• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL ASAM LEMAK IKAN LAYANG SEGAR (Decapterus macrosoma)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL ASAM LEMAK IKAN LAYANG SEGAR (Decapterus macrosoma)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

©2017-BI Ambon. All right reserved

42

PROFIL ASAM LEMAK

IKAN LAYANG SEGAR (Decapterus macrosoma)

FATTY ACID PROFILE OF FRESH SHORTFIN SCAD FISH (Decapterus macrosoma)

Komers R. W. Manduapessy

Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon, Jl. Kebun Cengkeh Ambon - 97128

Email : bukom_swan@yahoo.com

Received : 22/06/2017; revised : 08/08/2017; accepted : 09/08/2017; Published online : 11/08/2017

ABSTRAK

Sumber daya perikanan di Indonesia khususnya di Maluku dari jenis ikan pelagis kecil memegang peranan penting dalam konsumsi harian masyarakat. Ikan pelagis kecil meliputi ikan-ikan yang hidup di permukaan laut seperti ikan tongkol (Auxis thazard), ikan layang (Decapterus macrosoma), ikan selar (Selaroides sp) dan lain-lain. Lemak disusun oleh asam-asam lemak yang terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Kemampuan tubuh untuk mensintesis asam lemak tak jenuh yang mempunyai dua atau lebih ikatan rangkap sangat terbatas, sehingga asam lemak tersebut harus didapatkan dari makanan. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui jenis asam lemak yang terdapat pada ikan layang segar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstraksi lemak, kemudian proses transesterifikasi dan pengamatan dengan GCMS. Hasil penelitian menunjukan ditemukannya Asam Lemak Ikan Layang (Decapterus macrosoma) segar yaitu asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam nonadekanoat, asam arakidat, asam lignoserat, asam heptadekanoat, yang tergolong asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak yang tidak jenuh yaitu asam palmitoleat, asam arakidonat, asam eikosenoat dan asam Oleat.

Kata kunci : Ikan layang segar, asam lemak, omega-3.

ABSTRACT

Fisheries resources in Indonesia, especially in Maluku including small pelagic fish species hold an important role in the daily consumption of the society. Small pelagic fish include fishes that are exist in the sea level such as cob fish (Auxis thazard), shortfin scad fish (Decapterus macrosoma), selar fish (Selaroides sp) and others. Chemically, fat is the esters of fatty acids and glycerol. Fats composed by fatty acids consisting of saturated fatty acids and unsaturated fatty acids. The body's ability to synthesize unsaturated fatty acids with two or double bondis very limited, so these fatty acids must be obtained from food. The purposes of this research are to know the type of fatty acids found in fresh Shortfin scad fish; to know the content of fatty acids found in shorfin scad fish. The results showed Fatty Acid Profiles of Fresh Shortfin Scad Fish (Decapterus macrosoma) namely of myristic acid, palmitic acid, stearic acid, nonadecanoic acid, arachidic acid, lignoceric acid, heptadecanoic acid which are classified as saturated fatty acids, where as unsaturated fatty acids include palmitoleic acid, arachidonicacid, eicosanoic acidand oleic acid.

Key words : Fresh shortfin scad fish, fatty acid, omega-3.

PENDAHULUAN

Sumber daya perikanan di Indonesia khususnya di Maluku dari jenis ikan pelagis kecil memegang peranan penting dalam konsumsi harian masyarakat. Ikan pelagis kecil meliputi ikan-ikan yang hidup di permukaan laut seperti ikan tongkol (Auxis thazard), ikan layang (Decapterus macrosoma), ikan selar (Selaroides

sp) dan lain-lain (Suyedi 2000). Bardasarkan

kandungan lemaknya, ikan terbagi menjadi 3 golongan yaitu : ikan dengan kandungan lemak rendah (kurang dari 2%) terdapat pada ikan bawal dan ikan gabus; ikan dengan kandungan

lemak sedang (2-3%) terdapat pada ikan mas dan ikan lemuru; ikan dengan kandungan lemak tinggi (4-5%) terdapat pada ikan hering, mackerel, salmon, tuna, sepat, tawes dan nila (Winarno 2002). Tingkat konsumsi ikan di Indonesia rata-rata perkapita beberapa tahun lalu 23/kg/tahun. Sedangkan Jepang mencapai 110 kg/orang/tahun (Dahuri 2014).

Ikan mengandung komponen-komponen seperti : air, protein, lemak, vitamin, dan mineral lainnya. Sehingga ikan mempunyai arti penting dalam pemenuhan kebutuhan akan protein hewani, sumber vitamin dan mineral. Selain itu lemak ikan juga dikenal sebagai sumber-sumber

(2)

43

asam lemak tidak jenuh jamak/ganda Ω6 yang sangat berguna bagi tubuh dan kesehatan. Ikan mengandung asam lemak yang kaya akan manfaat, karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated

fatty acid/PUFA) di dalamnya akan membantu

proses tumbuh kembang otak (kecerdasan), serta perkembangan indra penglihatan dan sistem kekebalan tubuh bayi dan balita (Gunawan dkk. 2014).

Dari hasil penelitian,asam lemak tak jenuh, salah satunya adalah omega-3 diisolasi dari berbagai jenis ikan yang harganya relatif mahal seperti jenis ikan salmon, tuna, sardine, hering, mackerel, dan kerang-kerangan. Sumber omega-3 tidak hanya terkandung pada ikan-ikan yang relatif mahal, jenis ikan dengan harga ekonomispun mengandung cukup banyak kandungan omega-3 diantaranya adalah ikan lemuru, ikan kembung, ikan layang, ikan bandeng, ikan, ikan kakap, dan ikan tongkol. Kandungan lemak dalam daging ikan berkisar kurang dari 1 sampai 22 % dari konstituen utama pada spesies yang berbeda dan variasinya lebih luas dari pada protein dan air. Fluktuasi terbesar adalah karena lokasi, musim, makanan, penyebaran dan tingkat kedewasaan (Gunawan dkk. 2014).

Lemak secara kimiawi merupakan ester dari asam-asam lemak dan gliserol. Lemak disusun oleh asam-asam lemak yang terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Kemampuan tubuh untuk mensintesis asam lemak tak jenuh yang mempunyai dua atau lebih ikatan rangkap sangat terbatas, sehingga asam lemak tersebut harus didapatkan dari makanan (Almatsier 2002). Salah satu kandungan asam lemah tak jenuh adalah omega-3 yang memiliki kandungan yang sama dengan seperti yang terkandung pada ASI yang dimaksimalkan dengan sumber lain yaitu ikan, daging, rumput laut dan telur (Gunawan dan Suhendra 2013). Asam-asam lemak alami yang termasuk asam lemak omega-3 adalah asam linolenat (C18:3 w-3), asam eikosapentaenoat (EPA, C20:5 w-w-3), asam dokosaheksaetanoat (DHA, C22:6 w-3) (Marinetti 1990), adapun yang lebih dominan dalam minyak ikan adalah DHA (asam

dokosaheksaetanoat) dan EPA (asam

eikosapentaenoat). Mengingat besarnya peranan gizi bagi kesehatan, ikan merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk menjadi solusi bagi permasalah gizi buruk untuk balita Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis asam lemak yang terdapat pada ikan layang segar dan kandungan asam-asam lemak yang terdapat pada ikan layang segar.

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Layang (Decapterus macrosoma) segar serta bahan-bahan kimia untuk proses analisis, yaitu kloroform, methanol, BF3 metanol, n-heksana, Na2SO4 dan aquades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, timbangan analitik, kompor, kuali, wadah penirisan, pengeringan mekanis, baskom plastik, blender, kertas saring, corong pisah, evaporator vakum, erlenmeyer, gelas ukur, pipet, tabung reaksi dan seperangkat alat GC-MS.

Persiapan sampel

Ikan Layang disiangi (buang isi perut dan insang) kemudian ikan dicuci kembali dan siap digunakan.

Ekstraksi Lemak

Daging ikan segar yang sudah dicincang bebas tulang masing-masing ditimbang sebanyak 20 gram dan dimasukkan kedalam waring blender, tambahkan 20 ml kloroform dan 40 ml methanol (untuk masing-masing sampel). Kemudian dihomogenisasi dengan cara diblender selama 2 menit, kedalam homogenate ditambahkan 20 ml kloroform dan diblender lagi selama 30 detik. Penambahan aquades disesuaikan dengan kadar air sample. Apabila kadar air 80 % maka penambahan aquades cukup 20 ml. Tetapi apabila kadar air kurang dari 80% maka aquades yang ditambahkan sebanyak 40 ml. Setelah penambahan aquades diblender lagi selama 30 detik. Selanjutnya homogenat disaring dengan kertas saring dalam corong dan fitratnya ditampung dalam erlenmeyer 500 ml. Fitrat lalu dimasukan ke dalam gelas ukur volume 1000 ml, biarkan beberapa saat sampau terjadi pemisahan dan penjernihan yang akan membentuk dua lapisan. Lapisan atas terdiri dari methanol-air sedangkan lapisan bawah terdiri dari larutan minyak dalam kloroform. Kemudian lapisan atas diambil dengan cara aspirasi menggunakan pipet, sampai yang tertinggal benar-benar lapisan minyak dalam kloroform. Kloroform kemudian diuapkan dengan menggunakan evaporator vakum.

Transesterifikasi

Metode transesterifikasi menggunakan katalis asam yaitu boron triflourida (BF3). Sebanyak 0,33 gr minyak ditambahan ke dalam gelas piala yang berisi 10 ml BF3 methanol, kemudian diaduk dan direfluks pada suhu 40°C selama 1 jam di atas hot plate. Hasil refluks didinginkan, setelah itu dimasukan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 25 ml aquades,

(3)

44

selanjutnya di ekstraksi dengan penambahan 20 ml n-heksan. Setelah terbentuk 2 lapisan yang mana lapisan bawah yang mengandung gliserol dipisahkan dan lapisan atas yang mengandung metil ester diekstraksi lagi dengan 10 ml n-heksana, kemudian ditambahkan aquades hingga pH-nya netral. Setelah itu ditambahkan 10 gram Na2SO4 anhidrit untuk menghilangkan air yang kemungkinan masih tersisa di dalam larutan. Selanjutnya dilakukan pemisahan dan fitrat yang diperoleh diuapkan dengan evaporator buchi. Campuran metil ester yang diperoleh dianalisa dengan alat GC-MS untuk diketahui profil asam lemak.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat komposisi asam lemak ikan layang dengan menggunakan Kromatografi Gas – Spektrofotometer Massa (GC –MS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis GC-MS pada Transesterikasi Asam Lemak

Asam lemak yang didapatkan dari proses ekstraksi ditransesterifikasi dengan

menggunakan katalis asam boron triflourida (BF3). Tujuan dilakukannya proses esterifikasi ini

yaitu untuk mempermudah analisis

menggunakan alat GC-MS, karena kromatogram asam lemak bebas sukar dideteksi, yang disebabkan asam lemak rantai panjang dan tahap intraksi dengan kolom kapiler. Oleh karena itu senyawa seperti asam lemak yang tidak stabil secara termal dan tidak mudah menguap dapat diidentifikasi menggunakan GC-MS dengan cara mengubah asam lemak menjadi turunan-turunannya yang lebih mudah menguap dan stabil, salah satunya yaitu dengan merubah menjadi metil ester (Khopkar 2007).

Transesterifikasi merupakan proses pengubahan trigliserida menjadi metil ester dan gliserol. Reaksi ini biasanya juga disebut dengan reaksi alkoholisis kerena melibatkan alkohol selama reaksinya. Ada 2 jenis reaksi transesterifikasi yaitu transesterifikasi enzimatis menggunakan katalis enzim dan transesterifikasi kimiawi yang menggunakan katalis logam dalam suasana basa. Reaksi yang terjadi selama proses transesterifikasi berlangsung adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi transesterifikasi

Hasil analisis komposisi asam lemak ikan layang segar dengan GC-MS dapat dilihat pada Gambar 2

.

Berdasarkan perbandingan waktu retensi sampel transesterifikasi dengan

kromatogram standar dapat disimpulkan jenis asam lemak yang terdapat pada minyak ikan layang

(4)

45

Pada kromatogram ikan layang segar (Gambar 2) ditemukan 29 puncak. Dari puncak-puncak tersebut yang terdeteksi ada 11 puncak-puncak yang berhasil diidentifikasi melalui pendekatan pustaka terhadap spektrum massa masing-masing puncak. Kesebelas puncak yang terdeteksi tersebut masing-masing adalah metil ester asam miristat (C15H30O2) dengan berat molekul 242, metil ester asam palmitoleat (C17H32O2) dengan berat molekul 268, metil ester asam palmitat (C17H34O2) dengan berat molekul 270, metil ester asam heptadekanoat (C18H36O2) dengan berat molekul 284, metil ester asam oleat (C19H36O2) dengan berat molekul 296, metil ester asam stearat (C19H38O2) dengan berat molekul 298, metil ester asam nonadekanoat (C20H40O2) dengan berat molekul 312, metil ester asam arakidonat (C21H34O2) dengan berat molekul 318, metil ester asam eikosenoat (C21H40O2) dengan berat molekul 324, metil ester asam arakidat (C21H42O2) dengan berat molekul

326, dan metil ester asam lignoserat (C25H50O2) dengan berat molekul 382.

Profil Asam Lemak Ikan Layang

Berdasarkan perbandingan waktu retensi sampel esterifikasi dengan kromatogram standar dapat disimpulkan jenis asam lemak yang terdapat pada minyak ikan layang (Tabel 1). Pada tabel 1, dapat dilihat kesebelas asam lemak yang teridentifikasi dari lemak ikan layang segar masing-masing terdiri dari tujuh asam lemak jenuh yakni asam miristat 3,07% ; asam palmitat 19,28% ; asam heptadekanoat 1,80% ;asam stearat 12,12% ; asam nonadekanoat 0,45% ; asam arakidat 0,60% dan asam lignoserat 0,71%. Sedangkan empat asam lemak tidak jenuh yang teridentifikasi masing-masing adalah asam palmitoleat 4,29% ; asam oleat 13,00% ; asam arakidonat 2,39% dan asam eikosenoat 1,69%.

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Ikan Layang Segar

No Asam Lemak Simbol

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenuh : Miristat Palmitat Heptadekanoat Stearat Nonadekanoat Arakidat Lignoserat Tidak Jenuh Palmitoleat Oleat Arakidonat Eikosenoat 14 : 0 16 : 0 17 : 0 18 : 0 19 : 0 20 : 0 24 : 0 16 : 1 , n-7 18 : 1 , n-9 20 : 4 , n-6 20 : 1 , n-11 Berdasarkan tabel tersebut minyak ikan

esterifikasi asam lemak etil ester memiliki kandungan asam lemak tak jenuh hanya sama pada C20 yaitu asam arakidonat dan eikosenat sedangkan EPA dan DHA tidak teridentifikasi. Penelitian lain menyebutkan kandungan EPA pada ikan layur adalah sebesar 2,14% (Pratama dkk. 2011) dan ikan lemuru dengan total asam lemak esensialnya sebesar 5,27% (Wildan 2000). Menurut Ackman (1982) kandungan asam lemak omega-3 pada ikan bukan merupakan hasil sintesis murni tubuh ikan, melainkan hasil pembentukan dari rantai makan yang meliputi phytoplankton, zooplankton, algae, copepod dan kerang-kerangan. Perbedaan kandungan asam lemak esensial ikan layang dan ikan lainnya diduga disebabkan oleh sumber makanan yang dikonsumsinya. Menurut Estiasih (2009), faktor yang mempengaruhi kadar asam lemak esensial dalam ikan selain jenis dan makanan ikan adalah perkembangan dan pertumbuhan, musim, salinitas dan suhu air. Perbedaan spesies ikan, musim, salinitas dan suhu air juga

dapat menyebabkan perbedaan komposisi asam lemak esensial yang terdapat dalam ikan tersebut (Monsen 1985).

KESIMPULAN

Bedasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Profil Asam Lemak Ikan Layang (Decapterus macrosoma) segar yaitu asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam nonadekanoat, asam arakidat, asam lignoserat, asam heptadekanoat, yang tergolong asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak tidak jenuh yaitu asam palmitoleat, asam arakidonat, asam eikosenoat dan asam Oleat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Syarifuddin Idrus M.Si atas proofreading, saran dan bimbingannya selama pembuatan karya tulis ini.

(5)

46

DAFTAR PUSTAKA

Ackman, R.G. 1982. Fatty acid composition of

fish oil. Dalam nutritional evaluation of long chain fatty acid in fish oil. Barlow S.M.

and M.E. Stansdy. Acid. London: Press Ltd.

Almatsier. S. 2002. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Dahuri, R. 2014. Gerakan makan ikan, budaya

bahari, dan kualitas hidup bangsa.[diakses : Kompas, 14 Juni 2014].

Estiasih, T. 2009. Minyak ikan teknologi dan penerapannya untuk pangan dan kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Gunawan, E.R., Handayani, S.S., Kurniawati L.,

Murniati, Suhendra, D., dan Nurhidayanti. 2014. Profil kandungan asam lemak tak jenuh pada ekstrak minyak Ikan Lele (Clarias Sp) hasil reaksi esterifikasi dan transesterifikasi secara enzimatis. Chem.

Prog. 7(2) : 88-95.

Gunawan & Suhendra. 2012. Screening dan analisis kadar omega-3 dari rumput laut pulau Lombok. Jurnal Molekul 11 ( 2) : 95-104.

Khopkar, M.S. 2007. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta : UI Press.

Marinetti, G.V. 1990. Disorders of lipid

metabolism. Plenum Press, New York and

London Netherlands: Wageningen University.

Monsen, E.R. 1985. In: NIH launching major

Research Program on Fish Oil and Health. Food Chemistry News 34-39, 6-8.

Pratama, R.I., Awaluddin, M.Y. & Ishamaya, S. 2011. Analisis komposisi asam lemak yang terkandung dalam Ikan Tongkol, Layur dan Tenggiri dari pameumpeuk Garut. Akuatika 2 (11) : 1-10.

Suyedi, 2000. Sumber Daya Ikan Pelagis, Makalah Falsafah Sains (PPS-702). Program Pascasarjana IPB.

Wildan, F. 2000. Perbandingan kandungan Omega-3 dan omega-6 dalam minyak ikan lemuru dengan teknik kromatografi, Temu Teknisi Fungsional, Balai Penelitian Ternak, Bogor Indonesia.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Gambar

Gambar 2. Kromatogram metil ester asam lemak ikan layang segar
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Ikan Layang Segar

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa asam palmitat merupakan asam lemak jenuh (SFA) dengan kadar tertinggi, baik pada daging belut segar maupun belut rebus.. Hal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis asam lemak miristat, asam lemak palmitat asam lemak stearat dan asam lemak oleat dan lama proses esterifikasi

Kandungan asam lemak ada sotong terdiri dari asam lemak jenuh meliputi asam miristat, asam stearat, asam arakidat, asam margarat dan asam palmitat dengan komposisi

PERTUMBUHAN DAN LAJU MORTALITAS IKAN LAYANG ( Decapterus russelli) YANG DIDARATKAN.. DI PPP

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan konsentrasi belimbing (1%, 2%, 3%) terhadap karakteristik mutu organoleptik dan pH dari ikan layang (Decapterus sp) segar

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar proksimat (air, protein, lemak, abu, karbohidrat), profil asam lemak, kolesterol, dan struktur jaringan skin on fillet ikan

Hasil analisis profil asam lemak menunjukkan kombinasi perlakuan penambahan minyak hati ikan hiu dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega 3 dan omega 6 pada minyak ikan

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat enam jenis ikan pelagis kecil dan hasil CPUE yang berada di Perairan Utara Aceh, yaitu ikan layang delesDecapterus macrosoma, ikan layang