• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGANAN SISTEM DRAINASE KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS (Improvement of Drainage System at Jati Region, Kudus Regency) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENANGANAN SISTEM DRAINASE KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS (Improvement of Drainage System at Jati Region, Kudus Regency) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 8 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

BAB 2

GAMBARAN WILAYAH STUDI

2.1. Kondisi Kabupaten Kudus

Kondisi dari Kabupaten Kudus meliputi kondisi fisik daratan, kondisi

administrasi dan geografis, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi jenis

tanah, kondisi kependudukan, kondisi penggunaan lahan, serta kondisi iklim dan

curah hujan.

2.1.1.Kondisi Fisik Daratan

Luas wilayah Kabupaten Kudus tercatat sebesar 42.516 Ha dengan kecamatan

terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha. Luas wilayah dan prosentase

menurut kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun 2006 ditampilkan dalam Tabel 2.1.

Sedangkan penggunaan lahan di Kota Kudus pada Kecamatan Kota pada tahun 2006

terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus

No Kecamatan Luas (Ha) Prosentase

1 Kaliwungu 3.271 7,69

(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa luas kecamatan yang terbesar

adalah pada Kecamatan Dawe yaitu 8.584 ha atau 20,19 % dari luas kabupaten.

Sedangkan kecamatan yang memiliki luasan paling kecil adalah Kecamatan Kota

yaitu 1.047 Ha atau sekitar 2,46 %. Sedangkan untuk penggunaan lahan pada

(2)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 9 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Tabel 2.2. Penggunaan lahan di Kabupaten Kudus

No Kecamatan Luas Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah

1 Kaliwungu 1.985 1.286 3.271

2 Kota 176 871 1.047

3 Jati 986 1.644 2.630

4 Undaan 5.805 1.372 7.177

5 Mejebo 1.699 1.978 3.677

6 Jekulo 4.307 3.985 8.292

7 Bae 881 1.451 2.332

8 Gebong 2.052 3.454 5.506

9 Dawe 2.689 5.895 8.584

(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)

Secara umum dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan hampir

seimbang antara lahan sawah (20,580 Ha) dan bukan sawah (21,936 Ha).

2.1.2.Kondisi Administrasi dan Geografis

Kudus merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang lokasinya ±50

Km dari Kota Semarang ke arah timur laut. Secara administratif, Kabupaten Kudus

terbagi menjadi 9 kecamatan di antaranya yaitu Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan

Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jekulo,

Kecamatan Bae, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe. Kecamatan Kota

memiliki luas paling kecil seluas 1.047 Ha dari luas Kabupaten Kudus. (Kudus Dalam Angka 2006).

Kecamatan Kota berada di sebelah selatan Kecamatan Jati, berada di sebelah

utara Kecamatan Bae, sebelah timur kecamatan Bae dan Kecamatan Jati, sebelah

barat dengan Kecamatan Kaliwungu dengan letak geografis berada di 11o 38’ BT

dan 11o 44’ BT (bujur timur) 74’ LS dan 78’ LS (lintang selatan). (Kudus dalam Angka Tahun 2007).

2.1.3.Kondisi Topografi

Secara topografi, lokasi pekerjaan dan wilayah sekitarnya dalam lingkup kota

kudus merupakan kawasan yang relatif datar. Kecamatan Kota memiliki ketinggian

±15 m dpl dengan bentuk wilayah datar sampai berombak. Kecamatan Jati memiliki

ketinggian 10 m dpl dengan bentuk wilayah sama. Kecamatan Dae memiliki

(3)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 10 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus” 2.1.4.Kondisi Klimatologi

Untuk kondisi klimatologi, Kota Kudus beriklim tropis dan bersuhu ± 34OC

dengan kelembaban udara berkisar 83% serta curah hujan rata-rata 2.773 mm,

dengan kata lain dapat dikatakan Kota Kudus adalah termasuk wilayah yang

memiliki intensitas hujan cukup tinggi. (Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun 2007).

2.1.5.Kondisi Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Kudus khususnya di tiap kecamatan relatif berbeda

dan bervariasi seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.3. berikut :

Tabel 2.3. Jenis tanah di Kabupaten Kudus

No Jenis Tanah Kecamatan

1 Aluvial coklat tua Kaliwungu, Jati,

Mejobo, Undaan, Jekulo

2 Flomosol coklat kelabu Kaliwungu, Gebog

3 Asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat kemerahan

Di semua kecamatan kecuali kec Undaan 4 Andosol, latosol coklat, latosol

merah

Gebog, Dawe

(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)

2.1.6.Kondisi Kependudukan

Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan

pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil

pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang

sosial, ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena penduduk

merupakan subjek sekaligus objek dari pembangunan.

Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2007 tercatat sebesar 747.488

jiwa, terdiri dari 369.884 jiwa laki-laki (49,48 persen) dan 377.604 jiwa perempuan

(50,52 persen). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi

prosentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo yakni sebesar 12,72 persen

dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian berturut-turut

Kecamatan Dawe 12,54 persen dan Kecamatan Jati 12,49 persen. Sedangkan

kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bae sebesar 8,10

(4)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 11 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Tabel 2.4. Kepadatan penduduk per-kecamatan

No Kecamatan Penduduk

(jiwa)

Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

1 Kecamatan Kaliwungu 87.327 2.672

2 Kecamatan Kota 91.737 8.762

3 Kecamatan Jati 92.113 3.504

4 Kecamatan Undaan 67.080 935

5 Kecamatan Mejobo 66.211 1.801

6 Kecamataan Jekulo 94.244 1.137

7 Kecamatan Bae 60.079 2.576

8 Kecamatan Gebog 90.177 1.637

9 Kecamatan Dawe 93.072 1.084

Jumlah 724.040 1.745

(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)

2.1.7.Kondisi Penggunaan Lahan

Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123

Desa serta 9 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kudus tecatat sebesar 42.516

hektar atau sekitar 1,31 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas

adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha (20,19 persen), sedangkan yang paling kecil

adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha (2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus.

Luas wilayah tersebut terdiri dari 20.579 Ha (48,40 persen) merupakan lahan

sawah dan 21.937 Ha (51,60 persen) adalah bukan lahan sawah. Jika dilihat menurut

penggunaannya, Kabupaten Kudus terdiri atas lahan sawah dengan pengairan teknis

seluas 3.973 Ha (19,31 persen) dan sisanya berpengairan 1/2 teknis, sederhana, tadah

hujan dan lainnya. Sedangkan bukan lahan sawah yang digunakan untuk bangunan

dan halaman sekitar seluas 10.182 Ha (46,41 persen) dari lahan bukan sawah

Kabupaten Kudus. (Kudus Dalam Angka Tahun 2007).

2.1.8.Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Menurut Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus, jumlah hari hujan terbanyak

terjadi pada bulan Januari 2006 yaitu 24 hari dan curah hujan tertinggi juga terjadi

pada bulan Januari yaitu 777 mm, dapat dilihat dari Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Kudus

No Bulan 2002 2003 2004 2005 2006

1 Januari 432 217 238 319 777

2 Februari 739 449 328 167 346

(5)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 12 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

No Bulan 2002 2003 2004 2005 2006

4 April 102 103 76 145 151

11 November 161 151 144 115 22

12 Desember 204 463 292 467 325

Jumlah 1.897 1.670 1.558 1.880 2.064

(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Kudus tahun 2006 berkisar antara 19,7oC

sampai dengan 27,7oC. Dibandingkan dengan tahun 2005, suhu udara di Kabupaten

Kudus Hampir sama dengan tahun 2006. Sedangkan untuk kelembaban udara

rata-rata bervariasi dari 69,3 persen sampai dengan 82,1 persen selama tahun 2006 ini,

dapat dilihat di Tabel 2.6. (Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun 2007).

Tabel 2.6. Suhu udara rata-rata per-bulan di Kabupaten Kudus

No Bulan 2004 2005 2006

Maks Min Maks Min Maks Min

1 Januari 26,7 20,4 27,7 20,3 25,7 18,7

2 Februari 26,2 20,1 27,5 20,5 26,2 19,7

3 Maret 27,1 20,3 26,4 20,7 27,1 19,4

4 April 28,9 20,6 27,6 20,5 27,4 19,3

5 Mei 28,2 19,9 28,2 20,0 27,3 19,7

6 Juni 27,2 19,4 27,6 20,4 27,2 19,9

7 Juli 27,2 19,3 27,2 20,1 27,4 19,8

8 Agustus 27,8 19,2 27,8 20,2 27,7 19,9

9 September 29,3 19,3 28,6 20,7 28,9 19,0

10 Oktober 30,2 23,0 28,3 20,3 29,9 20,0

11 November 28,8 20,3 28,4 20,4 30,2 20,5

12 Desember 26,8 20,4 28,4 20,4 27,7 20,2

(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)

2.2. Sistem Drainase

2.2.1.Sistem Drainase Utama

Sungai yang ada di Kabupaten Kudus yang digunakan sebagai saluran

pembuang utama (main drain) di antaranya adalah Sungai Wulan dan Sungai Gelis, berdasarkan data dari Balai PSDA Serang Lusi Juana, bahwa Sungai Wulan

(6)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 13 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

mana sebelum mendapat inflow dari Sungai Gelis, debit maksimal Sungai Wulan

adalah sebesar (Qmax) = 840 m³/detik. Di samping itu Sungai Wulan mendapat

suplesi dari Sungai Gelis, dengan debit sebesar Q5 = 215 m³/detik. Pada Sungai

Wulan terdapat bangunan Spillway Goleng, yang membagi debit banjir ke SWD1,

sebesar (Qmax) = 180 m³/detik, dan pada Sungai wulan besaran debit (Qmax) = 760

m³/detik. Debit maksimal (Qmax) S. Lusi 600 m³/detik, floodway 400 m³/detik, S.

Wulan Hulu 840 m³/detik. S. Juwana 140 m³/detik, S. Gelis 215 m³/detik, S. Tunggul

150 m³/detik, S. Mayong 300 m³/detik, S. Bakalan 150 m³/detik, S. Pecangaan 100

m³/detik, SWD II 405 m³/detik, SWD I 180 m³/detik, S. Wulan Hilir 760 m³/detik.

Skema saluran pembuang utama dapat dilihat pada Gambar 2.1. dan Gambar 2.2. di

(7)

B

Bab 2 – Gamb

Laporan Tuga

G

aran Wilayah S

as Akhir

Gambar 2.1. Sk

U

Studi

kema Saluran ppembuang utam

Kecamatan Jati

ma (Sumber : BBPSDA SELUN

- 14 NA)

(8)

B

Bab 2 – Gamb

Laporan Tuga

Gam

aran Wilayah S

as Akhir

mbar 2.2. Skem

U

Studi

Kecam

ma sungai Sera

matan Jati

ang, Lusi, dan JJuana (Sumberr : BPSDA SEL

- 15 LUNA)

(9)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 16 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus” 2.2.2.Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase Kabupaten Kudus, memanfaatkan Sungai Wulan,

Sungai Juana, SWD-1 dan SWD-2 sebagai saluran pembuangan utama. Sistem

jaringan drainase Kabupaten Kudus terbagi menjadi 4 (empat) sub sistem yaitu :

1. Subsistem Sungai Wulan, menampung aliran dari drainase sekunder Sungai

Gelis, Sungai Kondang dan Sungai Kencing.

Gambar 2.3. Kondisi Sungai Wulan

2. Subsistem SWD-1 menampung aliran dari drainase sekunder Sungai

Sumber, Sungai Jaranan, Sungai Sat/ Sungai Beku dan Sungai Serut.

3. Subsistem SWD-2 menampung aliran drainase sekunder Sungai Tali,

Sungai Jember, dan Sungai Srabi.

4. Subsistem Sungai Juana-1 yang aliran dari semua drainase sekunder

disebelah timur Sungai Gelis dan Sungai Kencing, seperti Sungai Tumpang,

Sungai Dawe, Sungai Jumirah, dan Sungai Ngeseng.

Sub sistem yang ada merupakan gabungan dari drainase-drainase sekunder,

deskripsi lokasi alur masing-masing drainase sekunder tersebut diuraikan sebagai

berikut :

1. Sungai Gelis merupakan sungai yang membelah di tengah Kota Kudus.

Sungai ini sangat penting bagi masyarakat kota karena pada sungai ini

terdapat 2 buah bendung yang merupakan pengambilan dari irigasi,

(10)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 17 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Gambar 2.4. Kondisi Sungai Gelis bagian hilir

2. Sungai Gondang, sebetulnya merupakan saluran sekunder irigasi, alurnya

melalui wilayah Desa Wergu Wetan, Loram dan bermuara di Sungai

Kencing 1.

3. Sungai Sumber, alurnya melalui Desa Janggalan, Purwosari dan Pasuruhan

Lor.

4. Sungai Jaranan, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung

Lor, Gribig, Prambatan Lor dan Pasuruhan Kidul.

5. Sungai Sat, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung Lor,

Prambatan Lor dan Pasuruhan Lor.

6. Sungai Serut, Alurnya melalui wilayah Desa Mijen, Kedungdowo, dan

Setrokalangan.

7. Sungai Jember, alurnya melalui wilayah Desa Getasrabi, Kaliwungu dan

Kedungdowo.

8. Sungai Srabi, alurnya melalui batas kota sebelah barat daya di wilayah

Desa Getasrabi, keluar wilayah kota kemudian beroutlet di SWD 2.

9. Sungai Tali, alurnya melalui wilayah Desa Mijen dan Setrokalangan.

10. Sungai Kencing 1, alurnya melalui Desa Jetiskapuan, Tanjungkarang, dan

Jati wetan. Pada hilir Sungai Kencing 1 terdapat Polder Pura yang

dilengkapi dengan pompa berkapasitas 5.000 liter/ menit.

11. Sungai Kencing 2, yang alurnya melalui Desa Jetis Kapuan, Ngemplak,

Ketanjung dan Jati Wetan. Desa Ketanjung merupakan desa di sebelah

(11)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 18 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Pada Hilir Sungai Kencing 2 terdapat Polder Kencing, tetapi tanpa pompa

dan kondisi sekarang sudah penuh sedimen.

12. Sungai Jumirah 1, alurnya melalui wilayah Desa Jetiskapuan, Gulang,

Payaman dan Kirig.

13. Sungai Jumirah 3, alurnya melalui Desa Medini, Undaan Kidul, Undaan

Tengah dan Larikrejo.

14. Sungai Ngeseng, alurnya melalui wilayah Desa Larikrejo dan

Kedungdowo.

15. Sungai Jumirah 3B, alurnya melalui Desa Undaan Kidul, Undaan Tengah,

Undaan Lor dan Wates.

16. Sungai Tumpang, alurnya melalui Desa Gondangmanis, Bacin, Pedawang,

Dersalam, Tumpangkrasak, Megawon, Mejo dan Kirig.

17. Sungai Dawe, alurnya melalui Desa Hadipolo, Tenggeles, Gulangtepus,

Mejobo dan Temulus.

Sungai Juana-1 menampung aliran dari beberapa sub drainase seperti Sungai

Tumpang, Sungai Jumirah 1 yang kemudian bergabung dengan Sungai Jumirah 2

menuju Sungai Juana, Sungai Jumirah 3 dan Sungai Jumirah 4 yang selanjutnya

memecah sebagian ke Sungai Juana dan sebagian bergabung dengan Sungai

Kencing. Aliran dari arah barat yaitu aliran Sungai Sumber, Sungai Beku (Sat),

Sungai Serut yang kemudian bergabung dengan Sungai Beku menuju ke Serang

Welahan Drainage 1 (SWD-1) untuk selanjutnya dibuang ke laut. Di Desa Pasuruhan

Kidul pada pintu Spillway Goleng, aliran Sungai Wulan terbagi lagi ke Serang

Welahan Drainage (SWD-1) yang dibangun oleh proyek Jratun Seluna. SWD-1 ini

langsung menuju ke laut dan menjadi drainase primer Kota Kudus. Drainase Primer

Kota Kudus yang lain adalah SWD-2 yang berawal dari akhir Sungai Tali dan

bermuara langsung ke Laut Jawa. Sungai lain yang ditampung oleh SWD-2 yaitu

Sungai Jember dan Sungai Srabi. Gambaran mengenai sistem drainase di Kabupaten

Kudus tersebut dapat dilihat lebih jelas pada halaman Lampiran A yaitu mengenai

(12)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 19 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus” 2.2.3.Kondisi Jaringan Drainase

Umumnya saluran drainase tersier berupa saluran-saluran tepi jalan. Bentuk

saluran di tepi jalan yang ada sebagian besar berupa saluran tertutup dengan

dilengkapi hole atau bak kontrol dan sebagian lahan ini juga digunakan untuk trotoar

seperti tampak pada Gambar 2.5. Saluran drainase tersier di Kudus sebagian besar

masih berupa saluran tanah terutama yang berada di lokasi pinggiran kota dan

persawahan sebanyak 148.580 m (57%). Sedangkan saluran pasangan cukup banyak

109.462 m atau 42,46%. Saluran tertutup sebagian besar berada di pusat kota dan

kebanyakan di bawah trotoar. Secara keseluruhan panjang saluran tertutup adalah

56.897 m atau 22,04%.

Gambar 2.5. Kondisi saluran drainase di Jalan Noorhadi Kecamatan Jati

Kondisi saluran drainase tersier yang secara fisik terlihat dipenuhi buangan dari

limbah rumah tangga dan limbah industri. Saluran terhambat oleh sampah dan

sedimen sehingga fungsi saluran kurang optimal terutama pada musim penghujan di

samping kurangnya penataan sistem drainase. Kondisi tersebut menjadi penghambat

aliran yang mempercepat terjadinya genangan. Daftar jaringan tersebut dapat dilihat

(13)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 20 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus” 2.3. Permasalahan

Permasalahan banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus pada dasarnya

merupakan akibat dari permasalahan-permasalahan yang saling terkait dan kompleks.

Sayangnya permasalahan-permasalahan tersebut cenderung diselesaikan oleh

pihak-pihak yang terkait secara eksklusif, terkotak-kotak, serta tidak menyeluruh. Di

antaranya adalah adanya otonomi daerah yang memberikan kewenangan tiap

Pemerintah Daerah untuk mengatur urusan rumah tangga daerahnya masing-masing.

Daerah yang memiliki kemampuan finansial lebih mapan cenderung rajin melakukan

pekerjaan-pekerjaan infrasturktur kota di antaranya pekerjaan pengendalian banjir.

Padahal jika dilihat dari aspek ilmu teknik hidro, permasalahan banjir yang terjadi di

Kota Kudus adalah salah satunya merupakan imbas / akibat masalah yang terjadi di

daerah hilir Sungai Juana yang berada di Kabupaten Pati. Kondisi hilir Sungai Juana

yang mengalami penyempitan dan belum dilakukan normalisasi, menyebabkan aliran

dari daerah hulu (Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, serta daearah-daerah di DAS

sekitar Gunung Muria) harus menunggu antrian untuk bisa masuk ke Sungai Juana.

Karena kondisi topografi yang datar menyebabkan aliran yang biasanya mengalir

melalui Sungai Juana, justru berbalik arah (back water) menuju ke daerah Sungai Wulan karena adanya penyempitan di hilir Sungai Juana, fenomena inilah yang

sering disebut sebagai bottle neck (Sumber : wawancara dengan pihak BPSDA Seluna Kudus).

Menurut hasil evaluasi Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah

Sungai Serang, Lusi, Juana (Seluna), yang dituangkan dalam bentuk laporan tertulis

per Senin (31/12), kondisi pintu pembagi dan pengatur banjir Wilalung di Kecamatan

Gajah Kab. Demak yang merupakan peninggalan Belanda yang sudah berusia 73

tahun, tidak dirawat sebagai mestinya. Semula ada pemikiran dari DPU Pengairan

Jawa Tengah akan "dimuseumkan" karena dianggap sudah tidak diperlukan lagi.

Akan tetapi, setelah dikaji lebih mendalam dan melihat kondisi di lapangan, pintu

pembagi banjir ini dioperasikan kembali. Kondisi pintu yang mengarah ke Sungai

Juana yang berjumlah sembilan pintu ini (lawang songo) sudah tidak berfungsi

sempurna. Sebagian tidak bisa digerakkan naik-turun, sebagian lagi malah hilang

dicuri. Maklum, masing-masing pintu terbuat dari kayu jati dengan ketebalan

(14)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 21 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Selain itu kapasitas Sungai Wulan menurun dari 1.000 m³/d menjadi 725 m³/d.

Kapasitas Sungai Juana juga merosot drastis dari 1.650 m³/d menjadi 150 m³/d.

Termasuk tingginya curah hujan di Blora dan Grobogan, serta belum penanganan

yang memadai dan menyeluruh sejak rehabilitasi CIWA Scheme 1986. Berbagai

kondisi itulah yang menyebabkan tanggul kanan Sungai Wulan di Desa Medini Kec.

Gajah Kab. Demak jebol, lalu diikuti jebolnya tanggul yang sama di tujuh lokasi

sehingga total panjang tanggul yang jebol mencapai 203 meter dengan kedalaman 6

meter. Jebolnya tanggul tersebut mengakibatkan 6.092 Ha lahan pemukiman

penduduk dan persawahan di Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Jati, dan

Kaliwungu tergenang banjir rata-rata setinggi 2 meter. Akibatnya, 35.000 rumah

tergenang dan menyebabkan 12.076 jiwa warga mengungsi.

Selama 20 tahun terakhir, Sungai Juana yang panjangnya lebih dari 30 km

semakin menyempit (lebar aslinya rata-rata 30-60 meter). Sungai yang melewati

wilayah Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Kabupaten Kudus, Sukolilo, Kayen,

Margorejo, Gabus, Juana, Kabupaten Pati, itu belum pernah dikeruk, apalagi

dinormalisasi. Kecuali di bagian muara hingga seputar Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Bajomulyo dan seputar Koperasi Unit Desa (KUD) Sarono Mino Juana yang sudah

beberapa sungai dikeruk. Akibatnya, terutama pada musim hujan, Sungai Juana

menjadi "biang keroknya" banjir di wilayah Kabupaten Kudus dan Pati. Hal ini

sebenarnya sudah dikeluhkan masyarakat dari tahun ke tahun, namun belum ada

tanggapan. Banjir di Kudus tersebut bahkan meluas dan menggenangi pemukiman

dan sawah di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Winong, Gabus, dan Juana. Luas lahan

yang tergenang mencapai 5.908 Ha.

Selain permasalahan di atas, ketidaklayakan sistem drainase kota akibat

pengalihan fungsi dari drainase, yakni banyaknya sampah yang berada pada sistem

drainase tersebut juga sangat berpengaruh. Hal ini menunjukkan kurang seriusnya

pemeliharaan dan penanganaan operasi dari berbagai pihak, baik dari pemerintahan

maupun dari masyarakat sendiri. Dari tinjauan lapangan juga tampak bahwa

saluran-saluran drainase yang ada belum membentuk sistem yang baik dan di beberapa lokasi

ditemukan belum ada saluran drainasenya. Untuk lebih memperjelas uraian di atas,

Gambar 2.3 berikut menunjukkan skema permasalahan banjir yang terjadi di

(15)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 22 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Gambar 2.6. Skema permasalahan banjir di Kabupaten Kudus

2.4. Daerah Genangan

Berdasarkan data dari Balai PSDA Serang Lusi Juana, bahwa daerah rawan

banjir di Kabupaten Kudus terletak di lima kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Undaan, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai

Juana, Sungai Londo, dsb.

2. Kecamatan Mejobo, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai

Juana (dari G. Muria).

3. Kecamatan Jati, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai Juana

(dari G. Muria dan dari kota).

4. Kecamatan Jekulo, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai Juana

(dari G. Muria).

5. Kecamatan Kaliwungu, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai

Wulan dan SWD 1 (dari G. Muria).

Kedalaman genangan di semua lokasi relatif sama, yaitu sekitar 0.5 m sampai

1.5 m, dengan lama genangan hingga mencapai 3 hari. Peta lokasi daerah genangan

di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Gambar 2.7. di bawah ini.

(16)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 23 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

(17)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 24 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Pada kondisi hujan, ada bebarapa lokasi selalu terjadi genangan, tepatnya di

jalan lingkar depan terminal Kudus dengan lama genangan kurang lebih 3 hari,

lokasi daerah genangan di terminal dan jalan lingkar depan terminal Kabupaten

Kudus dapat dilihat pada Gambar 2.8. di bawah ini.

`

Gambar 2.8. Genangan di lokasi pertigaan terminal dan jalan lingkar depan Terminal Kudus

Di samping itu di jalan lingkar menuju Kudus – Jepara juga ,terjadi genangan

di jalan raya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.9. Gengan di jalan raya jurusan Kudus – Jepara

Di samping itu berdasarkan Master Plan Drainase Kota Kudus 2008, bahwa

banjir yang ada diakibatkan luapan dari Sungai Wulan dan Sungai Juana, yang

mencakup beberapa desa di antaranya Desa Kedungdowo, Garung Kidul, Pasuruhan

Kidul, Jati Wetan, Tanjungkarang, Loram Wetan, Gulang dan Payaman. Di samping

itu ada 10 (sepuluh) lokasi genangan di Kecamatan Kota, 2 (dua) lokasi berada di

(18)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 25 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

kemudian 4 (empat) di Kecamatan Jati yaitu di Desa Jati Wetan, Desa Tajungkarang,

Desa Jetiskapuan dan Desa Pasuruan, selebihnya berada di Kecamatan Bae (4 lokasi

yaitu di desa Panjang, Peganjaran dan Desa Bae.

2.5. Penanganan Kasus

Setelah mengetahui kronologis permasalahan banjir yang terjadi di Kabupaten

Kudus dari uraian di atas, maka selanjutnya perlu dilakukan langkah penanganan

kasus, yaitu :

a. Lokasi penanganan adalah dipilih di daerah Kecamatan Jati, dengan

mempertimbangkan :

1. Kecamatan Jati merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam

daerah genangan banjir di Kabupaten Kudus.

2. Kecamatan Jati merupakan salah satu daerah di Kabupaten Kudus yang

memilki kepadatan penduduk terbesar yaitu 3504 jiwa/km2 .

3. Kecamatan Jati merupakan daerah yang dilalui jalur transportasi

nasional yaitu jalur pantura.

4. Jembatan Tanggulangin yang melintas Sungai Wulan, yang merupakan

jalur akses utama untuk memasuki kawasan Kota Kudus adalah terletak

di Kecamatan Jati.

Gambar 2.10. Jembatan Tanggulangin yang melintas Sungai Wulan

b. Membangun sistem drainase yang nantinya akan direncanakan di DAS

Kencing yang terletak di Kecamatan Jati, dengan luas area DAS sebesar ±

(19)

Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi

- 26 - Laporan Tugas Akhir

“Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”

Gambar 2.11. Peta DAS Kencing

Gambar

Tabel 2.1. Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus
Tabel 2.3. Jenis tanah di Kabupaten Kudus
Tabel 2.4. Kepadatan penduduk per-kecamatan
Tabel 2.6. Suhu udara rata-rata per-bulan di Kabupaten Kudus
+7

Referensi

Dokumen terkait

"For convenience in constructing feature collection instances, the value of the srsName attribute on the gml:Envelope which is the value of the gml:boundedBy property of a

Dengan adanya kegiatan penanaman seribu pohon di SMKN 11 MALANG ini diharapkan dapat ikut menghijaukan Bumi.. Dan dengan seiringnya perkembangan jaman, populasi hutan – hutan

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER DENGAN VARIASI DIAMETER KAWAT TEMBAGA DAN VARIASI LARUTAN TERHADAP DAYA MESIN SEPEDA.. MOTOR HONDA SUPRA- X 125D

Latar Belakang : Penyembuhan TB paru membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini kerapkali terjadi dalam perawatan dan pengobatan TB paru di Indonesia. Anggota keluarga

(11) Majelis Wali Amanat dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh seorang Sekretaris yang berasal dari dan dipilih oleh Majelis Wali Amanat untuk masa jabatan 2,5 (dua

In this paper the writer is tries to get whether the novel entitle “The Land of Five Towers” cover step which include the intrinsic elements, there are theme, character,

4.Upaya yang Dilakukan Sekolah Untuk Mengatasi Permasalahan Dalam Melaksanakan Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka Sebagai Pembelajaran pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan

Menurut Arkoun, untuk mengantisipasi sekularisme dalam politik bukan berarti umat Islam harus kembali kepada “agama tradisional”, tapi lebih dari itu amat dibutuhkannya