• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOHESI DAN KOHERENSI WACANA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA A. Pengertian Kohesi

Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005: 26). Contoh kohesi adalah sebagai berikut.

Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah.

Contoh wacana di atas dikatakan kohesif, karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi. B. Pengertian Koherensi

Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).

Contoh:

(a) Buah Apel ( Apple ) adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. (b) Menurut beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah apel. (d) Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya. (e) Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (f) Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel bagi kesehatan yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu buah apel dapat mencegah penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang, menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.

Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, kalimat di atas menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang terkandung dalam buah apel. Wacana itu termasuk wacana padu karena hampir setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang (buah apel pada setiap kalimat). Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.

C.Piranti Kohesi

(2)

1. Piranti Kohesi Gramatikal

Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.

a. Referensi

Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.

Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.

 Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’

 Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana.

Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.

Contoh:

(a) Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya. Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.

Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.

 Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan.

Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah.

Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang

terdapat pada kalimat kedua.

Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.

Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya.

Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.

Tunggal Jamak

Persona pertama Aku, saya Kami, kita

Persona kedua Kamu, engkau, anda Kalian, kami sekalian Persona ketiga Dia, ia, beliau Mereka

Contoh:

a) Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)

(3)

 Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di sini, di situ, di sana dan sebagainya.

Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani. Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b).

 Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya.

Contoh:

Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.

b. Substitusi (penggantian)

Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863).

Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.

1. Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang.

Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.

2. Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu.

Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.

3. Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata. Contoh:

Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia.

Kata demikian pada contoh di atas merupakan kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.

c. Elipsis (penghilangan/ pelepasan)

Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.

Contoh:

Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat- saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.

d. Piranti Konjungsi (kata sambung)

(4)

a. Piranti urutan waktu

Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Berikut ini beberapa konjungsi urutan waktu. Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu.

Contoh:

Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.

b. Piranti Pilihan

Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan. Contoh:

Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru. c. Piranti Alahan

Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu.

Contoh:

Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan. d. Piranti Parafrase

Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Contoh:

Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.

e. Piranti Ketidaserasian

Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.

Contoh:

Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan. f. Piranti Serasian

Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama.

Contoh:

Nia sangat dermawan, demikian juga dengan ibunya. g. Piranti Tambahan (Aditif)

Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula, juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain itu.

Contoh:

(5)

h. Piranti Pertentangan (Kontras)

Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.

Contoh:

Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak terjadi penurunan.

Diky sangat nakal, tetapi ia pintar. i. Piranti Perbandingan (Komparatif)

Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu.

Contoh:

Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu bagian sampiran dan isi. Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya terkandung pada dua baris terakhir.

j. Piranti Sebab-akibat

Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.

Contoh:

Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.

k. Piranti Harapan (Optatif)

Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.

Contoh:

- Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali. - Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.

l. Piranti Ringkasan dan Simpulan

Piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian. Contoh:

Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.

m. Piranti Misalan atau Contohan

Contohan atau misalan itu berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb.

(6)

Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.

n. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)

Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya.

Contoh:

Mungkin dia sedang sedih.

o. Piranti Konsesi: memang, tentu saja

Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu saja.

Contoh:

Memang benar dia pintar. p. Piranti Tegasan

Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di resapi.

Contoh:

Untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk membeli rumah.

q. Piranti Jelasan

Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa proposisi (pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan.

Contoh:

Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.

2. Piranti Kohesi Leksikal

Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas dua macam yaitu:

a. Reiterasi (pengulangan)

Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif. Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:

1. Repetisi Ulangan

Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antarkaliamat. Macam-macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut.

a) Ulangan Penuh

Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.

(7)

Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.

b) Ulangan dengan bentuk lain

Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.

Contoh:

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.

c) Ulangan dengan Penggantian

Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti. Contoh:

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.

d) Ulangan dengan hiponim Contoh:

Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai mengering . Bunga tidak mekar seperti biasanya.

2. Kolokasi

Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain, biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan.

Contoh:

UUD 1945 dan Pancasila. Ada ikan ada air.

D. Piranti Koherensi

Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan.

Contoh:

(a) Guntur kembali bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.

Biarpun tidak terdapat pemerkah hubungan yang jelas antara kalimat (a) dan (b), tiap pembaca akan menafsirkan makna kalimat (b) mengikuti kalimat (a). Pembaca mengandaikan adanya ‘hubungan semantik’ antara kalimat-kalimat itu, biarpun tidak terdapat pemerkah eksplisit yang menyatakan hubungan seperti itu.

Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik, tetapi tidak tampak hubungan kohesifnya.

(8)

B: “saya sedang mandi.” C: “baiklah.”

Widdowson (1979).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan komprehensif pada Perempuan “KN” di PMB “KK’ di

Tanggal Cetak 13/03/2020 09:14:46 WIB Dicetak Oleh ahmad.fazhar@idn.ccb.com dari 4 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Bulanan1. Aplikasi Pelaporan Online

Hasil penelitian ini Kurangnya komunikasi dan sumber daya Implementasi Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis

Dalam komunikasi visual dalam publikasi cerita seri dongeng hewan, nuansa yang akan dibangun adalah bersahabat (agar anak – anak lebih terasa akrab dan lebih antusias dalam

Hipotesis yang diajukan ialah bahwa khamir epifit dapat diperoleh dari permukaan daun dan buah cabai dan isolat-isolat khamir epifit tersebut mampu menghambat penyakit antraknosa

Dalam penulisan laporan Skripsi ini, untuk mendapatkan informasi secara lengkap maka penulis melakukan suatu metode suatu tanya jawab mengenai semua kegiatan yang

Tim monev selanjutnya membuat reko- mendasi yang antara lain berisi: (1) meminta enam sekolah Katolik dibawah naungan yayasan Yohanes Gabriel untuk berkoordinasi dan