• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM POSING PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI DI MA AL-FAIZIN GUYANGAN BANGSRI JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM POSING PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI DI MA AL-FAIZIN GUYANGAN BANGSRI JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

38

A. Gambaran Umum MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

1. Latar Belakang Berdirinya MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara merupakan lanjutan dari lembaga pendidikan yang didirikan oleh para tokoh agama di desa Guyangan. Lembaga pendidikan yang pertama yaitu bersifat non formal, berupa pengajian-pengajian agama di musholla. Kemudian seiring berjalannya waktu para tokoh agama tersebut berinisiatif untuk mendirikan lembaga pendidikan formal yaitu MI Ta’limul Athfal. Kemudian berlanjut dengan berdirinya MTs Al-Faizin pada tahun 1985 dan MA Al-Faizin pada tahun 2002.1

Beberapa hal yang melatarbelakangi berdirinya MA Al-Faizin Guyangan Bangsri jepara diantaranya pada waktu itu masih sangat jarang sekali penduduk desa Guyangan dan desa sekitarnya yaitu desa Plajan, desa Kepuk dan desa Kawak yang dapat mengenyam pendidikan lanjutan atas (SMA/MA). Kemudian faktor jauhnya lembaga pendidikan yang sederajat yaitu pada waktu hanya ada di Bangsri juga melatarbelakangi berdirinya MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara.

Pada awalnya MA Al-Faizin hanya menumpang di MTs Al-Faizin, karena belum mempunyai gedung sendiri. Namun dengan kegigian para tokohnya pada waktu itu serta gotong royong dari masyarakat, maka terwujudlah gedung MA Al-Faizin yang terpisah dengan MTs Al-Faizin.2

Tujuan didirikannya MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sebagai berikut:

1

Dokumentasi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Data dikutip pada tanggal 10 Juli2016. Dapat dilihat pada lampiran 2.1.

2

(2)

a. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan pendidikan Islam di desa Guyangan dan sekitarnya.

b. Untuk menghimpun para anak-anak usai MA yang tidak mampu melanjutkan ke sekolah yang lain.

c. Untuk mewujudkan dan mencetak kader-kader muslim yang siap meneruskan perjuangan para ulama’.

d. Untuk menyiapkan generasi muda yang siap berkompetisi di era global.3

Atas dasar inilah para tokoh masyrakat bersama para ulama’ mendidrikan MA Al-Faizin dengan tokoh-tokoh antara lain KH. Abdul Hamid, KH. Mudzakir, H. Syahid, H. Khusnan, Drs. Hariyono, Sholihul Hadi, S.Pd, H. Ahmad Hilaludin, SH, Syahadi dan Matkan.

2. Visi, Misi dan Tujuan MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik, maka dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga yang ada. Adapun visi, misi dan tujuan MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah sebagai berikut:

a. Visi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Visi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah sebagai berikut: “Lembaga Pendidikan Islam yang menciptakan suasana religius, unggul dalam prestasi, berpengetahuan IPTEK, Berakhlaqul Karimah dan berpegang teguh pada ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah”.4

Melihat dari Visi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara bahwa di dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran fiqih ini memang sangat diprioritaskan di dalam madrasah, disamping madrsah yang sangat agamis juga tidak meninggalkan pembelajaran yang sifatnya umum, agar dapat

3

Dokumentasi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Data dikutip pada tanggal 10 Juli2016. Dapat dilihat pada lampiran 2.1.

4

(3)

menjadikan peserta didik sangat siap dalam menjalani kehidupan di masyarakat dan mampu bersaing.

b. Misi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Misi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah:5

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, yang berdasarkan pada Ahlussunnah Wal Jama’ah.

2) Meningkatkan profesionalisme dan keteladanan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.

3) Mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan serta memanfaatkan nara sumber yang ada dengan sebaik-baiknya. 4) Mengoptimalkan layanan pendidikan sehingga dapat

menghantarkan anak didik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta menghasilkan lulusan yang berkualitas.

5) Menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, sejuk dan kekeluargaan antar warga.

Melihat dari misi di atas bahwa dengan penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran fiqih, diharapkan para peserta didik dapat berpikir kritis dan sehingga dapat mengaktualisasikan dari di dalam masyarakat.

c. Tujuan

“Tujuan yang hendak dicapai Madrasah adalah : IMTAQ, Terampil, IPTEK, Kreatif, Berakhlaqul karimah, Jiwa Kepemimpinan, Berkepribadian, Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Produktif, Keikhlasan, Tangguh, Cerdas, Berjiwa Sosial, dan Berjiwa Aswaja.6

Melihat dari tujuan MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara bahwa penerapan strategi pembeljaran berbasis problem posing pada mata pelajaran fiqih, bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat banyak terjadi kesalahpahaman dalam bermuamalah, dengan dirumuskannya

5

Dokumentasi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Data dikutip pada tanggal 10 Juli2016. Dapat dilihat pada lampiran 2.2.

6

(4)

tujuan diharapkan siswa tidak membekali diri dan dapat menentukan pilihan dan hukum dengan dilandasi dengan agama yang baik.

d. Motto

“Unggul dalam Ilmu, Santun dalam Perilaku”

3. Letak Geografis MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Madrasah Aliyah Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara beralamat di Jl. Timur Perempatan Sukun Desa Guyangan Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Kode Pos : 59453 telp. 081225057063. Hal ini dibenarkan oleh wawancara bapak Abdul Syukur, S.T, S.Pd selaku kepala MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Beliau mengatakan bahwa:

“Madrasah Aliyah Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara ini merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang terletak di desa Guyangan Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Jawa Tengah dengan seluas tanah 1.860 m3 dan seluas bangunan 576 m3 dengan status tanah hak milik, status gedung milik sendiri. MA Al-Faizin ini berdiri pada tahun 2002 dengan nomor statistik Madrasah Aliyah 131233200031, dan akte notaris no.57.7

MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara secara geografis terletak didaerah pedesaan. Seiring dengan perjalanan waktu, dimana pembangunan mulai merambah sampai ke desa-desa, termasuk desa Guyangan mengalami pembangunan infrastruktur yang cepat. MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mempunyai posisi yang cukup strategis karena:

a. Terletak pada jalur Pakis Adji-Bangsri dengan kemudahan sarana transportasinya.

b. Terletak pada jalur Plajan-Mlonggo yang juga ada kemudahan sarana transportasi.

Selain itu, letak MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara yang terletak di tengah-tengah desa Guyanagn juga mempunyai kemudahan untuk akses bagi desa-desa sekitarnya yaitu desa Kawak di sebelah barat, desa Tengguli di sebelah utara, desa Kepuk dan Plajan di desa sebelah

7

(5)

timur, dan desa Suwawal serta desa Lebak di sebelah selatan. Dengan demikian posisi MA Al-Faizin Guyanga Bangsri Jepara termasuk strategis untuk perkembangannya.8

4. Keadaan Guru dan Karyawan MA Al-Faizin Guyangan Bangsri

Jepara

Sebuah proses pembelajaran dibutuhkan adanya seorang guru. Seorang guru bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengajar (transfer of knowledge) sekaligus sebagai pendidik (transfer of value). Menyadari pentingnya tenaga pendidik dalam keberhasilan proses belajar mengajar, maka MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara benar-benar meperhatikan mutu dan keahlian guru, hal ini dibuktikan dengan adanya tenaga pengajar yang mengajar MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara yang rata-rata adalah berpendidikan sarjana strata satu (S1) dan ada juga yang berpendidikan strata dua (S2). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan karir bagi pengajar serta berguna bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan peserta didik. Di bawah ini peneliti akan sajikan data tentang pendidik MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Jumlah pendidik dan karyawan MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sebanyak 37 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

5. Keadaan Siswa MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Siswa merupakan faktor yang amat penting di dalam proses belajar mengajar disuatu lembaga pendidikan, karena tanpa siswa kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan. Siswa sangatlah menentukan berjalannya suatu lembaga pendidikan dimana proses belajar mengajar berlangsung. Pada tahun pelajaran 2016/2017 memiliki siswa berjumlah 123 siswa.9 Adapun jumlah peserta didik dapat dilihat pada lampiran.

8

Dokumentasi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Data dikutip pada tanggal 10 Juli2016. Dapat dilihat pada lampiran 2.3.

9

(6)

6. Struktur Organisasi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Pengorganisasian adalah proses pembagian tugas dan wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui organisasi, tugas-tugas sebuah lembaga dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Arti lain, pengorganisasian adalah aktivitas yang terlibat dalam suatu struktur organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada pekerja serta membentuk hubungan yang berguna di antara pekerja dan tugas-tugas.

Adapun dalam penyusunan struktur organisasi, menggunakan ketentuan yang berlaku. Struktur organisasi ini dibuat agar lebih memudahkan sistem kerja sesuai dengan jabatan yang diterima masing-masing, sesuai dengan bidang yang telah ditentukan agar tidak terjadi penyalahgunaan hak dan kewajiban orang lain. Menyusun struktur organisasi di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara ini diadakan pembagian yang disesuiakan dengan kemampuan masing-masing anggota sehingga dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada masing-masing personil dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Adapun struktur organisasi MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara dapat dilihat pada lampiran.

7. Sarana dan Prasarana MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang penting dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar (PBM) menuju keberhasilan guna mencapai tujuan yang diharapkan. MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara telah memiliki bangunan lantai dua dan memiliki fasilitas serta sarana prasarana yang cukup memadai.

(7)

Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah sudah baik, hal ini dapat dilihat pada lampiran.

B. Deskrpsi Data dan Analisis Data

1. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di MA Al -Faizin

Guyangan Bangsri Jepara

Pembelajaran Fiqih diharapkan mampu mewujudkan ukhwah Islamiyah dalam arti luas, yaitu ukhuwah fi ubudiyah, ukhuwah fi

al-wathoniyah wa al-nasab, dan ukhuwah fid din al-Islam. Ini karena Fiqih bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam yang berhenti pada aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan psikomotorik sebagai ajaran-ajaran islam dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Fiqih selain mengajarkan ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum Islam juga bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Selain itu juga mata pelajaran fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara juga bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar.

(8)

pembelajaran yang berbasis masalah seperti pembelajaran problem solving, problem posing dan based learning.

Sebelum pembelajaran Fiqih MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, guru fiqih sebelumnya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), ini dikarenakan proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.10

Pembelajaran mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengacu kepada kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh bapak Abdul Syukur selaku kepala MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengatakan bahwa:

“Pembelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara menggunakan kurikulum 2013, karena di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengggunakan kurikulum 2013, jadi materi yang diajarkanpun menganut dan mengikuti prosedur yang sudah tertera dalam kurikulum 2013 yang di dalamnya mencakup materi pokok, alokasi waktu, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap materi”.11

Mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Selain itu juga mata pelajaran fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara juga bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar. Hal ini sebagaimana pernyataan bapak Abdul Syukur:

“Tujuan dari mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara

10

Hasil observasi di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016. Dapat dilihat pada lampiran 1.2.

11

(9)

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Selain itu juga mata pelajaran fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara juga bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar”.12

Alokasi waktu untuk pembelajaran mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah 4 jam dalam satu minggu untuk kelas XI yaitu hari sabtu untuk kelas XI B dan hari rabu untuk kelas XI A. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak Nur Harianto selaku waka kurikulum di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, beliau mengatakan: “Alokasi waktu pembelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara ini 4 jam dalam satu minggu di kelas XI, yaitu hari sabtu 2 jam untuk kelas XI B dan hari rabu untuk kelas XI A. Waktu yang cukup banyak, ini dikarenakan memang di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sangat memprioritaskan mata pelajaran yang berbasis agama, namun juga tidak meninggalkan untuk mata pelajaran yang bersifat umum”.13

Berdasarkan data di lapangan bahwa pembelajaran mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah pembelajaran Fiqih menurut kurikulum adalah 4 jam dalam satu minggu, 2 jam hari sabtu untuk kelas XI B dan 2 jam hari rabu untuk keals XI A waktu yang cukup banyak, ini dikarenakan di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sangat memprioritaskan mata pelajaran yang berbasis keagamaan. Namun juga tidak meninggalkan mata pelajaran yang bersifat umum.

Pembelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengacu kepada pada kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI, materi yang diajarkanpun juga mengikuti prosedur dan ketentuan yang ada dalam kurikulum 2013, selain itu juga harus memenuhi kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk setiap materi yang diajarkan. Berikut ini adalah

12

Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Syukur selaku kepala MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.00-09.35 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.1.

13

(10)

materi pelajaran, kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sesuai dengan kurikulum yang digunakan, artinya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuatnya (dapat dilihat pada lampiran).

Di dalam melaksanakan proses pembelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Guru Fiqih melakukan tiga tahap yang akan dicapai dalam melaksanakan pembelajaran. Tiga tahap tersebut yang pertama adalah tahap perencanaan, tahap kedua yaitu pelaksanaan dan tahap yang terakhir yaitu tahap penilaian. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak Abdul syukur selaku kepala MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, beliau mengatakan:

“Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru itu pasti ada tahap-tahapnya. Mulai dari perencanaan yaitu RPP, kemudian pelaksanaanya yaitu guru melaksanakan aktivitas pembelajaran, tahapan evaluasi dan selanjutnya yaitu tindakan lanjut yaitu: bagi peserta didik yang sudah menguasai kompetensi atau tugas pengayaan. Bagi sisi yang belum tuntas kompetensi diberikan tugas rumah (PR) yang berkaitan dengan materi yang bersangkutan”.14

Senada dengan apa yang dikatakan oleh bapak Ahmad Zainal Abidin, selaku guru mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, beliau mengatakan: “Pelaksanaan pembelajaran Fiqih disini sesuai dengan jadwal yang ada dan mengacau pada kurikulum yang sudah berjalan saat ini. Yaitu melaui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Serta saya menggunakan RPP yang telah saya susun sebagai acuan dalam menjalankan proses pembelajaran”.15

a. Perencanaan

Tahap ini yang dilakukan guru mata pelajaran Fiqih adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran besreta langkah-langkah

14

Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Syukur selaku kepala MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.00-09.35 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.1.

15

(11)

pembelajarannya, menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan belajar mengajar, mempersiapkan materi ajar yang akan di sampaikan dalam kegiatan belajar, serta memilih media yang cocok atau mendukung yang diperlukan dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Hal ini sesuai pernyataan bapak Ahmad Zainal Abidin: “Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dalam materi fiqih terlebih dahulu saya membuat RPP yang mana isinya akan menjelaskan beberapa langkah-langkah dalam pembelajaran di mana di dalamnya terdapat strategi pembelajaran”.16

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran ini guru Fiqih MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengacu dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang mereka buat sebagai acuannya. Selain itu, tahap ini juga guru Fiqih melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi, metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media. Hal ini sesuai pernyataaan bapak Nur Harianto selaku waka kurikulum di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, beliau mengatakan:

“Proses pelaksanaanya yaitu sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh sekolah, dan gurunya melaksanakan pembelajarannya sesuai rencana pembelajaran yang mereka buat yaitu yang sudah tertera dalam RPP guru. Dan juga dalam pelaksanaannya guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi, metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media”.17

Sebagai mana yang dikatakan oleh bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sebagai berikut: “Pelaksanaan pembelajaran fiqih disini sesuai

16

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.40-10.13 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.3.

17

(12)

dengan jadwal yang ada dan mengacau pada kurikulum yang sudah berjalan saat ini. Yaitu melaui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Serta saya menggunakan RPP yang telah saya susun sebagai acuan dalam menjalankan proses pembelajaran.”18

c. Penilaian/Evaluasi

Tahap pelaksanaan pembelajaran terakhir yang dilakukan oleh guru fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah peneliaian/evaluasi, dimana guru Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara sering menggunakan tes lisan yang mana bertujuan untuk mengingatkan peserta didik kembali terhadap materi yang sudah disampaikan, sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Ahmad Zainal Abidin mengatakan: “Cara mengetahui daya ingat peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarakan, saya sering dan kerap menggunakan tes lisan secara langsung pada peserta didik, dan juga mengingatkan peserta didik kembali terhadap materi yang sudah disampaikan”.19

Selain tes lisan guru Fiqih MA Al-Faizin guyangan Bangsri Jepara dalam tahap evalusi/penilaian juga menggunakan hasil evaluasinya dengan menggunkan tes essay, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Ahmad Zainal Abidin: “Selain menggunakan tes lisan, saya juga menggunakan tes essay dalam pembelajaran Fiqih, di mana tes essay merupakan tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,

18

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.40-10.13 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.3.

19

(13)

mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri”.20

Adapun bentuk evaluasi yang digunakan adalah: a. Tes Lisan

Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam bentuk lisan dan spontan. Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Strategi tes lisan ini yaitu peserta didik diminta untuk mengajukan petanyaan maupun menjawab tentang materi yang telah diajarkan ole guru. Pelaksanaan tes awal ini adalah dilakukan di awal dan ditengah penyampaian materi yang disampaikan.

b. Tes Essay

Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Strategi yang dilakukan guru Fiqih dalam tes essay ini yaitu mengharuskan peserta didik untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan mengharuskan peserta didik untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari.

Menurut analisis peneliti, berdasarkan data di atas, proses pembelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara dilaksanakan dengan mengacu kepada teori pengolahan pembelajaran. Karena pada dasarnya pembelajaran yang baik harus melalui beberapa tahap dan proses, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Sebelum pelaksanan pembelajaran pendidik terlebih dahulu menyusun perencanaan pembelajaran secara baik yang bertujuan supaya dalam

20

(14)

belajar itu dapat terarah dan memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran.

Penyusunan perencanaan pembelajaran, guru merumuskan tujuan, memilih prioritas materi yang akan diajarkan, memilih dan menggunakan metode, memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada, memmilih dan menggunakan media pembelajara. Langkah selanjutnya setelah perencanaan adalah pelaksanaan pembelajaran, yaitu guru memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat, menyajikan urutan pembelajaran secara tepat. Dan langkah terakhir adalah mengevaluasi, yaitu guru memilih dan menyusun jenis evaluasi, melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses, mengadministrasikan hasil evaluasi.21

2. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Problem Posing pada

Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri

Jepara

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengenai strategi pembelajaran berbasis

problem posing yang diterapkan dalam pembelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin, hal ini wawancara dengan bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara berpendapat sebagai berikut: “Problem posing yaitu pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membentuk/mengajukan soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan. Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan setelah dipahami maka peserta didik akan bisa mengajukan pertanyaan”.22

Senada halnya dengan Muhammad Miftahul Umam siswa Kelas XI A MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengatakan: “Pembelajaran

problem posing adalah pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri dalam berkelompok dan soal tersebut dijawab

21

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 19. 22

(15)

sendiri dalam kelompok, setelah itu dipresentasikan di depan kelas dengan kelompok yang lainnya”.23

Strategi pembelajaran memegang peran penting dalam mentransfer ilmu pengetahun dan transfer nilai yang terkandung di dalamnya. Betapun aktualnya dan menariknya materi yang dipelajari tanpa strategi pembelajaran yang tepat akan menjadi tidak menarik dan tidak efektif dalam proses pembelajaran. Adakalanya seorang guru itu hebat dan mampu dari segi keilmuannya tetapi tidak menarik dihadapan para peserta didiknya karena dalam penggunaan strategi pembelajaran yang dipakai tidak bisa diterima oleh peserta didik atau strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat dengan kondisi, situasi dan karakteristik peserta didik.

Pelaksanaan strategi pembelajaran berbasis problem posing di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, diantaranya:

a. Pembukaan, yaitu:

1) Guru mengucapkan salam dan memulai pembelajaran diawali dengan membaca basmalah bersama-sama.

2) Guru memberikan apersepsi/materi yang ada hubungannya dengan materi yang dijarkan serta memberikan motivasi kepada peserta didik.

3) Guru menyampaikan kompetensi dari materi yang akan diajarakan. 4) Guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari materi yang akan

diajarkan.

5) Guru mengajak peserta didik untuk mengkondisikan ruang kelas sebelum pemebelajaran akan dimulai.24

Seperti yang dikatakan oleh bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan bangsri Jepara dalam melaksanakan strategi pembelajaran berbasis problem posing terdapat langkah-langkah sebagai berikut:

“Pertama-tama Guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberi soal-soal latihan secukupnya. Siswa mengerjakan soal latihan di kelas kemudian membahas hasilnya

23

Hasil wawancara dengan Muhammad Miftahul Umam salah satu siswa kelas XI MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 08.10-08.25 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.4.

24

(16)

sama supaya siswa tahu cara mengerjakan soal yang benar. Siswa diberi tugas mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Guru menyuruh siswa secara acak atau selektif untuk menyelesaikan soal buatannya sendiri di depan kelas dan diskusikan dengan kelompok yang lainnya”.25

Senada dengan apa yang dikatakan oleh Nur Lailis Syafa’ah peserta didik kelas XI B mengenai langkah-langkah strategi pembelajaran problem posing yang diterapkan oleh bapak Ahmad Zainal Abidin dalam pembelajaran Fiqih di kelas. Berikut penjelasannya:

“Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Guru membentuk kelompok belajar. Dalam kelompok tersebut siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Kemudian soal yang dibuat dijawab sendiri dan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang lainnya untuk menemukan jawaban yang benar”26

Disini guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing dalam berlangsungnya pembelajaran, serta memberikan arahan dan penguatan untuk siswa.

b. Kegiatan Inti

Inti dari rangkaian kegiatan KBM yaitu pelaksanaan strategi pembelajaran berbasis problem posing saat dilaksanakan di kelas XI pada mata pelajaran Fiqih dengan materi “Jinayat” adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan sekilas tentang materi “Jinayat”

2) Memperkenalkan siswa terhadap masalah yaitu: dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa terlibat aktivitas pemecahan masalah. Misalnya memberikan suatu

25

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.40-10.13 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.3.

26

(17)

pertanyaan kepada siswa. Di sinilah siswa disuruh untuk mampu memberikan ide-ide atau gagasan mereka terhadap suatu masalah. 3) Mengorganisasikan siswa untuk belajar, yaitu siswa disuruh

mendefinisikan tentang materi “jinayat” dan mengorganisasikan tugas beljar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Disinilah muncul para peserta didik untuk berpikir kritis dan mendalam mengenai tugas mereka, misalnya guru memberikan studi kasus dalam fiqih tentang masalah pembunuhan, tawuran antar pelajar yang menyebabkan siswa meninggal, dll.

4) Guru memberikan bimbingan saat diskusi berlangsung, yaitu memberikan kemudahan pengerjaan siswa dalam menyelesaikan masalah, kerja sama dengan teman kelompoknya, serta melatih siswa untuk dialog dan diskusi dengan teman.

Gambar 4.1

Kegiatan Saat Guru Memberikan Bimbingan Saat Diskusi Berlangsung.

(18)

dapat berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang sedang dibahas.

Gambar 4.2

Kegiatan Satu Orang Perwakilan dari Kelompok Mempresentasikan Hasil Diskusiannya di Depan Kelas.

Setelah kelompok lain mempresentasikan hasil diskusiannya, diharapkan dari kelompok lainnya juga untuk berpartisispasi dalam berdiskusi. Sehingga dalam diskusi tersebut dapat memunculkan cara berargumen peserta didik dari kelompok lainnya melalui kemampuan berpikir kritisnya.

Gambar 4.3

(19)

6) Guru menyuruh setiap kelompok untuk menyimpulkan hasil pembahasan bersama-sama secara bergantian.

7) Diakhir pembelajaran, guru menganalisis dan mengevaluasi hasil diskusi, dan guru membantu membenarkan gagasan atau argumen peserta didik yang salah dalam menjelaskan materi atau penyelesaian masalah.27

Gambar 4.4

Kegiatan Saat Guru Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Diskusi.

Adanya kegiatan evaluasi ini agar peserta didik tidak salah paham dalam mengambil hasil diskusi yang mereka sudah lakukan, dan dengan adanya evaluasi ini guru dan peserta didik bisa mengukur tingkat keberhasilan dan ketidak berhasilan kegiatan diskusi yang mereka lakukan saat itu untuk bahan pertimbangan kegiatan diskusi selanjutnya.

27

(20)

c. Penutup

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan oleh guru Fiqih adalah:

1) Guru mengadakan tanya jawab

2) Guru merangkum materi yang baru saja disampaikan

3) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar selalu giat dalam belajarnya dan ditingkatkan ilmu pengetahuannya melalui membaca buku-buku,mengikuti pelatihan yang ada diluar jam sekolah.

4) Guru menutup pelajaran dengan membaca bacaan hamdalah dan

salam.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat dianalisis bahwa pelaksanaan proses pembelajaran di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara yang digunakan oleh pendidik pada materi Fiqih di kelas sudah tertata rapi dalam pembelajaran. Tentunya hasil yang diperoleh dari usaha pendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada pembelajaran mata pelajaran Fiqih sudah berjalan lancar dan baik serta menunjukkan hasil yang maksimal. Hasilnya adalah peserta didik lebih aktif dan mampu meningkatkan kemapuan berpikir kritisnya untuk memecahkan suatu permasalahan. Selain itu juga peserta didik mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif dan aktif karena melatih peserta didik berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, mengembangkan kemampuannya dalam berbicara di depan umum dengan pemikiran secara kritis seperti berbicara secara tepat, jelas, benar, akurat, logis, serta meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Strategi

Pembelajaran Berbasis Problem Posing pada Mata Pelajaran Fiqih

Kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

a. Faktor Pendukung Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis

Problem Posing pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI di MA

(21)

Suatu kegiatan pembelajaran pasti tidak terlepas dari yang namanya faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung maupun penghambat dalam proses pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri.

Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang dapat mendorong atau mempengaruhi siswa dalam meningkatkan pembelajarannya untuk menjadi lebih baik. Dalam melaksanakan strategi pembelajaran berbasis problem posing dalam mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara tak lepas dari adanya faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran, dilihat dari faktor internal dan eksternalnya. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin guyangan bangsri Jepara, mengatakan bahwa faktor internalnya adalah:

“Siswa, antusiasme dan rasa ingin tahu yang tinggi dari para siswa merupakan faktor penunjang penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing . Suasana diskusi yang hidup dan siswa yang cukup antusias dan berpikir kritis. Ini terlihat manakala mereka mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Mereka terlihat semangat, kompak, dan ada persaingan yang sehat antar kelompok yang dibentuk oleh guru”.28

Siswa merupakan komponen pendidikan yang tidak bisa lepas dari sistem kependidikan. Sehingga siswa dianggap sebafai pusat segala pendidikan. Mengingat pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia, maka ada hal penting yang harus dipahami seorang guru. Peranan guru sangat penting karena guru bertugas memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih. Kegiatan belajar mengajar tentunya siswa adalah objek yang utama yang memerlukan motivasi dalam mengikuti

28

(22)

kegiatan pembelajaran. Karena karakteristik setiap siswa berbeda-berbeda seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar dan kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai. Walaupun karakteristik siswa itu nantinya akan dipengaruhi cara pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.

Sedangkan untuk faktor eksternalnya wawancara dengan bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah sebagai berikut:

“Guru, profesionalisme merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri jepara. Profesionalisme ini terwujud dalam persiapan pembelajaran, penggunaan model, pengolahan pembelajara, maupun evaluasi yang dilakukan oleh guru”.29

Tanpa adanya seorang guru kegiatan pembelajaran akan terganggu dan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Tujuan tersebut adalah untuk membentuk lingkungan siswa supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar siswa, yang pada akhirnya siswa memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Profesionalisme guru merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan penerapan strategi pembelajaran berbasis

problem posing pada mata pelajaran Fiqih Kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Profesionalisme ini terwujud dalam persiapan pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran, pengolahan pembelajaran, maupun evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Hal lain yang mendukung dari sisi guru adalah kreatifitas guru dalam mengembangkan materi dan memilih strategi pembelajaran yang berfariasi dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan

29

(23)

diajarkan. Hal ini diketahui penulis dari wawancara dengan bapak Nur Harianto selaku waka kurikulum di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, untuk masalah strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran fiqih yaitu banyak dan bervariasi. Namun kebanyakan guru fiqih disini banyak yang menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang berbasis masalah. Baik itu problem solving,

problem based learning maupun problem posing. Karena pembelajaran fiqih itu gurunya lebih tertarik dengan menerapkan strategi pembelajaran yang berbasis masalah.

Kemampuan dalam memilih strategi pembelajaran, menciptakan situasi dan kondisi kelas yang nyaman, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membentuk kegiatan belajar mengajar dengan sistem berdiskusi inilah merupakan bentuk profesioalisme guru di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara.

Selain guru ada faktor eksternal lainnya yang mendukung Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Problem Posing Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Hal ini wawancara dengan bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara adalah sebagai berikut:

“Iklim sosial, seluruh warga sekolah (guru, sekolah, pimpinan dan staff) saling membangun hubungan yang sangat harmonis, sehingga penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing dapat berlangsung dengan baik. Dan juga sarana dan prasarana, adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MA antara lain kelas nyaman, perpustakaan, lab, komputer yang dilengkapi dengan internet dan lain-lain semakin mendukung terlaksananya pembelajaran fiqih dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis problem posing.30

Wawancara dengan bapak Nur Harianto selaku waka kurikulum di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengenai faktor

30

(24)

pendukung penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI pada mata pelajaran fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Berikut penjelasannya: “Mengenai faktor yang mendukung itu ketika siswa sudah memiliki bahan yang akan didiskusikan dan diperdebatkan, ikut serta memahami, menyanggah pendapat teman-temannya itu akan terlihat diskusi jadi lebih menarik dan diskusi menjadi hidup.”31

Jadi menurut bapak Nur Harianto selaku waka kurikulum di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara Mengenai faktor yang mendukung itu ketika siswa sudah memiliki bahan yang akan didiskusikan dan diperdebatkan, ikut serta memahami, menyanggah pendapat teman-temannya itu akan terlihat diskusi jadi lebih menarik dan diskusi menjadi hidup.

b. Faktor Penghambat Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis

Problem Posing pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI di MA

Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara

Selain faktor-faktor pendukung penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran fiqihKelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara ada juga faktor-faktor lain yang dapat menghambat penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Problem Posing dalam mata pelajaran Fiqih, dilihat dari faktor internal dan eksternalnya juga. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara mengatakan bahwa faktor internalnya adalah: “Siswa, mereka berasal dari latar

31

(25)

belakang yang berbeda, baik kecerdasan, modalitas yang dimiliki, maupun latar belakang sosial dan ekonomi.”32

Sedangkan faktor eksternalnya adalah:

“1) Guru, terkadang guru kurang matang dalam mempersiapkan pembelajaran yang sebenarnya tidak sedikit dan memerlukan. Persiapkan pembelajaran untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bagus, guru harus mepersiapkan yang matang. 2) Sarana prasarana, perpustakaan sekolahan yang belum terlalu lengkap, sehingga membatasi siswa dalam memperoleh pengetahuan”.33

Guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam suatu proses pembelajaran. Mengenai proses pembelajaran seorang guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapi juga pengelola pembelajaran (manager of learning). Demikan efektifitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Sedangkan sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Kelangkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelanggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.34

Lain halnya dengan pernyataan bapak Nur Harianto selaku waka kurikulum di MA Al-Faizin Guyangan bangsri Jepara mengenai faktor penghambat penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran fiqihKelas XI di MA Al-Faizin Guyangan

32

Hasil Wawancara dengan Bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.40-10.13 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.3.

33

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.40-10.13 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.3.

34

(26)

Bangsri Jepara. Berikut penjelasannya: “Sedangkan mengenai faktor yang menghambat yaitu peserta didik kurang atau bahkan tidak menguasai materi yang dibahas dalam berdiskusi dan berdebat, kurangnya kesanggupan menurut peserta didik dalam menelaah kitab-kitab fiqih yang semuanya berbahasa arab”.35

Adanya beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran Fiqih Kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, penulis beranggapan bahwa pembelajaran berbasis problem posing

sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran fiqih. Hal ini dapat dilihat dari:

1) Terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa

2) Dapat membantu peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. Dan juga mampu membantu peserta didik memunculkan ide yang kreatif dalam mengajukan soal atau masalah agama. 3) Dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk lebih

menggunakan ketrampilan bertanya atau membahas suatu masalah. 4) Suasana kelas menjadi lebih hidup karena siswa aktif berpikir

kritis, melakukan petualangan belajar yang menyenangkan.

4. Hasil Belajar Yang Dicapai Peserta Didik Kelas XI Setelah

Mengikuti Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Problem

Posing Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI di MA Al-Faizin

Guyangan Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017.

Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan pendidik yang mengampu mata pelajaran Fiqih da beberapa peserta didik kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara setelah mengikuti pembelajaran Fiqih dengan

35

(27)

menggunakan strategi pembelajaran berbasis problem posing adalah sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif

Peserta didik menunjukkan adanya peningkatan berpikir kritis, seperti menjelaskan, menyimpulkan, menganalisis permasalahan dan mampu menjawab pertanyaan. Seperti menurut bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, berikut pernyataannya: “Terjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, kemampuan siswa dalam berpikir kritis menjadi lebih baik, siswa lebih mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan pemikiran lebih dalam dan siswa mampu meberikan dasar-dasar dari pemikirannya”.36

Hal itu juga dikemukakan oleh Shinta Kumala Dwi salah satu siswi kelas XI A di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, dia mengatakan: “Saya merasakan adanya peningkatan daya berpikir mandiri untuk dapat menjawab soal atau tugasyang diberikan pendidik, karena sistemnya peserta didik dituntut aktif, karena itu melatih peserta didik untuk berpikir kritis, melatih daya ingat juga”.37

Hal senada juga dikemukakan oleh Fitriana Hartatik siswi kelas XI A di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, dia mengatakan:

“Strategi pembelajaran ini mampu membuat saya untuk berpikir kritis, karena adanya dialog yang mendalam tentang materi yang disampaikan seperti saya dituntut untuk bisa memecahkan masalah yang diberikan oleh

36

Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Zainal Abidin selaku guru mapel Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 10 Juli 2016 jam 09.40-10.13 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.3.

37

(28)

pendidik. Dan peserta didik juga dapat berargumen dengan mengandalkan kemampuan berpikir dari diri sendiri”.38

Selain itu, Yusrul Hana salah satu siswi kelas XI B di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, juga berpendapat sebagai berikut: “Saya merasakan ada efek berpikir kritis karena sering dilatih utuk berpikir kritis di kelas”.39 Namun, ada beberapa perspektif peserta didik yang mengatakan bahwa strategi pembelajaran berbasis problem posing ini memiliki banyak tuntutan, yang menjadikan minat untuk mengikuti pelajaran menjadi berkurang. Dan terasa berat untuk diikuti. Seperti pernytaan yang dikemukakan oleh Ahmad Khoirul Anam salah satu siswa kelas XI A Di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, berikut pernyataannya: “Terkadang saya tidak begitu berminat. Karena terlalu banyak tuntutan, jadi sering tidak kuat mengikuti pembelajaran”.40

Menurut penulis, dari beberapa pendapat di atas, menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berbasis problem posing ini berhasil memberi dampak bagi peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir dan minat belajar yang baik. Sementara peserta didik yang kurang memiliki minat belajar atau mengalami kesulitan dalam belajar dan cenderung pasif tidak akan memberikan dampak yang begitu memuaskan. Hal itu, karena strategi pembelajaran berbasis problem posing ini mengutamakan adanya pembelajaran dialog kritis yang memusatkan peserta didik

38

Hasil wawancara dengan Fitriana Hartatik salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.25-08.32 am WIB am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.7.

39

Hasil wawancara dengan Yusrul Hana salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.32-08.40 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.8.

40

(29)

sebagai subjek yang berperan aktif sedangkan guru hanya sebgai fasilitator dalam pembelajaran ini.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki peserta didik, yang juga mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan aspek afektif siswa merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Aspek afektif tersebut dapat terlihat selama pembelajaran. Adapun hasil belajar yang dicapai peserta didik kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara seperti pendapat Shinta Kumala Dwi salah satu siswi kelas XI A di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, dia berpendapat seperti berikut:

“Saya merasa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan berargumen karena setiap pelajaran pendidik selalu bertanya kepada peserta didik secara acak. Selain itu saya juga lebih bisa untuk menghargai pendapat teman, karena jika teman kami ada yang tidak bisa menjawab kami pun tidak segan membantu, karena kasihan kalau melihat teman kami yang bingung atau salah dalam berpendapat.”41

Hal itu juga dikemukakan oleh Fitriana Hartatik salah satu siswi kelas XI A di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, berikut pernyataanya: “Strategi pembelajaran ini mampu melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat, selain itu, dari aspek nilai saya juga lebih bisa untuk menghargai pendapat orang lain karena tidak semua orang selalu salah sama seperti saya yang tidak selalu benar”.42

Selain itu, Yusrul Hana siswi kelas XI B juga berpendapat sebagai berikut: “Iya kak, karena bisa tidak bisa, siap tidak siap

41

Hasil wawancara dengan Shinta Kumala Dwi salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.10-08.25 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.6.

42

(30)

kami harus bisa dan siap ketika dituntut untuk berpendapat dan berargumen. Jadi kami terlatih untuk berani. Selain itu, saya lebih bisa untuk menghargai pendapat orang lain”.43

Namun, strategi pembelajaran berbasis problem posing ini jugamemberikan pengaruh tidak terlalu signifikan terhadap psikologis peserta didik yang mengalami minat belajar yang kurang, seperti pendapat Yuni Fitria salah satu siswi kelas XI B di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, dia berpendapat sebagai berikut: “Agak merasa tegang, karena strategi pembelajaran

problem posing ini diterapkan menuntut peserta untuk berani berpikir, berani bersuara. Jadi yang penting saya menjawab, mau salah atau benar itu urusan belakang”.44

c. Aspek Psikomotor

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara, terkait dengan hasil yang diperoleh dari aspek psikomotor peserta didik setelah mengikuti pembelajaran Fiqih dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis problem posing,mereka menganggap bahwa strategi pembelajaran ini memberi dampak bagi peserta didik yang dapat ditrapkan di kehidupan sehari-hari yaitu:

Menurut Shinta Kumala Dwi siswi kelas XI A di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara memaparkan bahwa merasakan adanya keaktifan dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kelas menjadi kondusif dan aktif. Selain itu, pembiasaan untuk berdialog yang baik di kelas dapat melatih diri untuk terbiasa berdialog dengan baik. Berikut pernyataannya: “Saya merasakan adanya

43

Hasil wawancara dengan Yusrul Hana salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.32-08.40 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.8.

44

(31)

keaktifan dalam mengikuti pembelajaran, sehinga kelas menjadi kondusif dan aktif. Selain itu, pembiasaan untuk berdialog yang baik di kelas dapat melatih diri untuk terbiasa berdialog dengan baik”.45

Selain itu, Fitriana Hartatik salah satu siswi kelas XI A juga berpendapat sebagai berikut: “Saya merasa menjadi lebih aktif karena juga sering terlibatdalam kegiatan pembelajaran, seperti menganalisis masalah. Disamping itu, saya menjadi terlatih untuk bisa berdialog dengan baik”.46

Pendapat di atas juga diperkuat dengan pendapat Yusrul Hana salah satu siswi kelas XI B yang juga mengatakan: “Saya semakin aktif di dalam kelas dan saya juga semakin banyak mental yang saya dapat melalui diskusi”.47 Demikian pula menurut Ahmad Khoirul Anam siswa kelas XI A dan Yuni Fitria siswi kelas XI B yang sama-sama berpendapat bahwa strategi pembelajaran berbasis

problemposing ini dapat membuat kelas menjadi aktif dan melatih untuk bisa berdialog dengan baik untuk diterapkan dalam kehidupan meskipun masih dalam tahap belajar.48

Berdasarkan deskripsi data dan analisis data di atas penulis dapat menyimpulkan, yang pertama, mengenai pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri yaitu mengacu kepada pada kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI, materi yang diajarkanpun juga mengikuti prosedur dan ketentuan yang ada dalam kurikulum 2013, selain itu juga harus

45

Hasil wawancara dengan Shinta Kumala Dwi salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.10-08.25 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.6.

46

Hasil wawancara dengan Fitriana Hartatik salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.25-08.32 am WIB am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.7

47

Hasil wawancara dengan Yusrul Hana salah satu siswa kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara pada tanggal 28 September 2016 jam 08.32-08.40 am WIB. Dapat dilihat pada lampiran 3.8.

48

(32)

memenuhi kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk setiap materi yang diajarkan. Di dalam melaksanakan proses pembelajaran Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara. Guru Fiqih melakukan tiga tahap yang akan dicapai dalam melaksanakan pembelajaran. Tiga tahap tersebut yang pertama adalah tahap perencanaan, tahap kedua yaitu pelaksanaan dan tahap yang terakhir yaitu tahap penilaian/evaluasi.

Sedangkan yang ke-dua mengenai penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara tahun ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut 1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. 2) Guru membentuk kelompok belajar. 3) Dalam kelompok tersebut siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. 4) Kemudian soal yang dibuat dijawab sendiri dan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang lainnya untuk menemukan jawaban yang benar. Sedangkan yang ke-tiga

mengenai faktor pendukung dan penghambat penerapan strategi pembelajaran berbasis problem posing pada mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara faktor internalnya yaitu siswa, dimana antusias dan rasa ingin tahu siswa yang tinggi dan suasana diskusi yang hidup dengan cara berpikir kritis siswa manakala mereka dalam mengikuti proses pembelajaran terlihat semangat, kompak, dan ada persaingan yang sehat antar kelompok yang dibentuk oleh guru. Sedangkan faktor eksternalnya yang pertama yaitu profesionalisme guru dalam persiapan pembelajaran, penggunaan model, pengolahan pembelajara, maupun evaluasi yang dilakukan oleh guru guru.

(33)

problem posing dapat berlangsung dengan baik. Ketiga adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara antara lain kelas nyaman, perpustakaan, lab, komputer yang dilengkapi dengan internet dan lain-lain. Adapun hal-hal yang menghambat dalam strategi pembelajaran berbasis

problem posing dalam mata pelajaran Fiqih yang dilakukan oleh guru Fiqih di MA Al-Faizin Guyangan Bangsri Jepara tahun pelajaran 2016/2017, faktor internalnya yaitu dari siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Faktor eksternalnya yaitu persiapan guru yang kurang matang dalam proses pembelajaran dan perpustakaan madrasah yang belum terlalu lengkap.

Mengenai hasil belajar yang dicapai peserta didik kelas XI setelah mengikuti penerapan strategi pembelajaran berbasis

(34)

Gambar

Gambar 4.1 Kegiatan Saat Guru Memberikan Bimbingan Saat Diskusi Berlangsung.
Gambar 4.2 Kegiatan Satu Orang Perwakilan dari Kelompok Mempresentasikan Hasil
Kegiatan Saat Guru Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Diskusi.Gambar 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Johannes dkk yang menyatakan bahwa Tingkat kompensasi yang rendah dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan yang pada akhirnya dapat

Merupakan sebuah bentuk buku cerita yang ditujukan untuk anak – anak Panti Asuhan untuk meningkatkan motivasi mereka dalam belajar dan berprestasi agar mereka

Saya berharap agar penghargaan yang telah diberikan pemerintah ini akan memacu kreatifitas para penerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi dan dapat menjadi bukti

Those are connotative meaning, what is communicated by virtue of language refers to; stylistic meaning, what is communicated of social circumstance of language

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi dengan judul Studi Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Menurut

tersebut menunjukkan bahwa aktivitas analgesik senyawa asam 2-(3- klorobenzoiloksi)benzoat lebih tinggi daripada aktivitas analgesik senyawa asam asetilsalisilat

Hasil respon peserta didik terhadap LKPD matematika dengan menggunakan pendekatan Pictorial Riddle diperoleh rata-rata 91,67 dengan kriteria interpretasi yang di capai

Dalam penelitian ini digunakan carbopol sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant dalam formula gel sunscreen dengan berbagai tingkat konsentrasi,