KOHESI DAN KOHERENSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Wacana yang
dibimbing oleh ...
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini akan membahas tentang “Kohesi dan Koherensi.”
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan. Maka dari itu tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun penyusunannya, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Wacana adalah keseluruhan perkataan atau ucapan yang merupakan suatu kesatuan. Unsur-unsur yang ada dalam wacana :
a. Internal
● Kata
● Kalimat
● Teks dan koteks b. Eksternal
● Konteks ● Referensi ● Presuposisi| ● Inferensi
Paragraf yang baik yaitu paragraf yang memenuhi syarat paragraf, syarat paragraf yaitu : 1. Kohesi
2. Koherensi
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian Kohesi b. Pengertian Koherensi c. Contoh Kohesi d. Contoh Koherensi
3. Tujuan
a. Agar mengetahui pengertian kohesi b. Agar mengetahui pengertian koherensi c. Agar mengetahui contoh kohesi
d. Agar mengetahui contoh koherensi
1. Pengertian
● Pengertian Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
Kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok yaitu : a. Kesatuan isi
b. Kepaduan maksud
● Pengertian Kohesi
Kohesi adalah keterpaduan bentuk berkaitan dengan hubungan antarkalimat yang
erat dan terpadu. kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur gramatikal.
Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
a. Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis. Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
o Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri. Contoh:
(a) Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya. Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
o Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan. Contoh :
Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah.
Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif. Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya.
Tunggal Jamak
Persona pertama Aku, saya Kami, kita
Persona kedua Kamu, engkau, anda Kalian, kami sekalian Persona ketiga Dia, ia, beliau Mereka
Contoh:
a) Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b) Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)
Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk.
Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di sini, di situ, di sana dan sebagainya.
Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani. Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah
pada kalimat (b).
Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya. Contoh: Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
b. Substitusi (penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863). Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
c. Elipsis (penghilangan/ pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Contoh: Tuhan selalu
memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat- saat yang
menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d. Piranti Konjungsi (kata sambung)
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat. Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Berikut ini beberapa konjungsi urutan waktu. Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
b. Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan. Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.
c. Piranti Alahan
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d. Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e. Piranti Ketidaserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan.
f. Piranti Serasian
Contoh:
Nia sangat dermawan, demikian juga dengan ibunya.
g. Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat
menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula, juga,
selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain itu.
Contoh:
Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri garam dan gula secukupnya.
Selain itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.
h. Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak terjadi penurunan.
i. Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu bagian sampiran dan isi. Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya terkandung pada dua baris terakhir.
j. Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.
k. Piranti Harapan (Optatif)
Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.
l. Piranti Ringkasan dan Simpulan
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
m. Piranti Misalan atau Contohan
Contohan atau misalan itu berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah
contohnya, misalnya, umpanya, dsb. Contoh:
Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
n. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih
menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya.
Contoh:
Mungkin dia sedang sedih.
o. Piranti Konsesi: memang, tentu saja
Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu saja.
Contoh:
Memang benar dia pintar.
p. Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di resapi.
Contoh:
Untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk membeli rumah.
q. Piranti Jelasan
Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa proposisi (pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan.
Contoh:
Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.
2. Piranti Kohesi Leksikal
Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas dua macam yaitu:
a. Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif. Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
a) Ulangan Penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk. Contoh:
Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan
kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.
b) Ulangan dengan bentuk lain, terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama. Contoh:
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
c) Ulangan dengan Penggantian, pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti. Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang
berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.
d) Ulangan dengan hiponim Contoh:
Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai mengering . Bunga tidak mekar seperti biasanya.
2. Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain, biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan. rasanya. (b) Menurut beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu
sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah apel. (d) Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya. (e) Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (f) Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel bagi kesehatan yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu buah apel dapat mencegah penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang, menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.
● Contoh Kohesi
peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a) Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
Kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok yaitu : a. Kesatuan isi
b. Kepaduan maksud
b) Kohesi adalah keterpaduan bentuk berkaitan dengan hubungan antarkalimat yang erat dan terpadu. kohesi terbagi atas dua macam, yaitu
o Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa.
o Piranti kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
2. Saran