SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Humas
Oleh :
Teja Darmawan
41809705
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMUPTER INDONESIA
BANDUNG
ix
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.2.1Pertanyaan Makro ... 6
1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 6
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Maksud Penelitian ... 7
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.4Kegunaan Penelitian ... 7
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka ... 9
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Publik ... 11
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikator ... 14
2.1.4 Tinjauan Tentang Pesan ... 17
2.1.5 Tinjauan Tentang Makna ... 20
2.1.6 Tinjauan Tentang Humor ... 22
2.1.6.1 Jenis Humor ... 23
2.1.7 Tinjauan Tentang Comic ... 24
2.1.8 Tinjauan Tentang StandUp Special ... 24
2.1.9 Tinjauan Tentang Video ... 24
2.2 Kerangka Pemikiran ... 25
2.2.1 Speech Act Theory (Teori Tindak Tutur) ... 25
2.2.2 Interaksi Simbolik (symbolic Interactionism) ... 30
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 39
3.1.1 Pandji Pragiwaksono ... 39
3.1.2Bhineka Tunggal Tawa (BTT) ... 41
3.1.3 Pesan yang Mengandung Tindak Tutur Ilokusi ... 42
3.2Metode Penelitian ... 45
xi
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.2.2.1 Instrumen Penelitian... 48
3.2.2.2 Studi Pustaka ... 49
3.2.2.3 Studi Lapangan... 50
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 51
3.2.3.1 Informan Pendukung ... 52
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 53
3.2.5 Uji Keabsahan Data... 55
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 56
3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59
4.1.1 Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 59
4.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 71
4.1.3 Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 86
4.2Pembahasan ... 95
xii
4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup
Special Bhineka Tunggal Tawa... 98
4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 99
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 101
5.2 Saran ... 104
5.2.1 Saran bagi Khalayak Standup Comedy ... 104
5.2.2 Saran bagi Comic ... 104
5.2.3 Saran bagi Mahasiswa ... 104
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur Ilokusi ... 43
Tabel 3.2Daftar Informan Pendukung ... 52
Tabel 4.1Tindak Tutur Lokusi Pesan Kesatu ... 60
Tabel 4.2Tindak Tutur Lokusi Pesan Kedua ... 61
Tabel 4.3Tindak Tutur Lokusi Pesan Ketiga ... 63
Tabel 4.4Tindak Tutur Lokusi Pesan Keempat ... 65
Tabel 4.5Tindak Tutur Lokusi Pesan Kelima ... 66
Tabel 4.6Tindak Tutur Lokusi Pesan Keenam... 68
Tabel 4.7Tindak Tutur Lokusi Pesan Ketujuh ... 70
Tabel 4.8Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kesatu ... 72
Tabel 4.9Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kedua ... 73
Tabel 4.10Tindak Tutur Ilokusi Pesan Ketiga ... 75
Tabel 4.11Tindak Tutur Ilokusi Pesan Keempat ... 77
Tabel 4.12Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kelima ... 79
Tabel 4.13Tindak Tutur Ilokusi Pesan Keenam... 81
Tabel 4.14Tindak Tutur Ilokusi Pesan Ketujuh ... 84
Tabel 4.15Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kesatu ... 87
Tabel 4.16Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kedua ... 88
Tabel 4.17Tindak Tutur Perlokusi Pesan Ketiga ... 89
xiv
Tabel 4.19Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kelima ... 91
Tabel 4.20Tindak Tutur Perlokusi Pesan Keenam... 92
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1Bhineka Tunggal Tawa ... 3
Gambar 2.1Model Alur Kerangka Pemikiran... 34
Gambar 3.1Instrumen Penelitian ... 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 105
Lampiran 2Surat Rekomendasi Pembimbing ... 106
Lampiran 3Berita Acara Bimbingan ... 107
Lampiran 4Lembar Revisian Usulan Penelitian ... 108
Lampiran 5Surat Pengajuan Pendaftaran Sidang ... 109
Lampiran 6Pedoman Wawancara ... 110
Lampiran 7Lembar Revisi Skripsi ... 116
v Assalamua’laikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Makna Pesan Verbal Comic (Analisis Pesan Pandji
Pragiwaksono dalam Video Standup special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar Ismail Hall Jakarta”. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para
sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan
padanya.
Peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada kedua orangtua
tercinta yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat pada penulis
dan juga memberikan do‟a serta dukungan moril maupun materi.
Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
terutama yang terhormat:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia sekaligus Entrepreneur, yang turut memberikan ilmunya secara
vi
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah
mengeluarkan surat pengantar penelitian.
3. Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai Dosen Wali penulis
yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta
wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan serta memberikan
pengesahan pada skripsi untuk disidangkan.
4. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan
pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan
perkuliahan.
5. Sangra Juliano P., S.I.Kom., M.I.Kom., selaku Dosen Pembina Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi
ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.
6. Dr. Phil Dadang Kurnis, MSc., selaku Dosen Pembimbing peneliti yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada peneliti
sebelum peneliti melaksanakan penelitian skripsi.
vii
persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti
selama perkuliahan berlangsung.
8. Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan
selama proses penyusunan skripsi.
9. Para Informan Penelitian, terima kasih sebesar-besarnya telah meluangkan waktu serta memberikan apa yang telah dialami, dirasakan,
dilihat, serta pemikiran-pemikiran lainnya sebagai data penelitian yang
dibutuhkan oleh peneliti.
10. Nurry Yunia Sunarno S.Kom, teman dekat penulis yang selalu siap sedia membantu penulis. Terimakasih atas segala bantuan, motivasi semangat,
keceriaan dan kebersamaan serta keikhlasannya dalam membantu penulis.
11. Angga Syahbudin, Agus Chandra, Dita, Dessy, dan Sahabat-sahabat yang lain Farli, Indra, Adisetia, sahabat-sahabat terbaikku yang dibanggakan dan yang selalu memberikan motivasi semangat, arahan,
keceriaan dan kebersamaan untuk selalu berbagi dalam suka maupun duka.
12. Victor Supriatna, Dannu Prakoso, Wellie Kesuma, dan Aulia Rahman
yang telah memberikan semangat, dukungan, motivasi, cerita, dan
viii
IK Jurnal 1, & IK Jurnal 2 Semangat, teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita kita. Terima kasih semuanya.
15. Dan semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas do‟a dan dukungannya.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat
dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya
di masa yang akan datang.
Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini.
Semoga dibalas setimpal dari Allah SWT, dan dapat memberikan manfaat yang
berarti. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di masa
yang akan datang. Amin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Bandung, juli 2013
Peneliti
Grapindo Persada.
Effendi, Uchjana, Onong. 2011. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek,
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Fansury, El, Ozi. 2012. Genius Comedy. Yogyakarta: Laras Media Prima
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh
Penelitiannya. Bandung : Widya Padjajaran.
Maer, Maria, Natalia, Damayanti. 2008. Pengantar Teori Komunikasi ;
Analisis dan Aplikasi Edisi 3. Jakarta: Salemba Humantika.
Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy, dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi:
Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyana Dedy, 2012. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Pragiwaksono, Pandji. 2012. Nasional.Is.Me. Yogyakarta: Bentang.
__________________. 2012. Merdeka Dalam Bercanda. Yogyakarta:
Bentang.
Rakmat, Jalaludin. 2008, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rahyono, FX. 2012, Studi Makna. Jakarta: Penaku.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alphabeta.
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit
kepada Khalayak”, Skripsi Sarjana (S1), UNIKOM, Bandung.
Hidayati, 2009. “Analisis Pragmatik Nasaruddin Hoja”, Skripsi Sarjana (S1),
Universitas Dipenogoro, Semarang.
Rahmanadji, Didiek. 2007 “Sejarah, Teori, Jenis dan Fungsi Humor”,
Universitas Negri Malang, Malang.
Internet Searching :
Priahoky. 2011. Pengertian Humor, (Online),
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206314-pengertian-humor/ (Di unggah pada hari
rabu, 27 maret 2013, pukul 11. 23 WIB)
Ardibhironx. 2012. Bhineka Tunggal Tawa, (Online),
http://catatansibironk.blogspot.com/2012/03/bhinneka-tungal-tawa.html (Di unggah pada hari rabu, 17 April 2013, pukul 13. 26
WIB)
Ute, Tamie. 2011. Pandji Pragiwaksono, (Online),
http://tammyutamijoyo.blogspot.com/2011/02/pandji-pragiwaksono.html (Di unggah pada hari Kamis, 19 April 2013, pukul
12. 08 WIB)
http://www.infoskripsi.com/2013/01/4-kesalahan-umum-dalam-desain-penelitian.html (Di unggah pada hari Senin, 22 April 2013, pukul
22.50 WIB)
www.pandji.com
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Standup comedy adalah salah satu jenis humor baru yang ada di Indonesia,
dimana pada pertengahan tahun 2011 tepatnya pada bulan juni, Standup Comedy
Indonesia lahir melalui sebuah program televisi StandUp Comedy Indonesia
(SUCI) di Kompas TV. Jenis humor ini lebih menekankan pada olah logika,
dimana Standup comedy ialah humor yang memerlukan proses berfikir baik dari
penutur maupun mitra tuturnya1. Tujuan utama dari Standup comedy bukan hanya
membuat mitra tutur tertawa, tetapi humor jenis ini membuat mitra tutur untuk
berfikir maksud dari pesan yang penutur tersebut tuturkan.
Standup comedy ialah komedi yang disampaikan secara monolog kepada
penonton dalam memberikan pengamatan, pendapat, menceritakan pengalaman
pribadi, mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan
sosial masayarakat dan menyuguhkannya dengan jenaka (Pragiwaksosno, 2012 :
xxi). Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa standup comedy bukan
hanya menyampaikan pesan dengan nuansa humor saja, tetapi dengan menonton
dan mendengar Standup comedy diharpakan mendapatkan ilmu dan wawasan
baru.
1
StandUp Comedy merupakan comedy yang lebih mengedepankan olah bahasa
(verbal) dalam menyampaikan pesannya dan sedikit gerak tubuh (non verbal)
untuk mempertegas pesan yang disampaikan. Dimana dalam pertunjukan Standup
comedy, pesan adalah komponen utamanya. Ketika penutur mengutarakan
pesannya, maka mitra tuturlah yang selanjutnya memaknai setiap pesannya
sehingga pada akhirnya dapat mengetahui maksud dari pesan yang disampaikan
oleh penutur. Disinilah terjadi proses pemaknaan, ada pesan yang dapat langsung
diterima oleh mitra tutur, tetapi ada juga pesan yang tidak langsung diterima oleh
mitra tutur.
Pelaku Standup comedy ini disebut sebagai Comic. Comic sendiri kependekan
dari Comedy Mic, mengapa Comedy Mic karena disetiap penampilannya
menggunakan Microphone (Mic) sebagai media untuk menyampaikan pesannya
agar dapat didengar oleh khalayak. Dalam penampilannya Comic selalu
memberikan beragam pesan kepada khalayak baik itu berupa sindiran mengenai
pemerintah, politik, ekonomi dan masih banyak lagi. Terkadang dalam
penyampaian pesannya cenderung frontal, akan tetapi dibalik itu semua ada
makna yang terkandung.
Sebagai salah satu yang mempopulerkan Standup comedy, Pandji
Pragiwaksono ingin mengenalkan Standup comedy ke masyarakat yang lebih luas.
Dimana akhirnya Pandji Pragiwaksono membuat sebuah event yang pertama kali
diadakan di Indonesia pada tahun 2011, yaitu sebuah pertunjukan tunggal
selama satu jam. Dengan tema StandUp Special tersebut adalah Bhineka Tunggal
Tawa.
Gambar 1.1 Bhineka Tunggal Tawa
Sumber : www.pandji.com
Bhineka Tunggal Tawa itu sendiri mempunyai arti Walau Berbeda, Tapi Tetap
Satu Dalam Tawa. Tema ini diambil karena ketika adanya perbedaan dari status
sosial, umur dan suku, tetapi ketika tertawa kita menjadi bersatu seakan perbedaan
tersebut tidak ada (Pragiwaksono, 2012, pp. 117-118).
Bhineka Tunggal Tawa disenggarakan pada tanggal 28 Desember 2011 yang
bertempat di Gedung Perfilman Usmar Ismail Hall. Dalam StandUp Special ini
Pandji Pragiwaksono banyak menuturkan pesan yang bersifat mengkritik keadaan
sosial, ekonomi, politik, kehidupan pribadi Pandji Pragiwaksono maupun hiburan
di Indonesia.
Dalam penampilan Standup comedy, seorang Comic mempunyai pesan yang
mengkombinasinya dengan unsur humor. Pesan yang disampikan oleh Pandji
Pragiwaksono tidak hanya dapat membuat penonton tertawa, tetapi, juga
mendapatkan ilmu dan wawasan baru bagi penonton. Materi Standup comedy
yang dibuat Pandji Pragiwaksono selalu berbeda dengan Comic-Comic lainnya,
yang kebanyakan mengambil materi dari pengalaman pribadinya. Pandji
Pragiwaksono selalu memasukan materi mengenai keadaan Indonesia saat ini,
baik itu dari politik, ekonomi ataupun keadaan sosial. Terkadang orang malas atau
bosan mendengar pembahasaan mengenai politik, ekonomi atau apapun mengenai
Indonesia. Tapi Pandji Pragiwaksono dapat membawakannya dalam Standup
comedy dengan harapan, maksud dari pesan yang disampaikan dapat mudah
dimengerti oleh penonton, dengan begitu penonton mendapatkan pemahaman
yang berbeda mengenai Indonesia, inilah yang menjadi daya tarik serta ciri khas
Standup comedy dari Pandji Pragiwaksono dibandingkan dengan Comic lain.
Secara umum humor ialah segala rangsangan mental yang menyebabkan
orang tertawa. Cerita penghibur hati pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau
kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh
utama. Kadang-kadang tokoh utama sangat bodoh dan tidak dapat menangkap
maksud orang lain sehingga menimbulkan kesalahpahaman (Hidayati, 2009, p 2).
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan situasi yang sangat
rumit dengan semua masalah yang dihadapinya, dalam melaksanakan aktivitasnya
dasarnya manusia butuh bercanda gurau dalam menjalani kehidupannya agar tidak
terus menerus menangis (Pragiwaksono, 2012, p. 44).
Pada dasarnya humor dapat membuat ketenangan bagi penikmatnya, maka dari
itu baiknya humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Karna dengan humor kita dapat
menghilangkan stres, dengan humor dan tertawa seakan kita lupa dengan masalah
yang sedang dihadapi dan dengan humor itu juga status sosial serta ekonomi melebur
dan menguap seakan tidak ada jarak diantara si kaya dan si miskin (Pragiwaksono,
2012, p. 64).
Seorang comic dalam menyampaikan pesannya terhadap khalayak, tentulah
terjadi interaksi simbolik antara comic dengan khalayak. Dimana dalam bertindak
tutur bahasalah yang digunakan dalam berkomunikasi dengan mitra tutur.
Menurut John L. Austin bahwa dengan bahasa, tepatnya dengan kata-kata, penutur
tidak hanya dapat mendeskripsikan atau mengatakan sesuatu, melainkan
melakukan sesuatu (Rahyono, 2012, p. 211). Austin mengelompokan tindak tutur
kedalam tiga tindakan, yakni Tindak Lokusi (Locutionary Act), Tindak Ilokusi
(Illocutionary Act) dan Tindak Perlokusi (Perlucutionary Act) (Ibid, p. 212).
Teori Tindak Tutur dikembangkan kembali oleh John R. Searle dengan
menggunakan ide dari Teori Tindak Tutur Austin sebagai dasar mengembangkan
teorinya. Searle mengembangkan Teori Tindak Tutur yang berpusat pada Tindak
Tutur Ilokusi (Illocutionary Act). Searle membagi tindak tutur Ilokusi menjadi
lima yaitu (1) Tindak Asertif (Assertives), (2) Tindak Direktif (Directives), (3)
Tindak Komisif (Commisives), (4) Tindak Ekspresif (Exspressives) dan (5)
Penting untuk mengetahui maksud dibalik pesan yang disampaikan oleh
penutur kepada kawan tutur, seperti halnya ketika seorang comic menyampaikan
pesan kepada khalayak, karena seorang comic tidak selalu mengatakan apa yang
dimaksudkan, sama dengan apa yang dikatakan. Dengan mengetahui maksud yang
terkandung dalam pesan yang disampaikan, khalayak pun dapat melakukan
tindakan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh comic tersebut. Hingga
akhirnya, tercapai kesamaan makna antara comic dengan khalayak. Untuk
sebagian orang, percakapan ialah interaksi sehari-sehari yang tidak formal, tetapi
dalam teori komunikasi, percakapan memiliki makna khusus. Percakapan adalah
sebuah rangkaian interaksi dengan awal dan akhir serta adanya beberapa maksud
dan tujuan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti merumuskan masalah menjadi dua, yakni :
1.2.1 Pertanyaan Makro
Bagaimana Tindak Tutur Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp
Special Bhineka Tunggal Tawa ?
1.2.2 Pertanyaan Mikro
1. Bagaimana Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video
2. Bagaimana Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video
StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?
3. Bagaimana Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video
StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menguraikan
Tindak Tutur Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka
Tunggal Tawa.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam
video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.
2. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam
video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.
3. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini berguna untuk
mengembangkan Ilmu Komunikasi secara umum dan Komunikasi Publik
secara khusus.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat berguna ke
depannya nanti. Kegunaan praktis dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi Khalayak Standup Comedy
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi khalayak
standup comedy dalam menanggapi isu yang ada disekitar yang
tentunya dilihat dari sudut pandang Pandji Pragiwaksono.
2. Bagi Comic
Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi Para Comic, khususnya
mengenai kualitas Pesan yang akan disampaikan Comic kepada khalayak.
3. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa
9
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai humor bukanlah yang pertama peneliti lakukan,
berikut adalah penelitian terdahulu mengenai humor yang peneliti lihat
sebagai rujukan dalam menyelesaikam penelitian tersebut.
1. Judul Skripsi :
“ Analisis Pragmatik Humor Nasruddin Hoja “
Skripsi dari Hidayati, Universitas Diponegoro Semarang, dibuat untuk
melengkapi persyaratan guna mencapai gelar sarjana jurusan Sastra
Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur dan
penerapan prinsip kerja sama beserta penyimpangan yang terjadi dalam
humor Nasruddin Hoja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi beberapa
tahap. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang
dilanjutkan dengan teknik lanjutannya berupa teknik catat. Kemudian data
dianalisis secara fungsional dengan metode kontekstual. Data dikaji dan
dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik. Penyajian hasil analisis
tuturan didukung dengan penceritaan kembali isi cerita yang dimaksudkan
untuk memudahkan pemahaman terhadap tuturan humor.
Hasil dari penelitian tersebut humor Nasruddin Hoja sebagai media
humor verbal yang tuturan humornya mempunyai tujuan untuk
merangsang atau membangkitkan perasaan geli. Semua humor Nasruddin
Hoja mengandung semua tindak tutur, yaitu tindak lukosi, ilokusi dan
perlukosi.
Perbedaan :
Penelitian ini memiliki perbedaan dari segi objek dan subjek yang
diteliti serta teori yang dipergunakan.
2. Judul Skripsi
“Tindak Tutur Comic (Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis
Percakapan ComicStandUp Indo Bandung Kepada Khalayak)” Skripsi dari Firmansyah Akbar, Universitas Komputer Indonesia
Bandung. Dibuat untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar
sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Komputer Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komunikasi dari
Comic StandUp Indo Bandung kepada khalayak. Metode yang digunakan
dengan pendekatan kualitatif, dimana terdapat kajian teori yang
Austin yaitu tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur
perlokusi. Dengan metode wawancara langsung dengan comic agar
mendapatkan informasi yang akurat, informan dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling, dimana terdapat dua comic dan
dua audience yang dipilih menjadi informan. Teknik analisa data yang
dilakukan adalah dengan mengumpulkan data, mengelompokannya,
menyajikannya lalu dilakukan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian tersebut pesan yang disampaikan dengan gaya
yang baku akan kurang dipahami, dengan kesamaan makna komunikasi
berjalan efektif, terdapat efek yang ditimbulkan berupa tawa.
Perbedaan :
Penelitian ini memiliki perbedaan dari segi subjek yang diteliti serta
teori yang dipergunakan.
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Publik
Standup comedy identik dengan komunikasi publik (Public
Communication) karena dalam prakteknya seorang Comic berbicara
didepan banyak penonton yang tidak dikenali sebelumnya.
Komunikasi publik (Public Communication) dapat diartikan sebagai
penyebaran pesan berupa ide, gagasan, informasi, ajakan dan sebagainya
yang dilakukan oleh satu orang kepada khalayak yang belum dikenal satu
siapapun, yang terpenting orang tersebut memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi secara lisan agar pesan yang akan disampaikan kepada
khalayak dapat disampaikan dengan efektif dan efisien.
Dengan kata lain, komunikasi public dapat disamakan seperti pidato,
ceramah, kuliah dan StandUp Special. Biasanya komunikasi public
berlangsung lebih formal, karena diperlukannya persiapan yang cukup
matang dari mempersiapkan materi yang baik untuk pesan yang akan
disampaikan, serta keberanian dan kemampuan seorang komunikator
dalam menghadapi banyak orang yang hampir semuanya belum dikenal
oleh komunikator.
Komunikasi publik tidak sama dengan komunikasi antar pribadi,
dimana komunikasi publik cenderung lebih pasif dibandingkan dengan
komunikasi antar pribadi. Karena umpan balik (Feedback) yang khalayak
berikan sangat terbatas, terutama umpan balik yang bersifat verbal. Umpan
balik nonverbal lebih jelas diberikan oleh khalayak yang berada dibarisan
depan, Karena merekalah yang paling jelas terlihat (Mulyana, 2012, pp.
82-83). Dalam penampilannya seorang Comic akan mendapatkan suatu
umpan balik (Feedback) yang bersifat serempak, seperti tertawa atau tepuk
tangan.
Ketika seorang Comic sedang menyampaikan pesannya didepan
khalayak, setidaknya Comic harus memiliki tiga tujuan utama yaitu
Sama seperti halnya seorang Comic yang harus mempersiapkan
materi yang akan disampaikan saat Standup comedy, seorang Comic harus
memiliki keterampilan dalam berbicara dihadapan orang banyak yang
sebelumnya mereka belum kenal dan sebisa mungkin dapat memberikan
sebuah informasi yang menghibur serta dapat mempersuasi khalayak yang
ada.
Dalam prakteknya komunikasi publik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Terjadi ditempat umum (public), misalnya di auditorium, kelas, tempat
ibadah atau tempat lainnya yang dapat dihadiri oleh sejumlah besar
orang.
2. Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih
peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur.
3. Terdapat agenda.
4. Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus,
seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya.
5. Acara-acara lain mungkin sebelum atau sesudah ceramah disampaikan
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikator
Komunikator didalam proses komunikasinya bertugas sebagai
pengirim pesan kepada komunikan, dengan kata lain komunikator dapat
disebut sebagai sumber dalam sebuah proses komunikasi.
Peran komunikator tidak hanya menyampaikan pesan kepada
komunikan, tetapi sebagai komunikator juga diharapkan dapat
memberikan respon serta tanggapan kepada komunikan yang terkena
dampak dari proses komunikasi yang sedang berlangsung, baik itu secara
langsung maupun tidak langsung.
Terdapat beberapa hal yang perlu dimiliki untuk menjadi seorang
komunikator yang baik, salah satunya ialah seorang komunikator harus
memiliki kemampuan dalam menyusun pesan yang akan disampaikan,
sehingga komunikan dapat menerima maksud dari pesan yang
disampaikan tersebut. Selain mempunyai kemampuan dalam menyusun
pesan, seorang komunikator harus memperhatiakan bagaimana keadaan
dirinya, karena ketika sedang berbicara didepan public, yang berpengaruh
bukan saja apa yang komunikator katakan, tetapi publik sebagai
komunikan juga akan memperhatikan siapa yang menjadi komunikator,
terkadang siapa lebih penting dari apa.
Komunikator adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik
(feedback), sehingga ia dapat segera mungkin merubah gaya
(feedback) dari komunikan yang bersifat negatif (Effendy, 2011, p. 15).
Deddy Mulyana mempunyai definisi lain mengenai komunikator, menurut
Mulyana komunikator sebagai pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi, komunikator boleh jadi seorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara, yang
memiliki kebutuhannya masing-masing (Mulyana, 2012, p. 69).
Untuk menyampaikan apa yang ada didalam pikiran komunikator,
seorang komunikator harus mengubah apa yang ada didalam pikirannya
tersebut, kedalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang
dapat dipahami oleh komunikan sebagai penerima pesan.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang komunikator
ialah mempersuasi komunikan. Aristoteles pernah menuliskan, persuasi
tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia
menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya.
Kita lebih penuh dan cepat percaya pada orang-orang baik dari pada orang
lain. Tidak benar anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan
personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada
kekuatan persuasinya, sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai
alat persuasi yang paling efektif (Rakhmat, 2008, p. 255).
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menjadi
1. Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media
pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini
sesuai dengan tata krama dengan memperlihatnkan keadaan waktu dan
tempat.
2. Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan menjadi seorang komunikator
haruslah betul-betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka
setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidak
percayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu
sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi. Dalam
suatu proses komunikasi timbal balik, yang lebih menguasai masalah
akan cenderung memenangkan tujuan komunikasi.
3. Penguasaan bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah
bahasa yang digunakan yang dikuasai oleh komunikan, komunikator
mutlak menguasai istilah-istilah umum yang digunakan oleh lingkungan
tertentu atau khusus. Penggunaan bahasa akan sangat membantu
menjelaskan pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience itu.
Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat menimbulkan kesalahan
komunikator. menggunaan bahasa yang baik dan benar (Akbar, 2012, p.
37-39).
Dengan begitu keefektifan sebuah komunikasi bukan saja ditentukan
oleh kemampuan komunikator dalam berkomunikasi, tetapi karakter dari
seorang komunikator pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
bahwa komunikasi tersebut berjalan efektif. Komunikator haruslah
mempunyai unsur trustworthiness (dapat dipercaya) (Rakhmat, 2008, p.
256). Karena komunikan akan melihat siapa yang menjadi pembicara,
apabila apa yang diutarakan oleh komunikator tidak sesuai dengan diri
komunikator, maka komunikasi yang dihasilkan pun tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan.
2.1.4 Tinjauan Tentang Pesan
Pesan adalah bagian terpenting dari komunikasi, tidak ada pesan
maka komunikasi pun tidak pernah terjadi. Menurut Deddy Mulyana pesan
yaitu apa yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
(Mulyana, 2012, p. 70). Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan
non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud
komunikator tersebut.
Menurut Rudolph F. Verderber Pesan memiliki tiga komponen, yaitu
makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk
Didalam proses komunikasi, pesan dibagi menjadi dua bagian yaitu
pesan verbal dan pesan non verbal.
1. Pesan Verbal
Symbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara
yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja
(Mulyana, 2012, pp. 260-261).
Terdapat dua cara untuk mendefinisikan bahasa, definisi bahasa secara
fungsional dan formal.
A. Fungsional
Melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan, bahasa hanya dapat dipahami apabila ada kesepakatan
diantara anggota-anggota kelompok social untuk
menggunakannya.
B. Formal
Bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat
dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa memiliki
peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
2. Pesan Non Verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah sebuah isyarat yang tidak
memakai kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
mengungkapkan bahwa pesan non verbal mencakup semua
rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima (Mulyana, 2012, p. 343).
Mengapa pesan non verbal masih digunakan hingga sekarang, Mark
L. Knapp memberikan lima fungsi dari pesan non verbal seperti
berikut :
1. Repetasi
Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
2. Substitusi
Menggantikan lambing-lambang verbal
3. Kontradiksi
Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap
pesan verbal.
4. Komplemen
5. Aksentuasi
Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Rakhmat,
2008, p. 287).
2.1.5 Tinjauan Tentang Makna
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata sebagai symbol
verbal dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata
yang membangitkan makna dalam pikiran orang (Mulyana, 2012, p. 281).
Dengan kata lain, bukan kata-kata yang mempunyai makna, tetapi
manusialah yang memberiakan makna kepada kata.
Setiap makna yang diberikan kepada kata yang sama bisa
berbeda-beda karena tergantung kepada ruang dan waktu. Menurut R. Brown
makna adalah sebuah kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan
atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa (Ibid, p. 281).
Makna digolongkan kedalam dua jenis, makna denotatif dan makna
konotatif, berikut penjelasanya :
1. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti
yang dapat ditemukan dalam kamus. Karena itu sifat dari makna
2. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah sebuah makna yang sifatnya lebih pribadi,
atau dengan kata lain makna konotatif yakni makna diluar
objektifnya. Makna konotatif lebih bersifat subjektif dan emosional
daripada makna denotative (Ibid, p. 282).
Didalam studi mengenai makna, Cruse membagi makna berdasarkan
bidang-bidang perhatian, seperti berikut :
1. Semantik Leksikal
Semantik Leksikal mempelajari makna kata yang fokus kepada
kandungan “makna” yang ada pada kata, bukan pada bentuk
gramatikal.
2. Semantik Gramatikal
Semantik Gramatikal mempelajari makna (satuan bahasa) yang
memiliki kaitan langsung dengan tata kalimat.
3. Semantik Logikal
Semantik Logikal memeplajari hubungan antara bahasa alamiah
dengan system ligika formal. Focus perhatian semantik logikal
adalah studi makna proposisi atau makna kalimat, semantik logikal
tidak ditujukan untuk menelliti makna kata.
4. Pragmatik Linguistik
Pragmatik Linguistik berkenaan dengan aspek informasi (dalam
bahasa yang secara konvensional diterima menurut kaidah
semantik (Rahyono, 2012, pp. 17-18).
2.1.6 Tinjauan Tentang Humor
Humor pasti ada didalam kehidupan sehari-hari kita, setiap orang
pasti memiliki rasa humor, karena dengan humor sesaat kita dapat
menghilangkan stres dan masalah yang sedang dihadapi.
Menurut filosof kebangsaan perancis Henry Berguson, berpendapat
bahwa tawa merupakan perkembangan logika dan rasa social (Fansury,
2013, p. vi). Dengan humor seakan tidak mengenal status social dan
ekonomi, semua itu seakan melebur menjadi satu.
Humor ialah suatu kegiatan yang mengungkapkan suatu pikiran baik
itu menggunakan bahasa (verbal) atau dengan gerakan tubuh (non verbal),
dengan kata lain humor memerlukan proses berfikir baik dari pelaku
humor maupun penikmat humor itu sendiri. Karena humor bukan hanya
hiburan semata yang membuat penikmatnya tertawa saja, tetapi humor
juga mengajak penikmatnya untuk berfikir maksud dari humor tersebut.
Humor sendiri berasal dari kata latin yang mempunyai arti “cairan
dalam tubuh”. Seseorang akan sehat apabila proposisi cairan didalam
tubuh tersebut seimbang. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid
ke-6 melalui Rozak (2003) dikatakan :
seimbang apabila cairan tersebut berada dalam proposisi seimbang. Jika jumlah cairan berlebih, timbullah ketidakseimbangan temperamen. Orang yang mempunyai kelebihan cairan (humor) disebut „humoris‟, dan ia menjadi objek ketawaan orang lain. Tertawa dianggap dapat menyembuhkan kelebihan tersebut. Kemudian humoris juga berarti orang yang dapat membuat orang tertawa, yaitu seseorang yang terampil mengungkapkan humor. (Hidayati, 2009, p. 21).
2.1.6.1 Jenis Humor
Menurut Arwah Setiawan humor dibedakan menjadi tiga jenis
yakni :
1. Humor Personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri sendiri,
apabila melihat sesuatu yang dianggap lucu.
2. Humor Pergaulan, yaitu bercanda gurau di antara teman atau
lelucon yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan
umum.
3. Humor dalam Kesenian, atau seni humor. Humor jenis ini dibagi
menjadi tiga, seperti berikut :
1. Humor lakuan, misalnya: lawak, tari humor, dan pantomim
lucu.
2. Humor grafis, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, dan
patung lucu.
3. Humor literatur, misalnya: cerpen lucu, esei satiris, sajak
2.1.7 Tinjauan Tentang Comic
Comic atau Standup comedy Comic adalah seorang komunikator atau
penutur, dimana setiap tuturannya tersebut dibawakan dengan cara humor
agar dapat mudah dimengerti oleh khalayak ataupun penonton. Comic
dalam setiap penampilannya mengambil materi dari pengamatan, pendapat
atau pengalaman pribadinya. Dapat juga mengutarakan keresahan,
mengangkat kenyataan, memotret kehidupan masyarakat dan
menyuguhkannya kembali dengan jenaka (Pragiwaksono, 2012, p. 6).
2.1.8 Tinjauan Tentang StandUp Special
StandUp Special adalah sebuah pertunjukan komersial yang khusus
menampilkan Standup comedy dengan seorang Comic yang menjadi inti
dari pertunjukan tersebut (Pragiwaksono, 2012, p. 114). Biasanya
pertunjukan dilaksanakan di café-café, aula, gedung dll, tergantung
seberapa besar pertunjukan yang akan dibuat. Dalam penelitian ini
StandUp Special dari Pandji Pragiwaksono dilaksanakan di Gedung
Kesenian Usamar Ismail Hall.
2.1.9 Tinjauan Tentang Video
Video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa dalam penelitian ini
dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisis tindak tutur ilokusi dari
Video adalah sebuah teknologi untuk menangkap, merekam,
memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak.
Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital
seperti kamera dan handycam.1
2.1 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila penelitian
tersebut berkaitan dengan variabel atau fokus atau penelitian. Maksud dari
kerangka berfikir sendiri supaya terbentuknya suatu alur penelitian yang jelas dan
dapat diterima secara akal (Sugiyono, 2011, p. 92).
Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan membahas masalah pokok dari
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan kepada tindak
tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dari pesan yang disampaikan oleh Pandji
Pragiwaksono dalam video standup special bhineka tunggal tawa. Untuk
membantu menjawab masalah pokok yang ada, pembahasan ini akan coba
menjelaskan mengenai konsep serta teori-teori yang ada hubungannya dengan
penelitian.
2.2.1 Speech ActTheory (Teori Tindak Tutur)
Setiap harinya manusia melakukan tindak tutur, entah sudah berapa
banyak kalimat yang telah diucapkan. Tidak pernah terpkirkan bagaimana
1 Pti08, “Definisi Video”,
kalimat-kalimat tersebut terbentuk, bagaimana kalimat tersebut dapat
diterima oleh lawan tutur dan bagaimana dapat memberikan feedback
terhadap pesan yang disampaikan, sehingga peristiwa tutur berlangsung
dengan efektif.
Teori tindak tutur pertama kali dikemukan oleh John L. Austin,
dengan tulisannya mengenai “How To Do Things With Words”
menunjukan pandangan bahwa kebanyakan kalimat tidak memiliki kondisi
kebenaran (Have No Truth Condition).
Karya Austin mengenai teori tindak tutur (Theory of Speech Act)
merupakan sebuah upaya untuk mengatasi keterbatasan teori “Truth
Conditional Semantics”. Austin berpendapat bahwa dengan bahasa,
tepatnyadengan kata-kata penutur tidak hanya dapat mendeskripsikan atau
mengatakan sesuatu “to make statement”, akan tetapi melakukan sesuatu
“perform action” (Rahyono, 2012, p. 211). Misalnya, ketika seseorang
mengatakan “Kalau bisa mengerjakan soal itu dalam waktu lima menit,
saya akan bayar satu juta” pada tuturan tersebut seorang penutur tidak
hanya mengucapkan saja, tetapi juga melakukan tindakan berjanji akan
memberikan uang. Tuturan tersebut dikelompokan sebagai tuturan
performatif, yakni ujaran yang pengungkapannya bertujuan melakukan
(perform) sesuatu.
Menurut Austin tindak tutur dikelompokan kedalam tiga tindakan
Tindak Perlokusi (Perlucutionary). Berikut adalah uraiannya (Rahyono,
2012, p. 212).
1. Locutionary Act (Tindak Lokusi)
Tindak lokusi (Locutionary act) adalah tindak tutur yang
dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dengan kata dan makna
kalimat tersebut tanpa ada maksud, tujuan apalagi mempengaruhi
lawan tutur tersebut. Contoh : “Saya lelah sekali”, dalam kalimat
tersebut penutur mengungkapkan bahwa dirinya dalam kondisi lelah
atau capek, tanpa bermaksud untuk meminta perhatian dari mitra tutur
seperti minta untuk dipijitkan.
2. Illocutionary Acts (Tindak Ilokusi)
Tindak ilokusi (Illocutionary act), yaitu suatu tuturan yang
berfungsi bukan saja untuk menginformasikan tetapi tuturan ini juga
mengandung maksud, fungsi atau daya tuturan. Contoh : “Panas sekali
ya” kalimat tersebut mengandung maksud bahwa penutur meminta
agar mitra tutur untuk membuka jendela atau menyalakan kipas angin
agar udara tidak panas lagi.
3. Perlocutionary Acts (Tindak Perlokusi)
Tindak perlokusi (Perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi
dan kondisi pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak hanya
Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja
dikreasikan oleh penuturnya. Contoh : “Kalau bisa mengerjakan soal
ini dalam waktu lima menit, saya bayar satu juta” kalimat ini
memberikan efek kepada mitra tutur, sesegera mungkin untuk
menyelesaikan soal tersebut agar mendapatkan uang satu juta.
Cruse menyatakan bahwa tidak ada komunikasi yang tidak memiliki
daya ilokusi, dalam komunikasi penutur menyampaikan maksudnya
melalui tuturan dengan daya ilokusi tertentu (Rahyono, 2012, p. 213).
Daya Ilokusi terwujud dalam jenis-jenis tindakan, seperti pemberitahuan,
janji, peringatan dan lain-lain.
Menurut Searle tindak tutur Ilokusi dibagi menjadi lima. Tindak
Asertif (Assertives), Tindak Direktif (Directives), Tindak Komisif
(Commisives), Tindak Ekspresif (Exspressives), Tindak Deklarasi
(Declaration) (Rahyono, 2012, p. 216).
1. Tindak Asertif
Yakni tindak tutur yang membuat penutur terlibat dengan
kebenaran atas apa yang dituturkan. Tindak tutur ilokusi yang termasuk
kedalam kategori asertif adalah tuturan menyatakan, menuntut,
mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian,
2. Tindak Direktif
Yakni tindak tutur yang bermaksud mempengaruhi kawan tutur
melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang disebutkan didalam
tuturannya. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori
direktif adalah tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan,
mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon,
menantang.
3. Tindak Komisif
Yakni tindak tutur yang menuntut komitmen penutur pada tindakan
yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Tindak tutur
ilokusi yang termasuk kedalam kategori komisif adalah bersumpah,
berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan.
4. Tindak Ekspresif
Yakni tindak tutur yang berfungsi untuk mengutarakan sikap
perasaan penutur terhadap keadaan yang tersirat. Tindak tutur ilokusi
yang termasuk kedalam kategori ekspresif adalah berterima kasih,
mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, meyalahkan,
dan mengkritik.
5. Tindak Deklarasi
Yakni tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan perubahan
realitas status menurut isi tuturan yang dinyatakan penutur kepada
deklarasi adalah mengundurkan diri, menamakan, menunjuk,
menghukum, memutuskan, melarang, membatalkan, mengabulkan,
mengizinkan, memaafkan, mengampuni (Rahyono, 2012, p. 216).
2.2.2 Interaksi Simbolik (symbolic interactionism)
Bahasa dan komunikasi merupakan dua bagian yang saling
melengkapi, komunikasi tidak akan berlangsung bila tidak ada bahasa
(simbol-simbol) yang dipertukarkan, begitu juga sebaliknya, bahasa tidak
akan memiliki makna jika tidak dilihat dalam konteks sosial atau ketika
diperukarkan (Kuswarno, 2008, p. 6). Dalam perspektif interaksional yang
memandang komunikasi sebagai jalan bagi individu-individu untuk
mengembangkan dirinya. Individu memiliki nilai yang sangat tinggi diatas
hal lainnya, karena dalam diri individu tersebut tercakup esensi
kebudayaan, masyarakat dan pikiran. Perspektif interaksional ini juga
membahas bahasa atau lambang sebagai hal yang dipertukarkan ketika
manusia saling berinteraksi (Ibid, p. 9).
Dalam interaksi simbolik (symbolic interactionism) seorang
komunikator memberikan informasi hasil dari pemaknaan symbol dari
pemikirannya kepada komunikan, dan komunikan yang menerima
informasi tersebut akan memiliki pemikiran lain dalam memaknai
informasi yang diberikan oleh komunikator. Herbert Blumer, salah seorang
pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yang pertama ialah bahwa
manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna
(meaning) (Sunarto, 2000, pp. 35-36).
Interaksi simbolik pertama kali dikemukakan oleh George Herbert
Mead, yang kemudian dimodifikasi oleh Blummer. Karakteristik ide ini
adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam
masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang
terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka
ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada
beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar
individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh,
vokal, suara dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud
dan dimaksud dengan simbol (Kuswarno, 2008, p. 22).
Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada
tiga premis utama, yaitu :
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna
yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan
oleh orang lain.
3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisa makna yang
terkadung dari pesan yang Pandji Pragiwaksono utarakan kepada khalayak
saat standup special Bhineka Tunggal Tawa di Gedung Perfilman Usmar
Ismail Hall. Makna muncul dari hubungan antara kata sebagai bahasa
(simbol) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata, namun
kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang (Mulyana, 2012, p. 281).
Dengan begitu sebenarnya kitalah yang memberikan makna pada kata.
Setiap makna yang kita berikan pada kata yang sama bisa berbeda-beda,
tergantung konteks ruang dan waktu.
Dalam Teori Tindak Tutur (Speech act Theory) ini, peneliti lebih
menitik beratkan pada Teori Tindak Tutur yang dikemukakan oleh John R.
Searle. Pada prosesnya Pandji Pragiwaksono selaku Comic dalam
menyampaikan pesan yang sudah dikonsep sedemikian rupa agar dapat
diterima dengan baik oleh khalayak, secara otomatis akan terjadi proses
pemaknaan yang dilakukan oleh khalayak.
Tentu dalam proses penyampaian pesan oleh Pandji Pragiwaksono
kepada khalayak, terjadi proses komunikasi yang didalamnya mengandung
berbagai macam makna. Seperti yang telah diungkapkan oleh Cruse bahwa
setiap komunikasi memiliki daya ilokusi (Rahyono, 2012, p. 213). Untuk
mengetahui makna yang terkandung didalam pesan yang Pandji
Pragiwaksono sampaikan dapat dilihat dari tuturan yang disertakan dengan
maksud dari setiap pesan yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono pada
standup special Bhineka Tunggal Tawa. Untuk mendukung teori yang ada,
maka peneliti akan membuat gambar alur pikir dari peneliti, berikut adalah :
Gambar 2.1
Model Alur Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti, 2013
Dari gambar model alur kerangka pemikiran diatas, dapat
digambarkan kerangka penelitian yang akan penulis lakukan dalam
penelitian ini, adapaun penjelasan mengenai gambar diatas sebagai berikut. Interaksi Simbolik
(symbolic interactionism) Komunikasi Publik (Public Communication)
StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa
Makna Pesan Verbal Pandji Pragiwaksono Tindak Tutur Ilokusi (Illocutionary Act)
Tindak Tutur Perlokusi (Perlucutionary Act) Tindak Tutur lokusi
(Locutionary Act)
Manusia melakukan tindakan komunikasi yang dapat dilakukan oleh
dua orang ataupun lebih. Standup special bhineka tunggal tawa ini termasuk
kedalam komunikasi publik, dimana Pandji Pragiwaksono sebagai comic
berbicara didepan banyak orang yang pada dasarnya belum dikenalinya satu
persatu. Ketika Pandji menyampaikan pesan kepada khalayak, maka Pandji
berharap, maksud dari pesan yang disampaikannya tersebut dapat
dimengerti oleh khalayak, sehingga terdapat kesamaan makna antara Pandji
dengan khalayak.
Dalam menyampaikan pesan, tentunya tidak terlepas dari interaksi
simbolik. Dimana menurut Hebert Blumer pendekatan interaksi simbolik
yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu. (1) Manusia
bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada
sesuatu itu bagi mereka. (2) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial
yang dilakukan oleh orang lain. (3) Makna-makna tersebut disempurnakan
disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.
Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang
ada pada sesuatu itu bagi mereka. Ketika Pandji menyampaikan pesan
kepada khalayak, maka pada saat itulah terdapat kalimat yang diucapkan,
dimana kalimat tersebut berupa kata-kata yang mempunyai makna. Maka
khalayak bertindak sesuai apa yang dikatakan oleh Pandji kepada khalayak.
Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh
hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia, dimana
kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran manusia. Pemahaman
mengenai makna pesan yang disampaikan oleh Pandji, tentunya diterima
berbeda-beda oleh khalayak.
Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial
sedang berlangsung. Ketika proses penyampaian pesan oleh Pandji kepada
khalayak, tentunya terjadi interaksi antara Pandji dengan khalayak. Pada
saat itulah makna-makna tersebut disempuranakan, hingga akhirnya tercapai
kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan.
Setelah mengaplikasikan interaksi simbolik yaitu proses
penyampaian pesan, maka hasil yang dicapai adalah tindak tutur komunikasi
yang dilakukan oleh Pandji kepada khalayak, baik itu secara lokusi, ilokusi
dan perlokusi.
Teori yang dipakai dalam penelitian ini ialah teori tindak tutur, yang
menghasilkan tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary
act), tindak pelokusi (perlocutionary act). Ketika Pandji menyampaikan
pesan tentu melakukan suatu tindak tutur komunikasi, mulai dari pembentukan
suatu kalimat, menyampaikan informasi hingga pada pengaruh informasi yang
disampaikan kepada khalayak. Dalam hal ini peneliti akan mencoba
menghubungkan teori tindak tutur ini terhadap, pesan yang disampaikan oleh
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk
menyatakan sesuatu dengan kata dan makna kalimat tersebut tanpa ada
maksud, tujuan apalagi mempengaruhi lawan tutur tersebut, berikut contoh
dari tindak lokusi.
“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”
Dari contoh pesan diatas, maka penutur hanya menyampaikan
informasi tanpa ada maksud untuk mempengaruhi kawan tutur. Dalam
pesan tersebut penutur hanya menyampaikan kepada kawan tutur, bahwa
„sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan‟.
Tindak ilokusi adalah suatu tuturan yang berfungsi bukan saja untuk menginformasikan tetapi tuturan ini juga mengandung maksud, fungsi atau
daya tuturan, berikut adalah contoh dari tindak ilokusi.
“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”
Penjelasan dari pesan diatas, bukan hanya sekedar memberikan
informasi, tetapi mempunyai maksud serta daya tuturan untuk melakukan
sesuatu ketika penutur mengatakan “sudah tiga minggu kamar ini tidak
dibersihkan” maka maksud dari pesan tersebut, penutur meminta kawan
tutur untuk membersihkan kamar tersebut atau mengajak kawan tutur untuk
membersihkan bersama kamar tersebut. Dalam pesan yang disampaikan,
Tindak perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan
kalimat itu, berikut ialah contoh dari tindak perlokusi.
“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”
Dari contoh pesan diatas, maka apa yang dituturkan oleh penutur
akan memberikan efek kepada kawan tutur yang mendengar, yaitu dengan
langsung mengambil sapu dan lain-lain untuk segera membersihkan kamar
tersebut.
Untuk mengetahui makna pesan yang disampaikan oleh Pandji,
peneliti menggunakan teori tindak tutur, yang menitik beratkan kepada
tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Pada saat proses
penyampaian pesan oleh Pandji kepada khalayak, terjadilah interaksi
simbolik antara Pandji sebagai comic dengan khalayak. Pada saat itulah
peneliti dapat mengetahui tentang Makna Pesan Verbal Pandji
39
3.1 Objek Penelitian
Dalam objek penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada makna pesan
verbal yang dilihat dari tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi Pandji
Pragiwaksono selaku Comic dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal
Tawa.
Dalam Standup comedy, Comic bebas memakai materi apa yang akan
disampaikan kepada penonton, tetapi Comic yang ada saat ini di Indonesia biasa
memakai materi tentang pengalaman pribadinya. Sehingga yang melihat hanya
mendapatkan tawa tanpa mendapatkan ilmu atau wawasan baru.
Berbeda dengan Pandji Pragiwaksono, materi yang disampaikan lebih
bervariatif tidak hanya pengalaman pribadinya, melainkan tentang kondisi
Indonesia saat ini, dengan begitu pesan yang disampaikan pun lebih menarik dan
berbobot. Sehingga ketika StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa selesai,
penonton bukan saja mendapatkan tawa tetapi juga mendapatkan ilmu dan
wawasan yang lebih terbuka mengenai Indonesia.
3.1.1 Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono adalah seorang penyiar radio, presenter
Singapura pada tanggal 18 Juni 1979, pria yang akrab dipanggil Pandji ini
tercatat sebagai mahasiswa ITB (Institut Teknologi Bandung) Fakultas
Seni Rupa dan Design. Pandji Pragiwaksono yang mengawali karir
menjadi seorang penyiar radio yang pada akhirnya mulai terkenal sebagai
pembawa sebuah program reality show Kena Deh dan kuis Hole in the
Wall di televisi swasta Indonesia (Pragiwaksono, 2012, p. 233).
Awal mula Pandji Pragiwaksono ingin menjadi seorang Standup
comedy ialah ketika Pandji Pragiwaksono melihat video StandUp Special
dari Robin Williams yang bejudul Robin Williams Live in Boardway
(Pragiwaksono, 2012, p. 2). Tetapi niat dari Pandji Pragiwaksono untuk
menjadi seorang Comic tidak langsung terealisasikan, karena beberapa
faktor yang kurang mendukung seperti, kurang populernya Standup
comedy di Indonesia pada saat itu.
Akhirnya pada tahun 2010 Pandji Pragiwaksono membuat sebuah
event bulanan yang diberi nama “Twivate Concert”, dimana maksud dari
event ini adalah sebuah konser musik mini yang diperuntukan untuk
followers nya di twitter. Pada event inilah Pandji Pragiwaksono
memberanikan dan memakasakan diri untuk melakukan Standup comedy
secara rutin selama 30 menit (Ibid, p. 3).
Akhirnya Pandji Pragiwaksono memantapkan diri untuk membangun
pengetahuan masyarakat mengenai Standup comedy. Dengan mengunggah
disambut baik oleh pihak Kompas TV setelah melihat video Pandji
Pragiwaksono di youtube, pihak Kompas TV akhirnya memutuskan untuk
membuat sebuah acara pencarian bakat Standup comedy yang diberi nama
Standup comedy Indonesia atau yang disingkat menjadi SUCI.
Tanggal 13 Juli 2011 adalah tanggal yang sangat penting bagi
StandUp Comedi Indonesia, dimana tanggal tersebut adalah tanggal
berdirinya komunitas Standup comedy Indonesia, yang diprakarsai oleh
Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy dimana mereka adalah pemenang
pencarian bakat Standup comedy Indonesia (Ibid, p. 8).
Setelah terbentuknya komunitas Standup comedy Indonesia ini,
akhirnya bermunculanlah komunitas-komunitas Standup comedy
dikota-kota Indonesia seperti Samarinda, Palembang, Bogor, Bali, Medan,
Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Cilegon, Solo, Lampung, Padang,
Purwokerto, Sukabumi, Semarang dan Jabodetabek.1 Semua ini tidak akan
terjadi apabila seorang Pandji Pragiwaksono tidak nekad dalam obsesinya
untuk menjadi seorang Comic dan mengenalkan Standup comedy kepada
masyarakat Indonesia.
3.1.2 Bhineka Tunggal Tawa (BTT)
Bhineka Tunggal Tawa adalah sebuah tema dari StandUp Special
dari Pandji Pragiwaksono. StandUp Special ini menjadi sejarah dalam
1
dunia Standup comedy Indonesia. Karena, ini StandUp Special pertama
yang pernah dilakukan di Indonesia.
Bhineka Tunggal Tawa memiliki arti “Walau Berbeda, Tetap Satu
Dalam Tawa”. StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa digelar pada
tanggal 28 Desember 2011 yang bertempat di Gedung Perfilman Usmar
Ismail Hall, Kuningan, Jakarta Selatan.
Dalam Bhineka Tunggal Tawa, sebelum Pandji Pragiwaksono
tampil, terdapat lima Comic yang membuka acara tersebut, yaitu, Sammy
D. Putra (@notaslimboy), Rindra (@ponakannyaom), Asep Suaji
(@asepsuaji), Luqman Baihaqi (@luqmanbhq), dan yang terakhir Ernest
Prakarsa (@ernestprakarsa).
3.1.3 Pesan yang Mengandung Tindak Tutur
Dalam standup comedy, ada beberapa istilah yang harus diketahui.
Seperti set, set adalah keseluruhan satuan show standup comedy yang
terdiri atas sejumlah materi yang digabungkan, hingga pada akhirnya
menjadi sebuah rangkaian yang berdurasi (Pragiwaksono, 2012, p. xxii).
Materi dalam standup comedy dinamakan bit.2 Dalam penelitian ini,
peneliti hanya mengambil tujuh pesan dari keseluruhan pesan yang
disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono dalam Standup Special Bhineka
Tunggal Tawa. Peneliti hanya mengambil pesan dari beberapa bit yang ada
2
pada Standup Special Bhineka Tunggal Tawa, lalu memilih pesan dalam
setiap bit, yang mana dalam menyampaikan pesannya, tidak menggunakan
komunikasi non verbal untuk mempertegas pesan verbal yang
disampaikan.
Standup special bhineka tungga tawa dari Pandji Pragiwaksono ini di
dokumentasikan melalui sebuah rekaman video, berikut adalah beberapa
potongan bit standup special bhineka tunggal tawa yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.1 Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur
Timeline Tuturan
Durasi Video
00:32” – 00:40
Terima kasih tujuh puluh lima puluh ribu
dan seratus ribu terimakasih penghargaan
urasi Video
01:13 – 01:26
Selamat datang di Usmar Ismail Hall
Jakarta, gua yakin beberapa diantar kalian
baru pertama kali kesini.
Tempatnya bagus sekali, ini adalah fasilitas
pemerintah, tapi dijalankan oleh swasta,
itulah kenapa bagus sekali
Durasi Video
02:00 – 02:23
AA Gatot Brajamusti, katanya untuk jadi
anggota PARFI, minimalnya harus main
satu film, apalagi jadi ketua. Dia adalah
ketua PARFI, katanya dia pernah main film
misteri, ada yang pernah nonton film
misterinya?