• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan memiliki arti penting dalam mendukung rantai ketahanan pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya perikanan, baik dari perikanan tangkap maupun budidaya (KKP,2013). Perikanan skala kecil memberikan kontribusi lebih dari setengah dari laut di dunia, yang hampir semua diperuntukkan secara langsung untuk konsumsi manusia. Sub- sektor ini mempekerjakan lebih dari 90% dari 35 juta nelayan tangkap dunia dan mata pencaharian sekitar 357 juta orang secara tidak langsung dipengaruhi oleh perikanan skala kecil (FAO, 2013).

Dengan melihat peran perikanan skala kecil, maka FAO (Food and Agriculture Organization) yang mendapat dukungan dari KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) menjadikan perikanan skala kecil sebagai isu yang penting saat ini dengan membentuk FAO Technical Consultation on International Guidelines for Securing Sustainable Small Scale Fisheries in the Context of Food Security and Poverty Eradication. Pedoman perlindungan ini berpihak pada nelayan skala kecil dan masyarakat pesisir karena diakui bahwa peningkatan perikanan skala kecil sebagai kontributor utama untuk pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan (FAO,2013). Hal ini menunjukkan bahwa perikanan skala kecil memang membutuhkan perhatian yang lebih untuk perbaikan kualitas dan tentunya untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat nelayan yang menjadi aktor dalam pengelolaan hasil perikanan skala kecil tersebut.

(2)

2 Berbagai upaya dalam pengentasan kemiskinan yang dimulai dari perikanan skala kecil tidak hanya dilakukan oleh FAO sebagai organisasi internasional dengan memberlakukan perlindungan terhadap perikanan skala kecil, tetapi juga oleh pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan membentuk Peraturan Presiden No.15 Tahun 2010, tentang percepatan penanggulangan kemiskinan dan Instruksi Presiden No.15 Tahun 2011, tentang perlindungan nelayan dalam program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) yang berbasis industrialisasi perikanan. Selain itu KKP (Kementrian dan Kelautan Perikanan) sebagai lembaga pemerintah di Indonesia juga terus berusaha dalam upaya perbaikan dan pemberdayaan yang dilakukan.

Salah satu program KKP yang sedang berlangsung saat ini adalah Pengembangan Usaha Mina Pedesaaan (BLM-PUMP) yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri KP (kelautan dan perikanan). Program ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan usaha perikanan sesuai potensi desa. Melalui program ini, diharapkan setiap desa yang mendapatkan program bantuan mampu mengembangkan usaha mereka mulai dari penangkapan ikan, pengelolaan hasil tangkapan, sampai kepada pemasaran hasil komoditi mereka.

Implementasi pemberdayaan masyarakat melalui program BLM-PUMP ini juga sedang berlangsung di kampung nelayan Untia yang mulai dibentuk sejak tahun 2011 dan pelaksanaan program bantuan dimulai pada tahun 2012. Nelayan yang berada di Kelurahan Untia memiliki potensi di bidang perikanan tangkap sesuai dengan kegiatan dan pekerjaan mereka sehari-hari. Pemberdayaan ini diharapkan tidak hanya sebatas bentuk program yang akan habis ketika target

(3)

3 waktu yang ditetapkan dalam program tersebut berakhir, tetapi bagaimana masyarakat dapat menjadi aktor yang terlibat secara penuh dalam pemberdayaan tersebut, mulai dari perencanaan program, pelaksanaan sampai kepada evaluasi dari program yang dilaksanakan dan pada akhirnya diharapkan program ini mampu mendukung peningkatan hasil produksi perikanan secara khusus masyarakat Untia. Satria (2002), menyatakan bahwa proses pemberdayaan masyarakat nelayan dapat dilakukan jika ada sikap proaktif dari masyarakat nelayan dalam setiap kegiatan yang dilakukan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi serta berperan dalam pengambilan keputusan. Jadi, peran masyarakat nelayan sebagai yang diberdayakan sangatlah besar.

Tujuan program BLM-PUMP sebenarnya ini tidak jauh berbeda dari apa yang akan dilaksanakan oleh FAO dalam mendukung perikanan skala kecil dengan penetapan pedoman perlindungan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa sebenarnya ada berbagai program telah dilakukan untuk membantu masyarakat nelayan, tetapi hasil akhir yang diharapkan dalam program belum tercapai maksimal. Sehingga, FAO, KKP, maupun pihak-pihak yang terkait terus berupaya memikirkan langkah yang harus diambil dalam pencapaian tujuan tersebut.

Upaya pemberdayaan memiliki berbagai tantangan yang perlu dihadapi, baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) maupun teknologi pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada dan terlebih lagi adalah komunikasi dan informasi yang dianggap masih kurang hingga saat ini padahal dipercaya mampu menjadi salah satu pendukung dalam program pemberdayaan. Selain itu, otonomi daerah

(4)

4 juga bisa menjadi kekuatan ataupun kelemahan dalam pemberdayaan yang dilaksanakan, karena kebijakan dari pemerintah daerah juga sangat menentukan keberhasilan dari pemberdayaan. Untuk itu, pelaksanaan pemberdayaan melalui program-program bantuan yang diberikan tentunya diperlukan peran dari pendamping atau penyuluh untuk menjadi jembatan dan fasilitator antara masyarakat sasaran dan pemberi program bantuan.

Peran dari penyuluh atau pendamping dalam pemberdayaan selain melakukan pendampingan adalah memberikan dan menyebarkan informasi kepada masyarakat sasaran mengenai program bantuan yang akan diberikan. Informasi merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan program untuk pemberdayaan masyarakat. Bagaimana informasi tersebar khususnya mengenai program pemberdayaan yang akan dikomunikasikan ditentukan oleh penyuluh/pendamping, tokoh masyarakat, dan tentunya masyarakat yang terlibat didalam pemberdayaan tersebut.

Nelayan yang tergolong dalam perikanan skala kecil merupakan kelompok masyarakat yang selalu menjadi pembahasan bagi berbagai pihak, bukan hanya karena pekerjaan mereka sebagai penangkap ikan dan keterkaitan mereka yang tidak dapat dipisahkan dari sumber daya perikanan, tetapi juga karena kondisi kehidupan mereka yang masih berada pada kondisi tidak sejahtera. Berdasarkan data BPS jumlah nelayan miskin pada tahun 2011 sebanyak 7,87 juta jiwa dan merupakan bagian dari 25,14 % dari jumlah penduduk miskin Indonesia yang total mencapai 31,02 juta jiwa (Tribunnews, 2013). Padahal perikanan skala kecil

(5)

5 memiliki peranan yang penting dari perspektif ekonomi, sosial, budaya, dan pemanfaatan keberlanjutan sumberdaya perikanan.

Kelompok masyarakat nelayan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kelompok masyarakat nelayan yang berada di kelurahan Untia dimana tempat bermukim masyarakat nelayan ini dikenal dengan sebutan Kampung Nelayan Untia. Sebagian besar nelayan di Kampung Nelayan Untia memiliki pekerjaan sebagai nelayan tangkap yang terdiri dari unit-unit nelayan yaitu parawe, pa’cumi-cumi, pukat tradisional, dan parinta. Sebagian besar masyarakat di Kampung nelayan Untia masih hidup dalam kondisi yang tidak sejahtera.

Jaringan komunikasi di kampung ini belum dimanfaatkan dengan baik, hal ini terlihat dari masih banyaknya nelayan yang kurang memiliki informasi dan belum mampu mengakses informasi dengan maksimal terkait dengan realisasi program bantuan pemberdayaan, bagaimana pemasaran hasil tangkapan, dan alat tangkap serta informasi yang berkaitan dengan perikanan lainnya.

Nelayan yang berada di Kampung nelayan Untia juga tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Mulai dari kapal yang mereka gunakan untuk melakukan penangkapan ikan tergolong tradisional karena hanya berupa perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor dengan mesin dibawah 5 GT (Gross Tonnage), sehingga nelayan Untia pada saat akan melakukan penangkapan di wilayah perairan yang cukup jauh memiliki resiko yang besar. Selain itu hasil tangkapan dengan menggunakan kapal berukuran kecil juga tidak akan optimal, dengan demikian hasil yang mereka peroleh hanya bisa untuk dijadikan konsumsi sehari-hari, kendati masih ada juga sebagian kecil nelayan yang mampu

(6)

6 memasarkan hasil tangkapannya ke perusahaan ataupun ke tempat pelelangan ikan. Masalah lain yang dihadapi oleh hampir seluruh nelayan skala kecil tidak hanya di Untia hingga saat ini selain teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana adalah kerentanan terhadap bencana alam dan terjadinya perubahan iklim, jumlah hasil tangkapan yang tidak dapat ditargetkan karena kondisi wilayah penangkapan mereka (Open access) dan juga persaingan dalam penggunaan ruang kelautan (wilayah penangkapan).

Karakteristik masyarakat nelayan berbeda dari masyarakat pada umumnya, dimana mereka memiliki sumber daya alam yang tidak terkontrol (open access) yang menyebabkan mereka harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil tangkapan yang maksimal (Satria, 2002). Hal ini juga yang menjadi masalah nelayan dengan sumber daya alam yang tidak terkontrol (open access) sementara teknologi penangkapan yang mereka miliki masih terbatas serta penangkapan ikan yang mereka lakukan hanya bergantung pada musim menyebabkan mereka masih terus mengalami berbagai kesulitan untuk meningkatkan hasil produksi karena hasil tangkapan yang tidak stabil.

Masyarakat nelayan memiliki budaya dan perilaku yang mengedepankan ikatan sosial yang memberi pengaruh dalam penyebaran informasi dan akses informasi terhadap berbagai program pemberdayaan yang ada. Ikatan sosial di masyarakat untia menyebabkan adanya interaksi sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Satria (2002), mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih, antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Interaksi sosial

(7)

7 yang terjadi menentukan bagaimana informasi dapat sampai kepada masyarakat dan menjadi bagian yang mendukung pemberdayaan pada masyarakat. Interaksi sosial pada kelompok nelayan Untia terjadi karena adanya hubungan pertemanan, kekeluargaaan, dan adanya suatu kepentingan-kepentingan tertentu dalam pertukaran informasi. Dengan demikian terbentuklah jaringan komunikasi (communication network) pada kelompok nelayan melalui interaksi sosial yang ada.

Jaringan komunikasi (communication network) sebagai saluran komunikasi merupakan hal yang penting bagi masyarakat. Hal ini karena jaringan komunikasi melalui interaksi interpersonal maupun kelompok adalah saluran yang bisa mereka gunakan dalam berkomunikasi dan mengakses informasi selain dari mereka juga mengakses media massa ataupun mobile.

Jaringan komunikasi dipercaya sebagai faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka dengan melihat studi yang dilakukan oleh Ketteni, dkk (2011). Hal ini dikarenakan melalui jaringan komunikasi maka akses informasi dan komunikasi dapat tersebar, diterima, dan dimanfaatkan sehingga akan mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti halnya FAO yang menjadikan komunikasi dan informasi sebagai isu dalam mendukung pembentukan FAO Technical Consultation on International Guidelines for Securing Sustainable Small Scale Fisheries in the Context of Food Security and Poverty Eradication. Menurut FAO melalui komunikasi yang efektif maka informasi yang penting dapat tersedia dan dibagi secara efektif.

(8)

8 Namun bagaimana masyarakat di pedesaan memanfaatkan jaringan komunikasi untuk mengakses informasi inilah yang dirasa belum efektif. Tidak terkecuali masyarakat nelayan yang tinggal di wilayah pesisir yang jauh dari pusat perkotaan. Hal ini dapat terlihat dengan kondisi masyarakat nelayan yang belum mencapai kesejahteraan mereka.

Inilah yang menjadi permasalahan utama di negara Indonesia, dan secara mikro pada Kampung Nelayan Untia dimana masih kurangnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Selain itu belum maksimalnya kemampuan memanfaatkan jaringan komunikasi dan informasi dengan efektif.

Menarik untuk memahami seperti apa pemetaan jaringan komunikasi pada kelompok nelayan Untia untuk mengetahui seperti apa jaringan komunikasi yang ada di kelompok nelayan Untia. Dalam jaringan komunikasi akan mudah ditemukan peran masing-masing individu terkait dengan jenis informasi yang dimiliki. Hal ini akan dapat membantu semua pihak dalam penyebaran informasi yang efektif dan efisien kepada nelayan Untia agar pemberdayaan yang dilaksanakan dapat tepat sasaran kepada semua anggota kelompok nelayan dan tentunya dapat membantu dalam mendukung berbagai upaya peningkatan hasil produksi perikanan. Seperti dalam jurnal hasil penelitian Gueye (2009), menemukan bahwa efisiensi penyebaran informasi yang dibutuhkan oleh peternak unggas untuk mengambil keputusan dan untuk mengubah serta mengembangkan pengetahuan dan sikap mereka adalah melalui jaringan peternak unggas itu sendiri dengan mempertimbangkan sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan dari peternak unggas yang diekplorasi.

(9)

9 Upaya peningkatan hasil produksi melalui program pemberdayaan ditentukan oleh berbagai informasi yang tersedia di lingkungan sekitar nelayan Untia yang didapatkan baik secara proaktif maupun pasif. Hal ini karena infomasi menjadi salah satu hal yang penting untuk membantu nelayan dalam upaya peningkatan hasil produksi. Informasi dapat nelayan peroleh melalui komunikasi dengan berbagai sumber informasi seperti sesama anggota kelompok nelayan, penyuluh, tokoh masyarakat, media massa, ataupun pembuat kebijakan. Keterhubungan antara nelayan dan sumber informasi tidak hanya untuk bekerja sama dan bertukar informasi tetapi juga memanfaatkan jaringan yang ada untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan.

Berdasarkan pada uraian sebelumnya, nampaknya diperlukan kajian lebih mendalam mengenai bagaimana Jaringan Komunikasi dan Informasi yang berkembang dalam masyarakat nelayan yang dimanfaatkan dalam mendukung berbagai upaya peningkatan Produksi Hasil perikanan di Kampung Nelayan Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang diharapkan mampu mendukung program pemberdayaan di wilayah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat uraian pada latar belakang maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana jaringan komunikasi dan informasi di Kampung nelayan Untia dapat mendukung pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan hasil produksi “.

(10)

10 Untuk menjawab masalah tersebut maka penulis menyajikan secara spesifik beberapa pertanyaan penelitian sebagai pedoman dalam melakukan penelitian : 1. Kepada siapa anggota kelompok mencari informasi mengenai

pemberdayaan (BLM-PUMP)?

2. Bagaimana pola jaringan komunikasi pada kelompok nelayan Untia?

3. Faktor - faktor apa yang membentuk pola jaringan komunikasi dan informasi pada kelompok nelayan Untia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi kepada siapa anggota kelompok mencari informasi mengenai pemberdayaan (BLM-PUMP).

2. Untuk menggambarkan pola jaringan komunikasi pada kelompok nelayan Untia.

3. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang membentuk pola jaringan komunikasi dan informasi pada kelompok nelayan Untia.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat pokok, yaitu :

1. Manfaat teoritis, dapat menambah dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang penyuluhan dan komunikasi pembangunan,

(11)

11 khususnya mengenai bagaimana jaringan komunikasi dan informasi mampu mendukung pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan hasil produksi sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

2. Manfaat praktis, memberikan masukan bagi semua pihak-pihak mulai dari pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), swasta, penyuluh, dan masyarakat dalam pencapaian efektivitas pemberdayaan yang ada dengan pemanfaatan jaringan komunikasi dan informasi. Selain itu dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk masa yang akan datang.

1.5 Keaslian Penelitian

Dari berbagai penelitian mengenai jaringan komunikasi dan informasi, ada berbagai macam penelitian yang dilakukan namun kebanyakan dari penelitian yang dilakukan lebih fokus kepada strategi komunikasi dan ada juga beberapa yang membahas mengenai pola komunikasi. Tetapi untuk posisi penelitian pada tesis ini adalah mengindentifikasi bagaimana jaringan komunikasi dan informasi dalam upaya peningkatan hasil produksi perikanan untuk mendukung pemberdayaan yang dilakukan masih jarang diteliti. Sehingga penelitian ini masih memiliki keaslian karena belum banyaknya penelitian yang membahas mengenai jaringan komunikasi keterkaitannya dengan pemberdayaan masyarakat. Bahkan kendati ada yang melakukan penelitian mengenai jaringan komunikasi dan informasi, masih sedikit yang mengaitkan dengan pemberdayaan masyarakat. Ataupun ada beberapa penelitian yang membahas mengenai pemberdayaan tetapi tidak mengaitkannya dengan jaringan komunikasi dan informasi. Sejauh yang

(12)

12 peneliti ketahui bahwa penelitian jaringan komunikasi di kampung nelayan Untia belum pernah ada yang melakukan.

(13)

13 Adapun beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan jaringan komunikasi dan informasi adalah sebagai berikut

No Peneliti,Judul, Thn Metode Tujuan Hasil

1 Widiastuti, Kemiskinan Struktural Komunikasi,2010 Analisis Jaringan Komunikasi Untuk mengetahui jaringan komunikasi

sosial dan akses informasi

- Jaringan komunikasi antara orang-orang miskin memiliki pola sendiri

- Sumber informasi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari berasal dari ikatan kuat, namun untuk penemuan inovatif atau baru justru datang dari ikatan lemah.

2 Chrisdiana,Pengaruh Jaringan

Komunikasi personal ibu pada pengetahuan gizi , 2011.

Mix Method Untuk mengkaji pengaruh

jaringan komunikasi

personal ibu pada

pengetahuan gizi.

- Struktur jaringan komunikasi personal ibu dapat

diidentifikasi menggunakan tingkat sentralitas (degree centrality), kedekatan sentralitas (closeness centrality, dan penghubung sentralitas (betwenness centrality)

- Berhasil menemukan orang-orang kunci pada jaringan yang mempengaruhi ibu terdiri dari suami, ibu/mertua dan anggota jaringan lainnya.

3 Paramita,

Pola Jaringan Komunikasi pada kelompok tani : analisis jaringan pada kelompok tani Wiresinger. 2011.

Mix Method Untuk mendeskripsikan

pola jaringan komunikasi dan member gambaran secara sosiogram kegiatan

komunikasi untuk

mencari dan membagi informasi

- Bahwa penyebaran informasi tentang pupuk pada kelompok tani Wiresinge dilakukan melalui jaringan komunikasi ditingkat kelompok.

- Diketahui ada 17 orang yang menjadi sumber informasi - Pola jaringan komunikasi yang terbentuk dalam proses

mencari informasi dalam kelompok adalah pola roda. - Dalam proses mencari dan membagi informasi pada

kelompok tani wiresinge yang menjadi opinion leader adalah ketua kelompok .

4 Setiawan, Pelapisan Sosial dan Jaringan komunikasi, 1989. Analisis Jaringan Komunikasi Untuk mengetahui hubungan antara

pelapisan sosial, jaringan komunikasi, dan distorsi informasi.

Bahwa pelapisan sosial berpengaruh terhadap keterlibatan warga desa dalam jaringan komunikasi yang diteliti, serta orang-orang yang tidak terlibat dalam jaringan komunikasi mengalami distorsi informasi.

Referensi

Dokumen terkait

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya... Stabilitas

Berdasarkan hasil statistik yang telah dilakukan serta hasil uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu variabel pertumbuhan kredit dan

Hasil dari tahap ini, terbentuk sebuah pola perilaku jaringan pada kondisi normal sebagai model awal untuk deteksi atas anomali yang disebabkan oleh

Berdasarkan Firman Tuhan tersebut maka sebagai Pelayan Yesus Kristus kami memberitakan bahwa pengampunan dosa telah berlaku dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.. Umat SYUKUR

Sebab mutu sendiri memilik pengertian yang berbeda-beda, di antaranya mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan atau keinginan (Deming dalam Rubaman, Maman. Mei, 2008), Ace

Cuplikan percakapan berikut sebagai contoh adanya penggunaan kode yang berwujud bahasa asing dalam percakapan novel Ney Dawai Cinta Biola karya Hadi S.. Arifin

kot ke pelaku pasar (Identifikasi Persoalan) Pembentukan lembaga khusus Penataan Terpadu Kawasan Arjuna sbd perwakilan stakeholder Persiapan Penilaian (Tahap Perencanaan)

1) Mengembangkan kurikulum mata pelajaran IPS. a) Menelaah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum IPS. b) Memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.