• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOMOETRIK IKAN LAYANG DAN IKAN PISANG-PISANG MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MORFOMOETRIK IKAN LAYANG DAN IKAN PISANG-PISANG MERAH"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI PRAKTIKUM II

MORFOMETRIK

OLEH :

NAMA : ERSANI STAMBUK : I1A1 16 051

JURUSAN : MSP

KELOMPOK : V (A)

ASISTEN : FARILANDA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut adalah kumpulan air asin yang menutupi permukaan tanah yang luas dan berhubungan dengan samudera. Laut merupakan ekosistem yang kaya dengan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Khususnya indonesia, yang memiliki potensi sumberdaya ikan dan keanekaragaman dapat membangun kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat. Oleh karena itu, banyak orang yang berlomba-lomba untuk mencari tahu lebih dalam lagi tentang kekayaan alam laut yang salah satunya yaitu dengan mempelajari iktiologi.

Iktiologi berasal dari kata Yunani yaitu, “ichthyon” yang berarti ikan dan “logos” yang berarti pengetahuan. Jadi iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupannya. Iktiologi merupakan ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia perikanan. Iktiologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik dari dalam maupun dari luarnya, tidak hanya sekedar anatomi saja. Oleh karena itu banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan bersumber dari iktiologi.

(3)

Morfometrik ikan merupakan pengukuran morfologi yang meliputi ukuran panjang dan berat, serta skala kondisi fisik tubuh sesuai fase hidup hewan. Morfometrik dimaksudkan untuk mengukur bagian tubuh yang penting pada hewan, agar diketahui kisaran ukurannya disetiap fase pertumbuhan hewan. Dengan melakukan asalisa morfometrik terhadap tubuh ikan, kita dapat mengetahui cara hidup dan adaptasi ikan terhadap lingkungannya.

Ikan yang menjadi objek pengamatan kali ini yaitu Layang (D. Russelli) dan ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus). Ikan Layang (D. Russelli) merupakan ikan yang hidup berkelompok dilaut yang jernih dan besalinitas tinggi. Sedangkan ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) adalah ikan yang tergolong ikan pelagis karang.

Berdasarkan uraian di atas maka dianggap perlu dilakukan praktikum sehingga kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai metode atau cara mengukur tubuh ikan secara tepat.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum Morfometrik Tubuh ikan ini yaitu untuk mengetahui ukuran dari tubuh ikan yang diamati (Layang dan Pisang-pisang Merah).

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Klasifikasi ikan Layang (Decapterus Russeli) menurut Prihatini (2010) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Pisces

Order : Malacopterigii

Family : Nemiptery.Ydae Genus : Nemipto rus

[image:4.595.220.463.334.496.2]

Spesies : Decapterus Russeli

(5)

Menurut Mujianto (2013), klasifikasi ikan Pisang-Pisang Merah-merah (Caesio chrysosonus) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Order : Perciformes Family : Lutjunidae Genus : Caesio

Spesies : Caesio chrysosonus

Gambar 2. Morfologi Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus) ( Sumber : Dok. Pribadi, 2017)

B. Morfologi dan Anatomi

Roziaty (2010) menyatakan bahwa mendefinisikan morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat berpengaruh terhadap perubahan bentuk kata dan juga terhadap golongan dan arti kata.

[image:5.595.169.467.197.402.2]
(6)

jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya (Affandi, 2011).

Ikan Layang (Decapterus sp) merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol . Ukurannya sekitar 15 cm meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 cm . Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan Layang ialah terdapatnya sirip kecil ( finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin 15 yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line). Bentuk badan sepintas seperti tongkol, sirip punggung pertama berjari keras 8. sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 32 – 35 lemah. Sirip dubur teridiri 2 jari-jari keras (lepas), 1 jari-jari keras bergandeng dengan 26 – 30 jari lemah. Dibelakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan. Terdapat 25 – 30 sisik duri pada garis sisinya. Dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 25 cm. Warna : biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah. Sirip siripnya kuning pucat atau kuning kotor. Suatu totol hitam terdapat pada bagian atas penutup insang dan pangkal sirip dada (Prihatini, 2010).

(7)

makanannya invertebrata dapat mencapai panjang 20 cm dan umumnya 15 cm (Sugianti, 2013).

C. Habitat dan Penyebaran

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan-lingkungan fisik di sekeliling populasi suatu spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut (Prihatini, 2010).

Distribusi ikan dapat diartikan sebagai keberadaan ikan pada tempat dan waktu yang tertentu. Kajian distribusi ikan dapat ditinjau dari sudut geografis dan ekologis. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam kajian distribusi ikan yaitu: aspek deskriptif, bertujuan untuk menemukan spesies apa saja yang mendiami suatu tempat tertentu, dan aspek yang lebih rumit yaitu mempelajari kenapa spesies mendiami suatu tempat dan bagaimana mereka bisa ada disana (Wibowo, 2013).

Di perairan Indonesia terdapat lima jenis Layang yang umum yakni Decapterus kurroides, Decapterus russelli, Decapterus macrosoma

(8)

Masalembo, Selat Makassar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Flores, Arafuru, Selat Bali.

Daerah sebaran ikan Layang (Decapterus Russeli) sangat luas, yaitu di perairan tropis dan subtropis. Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di Samudera Atlantik bagian utara sampai ke Cape Cod dan sebelah selatan sampai ke Brasilia. Di wilayah Indo-Pasifik ikan ini tersebar antara Jepang di bagian utara dan pantai Natal di bagian selatan. Dilaut Jawa ikan-ikan tersebar mengikuti pergerakan salinitas dan persediaan makanan yang sesuai dengan hidupnya (Samad, 1998).

Decapterus ruselli dan Decapterus macrosoma tersebar di perairan tertentu. Tampaknya Decapterus ruselli senang hidup di perairan dangkal seperti Laut Jawa, sedangkan Decapterus macrosoma tersebar di perairan laut 18 seperti di Selat Bali, Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar dan Sangihe, Laut Cina Selatan. Decapterus kurroides tergolong ikan yang agak langka antara lain terdapat di Selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat). Decapterus maruadsi termasuk ikan Layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti di Laut Banda tertangkap pada kedalaman 100 meter lebih (Prihatini, 2010).

(9)

meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC. Terumbu karang merupakan ekosistim khas yang terdapat di daerah tropis, meskipun terumbu karang banyak ditemukan di perairan seluruh dunia, tapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik dan salah satunya di perairan Indonesia.

Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus) bergerombol di daerah pantai berkarang, sedangkan penyebaran perairan dangkal dan karang di seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai laut Cina Selatan, bagian selat Ryukyu (Jepang) serta perairan tropis Australia (Sugianto, 2013).

Menurut Samad (1999), ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus) hidup bergerombol di daerah pantai, ikan buas, makanannya in-vertebrata, dapat mencapai dengan muroami, soma malalugis, jaring klotok, kadang-kadang masuk bubu, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan dangkal perairan karang, seluruh lndonesia.

D. Fisiologi dan Reproduksi

(10)

yang mempengaruhi mahluk hidup, yang terkait dengan awal mula kehidupan, perkembangan serta kelangsungan hidup.

Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda, tergantung tingkah laku habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungannya (Syahrir, 2012). Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi yang menonjol yaitu memijah hanya bilamana energi cukup tersedia, memijah dalam proporsi ketersediaan energi dan memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut mati.

Aspek-aspek reproduksi berupa faktor kondisi, nisbah kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditasm dan diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan perikanan dan kelestarian spesies. Proses reproduksi ikan pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu pre-spawning merupakan periode dimana proses penyiapan gonad dan penyiapan telur dan sperma yang akan dikeluarkan berlangsung. Spawning yaitu periode berlangsungnya pengeluaran telur dan sperma serta pembuahan telur oleh sperma. Periode ketiga yaitu post spawning yang merupakan periode berlangsungnya perkembangan telur yang dibuahi, penetasan telur dan pembesaran dari telur menjadi embrio, larva hingga menjadi anak ikan (Silfia, 2009).

(11)

pencernaannya dari mulut ke anus, dan sistem reproduksinya secara seksual (Purbayanto, ect., 2010).

Menurut Abdullah (2016), ikan Layang (Decapterus russelli) jantan lebih cepat mencapai matang gonad dibandingkan dengan ikan layang betina dengan ukuran pertama kali matang gonad berturut-turut berkisar antara 194 mm dan 196 mm. Potensi reproduksi ikan Layang (Decapterus russelli) tinggi yaitu sebesar 2 330–117 660 butir telur dengan pola pemijahan lebih dari satu kali (partial spawner).

Adapun pada ikan Pisang - Pisang Merah (C. crhysozona) sistem pernafasannya melalui insang, pada proses pencernaan organnya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.

Sedangkan sistem reproduksi ikan Pisang-Pisang Merah (C. chrysosonus) berkembang biak seperti umumnya ikan lain, yaitu bertelur dengan pembuahan di luar atau di perairan bebas. Telur dihasilkan dalam jumlah yang banyak dan bersifat pelagis, permulaan perkembangan larva ini terjadi di laut lepas pantai, selanjutnya larva tersebut kembali perairan pantai yang dangkal setelah berumur enam minggu (Suhendro, 2014).

E. Makanan dan Kebiasaan Makan

(12)

macrocoma ikan-ikan pemakan plankton hewani, sedangkan Decapterus ruselli pemakan ikan kecil (Samad, 1998).

Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya diperlirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan menjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada waktu masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya (Abdullah, 2016 ).

F. Nilai Ekonomis

Menurut Samad (1998), Ikan Layang merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi kebutuhan hidup manusia. Bagi penduduk Indonesia kebutuhan akan protein ini masih jauh dari mencukupi, oleh karena itu salah satu jalan untuk mengatasinya dengan mempertinggi hasil produksi perikanan. Menurut Samad (1999), ikan ini dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus (pindang), harga sedang.

(13)

Ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) merupakan jenis ikan yang sering dimanfaatkan secara intensif karena nilai komersilnya yang cukup tinggi, mudah ditangkap dan kepadatannya tinggi.ikan ini termasuk kedalam family Caesionide, yang merupakan jenis ikan karang dan termasuk kedalam ikan utama yaitu kelompok ikan penting yang berperan dalam rantai makanan dan merupakan kelompok ikan yang dapat dieksploitasin secara telatif besar-besaran karena sebagai pemakan plankton dan juga membentuk kelompok yang relatif besar (Adi, ect., 2014).

G. Morfometrik

Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods). Karakter morfometrik yang sering digunakan antara lain: panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat, yaitu: membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan Kajian morfometrik juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu spesies serta mengetahui perbedaan genetik maupun fenotip antar spesies ikan (Muhotimah, 2013).

(14)
(15)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktek Morfometrik ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 07.00-11.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Oseonografi, GIS, Remote Sesing, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan GIS, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

[image:15.595.118.503.377.705.2]

Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat dilihat pada berikut.

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Beserta Kegunaannya

No. Alat dan bahan Satuan Kegunaan

1. Alat

- Mistar Cm Mengukur tubuh ikan

- Gunting - Menggunting objek amatan

- Pinset - Menjepit objek amatan

- Pisau - Membedah objek amatan

- Kaca loop - Memperjelas objek amatan

- Lap halus dan lap kasar - Membersihkan tempat praktek

- Tisu - Membersihkan alat praktek

- Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan

- Kertas laminating - Alas ikan saat diamati

- Kamera - Sebagai alat dokumentasi

- Baki - Tempat menyimpan ikan

2. Bahan

- Alkohol - Sebagai bahan pembersih

alat - Ikan Layang (D.

russelli)

- Objek pengamatan

- Ikan pisang-pisang merah (C. chrysosonus)

(16)

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Sistem Integumen ikan adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum. 2. Mendengarkan arahan/petunjuk dari asisten praktikum.

3. Membuat bon alat lalu di kumpulnya bon alat tersebut kepada asisten praktikum.

4. Mengambil bahan (ikan Cakalang) yang akakn diamati lalu disimpan diwadah/baki

5. Mendokumentasikan bahan (ikan Cakalang) yang akan diamati 6. Merendam bahan (ikan Cakalang) tersebut dengan air panas.

7. Melepas kulit ikan Cakalang tersebut dengan cara menggosok-gosok kulit ikan Cakalang secara perlahan-lahan sampai sebagian kulit di tubuhnya terkelupas.

(17)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Hasil pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut.

- Bentuk morfologi ikan Layang (Decapterus russelli)

Keterangan : 1. Kepala 2. Badan 3. Ekor

4. Tulang Ekor 5. Sirip

8. Mata 9. Mulut

Gambar 3. Morfologi ikan Layang (D. russelli)

- Bentuk morfologi ikan Pisang-Pisang Merah (C. Chrysosonus) Keterangan : 1. Kepala 2. Badan 3. Ekor

4. Tulang Ekor 5. Sirip

8. Mata 9. Mulut

(18)

B. Tebel Hasil Pengamatan

[image:18.595.121.552.187.705.2]

Adapun hasil pengamatan pada praktikum Morfometrik Tubuh Ikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil pengamatan Morfometrik Tubuh Ikan

NO. PARAMETER UKURAN INDIVIDU1 2

1. Bentuk tubuh

2. Panjang total (PT) 21 cm 23 cm

3. Panjang standar (PS) 22 cm 21cm

4. Panjang kepala (PK) 5 cm 4 cm

5. Panjang sebelum sirip dorsal (PsSD) 3,5 cm 5 cm

6. Panjang sebelum sirip pelvik (PsSPe) -

-7. Panjang sebelum sirip anal (PsSA) -

-8. Tinggi kepala (TK) 3,5 cm 3,1 cm

9. Tinggi badan (TB) 4 cm 4,5 cm

10. Tinggi batang ekor (TBE) 1 cm 2,7 cm

11. Panjang batang ekor (PBE) 2,5 cm 2 cm

12. Diameter mata (DM) 1 cm 4,8 cm

13. Jarak mata ke tutup insang (JMTI) 2,5 cm 2,8 cm

14. Panjang hidung 1 cm 1,7 cm

15. Lebar badan (LB) 3,3 cm 3,9 cm

16. Panjang dasar sirip dorsal (PDSD) 7 cm 4,5 cm

17. Panjang dasar sirip anal (PDSA) 7 cm 2,9 cm

18. Panjang dasar sirip pelvic (PDSPe) - 3,8 cm

19. Panjang dasar sirip pektoral (PDSP) 4,1 cm 2,8 cm 20. Panjang sirip ekor bagian atas

(PESEBT) 4 cm 5,5 cm

21. Panjang sirip ekor bagian bawah

(PESEBB) 3,5 cm 6 cm

22. Panjang moncong (PM) 3,5 cm 3,5 cm

23. Panjang maxilla (PMa) 2,7 cm 2 cm

24. Panjang premaxilla (Ppa) 3,5 cm 2,5 cm

25. Jumlah jari-jari sirip dorsal : 23

a. Jari-jari keras 14 7

b. Jari-jari lemah 9 20

26. Jumlah jari-jari sirip anal 12

a. Jari-jari keras 7 5

b. Jari-jari lemah 5 11

27. Simbol/rumus sirip dorsal D. 23 cm

-28. Simbol/rumus sirip anal A. 12 cm

-Keterangan :

1. Ikan Layang (Dacapterus Russelli)

(19)

C. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan pada Ikan Layang (D. russelli) dapat kita ketahui bahwa panjang total 23 cm, panjang standar 21 cm dan panjang kepala 4 cm. Sedangkan tinggi badan 4,5 cm, tinggi kepala 3,4 cm dan tinggi batang ekor 2,7 cm. Kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana panjang batang ekor adalah 2 cm, panjang hidung 1,7 cm, panjang moncong 3,5 cm juga lebar badan 3,9 cm. Adapun jarak antara mata ke tutup insang yaitu 2,8 sedangkan diameter mata 4,8 cm. Untuk panjang maxila 2 cm dan panjang pre maxila 2,5 cm. Kemudian jari-jari sirip dorsal 23, dimana jari-jari keras 7 cm dan jari-jari lemah 20 cm. Sedangkan jumlah jari-jari sirip anal untuk jari-jari kerasnya 5 cm dan jari-jari lemahnya 11 cm. Untuk pengukuran sirip, diperoleh data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda yaitu panjang sirip dorsal 4,5 cm, panjang sirip anal 2,9, panjang sirip pelvik 3,8, panjang sirip pektoral 2,8, panjang sirip ekor bagian atas 5,5 cm dan panjang sirip ekor bagian bawah 6 cm.

(20)

sp,). Hidup di perairan lepas pantai, kadar garam tinggi membentuk gerombolan besar. Dapat mencapai panjang 30 Cm, umumnya 20 – 25 cm.

Sedangkan pada pengamatan Ikan Pisang-Pisang Merah (C. Crhysozona) terlihat panjang total 21 cm, panjang standar 22 cm dan panjang kepala 5 cm. Sedangkan tinggi badan 4 cm, tinggi kepala 3,5 cm dan tinggi batang ekor 1 cm. Kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana panjang batang ekor adalah 2,5 cm, panjang moncong 3,5 cm, panjang maxilla 2,7 cm, panjang premaxilla 3,5 cm, dan panjang hidung 1 cm. Lalu untuk lebar badan didapati 3,3 cm. Sedangkan jari-jari sirip dorsal yaitu jari-jari keras 14 cm dan jari-jari lemah 9 cm, untuk jari-jari sirip anal yaitu jari-jari kerasnya 7 cm dan jari-jari lemahnya 5 cm. Untuk pengukuran sirip, diperoleh data yaitu panjang dasar sirip dorsal 7 cm, panjang dasar sirip anal 7 cm, panjang dasar sirip pektoral 4,1 cm, panjang sirip ekor bagian atas 4 cm, dan panjang sirip bagian bawah 3,5 cm.

(21)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa ikan Layang (D. russelli) sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1 meniarap + 8 biasa), sirip punggung kedua berjari – jari keras 1 dan 30 – 32 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22 – 27 jari sirip lemah. Baik di belakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan ( finlet ). Dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 20 – 25 cm.

Sedangkan ikan Pisang-pisang Merah (C. Chrysosonus) Sirip punggung berjari-jari keras 10 dan 14-15 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 3, dan 11-12 lemah. Tapisan insang 10-15, sisik-sisik pada garis rusuk 67-77, sisik-sisik di atas dan di bawah urat sisi tersusun horizontal.

B. Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mashjur, Annisa. Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus Russelli Ruppell, 1830) di Perairan Selat Sunda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Adi, Nyoman suratma, I Putu Gede H. P, ect. 2014. Prevalensi Infeksi Cacing pada Ikan Pisang-Pisang (Pterocaesio diagranima) dan Ikan Selir Kuning (Caesio cuning) yang Dipasarkan di Pasar Ikan Kedonganan, Bandung. Vol. 6, No. 1. ISSN : 2085-2495.

Arifin, Muhammad Dahlan. 2014. Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Layang Deles (Decapterus Macrosoma Bleeker, 1841) yang Tertangkap dengan Bagan Perahu di Perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Vol. 2 (3). 218-227. Muhotimah, et al. 2013. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (oreochromissp.)

Strain Larasati F5 dan Tetuanya. (1): 42-53 ISSN: 0853-6384

Prihatini, Ambar. 2010. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus Spp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan. [Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Purbayanto, Ari, Muhammad riyanto, ect. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap. IPB Press : Bogor.

Roziaty, Efri. 2016. Kajian Lichen : Morfologi, Habitat dan

Bioindikator kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor. Volume 2 No. 1. ISSN 2460-1365.

Samad, Abdul Ganesa. 1998. Beberapa Catatan Tentang Blologi Ikan Layang Marga Decapterus. Nomor 2. Vol. XXIII. ISSN 0216- 1877.

Samad, Abdul Ganesa. 1999. Pengenalan Jenis - Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di Indonesia. Volume XXIV, Nomor 1. 17 – 38

Setiawan, rachmat. 2008. Teknik Pengukuran Morfometrik pada Ikan Layang (Decapterus Russelli) di Perairan Maumere, Nusa Tenggara Timur. Vol.7 No.2. 69-71.

Silfia S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang di Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi Provinsi Jawa Barat. [Skrikpi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sugianti, Yayuk Mujiyanto. 2013. Biodiversitas Ikan Karang di Perairan Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. No. 1. Vol. 5. Hal : 23-31.

Suhendro, Dede Rahman. 2014. Pengaruh Penambahan Garam Terhadap Mutu Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio chrysosonus) Segar Selama Pemasaran Rantai Dingin. Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo.

Syahrir, Muhammad R. 2012. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan di Perairan Pedalaman Kabupaten Kutai Timur. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Morfologi Ikan Layang (Decapterus Russeli)
Gambar 2. Morfologi Ikan Pisang-Pisang Merah (Caesio Chrysosonus)( Sumber : Dok. Pribadi, 2017)
Tabel 1.  Alat dan Bahan Yang Digunakan Beserta Kegunaannya
Tabel 2. Hasil pengamatan Morfometrik Tubuh Ikan

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan layang di Laut Jawa telah mengalami lebih tangkap, sehingga diperlukan adanya strategi pengelolaan dengan mengurangi upaya

Berdasarkan hasil dan pembahasan, karakteristik mutu dendeng ikan layang (Decapterus sp.) asap dengan perlakuan lama pengasapan berbeda menghasilkan nilai mutu

Pemasaran ikan pindang yang menggunakan bahan baku ikan layang ( Decapterus spp ) dari kelurahan Tegalsari Kota Tegal mempunyai prospek pasar karena produk ikan

Pendekatan dilakukan dengan cara menganalisis data upaya penangkapan dan data hasil tangkapan (produksi) ikan layang oleh unit penangkapan pukat cincin yang didaratkan di

Bedasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Profil Asam Lemak Ikan Layang (Decapterus macrosoma) segar yaitu asam miristat, asam palmitat, asam

Untuk memperoleh dugaan tingkat pemanfaatan (E) dari 2 spesies ikan layang (Decapterus russelli dan Decapterus macrosoma), telah dilakukan analisis terhadap 12 set data

Bedasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Profil Asam Lemak Ikan Layang (Decapterus macrosoma) segar yaitu asam miristat, asam palmitat, asam

Perahu atau kapal yang berbasis di Barru, Sulawesi Selatan memiliki daerah penangkapan ikan demersal khususnya jenis ikan karang ekonomis penting dengan rawai dasar, pancing ulur, dan