• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Pesan Verbal Comic (Analisis Pesan Pandji Pragiwaksono dalam Video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar ismail Hall Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna Pesan Verbal Comic (Analisis Pesan Pandji Pragiwaksono dalam Video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar ismail Hall Jakarta)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Humas

Oleh :

Teja Darmawan

41809705

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMUPTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

ix

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.2.1Pertanyaan Makro ... 6

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 6

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

(4)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Publik ... 11

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikator ... 14

2.1.4 Tinjauan Tentang Pesan ... 17

2.1.5 Tinjauan Tentang Makna ... 20

2.1.6 Tinjauan Tentang Humor ... 22

2.1.6.1 Jenis Humor ... 23

2.1.7 Tinjauan Tentang Comic ... 24

2.1.8 Tinjauan Tentang StandUp Special ... 24

2.1.9 Tinjauan Tentang Video ... 24

2.2 Kerangka Pemikiran ... 25

2.2.1 Speech Act Theory (Teori Tindak Tutur) ... 25

2.2.2 Interaksi Simbolik (symbolic Interactionism) ... 30

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 39

3.1.1 Pandji Pragiwaksono ... 39

3.1.2Bhineka Tunggal Tawa (BTT) ... 41

3.1.3 Pesan yang Mengandung Tindak Tutur Ilokusi ... 42

3.2Metode Penelitian ... 45

(5)

xi

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.2.2.1 Instrumen Penelitian... 48

3.2.2.2 Studi Pustaka ... 49

3.2.2.3 Studi Lapangan... 50

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 51

3.2.3.1 Informan Pendukung ... 52

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 53

3.2.5 Uji Keabsahan Data... 55

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 56

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 59

4.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 71

4.1.3 Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 86

4.2Pembahasan ... 95

(6)

xii

4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup

Special Bhineka Tunggal Tawa... 98

4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video Standup Special Bhineka Tunggal Tawa... 99

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 101

5.2 Saran ... 104

5.2.1 Saran bagi Khalayak Standup Comedy ... 104

5.2.2 Saran bagi Comic ... 104

5.2.3 Saran bagi Mahasiswa ... 104

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur Ilokusi ... 43

Tabel 3.2Daftar Informan Pendukung ... 52

Tabel 4.1Tindak Tutur Lokusi Pesan Kesatu ... 60

Tabel 4.2Tindak Tutur Lokusi Pesan Kedua ... 61

Tabel 4.3Tindak Tutur Lokusi Pesan Ketiga ... 63

Tabel 4.4Tindak Tutur Lokusi Pesan Keempat ... 65

Tabel 4.5Tindak Tutur Lokusi Pesan Kelima ... 66

Tabel 4.6Tindak Tutur Lokusi Pesan Keenam... 68

Tabel 4.7Tindak Tutur Lokusi Pesan Ketujuh ... 70

Tabel 4.8Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kesatu ... 72

Tabel 4.9Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kedua ... 73

Tabel 4.10Tindak Tutur Ilokusi Pesan Ketiga ... 75

Tabel 4.11Tindak Tutur Ilokusi Pesan Keempat ... 77

Tabel 4.12Tindak Tutur Ilokusi Pesan Kelima ... 79

Tabel 4.13Tindak Tutur Ilokusi Pesan Keenam... 81

Tabel 4.14Tindak Tutur Ilokusi Pesan Ketujuh ... 84

Tabel 4.15Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kesatu ... 87

Tabel 4.16Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kedua ... 88

Tabel 4.17Tindak Tutur Perlokusi Pesan Ketiga ... 89

(8)

xiv

Tabel 4.19Tindak Tutur Perlokusi Pesan Kelima ... 91

Tabel 4.20Tindak Tutur Perlokusi Pesan Keenam... 92

(9)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1Bhineka Tunggal Tawa ... 3

Gambar 2.1Model Alur Kerangka Pemikiran... 34

Gambar 3.1Instrumen Penelitian ... 48

(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 105

Lampiran 2Surat Rekomendasi Pembimbing ... 106

Lampiran 3Berita Acara Bimbingan ... 107

Lampiran 4Lembar Revisian Usulan Penelitian ... 108

Lampiran 5Surat Pengajuan Pendaftaran Sidang ... 109

Lampiran 6Pedoman Wawancara ... 110

Lampiran 7Lembar Revisi Skripsi ... 116

(11)

v Assalamua’laikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Makna Pesan Verbal Comic (Analisis Pesan Pandji

Pragiwaksono dalam Video Standup special Bhineka Tunggal Tawa 28 Desember 2011 di Usmar Ismail Hall Jakarta”. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para

sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan

padanya.

Peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada kedua orangtua

tercinta yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat pada penulis

dan juga memberikan do‟a serta dukungan moril maupun materi.

Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

terutama yang terhormat:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia sekaligus Entrepreneur, yang turut memberikan ilmunya secara

(12)

vi

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah

mengeluarkan surat pengantar penelitian.

3. Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai Dosen Wali penulis

yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta

wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan serta memberikan

pengesahan pada skripsi untuk disidangkan.

4. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan

pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan

perkuliahan.

5. Sangra Juliano P., S.I.Kom., M.I.Kom., selaku Dosen Pembina Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi

ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Dr. Phil Dadang Kurnis, MSc., selaku Dosen Pembimbing peneliti yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada peneliti

sebelum peneliti melaksanakan penelitian skripsi.

(13)

vii

persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti

selama perkuliahan berlangsung.

8. Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan

selama proses penyusunan skripsi.

9. Para Informan Penelitian, terima kasih sebesar-besarnya telah meluangkan waktu serta memberikan apa yang telah dialami, dirasakan,

dilihat, serta pemikiran-pemikiran lainnya sebagai data penelitian yang

dibutuhkan oleh peneliti.

10. Nurry Yunia Sunarno S.Kom, teman dekat penulis yang selalu siap sedia membantu penulis. Terimakasih atas segala bantuan, motivasi semangat,

keceriaan dan kebersamaan serta keikhlasannya dalam membantu penulis.

11. Angga Syahbudin, Agus Chandra, Dita, Dessy, dan Sahabat-sahabat yang lain Farli, Indra, Adisetia, sahabat-sahabat terbaikku yang dibanggakan dan yang selalu memberikan motivasi semangat, arahan,

keceriaan dan kebersamaan untuk selalu berbagi dalam suka maupun duka.

12. Victor Supriatna, Dannu Prakoso, Wellie Kesuma, dan Aulia Rahman

yang telah memberikan semangat, dukungan, motivasi, cerita, dan

(14)

viii

IK Jurnal 1, & IK Jurnal 2 Semangat, teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita kita. Terima kasih semuanya.

15. Dan semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas do‟a dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih diperlukan

penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat

dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya

di masa yang akan datang.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini.

Semoga dibalas setimpal dari Allah SWT, dan dapat memberikan manfaat yang

berarti. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di masa

yang akan datang. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, juli 2013

Peneliti

(15)

Grapindo Persada.

Effendi, Uchjana, Onong. 2011. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek,

Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Fansury, El, Ozi. 2012. Genius Comedy. Yogyakarta: Laras Media Prima

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh

Penelitiannya. Bandung : Widya Padjajaran.

Maer, Maria, Natalia, Damayanti. 2008. Pengantar Teori Komunikasi ;

Analisis dan Aplikasi Edisi 3. Jakarta: Salemba Humantika.

Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi:

Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mulyana Dedy, 2012. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Pragiwaksono, Pandji. 2012. Nasional.Is.Me. Yogyakarta: Bentang.

__________________. 2012. Merdeka Dalam Bercanda. Yogyakarta:

Bentang.

Rakmat, Jalaludin. 2008, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Rahyono, FX. 2012, Studi Makna. Jakarta: Penaku.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alphabeta.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit

(16)

kepada Khalayak”, Skripsi Sarjana (S1), UNIKOM, Bandung.

Hidayati, 2009. “Analisis Pragmatik Nasaruddin Hoja”, Skripsi Sarjana (S1),

Universitas Dipenogoro, Semarang.

Rahmanadji, Didiek. 2007 “Sejarah, Teori, Jenis dan Fungsi Humor”,

Universitas Negri Malang, Malang.

Internet Searching :

Priahoky. 2011. Pengertian Humor, (Online),

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206314-pengertian-humor/ (Di unggah pada hari

rabu, 27 maret 2013, pukul 11. 23 WIB)

Ardibhironx. 2012. Bhineka Tunggal Tawa, (Online),

http://catatansibironk.blogspot.com/2012/03/bhinneka-tungal-tawa.html (Di unggah pada hari rabu, 17 April 2013, pukul 13. 26

WIB)

Ute, Tamie. 2011. Pandji Pragiwaksono, (Online),

http://tammyutamijoyo.blogspot.com/2011/02/pandji-pragiwaksono.html (Di unggah pada hari Kamis, 19 April 2013, pukul

12. 08 WIB)

http://www.infoskripsi.com/2013/01/4-kesalahan-umum-dalam-desain-penelitian.html (Di unggah pada hari Senin, 22 April 2013, pukul

22.50 WIB)

www.pandji.com

(17)
(18)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Standup comedy adalah salah satu jenis humor baru yang ada di Indonesia,

dimana pada pertengahan tahun 2011 tepatnya pada bulan juni, Standup Comedy

Indonesia lahir melalui sebuah program televisi StandUp Comedy Indonesia

(SUCI) di Kompas TV. Jenis humor ini lebih menekankan pada olah logika,

dimana Standup comedy ialah humor yang memerlukan proses berfikir baik dari

penutur maupun mitra tuturnya1. Tujuan utama dari Standup comedy bukan hanya

membuat mitra tutur tertawa, tetapi humor jenis ini membuat mitra tutur untuk

berfikir maksud dari pesan yang penutur tersebut tuturkan.

Standup comedy ialah komedi yang disampaikan secara monolog kepada

penonton dalam memberikan pengamatan, pendapat, menceritakan pengalaman

pribadi, mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan

sosial masayarakat dan menyuguhkannya dengan jenaka (Pragiwaksosno, 2012 :

xxi). Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa standup comedy bukan

hanya menyampaikan pesan dengan nuansa humor saja, tetapi dengan menonton

dan mendengar Standup comedy diharpakan mendapatkan ilmu dan wawasan

baru.

1

(19)

StandUp Comedy merupakan comedy yang lebih mengedepankan olah bahasa

(verbal) dalam menyampaikan pesannya dan sedikit gerak tubuh (non verbal)

untuk mempertegas pesan yang disampaikan. Dimana dalam pertunjukan Standup

comedy, pesan adalah komponen utamanya. Ketika penutur mengutarakan

pesannya, maka mitra tuturlah yang selanjutnya memaknai setiap pesannya

sehingga pada akhirnya dapat mengetahui maksud dari pesan yang disampaikan

oleh penutur. Disinilah terjadi proses pemaknaan, ada pesan yang dapat langsung

diterima oleh mitra tutur, tetapi ada juga pesan yang tidak langsung diterima oleh

mitra tutur.

Pelaku Standup comedy ini disebut sebagai Comic. Comic sendiri kependekan

dari Comedy Mic, mengapa Comedy Mic karena disetiap penampilannya

menggunakan Microphone (Mic) sebagai media untuk menyampaikan pesannya

agar dapat didengar oleh khalayak. Dalam penampilannya Comic selalu

memberikan beragam pesan kepada khalayak baik itu berupa sindiran mengenai

pemerintah, politik, ekonomi dan masih banyak lagi. Terkadang dalam

penyampaian pesannya cenderung frontal, akan tetapi dibalik itu semua ada

makna yang terkandung.

Sebagai salah satu yang mempopulerkan Standup comedy, Pandji

Pragiwaksono ingin mengenalkan Standup comedy ke masyarakat yang lebih luas.

Dimana akhirnya Pandji Pragiwaksono membuat sebuah event yang pertama kali

diadakan di Indonesia pada tahun 2011, yaitu sebuah pertunjukan tunggal

(20)

selama satu jam. Dengan tema StandUp Special tersebut adalah Bhineka Tunggal

Tawa.

Gambar 1.1 Bhineka Tunggal Tawa

Sumber : www.pandji.com

Bhineka Tunggal Tawa itu sendiri mempunyai arti Walau Berbeda, Tapi Tetap

Satu Dalam Tawa. Tema ini diambil karena ketika adanya perbedaan dari status

sosial, umur dan suku, tetapi ketika tertawa kita menjadi bersatu seakan perbedaan

tersebut tidak ada (Pragiwaksono, 2012, pp. 117-118).

Bhineka Tunggal Tawa disenggarakan pada tanggal 28 Desember 2011 yang

bertempat di Gedung Perfilman Usmar Ismail Hall. Dalam StandUp Special ini

Pandji Pragiwaksono banyak menuturkan pesan yang bersifat mengkritik keadaan

sosial, ekonomi, politik, kehidupan pribadi Pandji Pragiwaksono maupun hiburan

di Indonesia.

Dalam penampilan Standup comedy, seorang Comic mempunyai pesan yang

(21)

mengkombinasinya dengan unsur humor. Pesan yang disampikan oleh Pandji

Pragiwaksono tidak hanya dapat membuat penonton tertawa, tetapi, juga

mendapatkan ilmu dan wawasan baru bagi penonton. Materi Standup comedy

yang dibuat Pandji Pragiwaksono selalu berbeda dengan Comic-Comic lainnya,

yang kebanyakan mengambil materi dari pengalaman pribadinya. Pandji

Pragiwaksono selalu memasukan materi mengenai keadaan Indonesia saat ini,

baik itu dari politik, ekonomi ataupun keadaan sosial. Terkadang orang malas atau

bosan mendengar pembahasaan mengenai politik, ekonomi atau apapun mengenai

Indonesia. Tapi Pandji Pragiwaksono dapat membawakannya dalam Standup

comedy dengan harapan, maksud dari pesan yang disampaikan dapat mudah

dimengerti oleh penonton, dengan begitu penonton mendapatkan pemahaman

yang berbeda mengenai Indonesia, inilah yang menjadi daya tarik serta ciri khas

Standup comedy dari Pandji Pragiwaksono dibandingkan dengan Comic lain.

Secara umum humor ialah segala rangsangan mental yang menyebabkan

orang tertawa. Cerita penghibur hati pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau

kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh

utama. Kadang-kadang tokoh utama sangat bodoh dan tidak dapat menangkap

maksud orang lain sehingga menimbulkan kesalahpahaman (Hidayati, 2009, p 2).

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan situasi yang sangat

rumit dengan semua masalah yang dihadapinya, dalam melaksanakan aktivitasnya

(22)

dasarnya manusia butuh bercanda gurau dalam menjalani kehidupannya agar tidak

terus menerus menangis (Pragiwaksono, 2012, p. 44).

Pada dasarnya humor dapat membuat ketenangan bagi penikmatnya, maka dari

itu baiknya humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Karna dengan humor kita dapat

menghilangkan stres, dengan humor dan tertawa seakan kita lupa dengan masalah

yang sedang dihadapi dan dengan humor itu juga status sosial serta ekonomi melebur

dan menguap seakan tidak ada jarak diantara si kaya dan si miskin (Pragiwaksono,

2012, p. 64).

Seorang comic dalam menyampaikan pesannya terhadap khalayak, tentulah

terjadi interaksi simbolik antara comic dengan khalayak. Dimana dalam bertindak

tutur bahasalah yang digunakan dalam berkomunikasi dengan mitra tutur.

Menurut John L. Austin bahwa dengan bahasa, tepatnya dengan kata-kata, penutur

tidak hanya dapat mendeskripsikan atau mengatakan sesuatu, melainkan

melakukan sesuatu (Rahyono, 2012, p. 211). Austin mengelompokan tindak tutur

kedalam tiga tindakan, yakni Tindak Lokusi (Locutionary Act), Tindak Ilokusi

(Illocutionary Act) dan Tindak Perlokusi (Perlucutionary Act) (Ibid, p. 212).

Teori Tindak Tutur dikembangkan kembali oleh John R. Searle dengan

menggunakan ide dari Teori Tindak Tutur Austin sebagai dasar mengembangkan

teorinya. Searle mengembangkan Teori Tindak Tutur yang berpusat pada Tindak

Tutur Ilokusi (Illocutionary Act). Searle membagi tindak tutur Ilokusi menjadi

lima yaitu (1) Tindak Asertif (Assertives), (2) Tindak Direktif (Directives), (3)

Tindak Komisif (Commisives), (4) Tindak Ekspresif (Exspressives) dan (5)

(23)

Penting untuk mengetahui maksud dibalik pesan yang disampaikan oleh

penutur kepada kawan tutur, seperti halnya ketika seorang comic menyampaikan

pesan kepada khalayak, karena seorang comic tidak selalu mengatakan apa yang

dimaksudkan, sama dengan apa yang dikatakan. Dengan mengetahui maksud yang

terkandung dalam pesan yang disampaikan, khalayak pun dapat melakukan

tindakan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh comic tersebut. Hingga

akhirnya, tercapai kesamaan makna antara comic dengan khalayak. Untuk

sebagian orang, percakapan ialah interaksi sehari-sehari yang tidak formal, tetapi

dalam teori komunikasi, percakapan memiliki makna khusus. Percakapan adalah

sebuah rangkaian interaksi dengan awal dan akhir serta adanya beberapa maksud

dan tujuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam

penelitian ini peneliti merumuskan masalah menjadi dua, yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Tindak Tutur Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp

Special Bhineka Tunggal Tawa ?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam video

(24)

2. Bagaimana Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam video

StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?

3. Bagaimana Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam video

StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menguraikan

Tindak Tutur Pandji Pragiwaksono dalam video StandUp Special Bhineka

Tunggal Tawa.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Lokusi Pandji Pragiwaksono dalam

video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.

2. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Ilokusi Pandji Pragiwaksono dalam

video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa.

3. Untuk Mengetahui Tindak Tutur Perlokusi Pandji Pragiwaksono dalam

(25)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini berguna untuk

mengembangkan Ilmu Komunikasi secara umum dan Komunikasi Publik

secara khusus.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat berguna ke

depannya nanti. Kegunaan praktis dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Khalayak Standup Comedy

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi khalayak

standup comedy dalam menanggapi isu yang ada disekitar yang

tentunya dilihat dari sudut pandang Pandji Pragiwaksono.

2. Bagi Comic

Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi Para Comic, khususnya

mengenai kualitas Pesan yang akan disampaikan Comic kepada khalayak.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa

(26)

9

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai humor bukanlah yang pertama peneliti lakukan,

berikut adalah penelitian terdahulu mengenai humor yang peneliti lihat

sebagai rujukan dalam menyelesaikam penelitian tersebut.

1. Judul Skripsi :

“ Analisis Pragmatik Humor Nasruddin Hoja “

Skripsi dari Hidayati, Universitas Diponegoro Semarang, dibuat untuk

melengkapi persyaratan guna mencapai gelar sarjana jurusan Sastra

Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur dan

penerapan prinsip kerja sama beserta penyimpangan yang terjadi dalam

humor Nasruddin Hoja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi beberapa

tahap. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang

dilanjutkan dengan teknik lanjutannya berupa teknik catat. Kemudian data

dianalisis secara fungsional dengan metode kontekstual. Data dikaji dan

dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik. Penyajian hasil analisis

(27)

tuturan didukung dengan penceritaan kembali isi cerita yang dimaksudkan

untuk memudahkan pemahaman terhadap tuturan humor.

Hasil dari penelitian tersebut humor Nasruddin Hoja sebagai media

humor verbal yang tuturan humornya mempunyai tujuan untuk

merangsang atau membangkitkan perasaan geli. Semua humor Nasruddin

Hoja mengandung semua tindak tutur, yaitu tindak lukosi, ilokusi dan

perlukosi.

Perbedaan :

Penelitian ini memiliki perbedaan dari segi objek dan subjek yang

diteliti serta teori yang dipergunakan.

2. Judul Skripsi

“Tindak Tutur Comic (Studi Etnometodologi Komunikasi Analisis

Percakapan ComicStandUp Indo Bandung Kepada Khalayak)” Skripsi dari Firmansyah Akbar, Universitas Komputer Indonesia

Bandung. Dibuat untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar

sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Komputer Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komunikasi dari

Comic StandUp Indo Bandung kepada khalayak. Metode yang digunakan

dengan pendekatan kualitatif, dimana terdapat kajian teori yang

(28)

Austin yaitu tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur

perlokusi. Dengan metode wawancara langsung dengan comic agar

mendapatkan informasi yang akurat, informan dipilih dengan

menggunakan teknik purposive sampling, dimana terdapat dua comic dan

dua audience yang dipilih menjadi informan. Teknik analisa data yang

dilakukan adalah dengan mengumpulkan data, mengelompokannya,

menyajikannya lalu dilakukan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian tersebut pesan yang disampaikan dengan gaya

yang baku akan kurang dipahami, dengan kesamaan makna komunikasi

berjalan efektif, terdapat efek yang ditimbulkan berupa tawa.

Perbedaan :

Penelitian ini memiliki perbedaan dari segi subjek yang diteliti serta

teori yang dipergunakan.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Publik

Standup comedy identik dengan komunikasi publik (Public

Communication) karena dalam prakteknya seorang Comic berbicara

didepan banyak penonton yang tidak dikenali sebelumnya.

Komunikasi publik (Public Communication) dapat diartikan sebagai

penyebaran pesan berupa ide, gagasan, informasi, ajakan dan sebagainya

yang dilakukan oleh satu orang kepada khalayak yang belum dikenal satu

(29)

siapapun, yang terpenting orang tersebut memiliki keterampilan dalam

berkomunikasi secara lisan agar pesan yang akan disampaikan kepada

khalayak dapat disampaikan dengan efektif dan efisien.

Dengan kata lain, komunikasi public dapat disamakan seperti pidato,

ceramah, kuliah dan StandUp Special. Biasanya komunikasi public

berlangsung lebih formal, karena diperlukannya persiapan yang cukup

matang dari mempersiapkan materi yang baik untuk pesan yang akan

disampaikan, serta keberanian dan kemampuan seorang komunikator

dalam menghadapi banyak orang yang hampir semuanya belum dikenal

oleh komunikator.

Komunikasi publik tidak sama dengan komunikasi antar pribadi,

dimana komunikasi publik cenderung lebih pasif dibandingkan dengan

komunikasi antar pribadi. Karena umpan balik (Feedback) yang khalayak

berikan sangat terbatas, terutama umpan balik yang bersifat verbal. Umpan

balik nonverbal lebih jelas diberikan oleh khalayak yang berada dibarisan

depan, Karena merekalah yang paling jelas terlihat (Mulyana, 2012, pp.

82-83). Dalam penampilannya seorang Comic akan mendapatkan suatu

umpan balik (Feedback) yang bersifat serempak, seperti tertawa atau tepuk

tangan.

Ketika seorang Comic sedang menyampaikan pesannya didepan

khalayak, setidaknya Comic harus memiliki tiga tujuan utama yaitu

(30)

Sama seperti halnya seorang Comic yang harus mempersiapkan

materi yang akan disampaikan saat Standup comedy, seorang Comic harus

memiliki keterampilan dalam berbicara dihadapan orang banyak yang

sebelumnya mereka belum kenal dan sebisa mungkin dapat memberikan

sebuah informasi yang menghibur serta dapat mempersuasi khalayak yang

ada.

Dalam prakteknya komunikasi publik memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Terjadi ditempat umum (public), misalnya di auditorium, kelas, tempat

ibadah atau tempat lainnya yang dapat dihadiri oleh sejumlah besar

orang.

2. Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih

peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur.

3. Terdapat agenda.

4. Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus,

seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya.

5. Acara-acara lain mungkin sebelum atau sesudah ceramah disampaikan

(31)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikator

Komunikator didalam proses komunikasinya bertugas sebagai

pengirim pesan kepada komunikan, dengan kata lain komunikator dapat

disebut sebagai sumber dalam sebuah proses komunikasi.

Peran komunikator tidak hanya menyampaikan pesan kepada

komunikan, tetapi sebagai komunikator juga diharapkan dapat

memberikan respon serta tanggapan kepada komunikan yang terkena

dampak dari proses komunikasi yang sedang berlangsung, baik itu secara

langsung maupun tidak langsung.

Terdapat beberapa hal yang perlu dimiliki untuk menjadi seorang

komunikator yang baik, salah satunya ialah seorang komunikator harus

memiliki kemampuan dalam menyusun pesan yang akan disampaikan,

sehingga komunikan dapat menerima maksud dari pesan yang

disampaikan tersebut. Selain mempunyai kemampuan dalam menyusun

pesan, seorang komunikator harus memperhatiakan bagaimana keadaan

dirinya, karena ketika sedang berbicara didepan public, yang berpengaruh

bukan saja apa yang komunikator katakan, tetapi publik sebagai

komunikan juga akan memperhatikan siapa yang menjadi komunikator,

terkadang siapa lebih penting dari apa.

Komunikator adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik

(feedback), sehingga ia dapat segera mungkin merubah gaya

(32)

(feedback) dari komunikan yang bersifat negatif (Effendy, 2011, p. 15).

Deddy Mulyana mempunyai definisi lain mengenai komunikator, menurut

Mulyana komunikator sebagai pihak yang berinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi, komunikator boleh jadi seorang individu,

kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara, yang

memiliki kebutuhannya masing-masing (Mulyana, 2012, p. 69).

Untuk menyampaikan apa yang ada didalam pikiran komunikator,

seorang komunikator harus mengubah apa yang ada didalam pikirannya

tersebut, kedalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang

dapat dipahami oleh komunikan sebagai penerima pesan.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang komunikator

ialah mempersuasi komunikan. Aristoteles pernah menuliskan, persuasi

tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia

menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya.

Kita lebih penuh dan cepat percaya pada orang-orang baik dari pada orang

lain. Tidak benar anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan

personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada

kekuatan persuasinya, sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai

alat persuasi yang paling efektif (Rakhmat, 2008, p. 255).

Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menjadi

(33)

1. Penampilan

Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media

pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini

sesuai dengan tata krama dengan memperlihatnkan keadaan waktu dan

tempat.

2. Penguasaan masalah

Seseorang yang tampil atau ditampilkan menjadi seorang komunikator

haruslah betul-betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka

setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidak

percayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu

sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi. Dalam

suatu proses komunikasi timbal balik, yang lebih menguasai masalah

akan cenderung memenangkan tujuan komunikasi.

3. Penguasaan bahasa

Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah

bahasa yang digunakan yang dikuasai oleh komunikan, komunikator

mutlak menguasai istilah-istilah umum yang digunakan oleh lingkungan

tertentu atau khusus. Penggunaan bahasa akan sangat membantu

menjelaskan pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience itu.

Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat menimbulkan kesalahan

(34)

komunikator. menggunaan bahasa yang baik dan benar (Akbar, 2012, p.

37-39).

Dengan begitu keefektifan sebuah komunikasi bukan saja ditentukan

oleh kemampuan komunikator dalam berkomunikasi, tetapi karakter dari

seorang komunikator pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

bahwa komunikasi tersebut berjalan efektif. Komunikator haruslah

mempunyai unsur trustworthiness (dapat dipercaya) (Rakhmat, 2008, p.

256). Karena komunikan akan melihat siapa yang menjadi pembicara,

apabila apa yang diutarakan oleh komunikator tidak sesuai dengan diri

komunikator, maka komunikasi yang dihasilkan pun tidak akan sesuai

dengan yang diharapkan.

2.1.4 Tinjauan Tentang Pesan

Pesan adalah bagian terpenting dari komunikasi, tidak ada pesan

maka komunikasi pun tidak pernah terjadi. Menurut Deddy Mulyana pesan

yaitu apa yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

(Mulyana, 2012, p. 70). Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan

non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud

komunikator tersebut.

Menurut Rudolph F. Verderber Pesan memiliki tiga komponen, yaitu

makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk

(35)

Didalam proses komunikasi, pesan dibagi menjadi dua bagian yaitu

pesan verbal dan pesan non verbal.

1. Pesan Verbal

Symbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara

yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja

(Mulyana, 2012, pp. 260-261).

Terdapat dua cara untuk mendefinisikan bahasa, definisi bahasa secara

fungsional dan formal.

A. Fungsional

Melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan

sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan

gagasan, bahasa hanya dapat dipahami apabila ada kesepakatan

diantara anggota-anggota kelompok social untuk

menggunakannya.

B. Formal

Bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat

dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa memiliki

peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan

(36)

2. Pesan Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah sebuah isyarat yang tidak

memakai kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

mengungkapkan bahwa pesan non verbal mencakup semua

rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan

lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai pesan potensial bagi

pengirim atau penerima (Mulyana, 2012, p. 343).

Mengapa pesan non verbal masih digunakan hingga sekarang, Mark

L. Knapp memberikan lima fungsi dari pesan non verbal seperti

berikut :

1. Repetasi

Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.

2. Substitusi

Menggantikan lambing-lambang verbal

3. Kontradiksi

Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap

pesan verbal.

4. Komplemen

(37)

5. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Rakhmat,

2008, p. 287).

2.1.5 Tinjauan Tentang Makna

Makna muncul dari hubungan khusus antara kata sebagai symbol

verbal dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata

yang membangitkan makna dalam pikiran orang (Mulyana, 2012, p. 281).

Dengan kata lain, bukan kata-kata yang mempunyai makna, tetapi

manusialah yang memberiakan makna kepada kata.

Setiap makna yang diberikan kepada kata yang sama bisa

berbeda-beda karena tergantung kepada ruang dan waktu. Menurut R. Brown

makna adalah sebuah kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan

atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa (Ibid, p. 281).

Makna digolongkan kedalam dua jenis, makna denotatif dan makna

konotatif, berikut penjelasanya :

1. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti

yang dapat ditemukan dalam kamus. Karena itu sifat dari makna

(38)

2. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah sebuah makna yang sifatnya lebih pribadi,

atau dengan kata lain makna konotatif yakni makna diluar

objektifnya. Makna konotatif lebih bersifat subjektif dan emosional

daripada makna denotative (Ibid, p. 282).

Didalam studi mengenai makna, Cruse membagi makna berdasarkan

bidang-bidang perhatian, seperti berikut :

1. Semantik Leksikal

Semantik Leksikal mempelajari makna kata yang fokus kepada

kandungan “makna” yang ada pada kata, bukan pada bentuk

gramatikal.

2. Semantik Gramatikal

Semantik Gramatikal mempelajari makna (satuan bahasa) yang

memiliki kaitan langsung dengan tata kalimat.

3. Semantik Logikal

Semantik Logikal memeplajari hubungan antara bahasa alamiah

dengan system ligika formal. Focus perhatian semantik logikal

adalah studi makna proposisi atau makna kalimat, semantik logikal

tidak ditujukan untuk menelliti makna kata.

4. Pragmatik Linguistik

Pragmatik Linguistik berkenaan dengan aspek informasi (dalam

(39)

bahasa yang secara konvensional diterima menurut kaidah

semantik (Rahyono, 2012, pp. 17-18).

2.1.6 Tinjauan Tentang Humor

Humor pasti ada didalam kehidupan sehari-hari kita, setiap orang

pasti memiliki rasa humor, karena dengan humor sesaat kita dapat

menghilangkan stres dan masalah yang sedang dihadapi.

Menurut filosof kebangsaan perancis Henry Berguson, berpendapat

bahwa tawa merupakan perkembangan logika dan rasa social (Fansury,

2013, p. vi). Dengan humor seakan tidak mengenal status social dan

ekonomi, semua itu seakan melebur menjadi satu.

Humor ialah suatu kegiatan yang mengungkapkan suatu pikiran baik

itu menggunakan bahasa (verbal) atau dengan gerakan tubuh (non verbal),

dengan kata lain humor memerlukan proses berfikir baik dari pelaku

humor maupun penikmat humor itu sendiri. Karena humor bukan hanya

hiburan semata yang membuat penikmatnya tertawa saja, tetapi humor

juga mengajak penikmatnya untuk berfikir maksud dari humor tersebut.

Humor sendiri berasal dari kata latin yang mempunyai arti “cairan

dalam tubuh”. Seseorang akan sehat apabila proposisi cairan didalam

tubuh tersebut seimbang. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid

ke-6 melalui Rozak (2003) dikatakan :

(40)

seimbang apabila cairan tersebut berada dalam proposisi seimbang. Jika jumlah cairan berlebih, timbullah ketidakseimbangan temperamen. Orang yang mempunyai kelebihan cairan (humor) disebut „humoris‟, dan ia menjadi objek ketawaan orang lain. Tertawa dianggap dapat menyembuhkan kelebihan tersebut. Kemudian humoris juga berarti orang yang dapat membuat orang tertawa, yaitu seseorang yang terampil mengungkapkan humor. (Hidayati, 2009, p. 21).

2.1.6.1 Jenis Humor

Menurut Arwah Setiawan humor dibedakan menjadi tiga jenis

yakni :

1. Humor Personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri sendiri,

apabila melihat sesuatu yang dianggap lucu.

2. Humor Pergaulan, yaitu bercanda gurau di antara teman atau

lelucon yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan

umum.

3. Humor dalam Kesenian, atau seni humor. Humor jenis ini dibagi

menjadi tiga, seperti berikut :

1. Humor lakuan, misalnya: lawak, tari humor, dan pantomim

lucu.

2. Humor grafis, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, dan

patung lucu.

3. Humor literatur, misalnya: cerpen lucu, esei satiris, sajak

(41)

2.1.7 Tinjauan Tentang Comic

Comic atau Standup comedy Comic adalah seorang komunikator atau

penutur, dimana setiap tuturannya tersebut dibawakan dengan cara humor

agar dapat mudah dimengerti oleh khalayak ataupun penonton. Comic

dalam setiap penampilannya mengambil materi dari pengamatan, pendapat

atau pengalaman pribadinya. Dapat juga mengutarakan keresahan,

mengangkat kenyataan, memotret kehidupan masyarakat dan

menyuguhkannya kembali dengan jenaka (Pragiwaksono, 2012, p. 6).

2.1.8 Tinjauan Tentang StandUp Special

StandUp Special adalah sebuah pertunjukan komersial yang khusus

menampilkan Standup comedy dengan seorang Comic yang menjadi inti

dari pertunjukan tersebut (Pragiwaksono, 2012, p. 114). Biasanya

pertunjukan dilaksanakan di café-café, aula, gedung dll, tergantung

seberapa besar pertunjukan yang akan dibuat. Dalam penelitian ini

StandUp Special dari Pandji Pragiwaksono dilaksanakan di Gedung

Kesenian Usamar Ismail Hall.

2.1.9 Tinjauan Tentang Video

Video StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa dalam penelitian ini

dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisis tindak tutur ilokusi dari

(42)

Video adalah sebuah teknologi untuk menangkap, merekam,

memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak.

Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital

seperti kamera dan handycam.1

2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila penelitian

tersebut berkaitan dengan variabel atau fokus atau penelitian. Maksud dari

kerangka berfikir sendiri supaya terbentuknya suatu alur penelitian yang jelas dan

dapat diterima secara akal (Sugiyono, 2011, p. 92).

Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan membahas masalah pokok dari

penelitian tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan kepada tindak

tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dari pesan yang disampaikan oleh Pandji

Pragiwaksono dalam video standup special bhineka tunggal tawa. Untuk

membantu menjawab masalah pokok yang ada, pembahasan ini akan coba

menjelaskan mengenai konsep serta teori-teori yang ada hubungannya dengan

penelitian.

2.2.1 Speech ActTheory (Teori Tindak Tutur)

Setiap harinya manusia melakukan tindak tutur, entah sudah berapa

banyak kalimat yang telah diucapkan. Tidak pernah terpkirkan bagaimana

1 Pti08, “Definisi Video”,

(43)

kalimat-kalimat tersebut terbentuk, bagaimana kalimat tersebut dapat

diterima oleh lawan tutur dan bagaimana dapat memberikan feedback

terhadap pesan yang disampaikan, sehingga peristiwa tutur berlangsung

dengan efektif.

Teori tindak tutur pertama kali dikemukan oleh John L. Austin,

dengan tulisannya mengenai “How To Do Things With Words”

menunjukan pandangan bahwa kebanyakan kalimat tidak memiliki kondisi

kebenaran (Have No Truth Condition).

Karya Austin mengenai teori tindak tutur (Theory of Speech Act)

merupakan sebuah upaya untuk mengatasi keterbatasan teori “Truth

Conditional Semantics”. Austin berpendapat bahwa dengan bahasa,

tepatnyadengan kata-kata penutur tidak hanya dapat mendeskripsikan atau

mengatakan sesuatu “to make statement”, akan tetapi melakukan sesuatu

“perform action” (Rahyono, 2012, p. 211). Misalnya, ketika seseorang

mengatakan “Kalau bisa mengerjakan soal itu dalam waktu lima menit,

saya akan bayar satu juta” pada tuturan tersebut seorang penutur tidak

hanya mengucapkan saja, tetapi juga melakukan tindakan berjanji akan

memberikan uang. Tuturan tersebut dikelompokan sebagai tuturan

performatif, yakni ujaran yang pengungkapannya bertujuan melakukan

(perform) sesuatu.

Menurut Austin tindak tutur dikelompokan kedalam tiga tindakan

(44)

Tindak Perlokusi (Perlucutionary). Berikut adalah uraiannya (Rahyono,

2012, p. 212).

1. Locutionary Act (Tindak Lokusi)

Tindak lokusi (Locutionary act) adalah tindak tutur yang

dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dengan kata dan makna

kalimat tersebut tanpa ada maksud, tujuan apalagi mempengaruhi

lawan tutur tersebut. Contoh : “Saya lelah sekali”, dalam kalimat

tersebut penutur mengungkapkan bahwa dirinya dalam kondisi lelah

atau capek, tanpa bermaksud untuk meminta perhatian dari mitra tutur

seperti minta untuk dipijitkan.

2. Illocutionary Acts (Tindak Ilokusi)

Tindak ilokusi (Illocutionary act), yaitu suatu tuturan yang

berfungsi bukan saja untuk menginformasikan tetapi tuturan ini juga

mengandung maksud, fungsi atau daya tuturan. Contoh : “Panas sekali

ya” kalimat tersebut mengandung maksud bahwa penutur meminta

agar mitra tutur untuk membuka jendela atau menyalakan kipas angin

agar udara tidak panas lagi.

3. Perlocutionary Acts (Tindak Perlokusi)

Tindak perlokusi (Perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang

ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi

dan kondisi pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak hanya

(45)

Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja

dikreasikan oleh penuturnya. Contoh : “Kalau bisa mengerjakan soal

ini dalam waktu lima menit, saya bayar satu juta” kalimat ini

memberikan efek kepada mitra tutur, sesegera mungkin untuk

menyelesaikan soal tersebut agar mendapatkan uang satu juta.

Cruse menyatakan bahwa tidak ada komunikasi yang tidak memiliki

daya ilokusi, dalam komunikasi penutur menyampaikan maksudnya

melalui tuturan dengan daya ilokusi tertentu (Rahyono, 2012, p. 213).

Daya Ilokusi terwujud dalam jenis-jenis tindakan, seperti pemberitahuan,

janji, peringatan dan lain-lain.

Menurut Searle tindak tutur Ilokusi dibagi menjadi lima. Tindak

Asertif (Assertives), Tindak Direktif (Directives), Tindak Komisif

(Commisives), Tindak Ekspresif (Exspressives), Tindak Deklarasi

(Declaration) (Rahyono, 2012, p. 216).

1. Tindak Asertif

Yakni tindak tutur yang membuat penutur terlibat dengan

kebenaran atas apa yang dituturkan. Tindak tutur ilokusi yang termasuk

kedalam kategori asertif adalah tuturan menyatakan, menuntut,

mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian,

(46)

2. Tindak Direktif

Yakni tindak tutur yang bermaksud mempengaruhi kawan tutur

melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang disebutkan didalam

tuturannya. Tindak tutur ilokusi yang termasuk kedalam kategori

direktif adalah tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan,

mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon,

menantang.

3. Tindak Komisif

Yakni tindak tutur yang menuntut komitmen penutur pada tindakan

yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Tindak tutur

ilokusi yang termasuk kedalam kategori komisif adalah bersumpah,

berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan.

4. Tindak Ekspresif

Yakni tindak tutur yang berfungsi untuk mengutarakan sikap

perasaan penutur terhadap keadaan yang tersirat. Tindak tutur ilokusi

yang termasuk kedalam kategori ekspresif adalah berterima kasih,

mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, meyalahkan,

dan mengkritik.

5. Tindak Deklarasi

Yakni tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan perubahan

realitas status menurut isi tuturan yang dinyatakan penutur kepada

(47)

deklarasi adalah mengundurkan diri, menamakan, menunjuk,

menghukum, memutuskan, melarang, membatalkan, mengabulkan,

mengizinkan, memaafkan, mengampuni (Rahyono, 2012, p. 216).

2.2.2 Interaksi Simbolik (symbolic interactionism)

Bahasa dan komunikasi merupakan dua bagian yang saling

melengkapi, komunikasi tidak akan berlangsung bila tidak ada bahasa

(simbol-simbol) yang dipertukarkan, begitu juga sebaliknya, bahasa tidak

akan memiliki makna jika tidak dilihat dalam konteks sosial atau ketika

diperukarkan (Kuswarno, 2008, p. 6). Dalam perspektif interaksional yang

memandang komunikasi sebagai jalan bagi individu-individu untuk

mengembangkan dirinya. Individu memiliki nilai yang sangat tinggi diatas

hal lainnya, karena dalam diri individu tersebut tercakup esensi

kebudayaan, masyarakat dan pikiran. Perspektif interaksional ini juga

membahas bahasa atau lambang sebagai hal yang dipertukarkan ketika

manusia saling berinteraksi (Ibid, p. 9).

Dalam interaksi simbolik (symbolic interactionism) seorang

komunikator memberikan informasi hasil dari pemaknaan symbol dari

pemikirannya kepada komunikan, dan komunikan yang menerima

informasi tersebut akan memiliki pemikiran lain dalam memaknai

informasi yang diberikan oleh komunikator. Herbert Blumer, salah seorang

(48)

pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yang pertama ialah bahwa

manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna

(meaning) (Sunarto, 2000, pp. 35-36).

Interaksi simbolik pertama kali dikemukakan oleh George Herbert

Mead, yang kemudian dimodifikasi oleh Blummer. Karakteristik ide ini

adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam

masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang

terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka

ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada

beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar

individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh,

vokal, suara dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud

dan dimaksud dengan simbol (Kuswarno, 2008, p. 22).

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada

tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna

yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan

oleh orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi

(49)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisa makna yang

terkadung dari pesan yang Pandji Pragiwaksono utarakan kepada khalayak

saat standup special Bhineka Tunggal Tawa di Gedung Perfilman Usmar

Ismail Hall. Makna muncul dari hubungan antara kata sebagai bahasa

(simbol) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata, namun

kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang (Mulyana, 2012, p. 281).

Dengan begitu sebenarnya kitalah yang memberikan makna pada kata.

Setiap makna yang kita berikan pada kata yang sama bisa berbeda-beda,

tergantung konteks ruang dan waktu.

Dalam Teori Tindak Tutur (Speech act Theory) ini, peneliti lebih

menitik beratkan pada Teori Tindak Tutur yang dikemukakan oleh John R.

Searle. Pada prosesnya Pandji Pragiwaksono selaku Comic dalam

menyampaikan pesan yang sudah dikonsep sedemikian rupa agar dapat

diterima dengan baik oleh khalayak, secara otomatis akan terjadi proses

pemaknaan yang dilakukan oleh khalayak.

Tentu dalam proses penyampaian pesan oleh Pandji Pragiwaksono

kepada khalayak, terjadi proses komunikasi yang didalamnya mengandung

berbagai macam makna. Seperti yang telah diungkapkan oleh Cruse bahwa

setiap komunikasi memiliki daya ilokusi (Rahyono, 2012, p. 213). Untuk

mengetahui makna yang terkandung didalam pesan yang Pandji

Pragiwaksono sampaikan dapat dilihat dari tuturan yang disertakan dengan

(50)

maksud dari setiap pesan yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono pada

standup special Bhineka Tunggal Tawa. Untuk mendukung teori yang ada,

maka peneliti akan membuat gambar alur pikir dari peneliti, berikut adalah :

(51)

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2013

Dari gambar model alur kerangka pemikiran diatas, dapat

digambarkan kerangka penelitian yang akan penulis lakukan dalam

penelitian ini, adapaun penjelasan mengenai gambar diatas sebagai berikut. Interaksi Simbolik

(symbolic interactionism) Komunikasi Publik (Public Communication)

StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa

Makna Pesan Verbal Pandji Pragiwaksono Tindak Tutur Ilokusi (Illocutionary Act)

Tindak Tutur Perlokusi (Perlucutionary Act) Tindak Tutur lokusi

(Locutionary Act)

(52)

Manusia melakukan tindakan komunikasi yang dapat dilakukan oleh

dua orang ataupun lebih. Standup special bhineka tunggal tawa ini termasuk

kedalam komunikasi publik, dimana Pandji Pragiwaksono sebagai comic

berbicara didepan banyak orang yang pada dasarnya belum dikenalinya satu

persatu. Ketika Pandji menyampaikan pesan kepada khalayak, maka Pandji

berharap, maksud dari pesan yang disampaikannya tersebut dapat

dimengerti oleh khalayak, sehingga terdapat kesamaan makna antara Pandji

dengan khalayak.

Dalam menyampaikan pesan, tentunya tidak terlepas dari interaksi

simbolik. Dimana menurut Hebert Blumer pendekatan interaksi simbolik

yang dimaksud Blumer mengacu pada tiga premis utama, yaitu. (1) Manusia

bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada

sesuatu itu bagi mereka. (2) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial

yang dilakukan oleh orang lain. (3) Makna-makna tersebut disempurnakan

disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.

Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang

ada pada sesuatu itu bagi mereka. Ketika Pandji menyampaikan pesan

kepada khalayak, maka pada saat itulah terdapat kalimat yang diucapkan,

dimana kalimat tersebut berupa kata-kata yang mempunyai makna. Maka

khalayak bertindak sesuai apa yang dikatakan oleh Pandji kepada khalayak.

Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh

(53)

hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia, dimana

kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran manusia. Pemahaman

mengenai makna pesan yang disampaikan oleh Pandji, tentunya diterima

berbeda-beda oleh khalayak.

Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial

sedang berlangsung. Ketika proses penyampaian pesan oleh Pandji kepada

khalayak, tentunya terjadi interaksi antara Pandji dengan khalayak. Pada

saat itulah makna-makna tersebut disempuranakan, hingga akhirnya tercapai

kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan.

Setelah mengaplikasikan interaksi simbolik yaitu proses

penyampaian pesan, maka hasil yang dicapai adalah tindak tutur komunikasi

yang dilakukan oleh Pandji kepada khalayak, baik itu secara lokusi, ilokusi

dan perlokusi.

Teori yang dipakai dalam penelitian ini ialah teori tindak tutur, yang

menghasilkan tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary

act), tindak pelokusi (perlocutionary act). Ketika Pandji menyampaikan

pesan tentu melakukan suatu tindak tutur komunikasi, mulai dari pembentukan

suatu kalimat, menyampaikan informasi hingga pada pengaruh informasi yang

disampaikan kepada khalayak. Dalam hal ini peneliti akan mencoba

menghubungkan teori tindak tutur ini terhadap, pesan yang disampaikan oleh

(54)

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk

menyatakan sesuatu dengan kata dan makna kalimat tersebut tanpa ada

maksud, tujuan apalagi mempengaruhi lawan tutur tersebut, berikut contoh

dari tindak lokusi.

“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”

Dari contoh pesan diatas, maka penutur hanya menyampaikan

informasi tanpa ada maksud untuk mempengaruhi kawan tutur. Dalam

pesan tersebut penutur hanya menyampaikan kepada kawan tutur, bahwa

„sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan‟.

Tindak ilokusi adalah suatu tuturan yang berfungsi bukan saja untuk menginformasikan tetapi tuturan ini juga mengandung maksud, fungsi atau

daya tuturan, berikut adalah contoh dari tindak ilokusi.

“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”

Penjelasan dari pesan diatas, bukan hanya sekedar memberikan

informasi, tetapi mempunyai maksud serta daya tuturan untuk melakukan

sesuatu ketika penutur mengatakan “sudah tiga minggu kamar ini tidak

dibersihkan” maka maksud dari pesan tersebut, penutur meminta kawan

tutur untuk membersihkan kamar tersebut atau mengajak kawan tutur untuk

membersihkan bersama kamar tersebut. Dalam pesan yang disampaikan,

(55)

Tindak perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan

kalimat itu, berikut ialah contoh dari tindak perlokusi.

“Sudah tiga minggu kamar ini tidak dibersihkan”

Dari contoh pesan diatas, maka apa yang dituturkan oleh penutur

akan memberikan efek kepada kawan tutur yang mendengar, yaitu dengan

langsung mengambil sapu dan lain-lain untuk segera membersihkan kamar

tersebut.

Untuk mengetahui makna pesan yang disampaikan oleh Pandji,

peneliti menggunakan teori tindak tutur, yang menitik beratkan kepada

tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Pada saat proses

penyampaian pesan oleh Pandji kepada khalayak, terjadilah interaksi

simbolik antara Pandji sebagai comic dengan khalayak. Pada saat itulah

peneliti dapat mengetahui tentang Makna Pesan Verbal Pandji

(56)

39

3.1 Objek Penelitian

Dalam objek penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada makna pesan

verbal yang dilihat dari tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi Pandji

Pragiwaksono selaku Comic dalam video StandUp Special Bhineka Tunggal

Tawa.

Dalam Standup comedy, Comic bebas memakai materi apa yang akan

disampaikan kepada penonton, tetapi Comic yang ada saat ini di Indonesia biasa

memakai materi tentang pengalaman pribadinya. Sehingga yang melihat hanya

mendapatkan tawa tanpa mendapatkan ilmu atau wawasan baru.

Berbeda dengan Pandji Pragiwaksono, materi yang disampaikan lebih

bervariatif tidak hanya pengalaman pribadinya, melainkan tentang kondisi

Indonesia saat ini, dengan begitu pesan yang disampaikan pun lebih menarik dan

berbobot. Sehingga ketika StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa selesai,

penonton bukan saja mendapatkan tawa tetapi juga mendapatkan ilmu dan

wawasan yang lebih terbuka mengenai Indonesia.

3.1.1 Pandji Pragiwaksono

Pandji Pragiwaksono adalah seorang penyiar radio, presenter

(57)

Singapura pada tanggal 18 Juni 1979, pria yang akrab dipanggil Pandji ini

tercatat sebagai mahasiswa ITB (Institut Teknologi Bandung) Fakultas

Seni Rupa dan Design. Pandji Pragiwaksono yang mengawali karir

menjadi seorang penyiar radio yang pada akhirnya mulai terkenal sebagai

pembawa sebuah program reality show Kena Deh dan kuis Hole in the

Wall di televisi swasta Indonesia (Pragiwaksono, 2012, p. 233).

Awal mula Pandji Pragiwaksono ingin menjadi seorang Standup

comedy ialah ketika Pandji Pragiwaksono melihat video StandUp Special

dari Robin Williams yang bejudul Robin Williams Live in Boardway

(Pragiwaksono, 2012, p. 2). Tetapi niat dari Pandji Pragiwaksono untuk

menjadi seorang Comic tidak langsung terealisasikan, karena beberapa

faktor yang kurang mendukung seperti, kurang populernya Standup

comedy di Indonesia pada saat itu.

Akhirnya pada tahun 2010 Pandji Pragiwaksono membuat sebuah

event bulanan yang diberi nama “Twivate Concert”, dimana maksud dari

event ini adalah sebuah konser musik mini yang diperuntukan untuk

followers nya di twitter. Pada event inilah Pandji Pragiwaksono

memberanikan dan memakasakan diri untuk melakukan Standup comedy

secara rutin selama 30 menit (Ibid, p. 3).

Akhirnya Pandji Pragiwaksono memantapkan diri untuk membangun

pengetahuan masyarakat mengenai Standup comedy. Dengan mengunggah

(58)

disambut baik oleh pihak Kompas TV setelah melihat video Pandji

Pragiwaksono di youtube, pihak Kompas TV akhirnya memutuskan untuk

membuat sebuah acara pencarian bakat Standup comedy yang diberi nama

Standup comedy Indonesia atau yang disingkat menjadi SUCI.

Tanggal 13 Juli 2011 adalah tanggal yang sangat penting bagi

StandUp Comedi Indonesia, dimana tanggal tersebut adalah tanggal

berdirinya komunitas Standup comedy Indonesia, yang diprakarsai oleh

Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy dimana mereka adalah pemenang

pencarian bakat Standup comedy Indonesia (Ibid, p. 8).

Setelah terbentuknya komunitas Standup comedy Indonesia ini,

akhirnya bermunculanlah komunitas-komunitas Standup comedy

dikota-kota Indonesia seperti Samarinda, Palembang, Bogor, Bali, Medan,

Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Cilegon, Solo, Lampung, Padang,

Purwokerto, Sukabumi, Semarang dan Jabodetabek.1 Semua ini tidak akan

terjadi apabila seorang Pandji Pragiwaksono tidak nekad dalam obsesinya

untuk menjadi seorang Comic dan mengenalkan Standup comedy kepada

masyarakat Indonesia.

3.1.2 Bhineka Tunggal Tawa (BTT)

Bhineka Tunggal Tawa adalah sebuah tema dari StandUp Special

dari Pandji Pragiwaksono. StandUp Special ini menjadi sejarah dalam

1

(59)

dunia Standup comedy Indonesia. Karena, ini StandUp Special pertama

yang pernah dilakukan di Indonesia.

Bhineka Tunggal Tawa memiliki arti “Walau Berbeda, Tetap Satu

Dalam Tawa”. StandUp Special Bhineka Tunggal Tawa digelar pada

tanggal 28 Desember 2011 yang bertempat di Gedung Perfilman Usmar

Ismail Hall, Kuningan, Jakarta Selatan.

Dalam Bhineka Tunggal Tawa, sebelum Pandji Pragiwaksono

tampil, terdapat lima Comic yang membuka acara tersebut, yaitu, Sammy

D. Putra (@notaslimboy), Rindra (@ponakannyaom), Asep Suaji

(@asepsuaji), Luqman Baihaqi (@luqmanbhq), dan yang terakhir Ernest

Prakarsa (@ernestprakarsa).

3.1.3 Pesan yang Mengandung Tindak Tutur

Dalam standup comedy, ada beberapa istilah yang harus diketahui.

Seperti set, set adalah keseluruhan satuan show standup comedy yang

terdiri atas sejumlah materi yang digabungkan, hingga pada akhirnya

menjadi sebuah rangkaian yang berdurasi (Pragiwaksono, 2012, p. xxii).

Materi dalam standup comedy dinamakan bit.2 Dalam penelitian ini,

peneliti hanya mengambil tujuh pesan dari keseluruhan pesan yang

disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono dalam Standup Special Bhineka

Tunggal Tawa. Peneliti hanya mengambil pesan dari beberapa bit yang ada

2

(60)

pada Standup Special Bhineka Tunggal Tawa, lalu memilih pesan dalam

setiap bit, yang mana dalam menyampaikan pesannya, tidak menggunakan

komunikasi non verbal untuk mempertegas pesan verbal yang

disampaikan.

Standup special bhineka tungga tawa dari Pandji Pragiwaksono ini di

dokumentasikan melalui sebuah rekaman video, berikut adalah beberapa

potongan bit standup special bhineka tunggal tawa yang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.1 Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur

Timeline Tuturan

Durasi Video

00:32” – 00:40

Terima kasih tujuh puluh lima puluh ribu

dan seratus ribu terimakasih penghargaan

(61)

urasi Video

01:13 – 01:26

Selamat datang di Usmar Ismail Hall

Jakarta, gua yakin beberapa diantar kalian

baru pertama kali kesini.

Tempatnya bagus sekali, ini adalah fasilitas

pemerintah, tapi dijalankan oleh swasta,

itulah kenapa bagus sekali

Durasi Video

02:00 – 02:23

AA Gatot Brajamusti, katanya untuk jadi

anggota PARFI, minimalnya harus main

satu film, apalagi jadi ketua. Dia adalah

ketua PARFI, katanya dia pernah main film

misteri, ada yang pernah nonton film

misterinya?

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 2.1
Tabel 3.1 Tuturan yang Mengandung Tindak Tutur
Gambar 3.1 Instrumen Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada 1 Jun 1992, bertempat di Labuan, pertemuan tidak rasmi Menteri-menteri Agama bagi Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) telah membuat keputusan untuk

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pada anak gizi kurang adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Salah satu jenis makanan yang dapat dijadikan makanan tambahan anak

a. Janji, penawaran atau pemberian kepada pejabat publik atau orang lain siapa pun, secara langsung atau tidak langsung, manfaat yang tidak semestinya agar pejabat publik

Data hasil observasi dari 3 observer terkait penggunaan model Think Talk Write dengan media konkret berupa replika dadu, balok, dan prisma tegak pada

Grafik Proporsi Panjang Jaringan Jalan di Provinsi Maluku Tahun 2008-2012 …. Grafik Penduduk Angkatan Kerja Di Provinsi Maluku Tahun

Pada tahap ini proses pengujian dilakukan dengan menggunakan metode black box untuk mengetahui fungsionalitas sistem aplikasi pencarian lokasi Rumah sakit bedah

Perhitungan hitungan profil muka air bertujuan untuk mempelajari perhitungan profil muka air dengan mengaplikasikannya dengan proyek nyata dan mengontrol tinggi tanggul

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut, bahwa cara yang dilakukan BMT KUBE COLOMADU SEJAHTERA dalam menangani pembiayaan bermasalah