• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kinerja Local Multipoint Distribution Service (LMDS) Sebagai Akses Layanan Nirkabel Pita Lebar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kinerja Local Multipoint Distribution Service (LMDS) Sebagai Akses Layanan Nirkabel Pita Lebar"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KINERJA LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE (LMDS) SEBAGAI AKSES LAYANAN NIRKABEL PITA LEBAR

O L E H

RUDIANTO BM. HARIANJA 030402071

Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Kebutuhan pelanggan akan layanan komunikasi semakin meningkat, terutama

pada komunikasi data untuk berbagai aplikasi internet. Besarnya alokasi spektrum

yang digunakan memampukan sistem LMDS untuk mendukung layanan broadband. LMDS menyediakan layanan data berkecepatan tinggi, layanan suara, layananan

video, video on demand, Interaktif video, seperti video conference, broadcast video, dan CDMA berbasis LMDS.

Dalam Perancangan sistem ada beberapa parameter yang harus diperhatikan

seperti redaman, kualitas transmisi, daya pancar, EIRP(Equivalent Isotropic Radiated

Power), dan tinggi antena. Kinerja dari sistem meliputi level sinyal terima (RSL), daya pancar, dan EIRP. Masalah yang sering terjadi adalah daya pancar yang kurang,

level sinyal terima terlalu kecil, atau rugi-rugi lintasan yang terlalu besar. Hal ini akan

mengakibatkan dilakukannya rekonstruksi ulang yang menambah biaya pembangunan

sistem. Untuk itu perlu dilakukan Analisa parameter tersebut sehingga masalah

tersebut bisa diatasi. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah

pemilihan teknik modulasi yang digunakan. Kinerja dari sistem ini akan dianalisa

untuk beberapa sistem yang menggunakan teknik modulasi phasa yang berbeda yaitu

BPSK, QPSK, octal-PSK dan DQPSK.

Hasil analisa menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan teknik modulasi

DQPSK adalah lebih baik dari yang lain karena modulasi ini memiliki daya pancar

yang lebih besar, level sinyal terima yang lebih besar dan EIRP yang lebih besar juga.

Hal ini disebabkan karena modulasi QPSK memiliki level modulasi yang lebih tinggi

dibanding ketiga yang lainnya. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa sistem dapat

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Comman Harianja dan Ibunda

Lamtosa Simamora, yang banyak memberikan dukungan moril, doa dan

materi.

2. Bapak Ir. Sihar Parlinggoman Panjaitan, MT, selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir, atas dukungan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan

Tugas Akhir.

3. Bapak Ir. Edy Warman, selaku dosen wali atas motivasi dan arahan serta

bimbingan selama kuliah.

4. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Hasdari Helmi, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Rekan-rekan penulis di Laboratorium Sistem Pengaturan dan Komputer,

serta rekan penulis di Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro atas kerjasamanya

selama ini.

8. Seluruh keluarga besar penulis tercinta, Ompung, Lae Bona, Bang Jansen

(Indosat), Tulang Bona, Uda Dedy dan Uda Sumurung, Bang Hendra, Kak

Helen, dan adik-adikku Ana, Benni, dan sikecil Grace atas dukungan, doa

(4)

9. Dewi tercinta, yang selalu menemani, mendukung, dan untuk perhatiannya.

10. Eka Jaya Ginting atas account Rapidshare-nya .

11. Teman-teman angkatan 2003, Fery, Paniel, Dewi Sie, Pian, Hedbien, Aan,

Handhika, Irsan, Tigor, Oloan, Ganda, Gustian, Dwita, Mey, Faisal, Nora,

Rudi, Brian, Iman, Adhit, dan teman-temanku lainnya yang tidak tercantum

namanya.

12. Teman-teman angkatan 2002, 2004 dan 2005.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak

kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis siap

menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas

Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis.

Medan, September 2007 Penulis

.

Rudianto BM. Harianja

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Metode Penulisan ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL ... 5

2.1 Pendahuluan... 5

2.1.1 Evolusi Sistem Nirkabel ... 6

2.1.2 Diagram Blok Sistem Komunikasi Nirkabel ... 7

2.2 Standard Sistem Komunikasi Nirkabel... 8

2.2.1. Standar IEEE 802.11... 9

2.2.2. Standar IEEE 802.16... 10

2.3. Teknik Modulasi Sistem Komunikasi Nirkabel... 10

2.3.1. BPSK, QPSK dan /4-DQPSK... 12

2.3.2. Modulasi 16QAM, 64QAM, 256QAM... 13

(6)

2.4. Teknik Akses Jamak (Multiple-access)...15

2.4.1. Duplexing…………... 15

2.4.2. Frequency Division Multiple Access (FDMA)...16

2.4.3. Time Division Multiple Access (TDMA)... 17

2.4.4. Code Division Multiple Access (TDMA)... 19

2.5. Teknologi Sistem Komunikasi Nirkabel... 19

2.5.1. Bluetooth ………... 20

2.5.2. Infrared …………... 21

2.5.3. Home Radio Frequency...21

2.5.4. WiFi …………... 22

2.5.5. GPRS …………... 23

2.5.6. Fixed Wireless Access... 24

2.5.7. Local Multipoint Distribution Service (LMDS)... 25

2.5.8. Multi-Channel Multipoint Distribution Service(MMDS)... 25

2.5.9. Laser Transmission…... 26

2.5.10.Komunikasi Satelit…... 26

2.6. Komunikasi Pita Lebar... 28

BAB III LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE... 31

3.1. Pendahuluan……..…………... 31

3.2. Gambaran Umum Sistem LMDS... 31

3.3. Alokasi Frekuensi ... 32

3.4. Jenis Layanan yang Disediakan... 33

3.5. Standarisasi Sistem LMDS... 33

3.6. Arsitektur Sistem LMDS... 34

3.7. Konfigurasi Sistem LMDS... 36

3.8. Parameter Perencanaan LMDS... 37

3.8.1. Menentukan Prediksi Pelanggan... 37

3.8.2. Menentukan Link Budget.... ... 38

3.8.9. Redaman... 38

3.9.1. Redaman Hujan... 39

3.9.1. Redaman Ruang Bebas(free space loss)... 40

(7)

3.11. Daya Pancar (Power Transmit)... 43

3.12. Receive Level Signal. ... 43

3.13. EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power)... 44

3.14. Konsep Sel Nirkabel LMDS... 44

3.15. Sektorisasi. ... 45

3.16. Frequency Reuse... ... 45

3.17. Site Planning ... 46

BAB IV ANALISA KINERJA LMDS………... 48

4.1. Umum………..……... 48

4.2. Parameter Analisis…………...49

4.3. Penentuan Link Budget……... 49

4.4. Perhitungan Redaman Hujan... 50

4.5. Perhitungan Redaman Ruangan Bebas………. ... 51

4.6. Perhitungan Kualitas Transmisi………... 51

4.7. Perhitungan Daya Pancar... 55

4.8. Perhitungan Level Sinyal Terima (Receive Signal Level)...58

4.9. Perhitungan EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power)... 60

4.10. Perhitungan Tinggi Menara…………...…...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Band Frekuensi Wireless... 6

Tabel 2.2. Urutan Pola Bit DQPSK... 13

Tabel 3.1. Parameter Link Budget………... 38

Tabel 3.2. Spesifikasi Teknis Sistem LMDS... 42

Tabel 3.3. Persamaan Luas Sel... 44

Tabel 4.1. Parameter Link Budget... 49

Tabel 4.2. Nilai Konstanta Atenuasi Sesuai Rekomendasi CCIR...50

Tabel 4.3. Nilai Redaman Ruang Bebas Berdasarkan Fungsi Jarak dan Frekuensi..51

Tabel 4.4. Level Modulasi dan roll of factor... 52

Tabel 4.5. Nilai Eb/No Noncoding untuk Beberapa jenis Modulasi...52

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan C/N untuk Jenis Modulasi yang Berbeda... 55

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Daya Pancar... 57

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan RSL Minimum... 58

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan RSL Sistem... ... 59

Tabel 4.10. RSL Sistem Empat Jenis Modulasi... 59

Tabel 4.11. Perbandingan RSL Minimum dengan RSL Sistem ... 60

Tabel 4.12. Perhitungan EIRP Berdasarkan Teknik Modulasi yang Digunakan... 62

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Arsitektur point-to-poin dan point-to-multipoint(PTMP)... 5

Gambar 2.2. Diagram Blok Dasar Sistem Komunikasi Wireless... 7

Gambar 2.3. Konstalasi Sinyal BPSK dan QPSK... 12

Gambar 2.4. Konstalasi Sinyal 16QAM dan 64QAM... 13

Gambar 2.5. Spektrum Gelombang OFDM... 14

Gambar 2.6. Kanal FDMA dengan Bandwidth yang Berbeda...17

Gambar 2.7. TDMA dengan Skematik Time Slot (TS)... 18

Gambar 2.8. Code Division Multiple Access (CDMA)... 19

Gambar 2.9. Konfigurasi Fixed Wireless dua Pelanggan... ... 24

Gambar 2.10. Sistem Komunikasi Satelit... 27

Gambar 3.1. Arsitektur Sistem LMDS... 34

Gambar 3.2. Konfigurasi Jaringan Sistem LMDS... 35

Gambar 3.3. Co-Sited Base Station... 36

Gambar 3.4. Arsitektur Analog Fiber... 37

Gambar 3.5. Site Planning... 46

Gambar 4.1. Model Sistem yang dianalisa... 48

Gambar 4.2. BER Versus Eb/No dengan Modulasi BPSK, OPSK dan QPSK... 52

Gambar 4.3. BER Versus Eb/No dengan Modulasi DBPSK dan QPSK... 53

(10)

ABSTRAK

Kebutuhan pelanggan akan layanan komunikasi semakin meningkat, terutama

pada komunikasi data untuk berbagai aplikasi internet. Besarnya alokasi spektrum

yang digunakan memampukan sistem LMDS untuk mendukung layanan broadband. LMDS menyediakan layanan data berkecepatan tinggi, layanan suara, layananan

video, video on demand, Interaktif video, seperti video conference, broadcast video, dan CDMA berbasis LMDS.

Dalam Perancangan sistem ada beberapa parameter yang harus diperhatikan

seperti redaman, kualitas transmisi, daya pancar, EIRP(Equivalent Isotropic Radiated

Power), dan tinggi antena. Kinerja dari sistem meliputi level sinyal terima (RSL), daya pancar, dan EIRP. Masalah yang sering terjadi adalah daya pancar yang kurang,

level sinyal terima terlalu kecil, atau rugi-rugi lintasan yang terlalu besar. Hal ini akan

mengakibatkan dilakukannya rekonstruksi ulang yang menambah biaya pembangunan

sistem. Untuk itu perlu dilakukan Analisa parameter tersebut sehingga masalah

tersebut bisa diatasi. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah

pemilihan teknik modulasi yang digunakan. Kinerja dari sistem ini akan dianalisa

untuk beberapa sistem yang menggunakan teknik modulasi phasa yang berbeda yaitu

BPSK, QPSK, octal-PSK dan DQPSK.

Hasil analisa menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan teknik modulasi

DQPSK adalah lebih baik dari yang lain karena modulasi ini memiliki daya pancar

yang lebih besar, level sinyal terima yang lebih besar dan EIRP yang lebih besar juga.

Hal ini disebabkan karena modulasi QPSK memiliki level modulasi yang lebih tinggi

dibanding ketiga yang lainnya. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa sistem dapat

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem komunikasi nirkabel berkembang cepat karena memiliki

beberapa keuntungan seperti instalasi mudah dan murah, pembangunan jaringan

dapat dicicil, dapat menjangkau daerah yang tidak dapat dijangkau oleh sistem

komunikasi fixed biasa dan dapat diimplementasikan secara cepat dan handal.

Adapun klasifikasi sistem komunikasi nirkabel adalah fixed nirkabel dan mobile nirkabel. Masing-masing jenis ini juga masih bisa dibedakan menjadi dua yaitu

non-cellular dan cellular. LMDS termasuk kedalam fixed nirkabel non-cellular. LMDS merupakan sistem komunikasi point to multipoint yang beroperasi

pada rentang 28 GHz sampai 31 GHz atau bergantung lisensi di suatu negara

dengan bandwidth yang tersedia sebesar 1GHz hingga 3 GHz. LMDS dapat

menyediakan layanan suara, data, internet, dan video secara bidirectional[10].

Sebagai akibat dari propagasi sinyal pada frekuensi tersebut maka sistem LMDS

menggunakan arsitektur konfigurasi sel dengan memakai teknologi digital dan

pengulangan frekuensi. Pengiriman sinyal gelombang milimeter serta alokasi

spektrum yang besar dari sistem LMDS dapat menyediakan layanan pita lebar,

kecepatan transfer data yang tinggi pada radius sel yang kecil berdiameter 1 km

sampai 5 km.

Dalam pembangunan sebuah sistem yang kompleks sering terjadi

kesalahan ataupun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Masalah yang sering

terjadi bisa saja misalnya daya pancar yang kurang, level sinyal terima terlalu

kecil, atau rugi-rugi lintasan yang terlalu besar. Hal ini akan mengakibatkan

(12)

Dalam perancangan LMDS bisa saja mengalami masalah yang disebutkan

di atas dimana daya pancar kurang, level sinyal terima dan EIRP yang kecil, serta

tinggi antena yang tidak mengikuti kaidah LOS. Untuk itu dalam tugas akhir ini

akan dilakukan analisa kinerjanya dengan cara melakukan pemilihan teknik

modulasi yang lebih baik untuk mendapatkan daya pancar, level sinyal terima,

dan EIRP yang lebih baik. Teknik modulasi yang dibandingkan adalah modulasi

PSK yaitu BPSK, QPSK, 8PSK dan DQPSK. Jika masalah tersebut dapat diatasi

maka dapat dilanjutkan dengan pembangunan sistem.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas maka penulis dapatkan rumusan

masalah dari tugas akhir ini yaitu :

1 Apa saja parameter perancangan sistem LMDS?

2 Bagaimana pengaruh besar redaman hujan dan redaman free space loss terhadap frekwensi yang dipancarkan dan diterima?

3 Bagaimana kualitas sinyal yang diterima dan daya pancarnya?

4 Bagaimana konsep perancangan sel, sektorisasi dan siteplan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisa

kinerja LMDS sebagai broadband nirkabel access dan mendapatkan nilai

redaman hujan redaman ruang bebas, kualitas transmisi dan daya pancar, serta

konsep perancangan sel. Hal ini diperlukan untuk mengetahui ukuran kualitas

(13)

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan dari topik yang dibahas maka penulis

memberikan beberapa asumsi dan batasan masalah, antara lain :

1. Tidak membahas mengenai teknik pengkodean pada penerimaan dan

pemancaran pada sistem LMDS.

2. Hanya membahas teknik modulasi BPSK, QPSK, 8PSK, DQPSK.

3. Tidak membahas secara detail tentang Fiber-based Infrastucture dan interkoneksi

dengan jaringan luar.

4. Tidak membahas mengenai serapan gas (Gaseous absorption)

5. Menggunakan availability 99% dan unavailability 1%

6. Tidak membahas mengenai langkah perancangan tetapi hanya menganalisa model

perancangan yang sudah ada dengan beberapa asumsi.

1.5 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah :

1. Studi literatur, yaitu menelaah buku-buku dan jurnal serta e-book yang

berhubungan dengan permasalahan.

2. Melakukan perhitungan analisa dengan menggunakan MATLAB 7.1

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis

menyusun sitematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan secara singkat latar belakang, tujuan, permasalahan, batasan

(14)

BAB II. SISTIM KOMUNIKASI NIRKABEL

Bab ini menjelaskan tentang teknologi komunikasi nirkabel, konsep sistem

dan jaringan komunikasi nirkabel, sistem komunikasi pita lebar, modulasi

dan akses jamak.

BAB III. LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE

Bab ini membahas lebih detail mengenai LMDS yang meliputi gambaran

umum, standarisasi, arsitektur dan parameter perancangan.

BAB IV. ANALISIS KINERJA LMDS

Pada bab ini akan dianalisa parameter yang dapat menunjukkan sebuah

kinerja LMDS dengan memberikan beberapa asumsi tertentu. Parameter

yang dianalisa adalah redaman, kualitas transmisi, daya pancar,

EIRP(Equivalent Isotropic Radiated Power), dan tinggi antena.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan bab–bab sebelumnya

dan saran-saran serta beberapa kemungkinan pengembangan dan

(15)

BAB II

SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL

2.1 Pendahuluan

Sistem komunikasi nirkabel adalah sistem komunikasi tanpa kabel.

Merupakan sistem komunikasi yang berkembang dengan pesat seiring dengan

permintaan pelanggan. Akses untuk sistem komunikasi ini ada dua yaitu fixed dan mobile. Masing-masing memiliki teknologi tersendiri seperti untuk fixed :

infrared, LMDS, MMDS, DCS1800 dan untuk mobile: GSM, CDMA, dan AMPS

dan masih banyak teknologi yang lainnya. Sistem komunikasi ini menggunakan

media udara untuk pentransmisiannya sehingga tidak terlepas dari teknik

propagasi. Sistem komunikasi ini memiliki dua arsitektur yaitu point-to-point (PTP) dan point-to-multipoint (PTMP).

Point-to-point (PTP) dikenal juga dengan nama leased lines, yaitu merupakan komunikasi antara dua lokasi misalnya komunikasi antar sebuah

kantor cabang dengan kantor perwakilan dalam satu daerah seperti terlihat dalam

Gambar 2.1 :

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Arsitektur Point-to-Point (b) Point –to- Multipoint

Point-to-Multipoint (PTMP) sering disebut sebagai access point (AP) atau

nirkabel access point (WAP). Merupakan komunikasi antara satu sumber dengan

banyak pelanggan, misalnya sebuah Internet Service Provider (ISP) yang

(16)

2.1.1 Evolusi Sistem Nirkabel

Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap layanan sistem

komunikasi yang baru dan berbeda sangat membutuhkan spektrum frekwensi

radio pada frekwensi yang lebih tinggi. Dengan alasan tersebut maka muncullah

beberapa layanan yang menggunakan band frekwensi seperti Very High Frequency (VHF) (30–300 MHz), Ultra High Frequency (UHF) (300–3,000

MHz), and Super High Frequency (SHF) (3–30 GHz). Adapun jenis-jenis band frekuensi komunikasi nirkabel adalah seperti yang terdapat dalam Tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Band Frekwensi Nirkabel

Band Frekuensi Range Frekuensi Range Panjang Gelombang

Extremely Low Frekwensi(ELF) < 30 kHz > 100.000 m

Very Low Frekwensi (VLF) 3 – 30 kHz 100.000 – 10.000 m

Low Frekwensi (LF) 30 – 300 kHz 10.000 – 1.000 m

Mediumwave Frekwensi (MF) 300 – 3000 kHz 1.000 – 100 m

High Frekwensi (HF) 3 – 30 MHz 100 – 10 m

Very High Frekwensi (VHF) 30 – 300 MHz 10 – 1 m

Ultra High Frekwensi (UHF) 300 – 3000 MHz 1 – 0.1 m

Super High Frekwensi (SHF) 3 – 30 GHz 10 – 1 cm

Extra High Frekwensi (EHF) 30 – 300 GHz 1 – 0.1 cm

Frekuensi rendah dan frekuensi tinggi berbeda dalam hal propagasi. Untuk

frekuensi rendah dan medium dipancarkan dengan gelombang elektro magnetik

melalui permukaan bumi sampai ke lapisan atmosfer sehingga disebut

gelombang tanah. Sementara pada HF dan frekuensi yang lebih tinggi juga tetap

menggunakan gelombang tanah namun atenuasinya sangat besar sehingga untuk

(17)

lebih didominasi oleh gelombang langit atau gelombang yang dipropagasikan

melalui atmosfer.

2.1.2 Diagram Blok Sistem Komunikasi Nirkabel

Proses perancangan untuk sistem komunikasi pita lebar nirkabel

membutuhkan suatu perencanaan yang rumit dan perhitungan untuk memprediksi

kinerja dari sistem itu sendiri sebelum dibangun. Diagram blok ini mungkin dapat

digunakan sebagai dasar pengukuran yang akurat, sebagai contoh dalam

pengukuran radiasi directional pada antena yang digunakan, atau prediksi level

dan karakteristik lain yang sampai kepada penerima.

Semua sistem komunikasi nirkabel dapat digambarkan melalui diagram

blok dasar yang ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diagram Blok Dasar Sistem Komunikasi Nirkabel

Pada gambar dapat dilihat bahwa komunikasi dimulai dengan adanya sumber

informasi yang dapat berupa suara, video, e-mail, gambar, maupun data dalam

berbagai bentuk. Perangkat transmitter mengubah informasi menjadi format signaling ( Coding dan Modulasi ) dan amplifier untuk menaikkan level daya

yang dibutuhkan untuk mencapai penerima dengan baik. Antena transmisi

(18)

yang dipropagasikan ke arah yang di orientasikan oleh antena. Kanal propagasi

bukanlah sebuah kanal fisik tetapi hanya mempresentasikan atenuasi, variasi, dan

distorsi lain yang mempengaruhi gelombang elektromagnetik selama

dipropagasikan melalui antena transmisi sampai kepada antena penerima. Pada

waktu pengiriman informasi dari antena pemancar ke antena penerima, pasti

terjadi interferensi yang dapat mengurangi kualitas transmisi. Interferensi bisa

saja diakibatkan oleh pengaruh gelombang elektromagnetik, pengaruh frekuensi

yang berdekatan dengan sistem itu sendiri dan juga pengaruh penggunaan kanal

frekuensi bersama. Antena penerima akan menerima informasi yang dipancarkan

namun tidak sebaik yang dipancarkan oleh pengirim informasi karena pengaruh

interferensi tersebut. Antena penerima akan meneruskan ke perangkat penerima,

tetapi sinyal itu masih mengandung noise yang diakibatkan oleh interferensi sinyal dan juga noise yang terjadi karena pengaruh temperatur. Sinyal yang

masuk ke perangkat penerima masih mengandung noise. Untung mengurangi pengaruh noise maka perlu dilakukan penguatan dan pemfilteran. Setelah melalui

proses tersebut maka sinyal akan didemodulasi. Sinyal informasi yang telah

didemodulasi akan diteruskan kepada penerima informasi melalui perangkat

tertentu, bisa saja berupa speaker atau monitor. Akhirnya penerima informasi

akan menerima informasi yang dikirimkan dengan kualitas yang baik.

2.2 Standar Sistem Komunikasi Nirkabel

Banyak sistem komunikasi nirkabel broadband, khususnya sistem Private

Microwave Point-to-Point menggunakan teknologi dan metode keteknikan sangat

(19)

pemakaiannya sudah dibuat untuk menertibkan persaingan komersil mereka.

Standar-standar yang ditetapkan tersebut adalah :

2.2.1 Standar IEEE 802.11

IEEE 802.11 working group adalah adalah bagian dari IEEE 802 LAN/MAN Standards Committee (LMSC), yang beroperasi dibawah naungan

IEEE, yaitu perusahaan profesional terbesar di dunia. Standard asli IEEE 802.11

disediakan untuk jaringan nirkabel pada band ISM yang menyediakan kecepatan

data 1-2 Mbps. Kecepatan ini tentunya kurang dari jaringan ethernet yang biasanya bekerja pada 10 sampai 100 Mbps dan dapat dikembangkan dengan

biaya peralatan yang murah. Untuk mengembangkan kemampuan jaringan

nirkabel ini maka dimulailah dua proyek tambahan. Proyek IEEE 802.11b

tepatnya dimulai sebelum 1997 setelah proyek 802.11a. Standard ini selesai dan

diterbitkan pada tahun 1999 yang menyediakan jaringan nirkabel beroperasi pada

kecepatan 11 Mbps menggunakan band 2,4 GHz ISM. Dengan hadirnya standard

ini maka band yang 2,4 GHz tersebut dibagi menjadi enam kanal, masing-masing

15 MHz. Level daya dari standar ini dibatasi sampai mW, dan menggunakan

teknologi spread spektrum diijinkan untuk mengurangi interferensi berbahaya

kapada pemakai lain. Untuk magatur akses oleh pemakaian yang sangat banyak,

disediakan pendekatan collision sense multiple access (CSMA) untuk berbagi kanal. Standard IEEE 802.11a juga diselesaikan dan di terbitkan pada tahun yang

sama. Standar ini menyediakan operasi pada 5 GHz dengan menggunakan

modulasi OFDM. Menggunakan kanal 20 MHz, dan kecepatan sampai 54 Mbps

(20)

ini adalah 802.11g, dimana kecepatan datanya lebih baik dari 802.11b tetapi

masih menggunakan band 2,4 GHz.

2.2.2 Standard IEEE 802.16

Standard ini disediakan untuk layanan Broadband Wireless Access(BWA) dan juga masih merupakan bagian dari 802 LMSC. Awalnya diorganisasikan

untuk layanan sistem fixed broadband yang beroperasi pada 11 GHz, 24 GHz DEMS (digital electronic messaging service), 28 GHz LMDS dan 38 GHz.

Tujuannya adalah peningkatan kecepatan dari sistem sepanjang masih

menguntungkan dari sisi standard marketing. Setelah itu muncul kembali standar

802.16a Wireless MAN yang juga merupakan standard Air Interface for Fixed

Wireless Access System dan mencakup band pada 10 sampai 66 GHz. Standard ini dipublikasikan pada akhir tahun 2001.

Untuk standard eropa dikeluarkan oleh ETSI (European Telecommunications Standards Institute) yang mana pengalokasian band frekwensinya hampir sama dengan standard IEEE hanya saja berbeda dalam hal

penamaan.

2.3 Teknik Modulasi Sistem Komunikasi Nirkabel

Sinyal yang ditransmisikan memiliki tiga karakteristik yang paling

mendasar yaitu frekuensi, amplitudo dan phasa. Karakteristik ini dapat

diubah-ubah dengan sendirinya atau melalui kombinasi respon dari informasi yang akan

ditransmisikan. Pada sistem komunikasi nirkabel lebih cocok digunakan teknik

modulasi digital untuk memodifikasi frekuensi, phasa, dan amplitudo informasi

(21)

radio mores code), prosesnya dinamakan ”keying” sehingga tipe modulasinya

dapat di kumpulkan sebagai :

a. ASK : Amplitudo Shift Keying, dimana amplitudo sinyal diubah

sepanjang level amplitudo sinyal pembawa untuk menyatakan pola bit.

Ini meliputi bentuk paling sederhana, on-off keying (OOK), yang mana sinyal dihidup-matikan (dari amplitudo maksimum sampai amplitudo

nol) sebagai respon pola bit. OOK ini biasanya digunakan oleh sistem

free space optic.

b. FSK: Frekwensi Shift Keying, yang mana frekuensi sinyal informasi diubah menurut frekuensi pembawa sebagai pola bit.

c. PSK: Phase Shift Keying, dimana phasa dari sinyal informasi diubah

menurut phasa pembawa untuk menyatakan pola bit.

Banyak variasi metode modulasi yang diperoleh dari bentuk dasar diatas.

Sebanyak jumlah level amplitudo, frekuensi, dan phasa yang diperoleh dari

gelombang pembawa bertambah, lebih banyak lagi jumlah bit informasi yang

dapat kita sampaikan dengan satu state bentuk gelombang. Hal ini dapat

dinyatakan dengan persamaan : n = log2 (M) atau M= 2n dimana M adalah jumlah

state sinyal satu buah simbol dan n adalah jumlah bit informasi yang dapat kita

kirimkan.

Pita lebar nirkabel menggunakan teknik modulasi seperti sistem nirkabel

umumnya ( cellular dan aplikasi radio mobile lainnya) yaitu menggunakan teknik

(22)

2.3.1 BPSK, QPSK dan /4-DQPSK

Dua metode modulasi yang paling sederhana dan sempurna adalah binary phase shift keying dan quadrature phase shift keying. Sesuai dengan namanya, BPSK menyatukan antara dua state phasa untuk menyampaikan pola bit,

sedangkan QPSK menyatukan empat state phasa. Kontalasi sinyal dari kedua tipe

ini akan ditunjukkan oleh Gambar 2.3 .

Gambar 2.3 (a) Konstalasi Sinyal BPSK (b) Konstalasi Sinyal QPSK

BPSK dapat mengalami perubahan state phasa pada nilai 0o dan 180o .

QPSK dapat memiliki perubahan state phasa pada nilai 45o, 135o, 225o dan 315o.

Karena masing-masing state phasa untuk QPSK membawa dua bit informasi, data

yang dipakai dengan QPSK dapat dikodekan sehingga phasa yang bersebelahan

berbeda satu bit seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.3 (b). Sangat

memungkinkan adanya deteksi kesalahan dihasilkan pada phasa yang

bersebelahan (tidak dua state phasanya), pendekatan encoding ini berarti bahwa

sebuah simbol mengalami kesalahan dihasilkan pada satu bit kesalahan bukannya

dua bit. Tipe pengkodean ini dinamakan Gray coding. Dari Gambar 2.3 (b) jelas

bahwa pola bit transisi akan menyebabkan vektor sinyal menuju nol (contohnya:

00 ke 11), akan menyebabkan amplitudo pembawa menuju nol. Transisi

amplitudo pembawa yang menuju nol akan menyebabkan interferensi kanal pada

(23)

/4-DQPSK digunakan pada pola 2-bit disampaikan oleh transisi phasa antara

delapan state phasa (dengan perbedaan phasa /4). Bit yang ditransmisikan

dideteksi oleh phasa yang berbeda dari satu simbol ke simbol berikutnya sehingga

disebut diffrential QPSK atau DQPSK. Urutan bit yang menyatakan perubahan

phasa ditunjukkan oleh Tabel 2.2 :

Tabel 2.2 Urutan Pola Bit DQPSK[11] Pola Bit Transisi Phasa

00 /4

01 /4

10 /4

11 +3 /4

2.3.2 Modulasi 16QAM, 64QAM, 256QAM

Jumlah bit setiap simbol yang ditransmisikan oleh BPSK dan QPSK

tidaklah peka terhadap bandwidth yang diberikan. Untuk meningkatkan

kecepatan data, simbol yang mengirimkan lebih banyak bit informasi dengan

state konstalasi sinyal yang lebih banyak sangat dibutuhkan. Tipe modulasi yang

dikenal sebagai quadrature amplitude modulation (QAM) biasanya dipilih untuk memancarkan simbol yang memiliki efisiensi yang lebih tinggi. Gambar 2.4

mengilustrasikan konstalasi sinyal untuk keluarga QAM ini yaitu 16QAM,

64QAM. Konstalasi sinyal untuk 256QAM sama dengan 64QAM.

(24)

Dari konstalasi tersebut dapat dilihat bahwa adanya hubungan antar QPSK

dan QAM. QPSK dapat dikatakan adalah anggota dari kelompok QAM dan

disebut dengan 4QAM karena bisa dibangkitkan menggunakan modulator yang

sama dengan modulator QAM yaitu in-phase/quadrature (I/Q) modulator. Keempat konstalasi simetris ini memiliki efisiensi pentransmisian simbol antara 2

bit/simbol sampai 8 bit/simbol.

2.3.3 OFDM (Orthogonal Frekwensi Division Multiplexing)

OFDM adalah metode modulasi multicarrier yang menggunakan sejumlah

pembawa ( subcarrier), yang masing-masing bekerja dengan kecepatan data yang

rendah[9]. Bekerja bersamaan, komposisi data pada semua subcarrier dapat

dibandingkan dengan kecepatan data sebenarnya menggunakan modulasi dasar

yang sama pada kecepatan data yang lebih tinggi tetapi dengan pembawa tunggal

pada kanal bandwidth yang sama. Keuntungan utama dari OFDM ini adalah bahwa durasi simbol dapat lebih lama sehingga dapat mengurangi kesalahan dari

pengaruh intersymbol interferensi (ISI) dan juga dapat mengurangi waktu dispersi

multipath. Spektrum Gelombang OFDM ditunjukkan oleh Gambar 2.5:

(25)

Gambar diatas adalah bentuk spektrum OFDM dengan jumlah 16

subcarrier. Jumlah subcarrier ditentukan oleh total kecepatan data yang

dibutuhkan dan delay maksimum tersebar yang akan dialami oleh kanal. Setiap

subcarrier dapat dimodulasi menggunakan PSK atau QAM. Kesalahan kinerja dari sebagian subcarrier dapat diabaikan sepanjang subcarrier tetap dalam posisi

orthogonal dan tidak ada interferensi antar subcarrier. OFDM juga sangat sensitif

terhadap kesalahan frekuensi pembawa yang menggeser ke-orthogonalan antara

subcarrier.

2.4Teknik Akses Jamak (Multiple-access)

Spektrum sistem komunikasi nirkabel kira-kira mulai dari 150 kHz

sampai 100 GHz disegmentasikan dalam beberapa band yang dapat di rancang sesuai dengan jenis dari layanan nirkabel. Perancangan ini telah ditetapkan oleh

International Telecommunication Union (ITU) dan berlaku untuk setiap basis yang ada di dunia ini. Pembagian spektrum frekwensi menjadi beberapa blok

memungkinkan pemakaian secara serentak dan akses yang secara simultan dapat

menyebabkan konflik antar pengguna sehingga mengakibatkan kualitas informasi

yang diterima kurang baik. Namun dengan adanya teknik Frekwensi Division

Multiple Access (FDMA) hal ini dapat diatasi tanpa adanya konflik frekuensi. Akses jamak maksudnya akses secara simultan terhadap frekuensi yang sama atau

kanal yang sama dalam daerah yang sama oleh beberapa pengguna. Simultan

maksudnya sistem digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang

sesegera mungkin. Sistem yang tidak mengalami kinerja yang simultan dianggap

(26)

2.4.1 Duplexing

Duplexing adalah metode yang digunakan untuk melengkapi komunikasi dua arah antara terminal point-to-point atau antara jaringan Hub dengan sebuah

terminal pengontrol[4]. Dua metode yang digunakan pada nirkabel pita lebar

adalah Frequency Division Duplexing (FDD) dan Time Division Duplexing (TDD).

FDD sekarang ini lebih luas digunakan pada fixed broadband Wireless. Dengan FDD beberapa frekuensi bekerja untuk mengontrol komunikasi antara

downlik dan uplink. FDD digunakan pada semua komunikasi 1G, 2G, dan 3G

sistem mobile.

TDD menggunakan frekuensi yang sama untuk downlink dan uplink dalam

komunikasi antara hub dan terminal pengontrol. TDD bisa dikatakan transmisi

yang sangat sederhana karena operator mengirimkan pesan dan harus menunggu

responnya tetapi sudah sangat lama digunakan yaitu sejak adanya telegraph

sekitar 150 tahun yang lalu. TDD ini masih banyak digunakan pada komunikasi

antara pesawat dengan bandara pada frekuensi yang sama untuk mengirimkan dan

menerima pesan suara.

2.4.2 Frequency Division Multiple Access (FDMA)

Melalui teknik akses jamak FDMA, spektrum yang diperoleh operator

sistem disegmentasikan kedalam kanal frekuensi. Sebuah kanal frekuensi atau

yang dalam fisiknya kanal slot yang dikenal melalui frekuensi utamanya dan

bandwidthnya. Ketika terminal pengontrol dibangun, atau inisialisasi komunikasi,

kanal frekuensi bekerja untuk mendukung komunikasi antara hub dan terminal

(27)

bekerja. Tetapi jika menggunakan TDD, hanya kanal tunggal yang bekerja yaitu

uplink saja atau downlink saja. Bandwidth slot frekuensi bisa seragam dan bisa juga bervariasi. Kanal FDMA ditunjukkan oleh Gambar 2.6

Gambar 2.6 Kanal FDMA dengan bandwidth yang berbeda

FDMA adalah suatu metode akses jamak yang berdasarkan pembagian

frekuensi. Teknologi FDMA membagi alokasi lebar pita spektrum frekuensi yang

tersedia menjadi bagian-bagian kecil spektrum yang dialokasikan pada setiap

penggunaannya sebagai sebuah kanal komunikasi. Dalam FDMA setiap

pengguna yang sama hanya satu pengguna yang dapat memanfaatkan kanal

frekuensi tersebut. Pada metode akses jamak ini, lebar pita sistem dibagi menjadi

kanal-kanal dengan lebar pita tertentu. Pada sistem analog, biasanya 25 atau 30

KHz. Setiap satu kanal, menggunakan satu buah frekuensi pembawa yang dapat

dipakai selama waktu pembicaraan.

Teknologi FDMA digunakan pada sistem analog seperti AMPS,

NAMPS, TACS. Sebagai contoh dalam AMPS menggunakan lebar kanal separasi

30 KHz, NAMPS 10 KHz, dan sistem TACS menggunakan 25 KHz.

2.4.3 Time Division Multiple Access (TDMA)

TDMA adalah suatu metode akses jamak yang berdasarkan pada

(28)

akses ini, tiap pemakai mengirim sinyal dalam waktu yang berbeda-beda, tetapi

pada frekuensi yang sama. Seperti pada FDMA jika kapasitas maksimum telah

tercapai maka pemakai lain tidak dapat mengakses sistem. Dalam TDMA setiap

pengguna diberikan alokasi time slot tertentu sebagai sebuah kanal komunikasi

pada potongan spektrum frekuensi yang telah dialokasikan sehingga aliran

informasi tidak kontinu biasa.

Teknologi TDMA tidak mengizinkan pengguna melakukan akses pada slot

waktu yang telah diberikan pada pengguna lain sampai proses percakapannya

selesai. Sebagai contoh sistem GSM membagi pembawa 200 KHz ke dalam slot

waktu atau kanal. Pada saat ini sistem GSM memakai metode akses TDMA.

Pemilihan TDMA didasarkan pada beberapa hal antara lain :

1. TDMA lebih mudah beradaptasi dengan transmisi data

2. TDMA dapat dipakai untuksel piko, mikro dan makro sel.

Skematik slot waktu dtunjukkan oleh Gambar 2.7 :

Gambar 2.7 TDMA dengan Skematik Time Slot (TS)

Jumlah kanal tergantung dari bandwidth per-kanal dan besar frekuensinya.

Setiap kanal dibagi besar frekuensinya dengan range tertentu. Data yang

dikirimkan dapat dibuat menjadi beberapa time slot (TS) dan setiap TS memiliki

(29)

2.4.4 Code Division Multiple Access

CDMA adalah suatu metode akses jamak yang berdasarkan pada

pembagian waktu yang berbeda-beda dibandingkan TDMA dan FDMA karena

pemanfaatan kode-kode digital untuk membedakan satu pengguna dengan

pengguna lainnya. CDMA adalah suatu metode akses jamak yang berdasar pada

pembagian kode. Kode-kode digital ini dikenal dengan pseudorandom code

sequence. Setiap kanal memiliki kode yang berbeda dan frekunsi yang berbeda. Hubungan antara kode, kanal dan frekuensi ditunjukkan oleh Gambar 2.8 :

Gambar 2.8 Code Division Multiple Access (CDMA)

Pada CDMA kanal-kanal trafik dihasilkan melalui penandaan tiap

pengguna dengan sebuah kode dalam sinyal pembawanya. Setiap kode ini yang

menandai setiap pengguna kemudian dihamparkan satu sama lain dan secara

simultan dikirimkan melalui sinyal pembawa. Pada akses jamak ini, setiap

pemakai tidak dibatasi frekuensi ataupun slot waktu. Setiap pemakai mempunyai

lebar pita yang sama dengan lebar pita sistem tersebut, sehingga setiap pemakai

dapat mengakses sistem dalam waktu yang bersamaan. Caranya adalah dengan

memberikan kode-kode ini sehingga setiap mobile station dengan mobile station

yang lain dapat dibedakan.

2.5Teknologi Sistem Komunikasi Nirkabel

Sistem komunikasi nirkabel memiliki banyak teknologi yang berkembang

sesuai dengan pertambahan waktu dan permintaan pelanggan yang menginginkan t

f Kode

(30)

suatu teknologi yang terbaru, terbaik, lebih efisien dan efektif. Adapun teknologi

sistem komunikasi wireless akan dijelaskan seperti dibawah ini.

2.5.1 Bluetooth

Bluetooth adalah sebuah teknologi komunikasi nirkabel (tanpa kabel) yang

beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz, unlicensed ISM (Industrial, Scientific

and Medical) dengan menggunakan sebuah frequency hopping tranceiver yang

mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real-time antara

host-host bluetooth dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas[4].

Protokol bluetooth menggunakan sebuah kombinasi antara circuit switching dan packet switching. Bluetooth dapat mendukung sebuah kanal data

asinkron, tiga kanal suara sinkron simultan atau sebuah kanal dimana secara

bersamaan mendukung layanan data asinkron dan suara sinkron. Setiap kanal

suara mendukung sebuah kanal suara sinkron 64 kb/s. Kanal asinkron dapat

mendukung kecepatan maksimal 723,2 kb/s asimetris, dimana untuk arah

sebaliknya dapat mendukung sampai dengan kecepatan 57,6 kb/s. Sedangkan

untuk mode simetris dapat mendukung sampai dengan kecepatan 433,9 kb/s.

Sebuah perangkat yang memiliki teknologi bluetooth nirkabel akan

mempunyai kemampuan untuk melakukan pertukaran informasi dengan jarak

jangkauan sampai dengan 10 meter (~30 feet), bahkan untuk daya kelas 1 bisa

sampai pada jarak 100 meter.

Sistem bluetooth terdiri dari sebuah radio transceiver, baseband link Management dan Control, Baseband (processor core, SRAM, UART, PCM USB

(31)

protokol fisik. Link manager melakukan aktivitas-aktivitas protokol tingkat tinggi

seperti melakukan link setup, autentikasi dan konfigurasi.

Sistem Bluetooth bekerja pada frekuensi 2.402GHz sampai 2.480GHz, dengan 79

kanal RF yang masing-masing mempunyai spasi kanal selebar 1 MHz,

menggunakan sistem TDD (Time-Division Duplex). Secara global alokasi

frekuensi bluetooth telah tersedia, namun untuk berbagai negara pengalokasian

frekuensi secara tepat dan lebar pita frekuensi yang digunakan berbeda.

Penggunaan spektrum frekuensi 2.4 GHz secara global belum diatur.

2.5.2 Infrared

Teknologi infrared adalah teknologi pertama dan paling memasyarakat,

sudah sangat umum yang terdapat pada pengendali yang beredar di pasaran,

misalnya remote televisi. Prinsip kerjanya sangat sederhana, processor kecil pada

remote akan menterjemahkan penekanan tombol menjadi intruksi bahasa mesin

(bilangan biner) yang dikirimkan melalui infrared ke TV. Dan data diubah kembali menjadi instruksi yg dikenal TV. Konsorsium yang mengatur dan

megurusi infrared adalah IrDA (Infrared Data Associate), memiliki panjang gelombang sekitar 875 nm. Sinar yang dihasilkan dan dipancarkan didapatkan

dari sebuah lampu LED biasa yang dapat diproduksi dengan sangat murah. Ada

dua versi yaitu versi 1.0 memiliki kecepatan dari 0,576 hingga 115,2 kbps,

sementara versi 2.0 memiliki kecepatan 0,576 hingga 1,152 Mbps.

2.5.3 Home Radio Frekuensi (HRF)

(32)

yang didesain untuk bisnis. Salah satu keunggulan homeRF yang utama adalah

masalah biaya. HomeRF lebih murah dari 802.11 dan standar-standar lainnya. Protokol ini berbasiskan frequency hopping dan mempergunakan gelombang

radio untuk transmisi data. Protokol yang digunakan dalam HomeRF adalah

SWAP (Shared Wireless Access Protocol). Di luar semua protokol yang

disebutkan, sebagian dari pengguna komputer dan perangkat komunikasi lain

banyak pula yang berpendapat bahwa bluetooth merupakan, salah satu standar nirkabel LAN. Sebenarnya tidaklah demikian. Bluetooth merupakan teknologi

pengganti kabel yang dipromosikan oleh Ericsson, dengan bantuan dari Intel,

Nokia, IBM, dan Toshiba. Standar ini menawarkan link point to point, namun tidak menawarkan dukungan native untuk IP. Dalam beberapa kasus seperti

transfer data antar divais bergerak, bluetooth cocok digunakan, namun tidak sebagai WLAN.

2.5.4 WiFi (WirelesFidelity)

Wireless Fidelity, teknologi ini pada awalnya untuk menghilangkan

keruwetan kabel dalam membangun sebuah jaringan computer, Wi-Fi bekerja pada frekuensi sama dengan Bluetooth yaitu pada 2,4 Ghz, namun bedanya

Bluetooth menggunakan spread spectrum frequency hopping (SSFH), sedangkan Wi-Fi menggunakan direct sequence spread spectrum (DSSS), Intinya spread pada Wi-Fi akan lebih stabil dan tentunya lebih cepat dibandingkan dengan

Bluetooth[5]. Wi-Fi memiliki kelemahan yang sangat mengangu seperti masalah keamanan yang dapat dibajak ditengah jalan, dan rentan terhadap konflik dengan

perangkat lain dalam waktu yang bersamaan. Wi-Fi, dikenal dengan standar IEEE

(33)

mengope-rasikannya secara hot spot di berbagai lokasi seperti Bandar udara,

kampus, hotel, coffee shop dll.

2.5.5 GPRS (General Packet Radio Service)

Di dunia industri komunikasi bergerak (mobile), data bergerak dan multimedia kini menjadi fokus pengembangan, dan GPRS ('General Packet Radio Service') menjadi kunci yang memungkinkan untuk meraih sukses di pasar. Alasannya adalah melalui GPRS, ledakan pertumbuhan layanan internet melalui

jaringan kabel (telepon), sekarang dimungkinkan penyalurannya melalui

komunikasi bergerak. Nortel Networks, Ericsson, Siemens, Nokia dan banyak industri telekomunikasi lainnya dalam publikasinya menyatakan telah mampu

mengawinkan Web dengan telepon bergerak menggunakan teknologi GPRS yang kini mulai gencar ditawarkan kepada para operator GSM dan TDMA yang

berminat memasarkan layanan internet nirkabel. GPRS merupakan sistem

transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan prinsip 'tunnelling'. Ia menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara kasar sampai 160

kbps dibandingkan dengan 9,6kbps yang dapat disediakan oleh rangkaian

tersakelar GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang

pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan secara berbagi (sharing) di antara beberapa pengguna sehingga menjadi sangat efisien. GPRS yang

menggunakan teknologi tersakelar paket (packet switching) memungkinkan

semua pengguna dalam sebuah sel dapat berbagi sumber-sumber yang sama;

dengan kata lain para pelanggan menggunakan spektrum radio hanya ketika

benar-benar mentransmisikan data. Efisiensi penggunaan spektrum pada akhirnya

(34)

menawarkan laju data sampai 115 kbps atau lebih, dengan menggabungkan

kanal-kanal dan menggunakan teknologi penyandian yang baru.

2.5.6 Fixed Wireless Access

Teknologi nirkabel tetap merupakan sistem berbasis radio yang

memungkinkan kita untuk mengakses transmisi sinyal data melalui udara tanpa

harus mempunyai koneksi fisik seperti kabel metal atau kabel fiber optik. Jaringan nirkabel dibangun dengan menempatkan sebuah base station pada

beberapa tempat yang sesuai. Base station ini memungkinkan perusahaan fixed

nirkabel menggunakan frekuensi microwave untuk menerima sinyal radio

broadband melalui jaringan nirkabel. Radio gelombang mikro, dengan range

frekuensi sekitar 1 Gigahertz (GHz) sampai 40 GHz, yang dipasangkan pada

bagian base station dan pada bagian pelanggan. Konfigurasi jaringan akses

nirkabel tetap terdapat pada Gambar 2.9 :

Gambar 2.9 Konfigurasi Fixed Wireless 2 Pelanggan

Pada jaringan nirkabel tetap informasinya bisa berasal dari jaringan

internet ataupun jaringan LAN/MAN/WAN yang dimanajemen di modul koneksi

internet. Dari modul internet ini akan dihubungkan dengan sebuah pemancar

(35)

diakeses oleh pelanggan yang membutuhkan. Sesama pelanggan juga dapat

berhubungan satu sama lain.

2.5.7 Local Multipoint Distribution Service (LMDS)

Local Multipoint Distribution Service (LMDS) adalah sistem komunikasi Wireless broadband point-to-multipoint communication yang beroperasi sekitar

28 GHz sampai 31 GHz (tetapi di eropa bisa mencapai 40 GHz)yang dapat

membawa informasi video, suara dan data dengan pemanfaatan lebar pita

frekwensi sekitar 1GHz[10].

LMDS merupakan sistem komunikasi point to multipoint berbasis sel yang

beroperasi pada rentang 28 GHz sampai 31 GHz atau bergantung lisensi di suatu

negara dengan bandwidth yang tersedia sebesar 1GHz hingga 3 GHz. LMDS

dapat menyediakan layanan suara, data, internet, dan video secara bidirectional.

Sebagai akibat dari propagasi sinyal pada frekuensi tersebut maka sistem LMDS

menggunakan arsitektur konfigurasi sel dengan memakai teknologi digital dan

pengulangan frekuensi. Pengiriman sinyal gelombang milimeter serta alokasi

spektrum yang besar dari sistem LMDS dapat menyediakan layanan pita lebar,

data rate yang tinggi pada radius sel yang kecil berdiameter 1 km sampai 5 km

yang line of sight, baik secara point to multipoint atau point to point.

2.5.8 Multi-Channel Multipoint Distribution Service

Multi-channel Multipoint Distribution Service (MMDS) adalah sistem komunikasi nirkabel pita lebar. Biasanya digunakan dan dikembangkan untuk

(36)

memiliki jangkauan jarak frekwensi yang lebih besar dari LMDS, yaitu sekitar 30

– 50 mil namun memiliki kecepatan yang lebih rendah karena hanya memiliki

datatrate sekitar 0.5-3 Mbps. Teknik modulasi yang digunakan hampir sama

dengan LMDS tetapi pada sistem ini bisa menggunakan teknik modulasi OFDM.

Layanan ini banyak dikembangkan di Amerika, Amerika latin Asia dan beberapa

negara di eropa.

2.5.9 Laser Transmission

Teknologi ini sering disebut dengan ”free space optic” , beroperasi pada

jarak yang dekat seperti infrared dan memiliki spektrum cahaya. Repeater Serat optik digunakan untuk menghubungkan LAN dengan unit laser. Koneksi ke- dan

dari laser dibuat menggunakan standard serat optik, melindungi data dari

iterferensi frekuensi radio dan elektromagnetik. Monitor dapat dipasangkan di

dalam unit laser untuk mengetahui status operasional. Namun produk ini tidak

terlalu banyak di aplikasi bisnis karena transmisinya dipengaruhi oleh kondisi

atmosfir. Laser biasanya memiliki panjang gelombang 1550 nanometer (nm) dan

memiliki bandwidth sekitar 1 Gbps. Laser tidak dapat ditransmisikan pada jarak

jauh, praktisnya hanya dapat mencapai link sepanjang 500 meter.

2.5.10 Komunikasi Satelit

Ide menggunakan satelit sebagai stasiun relay untuk sistem radio telepon

gelombang mikro dimulai pada tahun 1945 ketika Arthur C. Clarke mengajukan

skema pada sebuah Jurnal Inggris. Amerika serikat meluncurkan satelit

(37)

diatas menunjukkan bagai mana hubungan antara layanan komunikasi yang ada

dengan satelit.

Gambar 2.10 Sistem Komunikasi Satelit

Layanan PSTN menggunakan perantara yang dinamakan gateway. Dari gateway tersebut dapat mengirimkan dan menerima komunikasi yang terjadi dan

tentunya dua arah. Setiap divais menerima sebuah sinyal radio pada sebuah

frekuensi dan mengubahnya kedalam bentuk transmisi yang lain. Transmisi yang

lain maksudnya dapat berupa kabel, serat optik maupun transmisi nirkabel

lainnya.

Untuk komunikasi satelit, frekuensi uplink dan downlink dipisahkan untuk

mengurangi interferensi antara sinyal transmisi dengan sinyal terima. Komunikasi

satelit sangat cocok untuk transmisi data. Bit error rate untuk kanal satelit

memiliki 1 kesalahan dari 1 juta bit yang ditransmisikan. Namun ada juga

kesalahan yanga sangat potensial dalam komunikasi ini, yaitu delay. Teknologi komunikasi satelit yang sangat banyak digunakan saat ini adalah VSAT (very

small aperture terminal) yang digunakan untuk layanan tetap seperti PSTN. Untuk teknologi yang bergerak (mobile) menggunakan mobile satelit

(38)

2.6 Komunikasi Pita Lebar

Akses internet antara penyedia layanan internet (ISP) dan konsumen di

negara berkembang sedang melakukan perubahan akses dari modem dial-up

dengan kecepatan rendah (sekitar 56 kbps) menjadi akses broadband yang

memiliki range dari ratusan kbps sampai beberapa Mbps. Sistem komunikasi

broadband adalah menggambarkan link komunikasi yang memiliki bandwidth

transmisi yang besar. Link komunikasi kecepatan tinggi ini berada diatas 128

kbps[8].

Teknologi broadband dapat ditransmisikan melalui wireline maupun secara

nirkabel. Teknologi nirkabel sering dikatakan dengan Broadband Wireless Access

(BWA). Berikut ini akan dijelaskan teknologi broadband :

1. Integrated Services Digital Network (ISDN)

ISDN dikenal juga sebagai Basic Rate Interface (BRI). Menyediakan seluruh

alternatif digital kepada layanan telepon digital melalui kanal 2x64 kbps untuk

suara dan data. Pengguna mengakses layanan ini melalui sebuah switch pada

perusahaan telepon. ISDN menggunakan peralatan khusus yaitu terminal adapter

atau Router ISDN.

2. Digital Subscriber Line (DSL)

DSL adalah teknologi terbaru seperti ISDN yang mampu untuk menerima

suara, data dan video melalui line telepon tunggal. Teknologi ini telah banyak

digunakan di rumah, perusahaan maupun kampus. DSL bekerja menggunakan

pemrosesan sinyal digital untuk mengatasi noise dan atenuasi pada jaringan

telepon. Sistem ini memiliki kemampuan mendownload data sampai kepada

(39)

3. Televisi Kabel (CTV)

Awalnya dikembangkan untuk pengiriman siaran televisi, namun

sekarang ini CTV telah dikembangkan sebagai alternatif dalam pengiriman data

lewat internet melaui kabel koaksial. Kanal ini dimulai dengan banwidth

transmisi sekitar 6 MHz sampai 50MHz untuk siaran televisi. Sementara untuk

penumpangan data lewat internet memiliki banwidth yang tinggi yaitu sekitar 30

Mbps perkanal. Standard untuk internet melalui kabel fisik ada dalam bentuk

Data Over Cable Service Interface Specification (DOCSIS). Jika pelanggan telah

memiliki televisi kabel maka fasilitasnya dibatasi hanya sebatas e-mail. Intenet ini ditumpangkan dengan menggunakan kabel modem pada serat optiknya.

4. Satelit

Banyak pelanggan telah menerima siaran televisi melalui satelit, seperti

televisi kabel, sistem ini menggunakan sistem broadcast analog. Satelit berbasis

internet telah lama digunakan sebagai backbone internet misalnya backbone

untuk daerah atlantik.

5. Cellular

Generasi pertama (1G) jaringan telepon sellular dalah masih analog.

Banyak negara di dunia yang memiliki jaringan sellular masih menggunakan

generasi kedua (2G) dimana sudah hampir seluruhnya berbasis digital dan

beberapa memakai gabungan keduanya analog-digital. Jaringan 2G menyediakan

layanan mobile voice communication dan juga mendukung komunikasi data tetapi

hanya dibatasi sebatas akses melalui nirkabel Aplication Protocol (WAP).

Beberapa negara juga sudah menggunakan 3G yang sudah memakai teknologi

(40)

sampai 2 Mbps. Teknologi masa depan 4G sedang dikembangkan dan

diperkirakan akan mampu mencapai kecepatan sampai 100 Mbps.

6. Teknologi broadband lainnya

Selain teknologi yang telah dijelaskan diatas, teknologi broadband lainnya

(41)

BAB III

LOCAL MULTIPOINT DISTRIBUTION SERVICE

3.1 Pendahuluan

Sistem LMDS (Local Multipoint Distribution Service) merupakan salah

satu pendekatan teknologi nirkabel untuk menyediakan layanan pita lebar dengan

frekuensi operasi antara 28 GHz hingga 31 GHz. Pemanfaatan bandwidth frekuensi sedikitnya sebesar 1 GHz membuat sistem LMDS mampu membawa

informasi suara, video, dan data berkecepatan tinggi baik satu arah maupun dua

arah dalam kapasitas yang besar pada cakupan sel kecil berdiameter 1 km hingga

5 km yang line of sight, baik secara point to point maupun point to multipoint.

3.2 Gambaran Umum Sistem LMDS.

LMDS merupakan sistem komunikasi point to multipoint berbasis sel yang

beroperasi pada rentang 27 GHz sampai 31 GHz atau bergantung pada lisensi di

suatu negara, dengan bandwidth yang tersedia sebesar 1GHz hingga 3 GHz.

LMDS dapat menyediakan layanan suara, data, internet, dan video secara

bidirectional. Sebagai akibat dari propagasi sinyal pada frekuensi tersebut maka

sistem LMDS menggunakan arsitektur konfigurasi sel dengan memakai teknologi

digital dan frekuensi reuse. Pengiriman sinyal gelombang milimeter serta alokasi

spektrum yang besar dari sistem LMDS dapat menyediakan layanan pita lebar,

data rate yang tinggi pada radius sel yang kecil berdiameter 1 km sampai 5 km

yang line of sight, baik secara point to multipoint atau point to point.

(42)

Local, Jarak tempuh sinyalnya terbatas kira-kira 1 s.d. 5 km

yangdisebabkan karakteristik propagasi sinyal pada frekuensi tinggi mengalami

banyak redaman, akibatnya sangat rentan terhadap kondisi lingkungan, terutama

akibat hujan. Jarak tempuh yang terbatas tersebut dapat juga disebabkan

penggunaan gelombang milimeter dengan daya yang kecil.

Multipoint, menunjukkan bahwa sinyal dikirim secara point to multipoint

atau secara broadcast pada arah downlink dan secara point to multipoint pada arah

uplink sehingga dapat dipergunakan untuk komunikasi secara bidirectional dan

bersamaan.

Distribution, sistem ini akan mendistribusikan semua jenis layanan yang dimiliki operator kepada pelanggan secara simultan, seperti layanan voice, data,

image, internet, dan video baik secara analog maupun digital.

Service, menunjukkan bahwa jenis-jenis layanan yang ditawarkan melalui

jaringan LMDS sepenuhnya tergantung pada operator sistem. Lebar pita yang

diberikan secara tidak terbatas sehingga mampu memberikan berbagai layanan.

3.3 Alokasi Frekuensi

Alokasi frekuensi LMDS termasuk belum baku dan seragam di berbagai

negara. Federal Communication Commision (FCC), sebuah badan di Amerika

Serikat mengusulkan pemakaian Ka-band frekuensi 28-31 GHz untuk

penggelaran layanan LMDS

Acuan yang digunakan adalah spektrum frekuensi yang digunakan oleh

sistem LMDS di Amerika Serikat yaitu sistem LMDS dengan frekuensi downlink

(43)

antara 27,5 GHz sampai 28,35 GHz dan 29,10 GHz sampai 29,25 GHz dengan

bandwidth sebesar 1 GHz[10].

3.4 Jenis Layanan Yang Disediakan

Besarnya alokasi spektrum yang digunakan memampukan sistem LMDS untuk mendukung layanan-layanan broadband. Jenis layanan yang disediakan

oleh sistem LMDS dapat dibagi sebagai berikut .

1. Layanan Data Berkecepatan Tinggi.

a. Peer to peer (Symetric) services

b. Client/server (asymetric) services

Jaringan bisa terbentuk sendiri atau umum. Kecepatan data downstream

biasanya 15 Mbps sampai 55 Mbps, sedangkan kecepatan upstream dari 64

Kbps sampai 44 Mbps.

2. Layanan suara atau telepon. Kecepatan dari layanan telepon adalah pada

ISDN, E1, dan E3.

4. Layanan video.

5. Video on demand.

6. Interaktif video, seperti video conference.

7. Broadcast video, yang dapat disediakan dalam bentuk analog (PAL) maupun

digital (MPEG)

3.5 Standardisasi Sistem LMDS.

LMDS merupakan sistem yang netral terhadap berbgai jenis protokol dan

dapat mendukung seluruh jenis standar transmisi seperti ATM untuk suara dan

(44)

perkembangan, sistem LMDS menuntut adanya standarisasi penggunaan LMDS.

Standarisasi dilakukan oleh forum ATM, DAVIS, DVB, ETSI, dan ITU. Metode

yang digunakan berdasarkan standarisasi sebagian besar menggunakan sel ATM

sebagai mekanisme pengiriman utamanya.

3.6 Arsitektur Sistem LMDS

Arsitektur sistem LMDS terdiri dari informasi, node, antena pemancar dan

penerima, serta pelanggan. Secara jelasnya seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Arsitektur Sistem LMDS[10]

Pada sebuah node dikumpulakan informasi yang berasal daribanyak sumber seperti suara dari PSTN, jaringan ATM, jaringan local yang memiliki IP,

Broadcast Video dan jaringan luar yang lainnya. Node ini merupakan Network

Operation center (NOC) yang akan memanajemen sejumlah jaringan. Antena OTX yaitu antena pemancar akan memancarkan informasi kepada pelanggan

komersil, institusi, perumahan dan pelanggan lainnya dan akan diterima oleh

antena OTR di sisi pelanggan. Network Interface Unit (NIU) akan membagi jenis

(45)

Gambar 3.2. Konfigurasi Jaringan Sistem LMDS.

Konfigurasi jaringan sistem LMDS secara garis besar terdiri dari empat

bagian dasar yang membentuk sistem LMDS tersebut seperti terlihat pada

Gambar 3.2 yaitu :

a. Network Operation Center (NOC)

NOC merupakan perangkat manajemen sistem yang mengatur sejumlah jaringan

pelanggan . Beberapa NOC dapat saling interkoneksi

b. Infrastruktur berbasis serat optik (Fiber-based Infrastucture)

Infrastruktur berbasis serat optik terdiri atas saluran SONET OC-12, OC-3,

serta OC-1, peralatan central ofice (CO), sistem switching ATM dan IP, dan

interkoneksi dengan internet dan PSTN (Public Switched Telephone Network).

c. Base station

Base station adalah tempat dimana terjadi konversi sinyal data dari

infrastruktur serat optik ke infrastruktur nirkabel. Perangkat pada base station

terdiri dari interface (antar muka) jaringan untuk terminasi jaringan serat optik,

fungsi modulasi dan demodulasi, serta perangkat pengirim dan penerima

gelombang mikro. Local Switching dapat juga ditempatkan pada base station sehingga pelanggan yang berada dalam sel yang sama dapat berkomunikasi tanpa

(46)

d. Customer Premise Equipment (CPE)

Customer Premise Equipment (CPE), disebut juga perangkat terminal

pelanggan, bentuknya bervariasi tergantung penjualnya.

3.7 Konfigurasi Sistem LMDS

Operator sistem LMDS memberikan layanan dan stategi bisnis yang

berbeda dan ini menyebabkan konfigurasi sistem yang dipilih juga akan berbeda

diantara para operator sistem. Terdapat 2 buah konfigurasi sistem LMDS yang

paling umum dipakai adalah sebagai berikut.

1. Co-sited base station, dimana indoor digital equipment terhubung ke infrastuktur jaringan outdoor mounte microwave equipment yang ditempatkan di

atap bangunan pada lokasi yang sama. Arsitektur ini umumnya disertai dengan

perencanaan frekuensi radio (RF). Perencanaan RF ini menggunakan sistem

gelombang mikro bersektor banyak (multiple sector). Gambar arsitektur Co-sited

base station adalah seperti Gambar 3.3

Gambar 3.3. Co-Sited Base Station[10]

3. Analog fiber, seperti terlihat pada Gambar 3.4., alternatif lainnya menggunakan jaringan serat optik analog yang menghubungkan antar IDU (Indoor Data Unit)

dengan ODU (Outdoor Data Unit). Jaringan serat optik analog tersebut di atas

menghubungkan antara unit base station dalam ruangan dengan beberapa sitem

(47)

Gambar 3.4. Analog Fiber Architecture[10]

Dengan pendekatan arsitektur ini maka ada penggabungan perangkat digital

yang memberikan keunggulan antara lain pengurangan biaya dan meningkatkan

penyebaran aplikasi digital pada daerah cakupan yang luas. Kelebihan lain adalah

pengurangan jumlah sektorisasi pada tiap lokasi karena semakin banyaknya

perangkat gelombang mikro yang disebar.

3.8 Parameter Perencanaan LMDS

Untuk membangun sebuah sistem LMDS perlu diperhatikan beberapa

parameter. Parameter ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembangunan

sistem yang nyata. Adapun parameter tersebut adalah seperti prediksi pelanggan,

link budget berupa redaman, kualitas transmisi, daya pancar, level sinyal terima,

EIRP dan site planning.

3.8.1 Menentukan Prediksi Pelanggan

Trafik awal tahun diperkirakan berdasarkan jumlah calon pelanggan daftar

tunggu baru (PSB) dari suatu daerah dengan harapan bahwa beberapa dari calon

pelanggan tersebut dapat dilayani oleh sistem LMDS. Memperkirakan trafik

untuk beberapa tahun ke depan untuk jenis layanan tertentu dengan Persamaan

3.1 berikut :

(48)

Keterangan

Ep : estimasi pelanggan

Es : estimasi pelanggan saat ini

Fp : faktor pertumbuhan rata-rata

n : jumlah tahun estimasi

diasumsikan bahwa faktor pertumbuhan rata-rata 0,3 dan estimasi waktu

adalah untuk 5 tahun ke depan.

3.8.2 Menentukan Link Budget.

Sistem LMDS memiliki bandwidth sebesar 1 GHz sehingga akan menyebabkan loss propagasi yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut maka

diupayakan radius sel hanya beberapa kilometer saja sehingga akan terjadi

kondisi Line of Sight (LOS) antara base station dan antena pelanggan.

Parameter atau nilai besaran yang digunakan dalam perhitungan link budget dapat dilihat pada Tabel 3.1 :

Tabel 3.1. Parameter Link Budget [10]

No Parameter Teknis CPE BTS

1 Daya pancar maksimum 20 dBm 31,76 dBm

2 Frekuensi 29 GHz 28 GHz

3 Gain antena 36 dBi 18 dBi

4 Tinggi antena 3 m 40 m

5 Noise Figure 7 dB 7 dB

6 Fading Margin 5 dB 5 dB

6 Redaman kabel 0,22 dB/m 0,22 dB/m

3.9 Redaman

(49)

hujan dan atmosfir. Bahkan pada beberapa frekuensi tertentu terjadi serapan gas

(Gaseous absorption) yang sangat besar terhadap sinyal yang menyebabkan

frekuensi tersebut tidak dapat digunakan.

3.9.1 Redaman Hujan

Pada frekuensi LMDS yang menjadi masalah utama adalah redaman akibat

hujan. Perhitungan redaman hujan ditentukan oleh informasi tentang curah hujan

yang pada daerah tersebut, seluruh perhitungan terhadap curah hujan dilakukan

dengan menggunakan satuan milimeter per jam (mm/hr).

Hujan lebat dapat mengakibatkan kerusakan yang serius terhadap sinyal

untuk propagasi dengan frekuensi LMDS, namun biasanya daerah cakupan hujan

terbatas dan tidak seluruh daerah yang terkena hujan memiliki curah hujan yang

rata atau sama.

Curah hujan ini dapat dimodelkan dengan menggunakan nilai faktor

reduksi (r) yang akan menentukan panjang jejak efektif (Leff) yang terkena hujan

seperti Persamaan 3.2 :

R =

dimana L merupakan jarak jejak yang sebenarnya.

Salah satu model pengukuran redaman hujan yang paling diterima adalah

menggunakan Persamaan 3.3.

A = a x R

b

(dB/km)

... 3.3 Parameter a dan b merupakan fungsi dari frekuensi, temperatur hujan, dan

polarisasi. Jenis polarisasi yang digunakan adalah polarisasi vertikal dan

Gambar

Gambar 2.1  :
Tabel 2.1  Band Frekwensi Nirkabel
Gambar 2.2 Diagram Blok Dasar Sistem Komunikasi Nirkabel
Gambar 2.3 (a) Konstalasi Sinyal BPSK (b) Konstalasi Sinyal QPSK
+7

Referensi

Dokumen terkait