya ambil elshirazinya

12

(64)

aja, terus yang H karena kan awalnya H, saya gak mau ngilangin nama aslinya, Z ikutin nama bapaknya ..biar nyambung aja, itu juga karena nama abinya gitu aja..”13

“...kalau identitas kita gak berusaha ngilangin identitas asli dia tapi kita juga pasti kan pasti punya keinginan untuk kasih nama sendiri ya, jadi kita combain ...identitas dari kita, dengan identias dia... belakangnya ya biar dia gak terlalu ngerasa asing juga belakangnya kita tambahin Z.”14

Ayah angkat P menambahkan nama P menjadi PFA yang berarti P membuka pintu rahmat.

“..Ini namanya juga sudah saya rubah, secara dilingkungan tapi secara sertifikasi belum karena harus nunggu sidang dulu, PFA, yang artinya membuka pintu rahmat..”15

Ibu P memilih tidak merubah nama awal karena prosesnya lama dan susah

“Nama sih dari sananya gak kita ilangin ya, kita tambahin aja, masalahnya kalau kita ilangin kita ganti siapa….klo biasa dipanggil P..kita pangil A..identitas darisananya si kita pertahanin…anak si bisa..pasti bisa adaptasi..tapi ya lamaa prosesnya…nama yang pertama udah lama, jadi susah….kalau diganti nama susah….”16

c. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya , dalam bimbingan orangtua.

Sesuai dengan PP 54 pasal 3 2007 menyebutkan bahwa : (1) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat.

13

Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011

14

Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tanggal 15 Mei 2011

15

Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011

16

(65)

(2) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat.

Mengacu pada hal tersebut pihak pantipun dari awal sudah mengcover anak asuhannya agar mendapatkan orangtua yang seiman, jangan sampai agama anak yang ada pada data awal itu berbeda dengan orangtua angkatnya.

“Agama harus..,kalau agama kan harus seagama dengan agama orangtua. Itu dalam PP 54 2007 ..dipertegas oleh menteri sosial tentang peraturan permensos secara teknis diatur no. 110/2009 itulah aturan teknisnya seperti itu, karena tidak boleh agama berbeda orangtua dengan anak....”17

Dalam hal berpikir dan bekspresi kedua orangtua ini, memberikan kebebasan penuh kepada apa yang dilakukan selama tidak berbahaya dan masih dalam pantauan, karena menurut Ibu P melarang anak sama dengan menghambat kreatifitas anak

“Kita bebasin dia, dalam arti bebasin selama gak berbahaya...karena aku tau anak kecil kaya gitu pasti keingintauannya dia itu tinggi..terus kebetulan waktu H ada...kita ke dokter anak ya konsultasi,mereka juga bilang kalau anak mau apa-apa biarin aja, itu keinginan mereka jangan dihambat dia mau apa aja, yaudah kita bebasin selama gak berbahaya ya sambil kita ajarin...anak kecil kan peniru ulung kan...jadi kita bebasin dia berekspresi apa aja selama gak berbahaya,gitu aja sih..”18

“Berpikir, saya gak begitu banyak melarang, dalam hal itu yaa.. sekiranya membahayakan...karena aktifitas anak itu...ni anaknya agresif banget, apa aja pengen dicoba, apa aja pingin tau aj...kita damping kita bebaskan tapi masih dalam pemantauan kita,selama gak membahayakan kita lepas, kita memberikan kebebasan dalam hal apapun yang membuat dia lebih aktif, lebih pinter, dalam hal pemikiran, gerakan, Tapi tetep kita dampingilah...”19

17

Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011 18

Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tanggal 15 Mei 2011

19

(66)

“Kita si ngasih kebebasan ya mbak…tapi kalau ya udah berbahaya kaya kompor ya kita teriak donk ya..P….gitu, Saya intinya si memberikan kebebasan dia ya mbak, selama gak berbahaya….nanti kalau di cut kan ini…kreatifitasnya kan jadi tidak bisa…”20

d. Berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri.

Kedua orangtua H & P akan memberitahu kepada anaknya bahwa mereka adalah anak angkat saat mereka siap.

“..Kita tetep bakalan kasih tau si, tapi pada saat yang tepat gitu...”21

Orangtua P juga mendukung penuh jika anak ingin mencari keberadaan orangtua mereka

“….kita harus ..kita kasih tau, kita bantu cari orang tuanya..gak boleh memutus dalam agama islam, bin nya aja gak boleh,Kasian lah itu hak dia…semaksimal mungkin berusaha, tapi kalau dicari koq gak ketemu ya…aku udh maksimal, siapa sih yang gak mau ketemu orangtuanya, pasti….melanggar hak dan melanggar agama,harus berusaha tau ...”22

Dalam penyampaiannya orangtua H memilih saat H dewasa. “..yang pastinya mah dewasa ya tapi dewasa ya belum tentu juga ya.gak bisa ditarget juga ya..”23

Orangtua P pun demikian, hanya orangtua P menargetkan pada saat P akan menikah karena menilai jika masih kecil akan menganggu perkembangan anak, jika sudah remaja dikhawatirkan akan mengalami shock.

20

Wawancara pribadi dengan Ibu KI pada tanggal 29 Mei 2011

21

Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011

22

Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011

23

(67)

“...Harus, harus..nanti menjelang pernikahan..kalau masih umur 17tahun, aku bilang jangan..itu kalau orang lempar bola ya lagi kenceng-kencengnya, mentalnya kenceng banget, kalau kecil menganggu perkembangan, kalau gede kan…stress kabur, apalah apa, kalau sudah menjelang pernikahan kan....”24

Dalam UU no. 23 tahun 2002 pasal 40 pun sudah dipertegas dalam ayat 1 disebutkan bahwa, orangtua wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal usulnya dan orangtua kandungnya. ayat 2, pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kesiapan anak.

Dalam hal memenuhi hak anak untuk dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri., panti sangat berusaha keras dalam mencari identitas anak jikalau ditemukan keluarganya maka akan diserahkan kepada keluarga untuk diasuh dan dibesarkan, jika keluarga tetap ingin menyerahkan, pihak panti memberi motivasi-motivasi, terkadang orangtua berubah fikiran dan mengambil kembali anaknya.

“orangtua yang menyerahkan kemari kita beri motivasi, bener ni anaknya mau diserahin?karena orangtuanya normal,bener mau diserahin?kita motivasi dia terus gini,,gini,,gini..akhirnya dia mau memelihara lagi dengan bantuan keluarga besarnya kan bagaimanapun juga tetep keluarga yang terbaik”25

24

Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011

25

(68)

e. Dalam hal karena sesuatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku. Mengacu pada PP 54 2007 Pasal 2

“Pengangkatan anak bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Jika status anak sudah ada pada tahap aman, pihak panti pun berpartisipasi aktif dalam hal mencarikan anak tersebut agar mendapatkan orangtua angkat sehingga terjamin seluruh hak-haknya sesuai dengan misinya yakni mengembalikan anak balita terlantar ke dalam kehidupan yang layak dan normatif.

(69)

Untuk imunisasi, orangtua H melanjutkan pemberian imunisasi sesuai dengan kartu kesehatan yang diberikan pihak panti. Namun berbeda dengan orangtua P, sampai dengan saat ini orangtua P belum bersedia melanjutkan imunisasi sang anak karena berpegang teguh pada syariat dimana memasukkan kuman itu tidak boleh.

“ karena saya juga memang ada silang pendapat yang berkait, apa namanya ada pendapat yang gak membolehkan. Karena sesuai syariat kan sebenarnya gak boleh……Karena satu, bahan yang dikasih itu…kuman tu gak boleh dimasukkan, makanya sampai sekarang….karena jujur saya percaya syariat….saya sih belum kearah situ lah, nanti..saya baca-baca lagi dapat darimana sih? sampai ketemu titik salah atau bener gitu lo,yakin…”26

g. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya.

Dalam hal pendidikan orangtua H memilih memasukkan H ke playgroup pada saat H memasuki usia 2 tahun, untuk saat ini pendidikan H masih sebatas pendidikan internal, seperti sengaja menyediakan saluran tv khusus anak-anak agar H tidak menonton tontonan dewasa, mengajarinya huruf hijaiyah, juga kosakata-kosakata baru.

“Saat ini sih, sampai saat dua tahun menjelang rencana saya sih, H dengan pendidikan di dalam rumah aja, diajarin ngaji, huruf hijaiyah terus apa sih namanya..misalkan, kipas ya...biar gak bisa ngomongnya tapi nanti dia nunjuk gitu...ini apa...gitu, karena dia

26

Gambar

TABEL 1.1 Personalia PSAA Balita Tunas
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Tabel 1. 1. Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa
Tabel 1. 2 Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa

Referensi

Dokumen terkait

Masalah tersebut tentu mencakup pada hal yang luas berupa keterlibatan BPD serta masyarakat sebagai objeknya, adminitrasi Desa secara umum tertuang dalam buku

ini yaitu sejak perusahaan tersebut berdidiri, belum memiliki media komunikasi visual yang memandai untuk mendukung promosi atau mengenalkan perusahaan kepada masyarakat. Salah

Berdasarkan data data yang penulis peroleh dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran fiqih dan beberapa siswa kelas VII Mts Negeri 2 Bandar

Perubahan status atau tukar menukar tanah wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) diatur dalam buku III, Bab IV Pasal 225 ayat (1) dan ayat (2), Pada dasarnya

Logam berat Cu merupakan unsur logam berat yang bersifat esensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun jika

Meanwhile, the Manova test revealed that there was no a significant difference between the students who received mind mapping and those who received pre- questioning in their

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang sifatnya eksploratif untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap kinerja sistem

Aspek sosial dilihat dari tingkat partisipasi petani kopi dalam kegiatan kelompok tani, petani mampu memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam setiap