• Tidak ada hasil yang ditemukan

JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JKK, Tahun 2016, Vol 5(4), halaman ISSN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

22

PERBANDINGAN METODE HIDROLISIS ASAM DAN BASA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT

Irma Ramadhani Febriaty1*, Harlia1, Andi Hairil Alimuddin1

1Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura,

Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak

*

email: irmaramadhanifebriaty@gmail.com

ABSTRAK

Asam oksalat merupakan senyawa dikarboksilat yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam sintesis berbagai produk kimia pada industri hilir. Telah dilakukan pada penelitian ini sintesis asam oksalat dari tandan kosong kelapa sawit. Sintesis dilakukan dengan menggunakan dua metode hidrolisis yaitu dengan metode asam (asam nitrat) dan metode basa (natrium hidroksida). Konsentrasi asam nitrat dan natrium hidroksida yang digunakan masing-masing 3, 4, 5 dan 6 M. Waktu reaksi divariasikan 60, 75, 90 dan 105 menit. Kondisi terbaik untuk pembuatan asam oksalat diperoleh dari oksidasi selulosa menggunakan asam nitrat 6 M dengan waktu reaksi 75 menit, rendemen yang dihasilkan sebesar 79,58%. Hasil tersebut lebih banyak daripada reaksi hidrolisis selulosa menggunakan NaOH 6 M dengan waktu reaksi 105 menit. Reaksi hidrolisis pada kondisi tersebut hanya menghasilkan 5,22% rendemen. Berdasarkan rendemen yang dihasilkan, metode hidroilisi asam lebih baik dari pada metode basa. Karakterisasi asam oksalat dilakukan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Spektrofotometer Massa (MS). Hasil FTIR metode basa menunjukkan adanya serapan OH (3411,8 cm-1), C=O (1687,6 cm-1), C-O (1263,3 cm-1), C-H alifatik (2925,8 cm-1), Sedangkan untuk metode asam menunjukkan adanya serapan OH (3402,43 cm-1), C=O (1620,21 cm-1), C-O (1126,43 cm-1), C-H alifatik (2939,52 cm-1). Hasil Analisis GC-MS menunjukkan berat molekul sampel sesuai dengan berat molekul dari asam oksalat.

Kata kunci : asam oksalat, TKKS, asam, basa

PENDAHULUAN

Asam oksalat merupakan senyawa dikarboksilat yang atom C nya masing-masing mengikat satu gugus hidroksil. Asam ini mempunyai bentuk kristal rombis piramid, tidak berwarna dan transparan, tidak berbau dan higroskopis. Asam oksalat mudah teroksidasi total oleh pengaruh panas yang tinggi sehingga terurai menjadi CO2 dan asam formiat (Kirk and Othmer,

1983; Lewis and Irving, 1983).

Asam oksalat dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna, krayon, industri lilin, tinta, bahan kimia dalam fotografi serta untuk keperluan analisis laboratorium. Pada industri logam, asam oksalat dipakai sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari korosif dan pembersih untuk radiator otomotif, metal (Mastuti, 2005). Pada bidang obat-obatan, asam oksalat dapat dipakai sebagai haemostatik dan anti septik luar (Dylla, 2008).

Selama ini, kebutuhan asam oksalat dalam negeri dipenuhi dengan cara impor dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Hongkong, Taiwan, China, Australia dan Italia. Indonesia mengimpor sebesar 1.573,582 ton pertahun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010.

Pembuatan asam oksalat telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya. Mastuti (2005) mensistesis asam oksalat dari sekam padi dengan hasil konversi asam oksalat sebesar 44,1097%. Dylla et al (2008) mensintesis asam oksalat dari kulit pisang dengan oksidasi asam nitrat yang mengandung 71,42% berat asam oksalat dihidrat. Coniwanti et al

(2008) mensintesis asam oksalat dari bahan baku limbah sabut kelapa dengan cara oksidasi menggunakan asam nitrat dan menghasilkan persen konversi sebesar 48,628%. Syamsyu herman (2011) mensintesis asam oksalat dari ampas tebu

(2)

23 dengan konversi asam oksalat 5,45 %. Desi Andiani (2009) mensintesis asam oksalat dari tongkol jagung dengan persen konversi asam oksalat sebesar 24,585%. Efridayanti (2014) mensintesis asam oksalat dari kulit kentang dengan hasil konversi asam oksalat yang dihasilkan sebesar 32,65%.

Industri pengolahan kelapa sawit menghasilkan berbagai macam limbah organik dalam bentuk padat maupun cair. Jumlah limbah organik padat terbesar pada industri pengolahan kelapa sawit adalah sekitar 94% dari total limbah organik. Limbah organik padat dari industri pengolahan kelapa sawit salah satunya berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pada tahun 2004, produksi tandan buah segar kelapa sawit diperkirakan mencapai 53,8 juta ton. Dari jumlah tersebut diperoleh limbah padat organik berupa tandan kosong kelapa sawit sebesar 12,4 juta ton (Sembiring, 2006; Gunadi, 2006; Irawan, 2007).

Limbah TKKS mengandung selulosa dan lignin. Selulosa merupakan polisakarida yang tersusun dari molekul-molekul anhidroglukosa. Molekul-molekul tersebut saling berkaitan dan membentuk rantai panjang, sehingga berat molekul selulosa sangat besar, rumus molekul selulosa dapat ditulis dengan (C6H10O5)n. menurut

Sudiyani (2009) kandungan selulosa yang terdapat dalam tandan kosong kelapa sawit sebesar 46,5%. Selulosa dari limbah TKKS apabila direaksikan dengan alkali kuat akan menghasilkan asam oksalat, asam asetat dan asam formiat (Kirk and Othmer, 1983).

Melihat kebutuhan asam oksalat di Indonesia yang sangat besar, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit dimana didalamnya terdapat kandungan selulosa yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku asam oksalat dengan proses hidrolisis menggunakan basa dan peleburan dengan alkali kuat. Dengan pemanfaatan limbah TKKS sebagai bahan baku pembuatan asam oksalat diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap limbah tersebut dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Oleh karena itu pada penelitian ini akan mereaksikan asam oksalat dari tandan kosong kelapa sawit menggunakan zat

penghidrolisis asam nitrat dan natrium hidroksida.

METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah neraca analitik, stop watch, seperangkat alat-alat gelas, thermometer, seperangkat alat refluks, seperangkat alat alat water bath, cawan petri, oven, hot plate, spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan Spektrofotometer Massa.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Akuades (H2O),

Natrium Hidroksida (NaOH), Kalsium klorida (CaCl2), Etanol 96%, Asam Sulfat (H2SO4),

Asam Nitrat (HNO3).

Cara Kerja

Preparasi Tandan Kosong Kelapa Sawit Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan tandan kosong kelapa sawit, pelaksanaan dan analisa hasil. Tandan kosong kelapa sawit yang diperoleh dari PT. Bumi Pratama Khatulistiwa diangin-anginkan di dalam ruangan selama 7 hari. Kemudian TKKS dipotong-potong, diblender hingga diperoleh TKKS yang halus.

Pembuatan Asam Oksalat dengan menggunakan Metode Basa (Syamsu, 2011)

Tandan kosong kelapa sawit sebanyak 15 gram dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambah 250 ml larutan NaOH 4 M, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 180ºC selama 45 menit. Bahan didinginkan, ditambah air panas 150 ml, lalu disaring dan dicuci dengan air panas hingga filtratnya jernih. Filtrat ditambahkan dengan larutan CaCl2 10% sampai terbentuk

endapan kemudian disaring. Endapan dilarutkan dalam H2SO4 2 M sebanyak 200

ml, kemudian disaring dan dicuci dengan menggunakan etanol 96%. Filtrat diuapkan pada waterbath pada temperatur 70ºC ± 1 jam. Kemudian filtrat didinginkan sampai terbentuk endapan asam oksalat yang berupa kristal jarum berwarna putih. Hasil yang diperoleh dimurnikan dengan proses rekristalisasi menggunakan pelarut etanol

(3)

24 96%. diulangi prosedur diatas dengan menggunakan variasi waktu peleburan yang berbeda yaitu 60, 75, 90 dan 105 menit dan variasi konsentrasi NaOH 3, 4, 5 dan 6 M. Asam oksalat hasil sintesis dianalisa menggunakan Spektrofotometer IR dan GC-MS.

Pembuatan Asam Oksalat dengan menggunakan Metode Asam (Coniwanti, 2008)

Tandan kosong kelapa sawit yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu refluks Sebanvak 15 gram kemudian ditambahkan asam nitrat dengan konsentrasi 3 M. Kemudian dipanaskan pada temperatur titik didih larutan yaitu pada temperatur kisaran 75°C selama 45 menit, lalu campuran tersebut didinginkan dan disaring. Filtrar yang didapat ditambah dengan Kalsium Klorida 10%, tunggu selama 12 jam. Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan asam sulfat 4 M berlebih sehingga terbentuk endapan. Kemudian endapan ini dicuci dengan air panas. Endapan disaring, filtratnya dianalisis. Percobaan diulangi untuk variasi waktu hidrolisis 60, 75, 90 dan 105 menit dan variasi konsentrasi asam nitrat 3, 4, 5 dan 6 M. Asam oksalat hasil sintesis dianalisis menggunakan spektrofotometer IR dan GC-MS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparasi sampel Tandan Kosong Kelapa Sawit

Setelah dibersihkan, tandan kosong kelapa sawit dikeringanginkan di dalam ruangan selama 7 hari. Kemudian Tandan kosong kelapa sawit dipotong-potong menjadi bagian kecil hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan tandan kosong kelapa sawit agar mempermudah proses hidrolisis dan mempercepat proses oksidasi tandan kosong kelapa sawit.

Pembuatan Asam Oksalat menggunakan Metode Asam

Pembuatan asam oksalat dengan menggunakan metode asam diawali melalui tahap preparasi sampel. Sampel yang telah kering dan dipotong-potong menjadi bagian yang kecil di reaksikan dengan asam nitrat dengan proses pemanasan. Proses oksidasi dari selulosa

yang terkandung di dalam bahan dengan asam nitrat akan menghasilkan asam oksalat, H2O dan gas NO. Sesuai dengan

reaksi berikut ini (Coniwanti, 2008):

6n HNO3 + (C6H10O5)n 3n H2C2O4 + 5n

H2O + 6n NO

Pada hidrolisis selulosa menjadi glukosa terjadi sesuai dengan reaksi sebagai berikut (Coniwanti, 2008):

(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O5 Asam oksalat yang dihasilkan akan mengalami reaksi oksidasi lanjut untuk menghasilkan gas CO2, gas NO, dan H2O.

Reaksi ini diharapkan dapat terjadi seminimal mungkin, karena asam oksalat yang dihasilkan akan semakin kecil Coniwanti (2008). Hal ini dapat dihindari dengan mengurangi resident time sehingga diperoleh asam oksalat sebanyak-banyaknya.

Sampel didinginkan untuk menghentikan reaksi, dan disaring untuk memisahkan produk yang teroksidasi dengan produk hasil oksidasi. Filtrat yang didapat ditambah dengan kalsium klorida lalu ditunggu selama 12 jam, berikut reaksi yang terjadi (Coniwanti, 2008):

H2C2O4 + CaCl2 CaC2O4 + 2HCl Asam oksalat yang didapat direaksikan dengan kalsium klorida menghasilkan kalsium oksalat dan asam klorida. Kalsium oksalat yang didapat direaksikan dengan asam sulfat berlebih sehingga terbentuk endapan asam oksalat dengan reaksi sebagai berikut (Coniwanti, 2008):

CaC2O4 + H2SO4 H2C2O4 + CaSO4

Endapan yang didapat disaring untuk memisahkan filtrat dan residu yang didapat dari proses penambahan asam sulfat. Hasil yang diperoleh dimurnikan dengan proses rekristalisasi.

Gambar 1. Variasi waktu pemanasan

40 50 60 70 80 90 50 70 90 110 P e rs e n K onve rs i Waktu (menit) 3M 4M 5M 6M

(4)

25 Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara umum terjadi peningkatan yield dengan naiknya kenaikan waktu pemanasan dan konsentrasi asam nitrat. Tetapi akan terjadi penurunan yield dengan terjadinya oksidasi lanjut. Yield asam oksalat akan mencapai titik maksimum pada waktu reaksi 75 menit dan konsentrasi 6 M untuk semua konsentrasi. Sementara untuk kondisi waktu dibawah 75 menit dan diatas 75 menit dengan konsentrasi 6 M hasil yang diperoleh menurun.

Gambar 2. Variasi waktu pemanasan 200 menit

Konsentrasi 6 M merupakan konsentrasi terbaik untuk menghasilkan asam oksalat, hal ini dapat dilihat ketika konsentrasi ditambah menjadi 7 M adanya penurunan hasil asam oksalat yang diperoleh.

Pembuatan Asam Oksalat menggunakan Metode Basa

Pembuatan asam oksalat dengan menggunakan metode basa diawali melalui tahap preparasi sampel. Sampel yang telah kering dan dipotong-potong kemudian direaksikan dengan natrium hidroksida dengan bantuan pemanasan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Mastuti, 2005):

(C6H10O5)n + 4n NaOH + 3n O2 n (COONa)2 + n CH3COONa + n HCOONa + 5n H2O + n CO2

Hidrolisis TKKS merupakan proses pemecahan polisakarida dari tandan kosong kelapa sawit yang terdiri dari lignin, selulosa dan hemiselolosa menjadi glukosa dengan menggunakan larutan asam atau basa (kennedy, dkk. 1992). Dalam proses hidrolisis TKKS, akan terjadi pemutusan ikatan glikosidik pada selulosa dan menghasilkan monomer-monomer glukosa, sedangkan dengan pemanasan lebih lanjut

akan terjadi oksidasi dan perombakan glukosa menjadi garam-garam oksalat, asetat dan formiat (Mastuti, 2005). Proses pemanasan bertujuan mempercepat reaksi hidrolisis selulosa yang terkandung dalam TKKS dan perombakan glukosa menjadi garam oksalat, asetat dan formiat. Setelah dipanaskan sampel kemudian didinginkan untuk memperlambat reaksi hidrolisis yang terjadi. Tahapan selanjutnya sampel ditambahkan dengan air panas untuk melarutkan garam oksalat, asetat dan formiat yang dihasilkan selama proses hidrolisis berlangsung.

Selanjutnya dilakukan tahap penyaringan, proses ini bertujuan untuk memisahkan sisa tandan kosong kelapa sawit yang tidak terhidrolisis dengan produk hasil hidrolisis. Filtrat yang didapat ditambahkan dengan larutan CaCl2 untuk

mengendapkan garam oksalat, asetat dan formiat, karena apabila bahan yang dihasilkan masih dalam bentuk natrium kelarutannya sangat tinggi atau sangat larut dalam air. Berikut reaksi yang terjadi (Coniwanti, 2008):

Na2C2O4 + CaCl2 CaC2O4+ 2NaCl Dari reaksi diatas dapat dilihat adanya penggantian ion dari natrium menjadi kalsium, dimana penggantian ion tersebut akan mengendapkan larutan kalsium oksalat yang dihasilkan. Endapan yang dihasilkan disaring untuk memisahkan hasil reaksi dari natrium oksalat menjadi kalsium oksalat. Endapan kalsium oksalat yang dihasilkan dilarutkan dalam asam sulfat, berikut reaksinya (Coniwanti, 2008):

CaC2O4 + H2SO4 H2C204 + CaSO4

Penambahan asam sulfat bertujuan untuk merubah kalsium oksalat menjadi asam oksalat. Reaksi ini menghasilkan asam oksalat yang berupa endapan dan kalsium sulfat yang berupa filtrat. Setelah ditambahkan asam sulfat kemudian disaring dan filtrat yang dihasilkan dicuci dengan menggunakan etanol, dan diuapkan dalam waterbath kemudian filtrat didinginkan sampai terbentuk endapan asam oksalat yang berupa kristal jarum berwarna putih. Hasil yang diperoleh dimurnikan dengan proses rekristalisasi.

Hasil penelitian pembuatan asam oksalat dari tandan kosong kelapa sawit melalui proses hidrolisis menggunakan

0 20 40 60 80 100 0 2 4 6 8 P e rs e n K onve rs i (% ) Konsentrasi (M)

(5)

26 natrium hidroksida dengan pengaruh waktu pemanasan dan konsentrasi disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Variasi konsentrasi asam nitrat

Berdasarkan gambar 3 diatas, dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan persen rendemen yang diperoleh dari proses hidrolisis seiring dengan bertambahnya waktu pemanasan dan konsentrasi natrium hidroksida. Didapat waktu maksimum pemanasan 105 menit dengan konsentrasi NaOH 6 M.

Gambar 4. Variasi konsentrasi asam nitrat 7 M

Waktu pemanasan 105 menit merupakan waktu terbaik untuk menghasilkan asam oksalat, hal ini dapat dilihat ketika waktu pemanasan ditambah menjadi 200 menit adanya penurunan hasil yang diperoleh, Penggunaan konsentrasi 6 M didasarkan pada hasil rendemen yang didapat memiliki hasil yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya.

Analisis FTIR asam Oksalat Asam Oksalat Standar

Asam oksalat standar menunjukkan vibrasi regangan gugus hidroksil (O-H) asam oksalat standar terdapat pada bilangan gelombang 3200-3700 cm-1. Gugus hidroksil dikarakterisasi pada serapan kuat dan tajam pada 3404,1 cm-1. Vibrasi regangan gugus

C=O asam oksalat standar terdapat pada bilangan gelombang 1687,6 cm-1, sedangkan vibrasi regangan gugus C-O asam oksalat standar terdapat pada bilangan gelombang 1141,8 cm-1. Berikut hasil spektrum FTIR asam oksalat standar, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Spektrum asam oksalat standar Asam Oksalat Metode Basa

Berikut hasil spektrum FTIR asam oksalat hasil sintesis metode basa, dapat dilihat pada Gambar 6 :

Gambar 6. Spektrum asam oksalat metode basa

Sampel metode basa hasil sintesis dari tandan kosong kelapa sawit memiliki vibrasi regangan gugus hidroksil (O-H) pada bilangan gelombang 3411,8 cm-1, untuk gugus C=0 terdapat pada bilangan gelombang 1687,6 cm-1 dan untuk gugus C-O terdapat pada bilangan gelombang 1461,9 cm-1.

Asam Oksalat Metode Asam

Berikut hasil spektrum FTIR asam oksalat hasil sintesis metode asam, dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil dari metode asam memiliki vibrasi regangan gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3402.43 cm-1,gugus C=O terdapat pada bilangan gelombang 1620,21 cm-1. Sedangkan gugus C-O terdapat pada bilangan gelombang 1126,43 cm-1. 0 1 2 3 4 5 6 50 70 90 110 per s e n k onve rs i (% ) Waktu (menit) 3M 4M 5M 6M 0 2 4 6 0 100 200 300 P e rs e n K onve rs i (% ) Waktu (Menit) OH C=O C-O OH C=O C-O

(6)

27 Gambar 7. Spektrum asam oksalat

metode asam

Vibrasi rentangan antara asam oksalat standar dengan asam oksalat hasil sintesis tandan kosong kelapa sawit memiliki puncak yang tidak jauh berbeda. Hal ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini, senyawa yang dihasilkan merupakan asam oksalat.

Analisis GC-MS asam Oksalat

Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC-MS, didapatkan 7 puncak senyawa yang teridentifikasi. Data hasil GC-MS disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 1. Data Luas Area Kromatogram

Produk Sintesis Asam Oksalat

Punc ak Waktu retensi (menit) Luas area % Berat Molekul Nama senyawa SI 1 1.234 52,30 32 Metanol 94 2 1.266 39,46 46 Etanol 94 3 1.434 4,65 86 Heksana 98 4 1.515 1,08 84 Siklopentana 82 5 2.079 0,90 92 Benzene 97 6 2.506 1,15 118 Dimetil oksalat 96 7 3.301 0,46 160 Metil propanedioat 89

Berdasarkan data hasil analisis menggunakan GC-MS pada produk hasil sintetsis didapatkan pada puncak 1 dan 2 yang teridentifikasi adalah senyawa metanol dan etanol. Senyawa ini dimungkinkan pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel ikut teridentifikasi saat proses pengukuran menggunakan GC-MS. Senyawa karboksilat yang dihasilkan dari proses sintesis tersebut teridentifikasi pada puncak ke 6 yaitu senyawa dimetil oksalat. Senyawa ini dihasilkan dari proses preparasi sampel sebelum dilakukan pengukuran. Sebelum dilakukan pengukuran, sampel dilakukan esterifikasi terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan ketika dilakukan pengukuran menggunakan GC-MS, senyawa-senyawa yang bersifat asam

akan menyebabkan penyumbatan pada kolom dan akan menghambat dalam proses analisisi selanjutnya. Spektra hasil analisa dimetil oksalat disajikan pada gambar berikut:

Gambar 8. Spektra massa dimetil oksalat Berdasarkan spektrum MS tersebut, diketahuai terdapat fragmentasi pada m/z = 74. Menurut Trikoupis dan Terlouw (1999), fragmentasi ini muncul akibat terjadinya pemecahan dimetil oksalat menjadi ion dimetoksikarben. Berikut mekanisme yang dijelaskan oleh Trikoupis dan Terlouw (1999) tentang pembentukan ion dimetoksikarben. Sedangkan, fragmentasi pada m/z = 59 muncul akibat terbentuknya senyawa CH3O—C=O+ dan memiliki

kelimpahan ion yang paling tinggi. Selain itu, muncul pola fragmentasi dengan m/z = 44 yang diakibatkan dilepaskannya CO2

ketika proses terbentuknya ion dimetoksikarben. Sedangkan m/z = 30 merupakan CH2O hasil dari pemecahan ion

dimetil oksalat menjadi ion metoksi. Untuk m/z = 90 karena terjadinya proses penataan ulang dimetil oksalat sehingga dalam proses penataan ulang terjadi pelepasan CO.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : kondisi terbaik untuk pembuatan asam oksalat melalui reaksi oksidasi asam nitrat yaitu pada waktu reaksi 75 menit, konsentrasi 6 M, dengan yield

asam oksalat sebesar 79,58%. Sedangkan kondisi terbaik melalui reaksi hidrolisis natrium hidroksida yaitu pada waktu reaksi 105 menit, konsentrasi 6 M, dengan yield

asam oksalat sebesar 5,22%. Metode asam menghasilkan rendemen paling baik daripada metode basa. Dimana untuk asam menghasilkan yield asam oksalat sebesar 79,58% sedangkan untuk basa menghasilkan yield asam oksalat sebesar 5,22%.

OH

C=O

(7)

28 DAFTAR PUSTAKA

Andiani, D. 2009, Pembuatan Asam Oksalat dari Tongkol Jagung dengan Pengaruh Waktu dan Konsentrasi HNO3, Politeknik Negeri Sriwijaya,

Palembang.

BPS, 2010, Data Impor Asam Oksalat di Indonesia., Jakarta.

Coniwanti,P., Oktarisky, Wijaya,R., 2008, Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat dengan Reaksi Oksidasi Asam Nitrat, Jurnal Teknik Kimia, Vol 4, No 1.

Dylla, C.W., dan Juniyanti, E,.2008, Pabrik Asam Oksalat Dari Kulit Pisang dengan proses Oksidasi Asam Nitrat, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember; Surabaya, (Skripsi). Efridayanti, 2014, Pembuatan Asam

Oksalat dari Kulit Kentang dengan Variasi Konsentrasi Asam Nitrat (HNO3) dan Lama Pemanasan Pada

Proses Hidrolisi, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.

Gunadi, D.H., 2006, Pemanfaatan Produk Samping Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan, Jakarta.

Kirk R.E, Othmer D.F. 1983, “Encyclopedia of Chemical Technology, Vol.16, Mei Ya Publications, Inc. , Taipei , pp. .621-625, 1945.

Lewis,RJ and Irving Sax,N, 1983, Hawley’s Condensed Chemical Dictionary, 11th ed , Van Nostrand Reinhold Company Inc., New York.

Mastuti, E. 2005, Pembuatan Asam Oksalat dari Sekam Padi. Jurnal Ekuilibrium Surakarta Vol 4, No. 1:13-17.

Moschoula A. Triskoupis and Johan K. Terlouw, 1999, How Do Dimethyl Oxalate Ions CH3

O-C(=O)-C(=O)-OCH3 Break in Half? Loss of CH3 +

CO2 Versus CH3O-C=O, Hamilton, Ontaria, Canada.

Syamsu, H, 2011, Kinetika Proses Pembuatan Asam Oksalat dari Ampas Tebu, Universitas Riau. Sembiring. 2006. Pembuatan ekstrak kering

terstandar jahe dan temulawak. Laporan Akhir Penelitian Dikti. Balittro. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Variasi waktu pemanasan
Gambar  4.  Variasi  konsentrasi  asam  nitrat   7 M
Gambar 8. Spektra massa dimetil oksalat  Berdasarkan  spektrum  MS  tersebut,  diketahuai terdapat fragmentasi pada m/z =  74

Referensi

Dokumen terkait

Proses ini diawali dengan pihak kemahasiswaan mengevaluasi data-data mahasiswa yang membutuhkan data calon penerima beasiswa, setelah dievaluasi nama-nama tersebut

Pada proses pelatihan untuk menghasilkan bobot terbaik dengan 4 layer tersembunyi dengan nilai koefisien korelasi 0,99 dan proses pengujian dengan menggunakan hasil dari pelatihan

Hal tersebut mengakibatkan alokasi pendanaan untuk pembelian tepung menjadi kurang tepat, dan perusahaan akan mengalami penurunan pendapatan jika perusahaan membeli

Selanjutkan dilakukan proses mengirimkan data antrian yang digunakan untuk proses pembuatan laporan informasi waktu lama antrian loket per pelayanan dan laporan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa model GSTAR (3 1 )-I(1) 3 terbaik adalah dengan menggunakan bobot seragam menghasilkan residual bobot lokasi yang

Berdasarkan masalah tersebut, penulis bermaksud membuat aplikasi optimasi penjadwalan produksi yang dapat membantu pihak CV Azaria dalam pemilihan metode penjadwalan

Hal tersebut selain tidak efektif juga dinilai tidak konsisten, karena dalam menentukan lokasi penyuluhan tidak mengacu pada skala pengukuran serta metode yang

Berdasarkan hasil uji coba didapatkan bahwa website toko online MC Store dapat menampilkan informasi tentang produk knowledge yang berisi pengetahuan tentang