PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia
mangostana L.) TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN
MENCIT JANTAN (Mus musculus L. Swiss Webster)
JURNAL
JUNI ASMI LUMBAN TORUAN
NIM. 09010014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana
L.) TERHADAP KEMAMPUAN KAWIN MENCIT JANTAN
(Mus musculus L. Swiss Webster)
Oleh:
Juni Asmi Lumban Toruan
1, Ramadhan Sumarmin
2, Gustina Indriati
31.3
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang
Email :Juni_Asmi@yahoo.com
ABSTRACT
Mangosteen ( Garcinia mangostana L. ) is one of tradisional medicine contains mangostin soul. Mangostin has effect to prevent cell division ( cytokinesis ). This research to determine the effect of extracts of mangosteen ( Garcinia mangostana L. ) on the mating ability of male mice ( Mus
musculus L. Swiss Webster). This research use the male mice ( Mus musculus L.) by 4 treatment
and 6 repetition. Treatment that is given is an extract of mangosteen with various dose are: treatment 1 is an control, treatment II, III, and IV are the treatments which are given the extract of mangosteen orally during 36 days with a dose of 0.2, 04 and 0.6 g / head / day. After the administration of mangosteen extract , mating ability test on each test 1 male mated with 5 female mice to see the amount of intromision, the number of female mice pregnant female mice. The analyzed using ANOVA ( Analysis of Variance ) and then continue test with LSD test at α level of 5%. The result showed an average movement of the control is 14,66 intromisi not significanty different from treatment A is 13,83 and decine intromisi movement occurs on treatment B with an average of 6,5 and an average of 5,66 C treatment. For the number of female mice in mamage to male mice in each treatment was not significanty different compared with controls mared each 2 tail. While the number of oregnant female mice were successful, namely 2,33 in control and not significanty different from treatment A with an average of 2,00, a decrease in the average treatment B and C average 1,33 and 1,00 It can be concluded that the extract of mangosteen (Garcinia mangostana L.) were administered orally for 36 days at a does of o 0,4 g /head /day did not affect mating mice but decrease the number of pregnant female mice.
Keyword: Mangosteen, mating ability, mangostin,
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara yang kaya akan obat-obatan
tradisional. Letak Indonesia digaris
khatulistiwa dengan iklim tropis
menyebabkan tanamannya subur dan kaya akan keanekaragaman hayati. Beberapa
tanaman yang berkhasiat obat juga
dimanfaatkan sebagai obat KB. (Widyawati, 2007).
Salah satu upaya pemerintah
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui pelaksanaan program KB bagi Pasangan Usia Subur yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pengendalian penduduk ini
masih menjadi masalah disebabkan karena pelayanan kesehatan yang kurang memadai
dan kondisi sosial ekonomi yang
memprihatinkan, hingga daya beli
masyarakat terhadap alat kontrasepsi
semakin rendah. (Palupi, 2008).
Salah satu tanaman yang
diharapkan dapat menjadi antifertilitas adalah manggis (Garcinia mangostana L. senyawa yang berperan sebagai antifertilitas adalah mangostin. Mangostin terdapat pada kulit buah manggis, zat aktif ini berfungsi
mencegah terjadinya pembelahan sel
(sitokinesis).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap kemampuan kawin mencit jantan (Mus
musculus L. Swiss Webster).
Pada mencit jantan, hormon
kelamin utamanya adalah androgen, yang
paling penting diantaranya adalah
Testosteron.. Hormon steroid yang sebagian besar dihasilkan oleh sel-sel Leydig Testis, secara langsung bertanggung jawab atas karakteristik seks primer dan sekunder jenis kelamin jantan. Karakteristik primer adalah tanda- tanda yang berkaitan dengan sistem reproduksi, perkembangan vas deferens, perkembangan struktur reproduksi dan
produksi sperma. Karakteristik seks
sekunder adalah ciri-ciri yang tidak secara
langsung berkaitan dengan sistem
reproduksi, meliputi perubahan suara
menjadi berat, persebaran rambut dimuka, dipubis dan pertumbuhan otot (Campbell dkk., 2004).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September-November 2013 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA UNP. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: mikroskop stereo,
cotton bud, kaca objek, botol kaca,
timbangan metler Ae 200, sendok porselen, lumpang dan alu, disecting set, kandang mencit, wadah pakan, jarum gavage, water bath, inkubator, desikator, cawan petri, corong, erlenmeyer, hot plate, neraca ohaus, pipet tetes, cuvac (spuit suntik), aluminium foil, batang pengaduk, kertas saring, kertas label, tissue, botol plastik tempat minum hewan coba, sekam sebagai alas kandang mencit.
Bahan yang dibutuhkan adalah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster jantan, kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.), ketaman kayu, methanol,
Na-CMC 2 %, aquabidest dan larutan Bouin. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Adapun dosis perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut: kontrol
(tanpa pemberian ekstrak kulit buah
manggis), pemberian ekstrak kulit buah manggis 0,2 g/25 g BB, pemberian ekstrak kulit buah manggis 0,4 g/25 g BB dan pemberian ekstrak kulit buah manggis 0,6 g/25 g BB. Pemberian dosis perlakuan didapatkan berdasarkan dari dosis (Garcinia
mangostana L.) yang telah dikonsumsi
manusia dan telah dikonversikan dosisnya untuk mencit.
Mencit yang diambil sebagai hewan uji adalah mencit jantan yang sudah mencapai umur 10-12 minggu. Mencit jantan diberi perlakuan ekstrak kulit buah manggis dengan dosis tunggal sesuai perlakuan, selama 36 hari (selama proses
spermatogenesis) dengan cara
menggavagekan ekstrak sebanyak 0,5 cc setiap harinya. Penentuan kawin mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster jantan dilakukan pada hari ke-37. Semua data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan analisis varian (ANOVA). maka dilanjutkan uji lanjut BNT pada derajat α 5 % (Hanafiah, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah
dilakukan ini dapat diketahui pengaruh ekstrak manggis (Garcinia mangostana L..) terhadap jumlah gerakan intromisi kawin mencit jantan (Mus musculus L.) terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Histogram Jumlah Gerakan Intromisi Kawin Mencit JantanPada Berbagai Perlakuan Ekstrak Manggis
Setelah pemberian ekstrak manggis (Garcinia mangostana L.) dengan perlakuan 0,2, 0,4 dan 0,6 g/ekor/hari pada mencit jantan (Mus musculus L.) selama 36 hari, telihat adanya penurunan jumlah gerakan intromisi pada tiap perlakuan. Dari hasil uji statistik menunjukkan pemberian ekstrak
manggis (Garcinia mangostana L.)
berpengaruh nyata menurunkan jumlah gerakan intromisi pada mencit jantan.
Pada penelitian ini kontrol memilki gerakan intromisi yang normal dengan rata-rata 14,66 dan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A rata-rata 13,83, namun
penurunan jumlah gerakan intromisi dimulai pada perlakuan B dengan rata-rata 6,5 dan C dengan rata-rata 5,66 tetapi penurunan
gerakan intromisi ini tidak jauh berbeda antara perlakuan B dan C. Penurunan jumlah gerakan intromisi disebabkan karena zat aktif manggis (Garcinia mangostana L.) yaitu mangostin menyebabkan produksi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) menurun. Dengan
menurunnya kadar FSH dan LH
menyebabkan hormon Androgen juga
menurun dan dapat berpengaruh terhadap libido. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Puradisastra (2010) yang
menyatakan Androgen berfungsi
mengendalikan seks laki-laki dan libido. Pada hewan Androgen merangsang aktivitas dan sifat agresif.
Gambar 2. Histogram Jumlah Mencit Betina yang Dikawini pada Berbagai Perlakuan Ekstrak Manggis
Dari pengamatan jumlah mencit betina yang dikawini setelah pemberian ekstrak manggis pada tiap perlakuan menunjukkan penurunan jumlah mencit
betina dikawini tetapi penurunan jumlah itu tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibanding kontrol. Dari hasil uji statistik menunjukkan pemberian ekstrak manggis 0 5 10 15 Kontrol A(0,2) B(0,4) C(0,6) 14.66 13.83 6.5 5.66 J um la h G er a k a n Intr o m is (E k o r) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Kontrol A(0,2) B(0,4) C(0,6) 2.5 2.33 2.16 2 J u m la h M enci t B et in a Ya ng Dik a w ini ( E k o r)
(Garcinia mangostana L.) pada mencit jantan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah mencit yang dikawini.
Hasil yang didapatkan tentang kemampuan kawin pada penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak manggis
(Garcinia mangostana L.) dapat
menurunkan jumlah gerakan intromisi tetapi tidak mempengaruhi kemampuan kawin mencit jantan terhadap beberapa mencit
betina. Pada setiap dosis perlakuan masih menunjukkan kemampuan kawin yang tinggi pada mencit jantan.
Gambar 3. Histogram Jumlah Mencit Betina Yang Bunting pada Berbagai Perlakuan Ekstrak Manggis
Pengamatan jumlah mencit betina yang bunting terlihat adanya penurunan jumlah pada tiap perlakuan. Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap jumlah mencit betina yang bunting, semakin tinggi dosis semakin sedikit jumlah mencit betina yang bunting. Pada kontrol mencit betina yang berhasil bunting rata-rata 2,33 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dengan rata-rata 2,00, namun penurunan jumlah mencit betina yang berhasil bunting terlihat pada perlakuan B dengan rata-rata 1,33 dan C rata-rata 1,00. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini pada perlakuan 0,4 g
menunjukkan penurunan jumlah yang
efektif.
Penurunan jumlah mencit betina yang bunting disebabkan karena mangostin menyebabkan terjadi penghambatan pada fungsi hipofisis sehingga terjadi penurunan
konsentrasi hormon testosteron yang
mengakibatkan pembentukan sperma di
dalam tubulus seminiferus terganggu,
sehingga berpengaruh terhadap kualitas
sperma dan menghasilkan sperma yang tidak fertil juga menurunkan daya hidup sperma. Akibatnya sperma tidak dapat mencapai sel telur dan fertilisasi dapat tercegah, karena terjadinya fertilisasi membutuhkan sperma yang fertil. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nita (2003) bahwa
fertilitas pada hewan jantan sangat
tergantung pada hormon testosteron.
Menurunnya fertilitas dapat terjadi karena penurunan sintetis testosteron yang juga akan berpengaruh terhadap proses fertilisasi. Pada penelitian ini dosis yang bisa digunakan sebagai obat kontrasepsi pada perlakuan 0,4 g karena pada perlakuan 0,4 g jumlah mencit betina yang berhasil bunting
menunjukkan penurunan tetapi untuk
aktivitas mengawini mencit betina tidak menunjukkan penurunan. Pemberian ekstrak manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai
obat kontrasepsi tidak mempengaruhi
kemampuan kawin mencit tapi berpengaruh menurunkan fertilitas mencit jantan.
0 0,5 1 1,5 2 2,5 Kontrol A(0,2) B(0,4) C(0,6) 2.33 2,00 1.33 1,00 J um la h M encit B et ina Ya ng B er ha sil B un ting ( E k o r)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak manggis (Garcinia
mangostana L.) yang diberikan secara oral
selama 36 hari pada dosis 0,4g/ekor/hari tidak mempengaruhi kawin mencit, tetapi dapat menurunkan jumlah mencit betina yang bunting.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan supaya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan perlakuan yang sama terhadap kadar hormon androgen atau testosteron pada mencit jantan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi Edisi Lima jilid 2. Erlangga. Jakarta
Hanafiah, K. A. 1997. Rancangan
Percobaan Teknik dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Nita, S. 2003. Pengaruh Pemberian Biji Pinang (Areca catechu) terhadap Fertilitas Mencit Jantan, Dimonitor Melalui Jumlah Kebuntingan dan Jumlah Anak Sekelahiran. Diakses tanggal 29 oktober 2013.
Palupi, J. 2008. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L) Per Oral Terhadap Folikulogenesis Ovarium Mencit (Mus musculus). Jurnal Kesehatan, Vol 6, No 2. diakses 10 januari 2013.
Puradisastra, S. 2010. Ekstrak Biji Pala (Myristica frangans Houtt) Sebagai Afrodisiak Pada Tikus dan Mencit. Diakses Tanggal 20 Agustus 2013. Syahrum, M.H. 1994. Reproduksi dan
Embriologi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Widyawati, T. 2007. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) . Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 8 januari 2013.