• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Catarina Novita Wahyuningtyas 06 9114 033

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA

Disusun oleh :

Catarina Novita Wahyuningtyas 06 9114 033

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

(3)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Catarina Novita Wahyuningtyas

06 9114 033

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal ………. Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 : Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi., Psi. ... Penguji 2 : Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. ... Penguji 3 : ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. ...

Yogyakarta,………….2010 Dekan,

(4)

iv

Masa depan yang pernah kau jelang

Begitu banyaknya rintangan,

Yang slalu menghadang jalan kita

Dan kini kumulai berlari kencang

Kan kugapai semua impian

Kini kumulai berlari kencang,

Kan kugapai semua impian

Terindah…

Saat kau temui rintangan

Jangan pernah dirimu menyerah,

Cobalah untuk menghadapinya

Kau menang,bila dirimu percaya

(5)

v

(6)

vi

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2010

Penulis,

Catarina Novita

(7)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja. Subyek penelitian adalah 156 remaja dengan rentang umur antara 13-20 tahun. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala yang terdiri dari skala pola asuh demokratis dan skala harga diri. Skala pola asuh demokratis memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.963, sedangkan skala harga diri sebesar 0.883. Hasil penelitian menghasilkan r sebesar 0.483 dan nilai P sebesar 0.00. Hasil ini menunjukkan bahwa p<0.5= signifikan. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja. Mean teoritis skala pola asuh demokratis sebesar 150 dan mean empirisnya 192.69 sedangkan mean teoritis skala harga diri sebesar 96 dan mean empirisnya 108.21 dengan P sebesar 0.00. Hal ini berarti subyek penelitian memiliki pola asuh demokratis dan harga diri yang tinggi.

(8)

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the correlation between the democratic parenting style and the self esteem at adolescent. The subjects of this research were 156 adolescent between 16 and 20 years old. The hypothesis of this research is that there is a positive correlation between democratic parenting style and self esteem at adolescent. The measuring tool of this research is scale that consist of democratic parenting style scale and self esteem scale. The scale of democratic parenting style has an alphya reliability coefficient for 0.963, while self esteem at adolescent scale was 0.883. The result for r was 0.480 and P value was 0.00 these result suggested that P<0.5=significant. This result means there is a positive correlation that significant between democratic parenting style and self esteem at adolescent. The theoretical mean of democratic parenting style scale was 150 and the empirical mean was 192.69 while the theoretical mean of self esteem scale was 96 and the empirical mean was 108.21 with P value was 0.00. This means that subject of this research have high democratic parenting style and high self esteem.

(9)

ix Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : CATARINA NOVITA WAHYUNINGTYAS

NIM : 06 9114 033

adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, memberikan skripsi saya yang berjudul:

“Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Harga Diri pada Remaja”

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

Oleh karena itu Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mempublikasikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya atau memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk digunakan dengan semestinya.

Yogyakarta, ………..2010 Penulis,

(10)

x

dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Harga Diri pada Remaja”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan di fakultas Psikologi, universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Y. Heri Widodo, S. Psi., M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan dan begitu banyak saran dalam penulisan skripsi ini.

(11)

xi

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

7. Ibu Agnes Indar E., Psi., M.Si terima kasih atas bimbingannya saat penulis menjadi asisten grafis.

8. Mas Muji, mas Gandung, bu Nanik, mas Doni, pak Gie’, terima kasih atas bantuannya selama ini dalam urusan administrasi.

9. Bapak Cyrillus Suwarji dan ibu Clarentina Bingah Suwarni yang tercinta...berjuta terima kasih atas doa, motivasi, kasih sayang dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama ini..sangat bangga dan beruntung memiliki orang tua sehebat kalian.

10. Mas bowo dan keluarga..terima kasih atas motivasi yang diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

11. Mbah kakung, mbah putri, bulik-bulikku dan sepupu-sepupuku...terima kasih atas pertanyaan “kapan lulusnya” yang menjadikanku termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.

12. Yang tak pernah lekang oleh waktu...Albertus Sigit Prawoto...terima kasih untuk cinta, kesabaran, pengertian dan motivasinya...kasih sayangmu menguatkanku.

(12)

xii

Velly, Cupri, Cecil, Ance, Vio, Avis, Gose, Putu, Yoko....terima kasih atas bantuannya..tanpa kalian skripsi ini tidak akan cepat selesai.

15. Sheenta dan Anna…teman yang membimbing penyelesaian skripsi ini serta mengajariku tentang SPSS..matur nuwun.

16. Temen-temen satu bimbingan (Sheenta, Anna, Rona, Made, Cicil, Dian, Winda) yang selalu ngantri senin-selasa..terima kasih atas sharing dan kebersamaan dalam berjuang menyelesaikan skripsi.

17. Lusia Tatik Kartikawati...terima kasih atas pinjeman laptopnya…atas bantuan menyebarkan kuesioner dan entri datanya serta motivasi yang diberikan pada penulis...”segera menyusul ya tik...semangat demi masa depan.hehehe.

18. Chika dan Viany...terima kasih atas pengertian, kesabaran dan persahabatannya...kalian telah mengajariku banyak hal untuk menjadi dewasa.

19. Ely, Emak, Dephi, Rara, Chacha, Mia, Erze, Windi, Ikke, Noetz, Berto, Satria, Adit, Kessed, Coro, Komeng, Paymun, Maz kun...terima kasih atas dukungan dan motivasi yang diberikan pada penulis…terima kasih telah berbagi banyak hal denganku...keep our friendship.

(13)

xiii

Garbo, Danu..saat aku membutuhkan, kalian pasti selalu ada..terima kasih kawan.

22. Yang pernah menjalani hidup bersama..anak-anak Palem..Atha, Ely, Nona, Mumbubz, Mira, Mba endoels...terima kasih atas proses yang mendewasakan…sangat membahagiakan mengenal kalian.

23. Alma’ers…mba Nita terima kasih buat ajaran visionya...Velly, Cupri, Meimei, Pitri, Yuli, Tika kecil...terima kasih atas canda tawa, motivasi dan kebersamaannya.

24. Anak-anak Putri Ayu..Rinda, Wiwik, Asti...terima kasih banyak atas bantuan dan motivasinya.

25. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan, doa dan kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih memiliki kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran masih penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Yoyakarta, 25 Agustus 2010 Penulis

(14)

xiv

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ATAU SKEMA ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

(15)

xv

4. Perkembangan Harga Diri ... 16

5. Harga Diri Remaja... 18

B. Pola Asuh Demokratis ... 19

1. Pengertian Pola Asuh Demokratis ... 19

2. Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis ... 20

3. Pola Asuh Demokratis pada remaja... 21

C. Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja ... 22

D. Hipotesis ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

D. Subyek Penelitian ... 29

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 30

F. Pertanggungjawaban Mutu ... 35

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Daya Beda Item... 35

3. Uji Reliabilitas ... 38

(16)

xvi

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

B. Data Demografi Subyek Penelitian ... 41

C. Uji Asumsi... 42

a. Uji Normalitas... 42

b. Uji Linearitas... 42

D. Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Hipotesis ... 43

2. Uji Tambahan... 43

E. Pembahasan ... 45

BAB V PENUTUP... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA... 53

(17)

xvii

Tabel 2 Skor Butir-butirFavorableSkala Pola Asuh Demokratis ... 36

Tabel 3 Skor Butir-butirUnfavorableSkala Pola Asuh Demokratis... 37

Tabel 4 Skor Butir-butirFavorableSkala Harga Diri ... 38

Tabel 5 Skor Butir-butirUnfavorableSkala Harga Diri... 38

Tabel 6 Tabel Skala Pola Asuh Demokratis Sebelum dan Sesudah Uji Coba... 41

Tabel 7 Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Demokratis Sesudah Uji Coba ... 41

Tabel 8 Data Usia Subyek Penelitian... 45

(18)

xviii

(19)

xix

Skala Pola Asuh Demokratis... 59

LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Korelasi ... 68

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya harga diri yang dimiliki oleh remaja akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan mendasar, selain kasih sayang dan rasa aman. Orang-orang yang tidak atau kurang terpenuhi kebutuhan harga dirinya cenderung memiliki sifat-sifat negatif antara lain merasa rendah diri, lemah, dan tidak berdaya (Maslow, dalam Hall&Linzey, 1993). Harga diri pada remaja seringkali dihubungkan dengan kenakalan dan tindak kekerasan. Remaja yang memiliki harga diri yang rendah cenderung berperilaku menyimpang. Para ahli menyatakan bahwa remaja dengan harga diri rendah yang disertai pengalaman kegagalan, sering melakukan perbuatan kriminal dan kekerasan untuk meningkatan harga diri dan eksistensi pada peer-groupnya.

Remaja akan merasa memiliki harga diri yang tinggi dengan melakukan kenakalan karena kelompoknya akan mendukung dengan memberikan perasaan saling memiliki, penerimaan, dan disini remaja akan merasa penting. Selain kekerasan dan kriminal, harga diri juga berkaitan dengan penyalahgunaan obat terlarang dan perilaku bunuh diri pada remaja. Jika seseorang memiliki penerimaan diri yang baik ia akan mampu menyatu dengan baik dengan lingkungannya, maka kehidupannya akan menjadi sangat

(21)

bernilai dan bermakna. Sehingga ia tidak akan mungkin dengan sengaja menyakiti dirinya sendiri.

Seorang remaja yang memiliki harga diri yang negatif menurut Tambunan (2001) akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu atau tidak berharga. Di samping itu, remaja dengan harga diri yang negatif cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Berawal dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga, mereka mengkompensasikan dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dirinya lebih berharga, misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya.

(22)

bunuh diri altruistik yang sebagian muncul karena perasaan malu. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tertentu remaja merasa malu dengan teman-temannya. Dengan kata lain penerimaan dirinya terganggu. Harga dirinya merasa terabaikan. Sarah (1988) mengatakan, penerimaan diri yang rendah merupakan faktor penting yang mempengaruhi ide dan percobaan bunuh diri. Seseorang yang memiliki penerimaan diri yang rendah mungkin akan melakukan tindakan bunuh diri meskipun ia memiliki dukungan sosial yang baik. Seseorang dengan penerimaan diri yang baik dan memiliki keinginan untuk bisa nyaman dalam lingkungan barunya lebih bisa mencapai tujuan. Ketika ditolak oleh kelompok maupun lingkungan sekitarnya, individu yang memiliki penerimaan diri yang baik mungkin akan merasa tertekan untuk sementara, tapi perasan itu akan segera hilang. Sedangkan remaja dengan penerimaan diri yang rendah akan terus merasa ditolak karena perasaan rendah dirinya, dan merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya.

(23)

di luar dirinya yang menentukan segala sesuatu (“Sekilas tentang harga diri, 2008). Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, sangat wajar bila dalam usianya, remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Namun, bila ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya (“Sekilas tentang harga diri”, 2008)

Permasalahan diatas membuktikan bahwa harga diri atau self esteem sebagai salah satu kepribadian, mempunyai peranan yang sangat penting bagi remaja untuk membentuk pribadi yang seimbang. Sebagai generasi penerus bangsa seorang remaja harus mempunyai kepribadian yang seimbang, disamping harus mengembangkan intelektual sebagai calon tenaga ahli. Coopersmith (1967) mengungkapkan bahwa harga diri dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial, kondisi fisik, jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi dan kondisi psikologis individu. Harga diri individu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku yang ditampilkannya.

(24)

dekat dan berarti bagi anak sangat berperan dalam perkembangan kepribadian individu. Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak merupakan iklim psikologis yang timbul dalam bentuk interaksi antara orang tua dan anak di lingkungan keluarga, hal itu akan dapat mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri sehingga dapat berpengaruh pula terhadap pembentukan harga diri anak tersebut. Apabila di dalam lingkungan keluarga anak merasa tertekan, tidak aman, dan tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapatnya, maka anak akan cenderung terbentuk menjadi individu yang tertutup serta sulit membuka diri untuk orang lain, karena ia telah terbiasa dengan kondisi tertekan. Hal ini menyebabkan anak memiliki penilaian yang negatif pada dirinya atau cenderung memiliki harga diri yang rendah.

(25)

memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Atamimi (1992) menambahkan bahwa pola asuh demokratis juga ditandai oleh sikap tidak mengontrol dan tidak menuntut dari orang tua kepada anak, tetapi lebih menitikberatkan pada sikap yang hangat, ada komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak. Dengan menerapkan pola asuh demokratis dalam mendidik anak, maka akan mendorong anak untuk menilai dirinya secara positif, tidak hanya ketika anak berada dalam keluarga akan tetapi saat anak berada di lingkungan sosial.

(26)

menerima dirinya sendiri serta selalu memiliki emosi dan perasaan yang negatif.

Penelitian-penelitan sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul “Program Bimbingan Bagi Orang Tua dalam Penerapan Pola Asuh Untuk Meningkatkan Kematangan Sosial Anak” dengan subyek Anak dan Orang Tua di TK Islam Terpadu Anak Soleh Mataram (Habibi, 2000). Dalam penelitian tersebut, Habibi mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kematangan sosial anak. Anak dengan pola asuh demokratis lebih dapat mengembangkan kematangan sosialnya. Pola asuh demokratis banyak memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikologis anak. Dalam kesimpulan penelitian tersebut dikatakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan membawa dampak pada kepribadian anak yang lebih positif daripada penerapan pola asuh lainnya.

Dalam penelitian ini secara khusus penulis membahas tentang pola asuh demokratis dengan harga diri remaja. Hal ini bertujuan untuk mengungkap apakah pola asuh demokratis berkaitan dengan harga diri pada remaja.

B. Rumusan Permasalahan

(27)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Informasi dan pengetahuan tentang hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja telah dipaparkan dan dapat digali melalui penelitian ini, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan masukan empiris serta untuk menambah referensi dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian psikologi perkembangan yang menyangkut pembentukan dan perkembangan harga diri remaja terutama dalam kaitannya dengan pola asuh demokratis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orangtua

(28)

b. Bagi remaja

Melalui penelitian ini remaja dapat belajar dan mengetahui tentang bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadiannya sehingga nantinya penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi remaja dalam perkembangan kepribadiannya. c. Masyarakat umum

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Harga Diri

1. Pengertian Harga diri

Ada beberapa definisi mengenai harga diri yang dikemukakan oleh para ahli. Coopersmith (1967), mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan sejauh mana individu percaya bahwa dirinya mampu berarti, berhasil dan berharga. Hal tersebut didukung oleh pendapat Klass dan Hodge (1978), yang mengemukakan bahwa harga diri merupakan persepsi diri individu tentang rasa keberhargaannya, dimana proses tersebut diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan serta penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap individu.

Calboun (1990) berpendapat bahwa harga diri merupakan hasil dari salah satu dimensi dari konsep diri yaitu evaluasi diri, yang dimaksud adalah penilaian terhadap diri sendiri melawan apa yang dirasakan dapat dilakukan dan harus dapat dilakukan. Jadi evaluasi diri merupakan penilaian terhadap diri yang nyata dan diri yang dicita-citakan. Hasil dari penilaian ini menunjukkan tingkat harga diri seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambunan (2001), bahwa

(30)

harga diri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini.

Branden (2001) menambahkan bahwa harga diri merupakan pengalaman intim yang berada dalam inti kehidupan. Harga diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang diri sendiri, bukanlah apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain tentang siapa diri kita sebenarnya.

Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan hasil dari penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang menunjukkan tingkat kepercayaan individu bahwa dirinya mampu berarti, berhasil dan berharga.

2. Aspek-aspek harga diri

(31)

a. Kekuatan (Power), yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain serta mengontrol diri sendiri. Keberhasilan seseorang yang meliputi kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, mengendalikan dan mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai tujuan dan kemampuan melakukan inisiatif yang baik.

b. Keberartian (Significance), yaitu individu yang memandang dirinya sesuai dengan pandangan orang lain yang nampak dari adanya penerimaan, penghargaan, perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Penerimaan dan perhatian biasanya ditunjukkan dengan adanya penerimaan dari lingkungan, ketenaran, dukungan dari keluarga dan masyarakat.

c. Kebajikan (Virtue), yaitu kebajikan atau ketaatan individu pada nilai-nilai moral, etika serta aturan-aturan, ketentuan yang ada dalam masyarakat dan juga memberi contoh yang baik. Makin taat seseorang menjalankan apa yang telah digariskan oleh lingkungan, makin dapat seseorang dijadikan contoh oleh lingkungan sehingga harga dirinya semakin tinggi.

(32)

membawa ke arah kerugian atau kegagalan, sehingga mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri

Harga diri tidak dibawa sejak kecil, namun merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman hidup individu dalam relasinya dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Di bawah ini faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri antara lain:

a. Lingkungan keluarga

(33)

b. Lingkungan sosial

Coopersmith (1967) mengatakan bahwa harga diri dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Para remaja akan mengevaluasi dirinya melalui respon yang diberikan oleh orang lain. Apabila lingkungan memberi tanggapan yang baik dimana individu merasa diterima, dihargai, diperhatikan dan memperoleh kasih sayang maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang baik. Sebaliknya bila lingkungan menolak dan tidak mempedulikan individu maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang buruk.

c. Kondisi psikologis individu

Rosenberg (dalam Coopersmith, 1967) mengemukakan adanya beberapa variabel dalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep nilai, aspirasi, mekanisme pertahanan diri dan pengalaman hidup individu yang berkaitan dengan keberartian diri, keberhasilan diri, performansi diri dan nilai-nilai kebajikan.

Pengalaman individu yang berkaitan dengan keberartian diri menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan berharga menurut standart dan nilai-nilai pribadinya.

(34)

dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri dan orang lain semakin tinggi harga dirinya

Pengalaman individu yang berkaitan dengan performansi diri adalah kemampuan individu dalam mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan harapan dan keinginannya. Individu yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tuntutan dan harapannya akan membentuk harga diri yang tinggi, namun bila tidak akan membentuk harga diri yang rendah.

Pengalaman individu yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan menyangkut ketaatan individu terhadap standar moral, etika dan prinsip serta agama yang diyakininya. Apabila individu berperilaku sesuai moral, etika, dan prinsip yang ada dalam masyarakat maka masyarakat akan menerima, memberi penilaian yang baik dan penghargaan terhadap mereka sehingga dapat membentuk harga diri yang tinggi.

d. Kondisi fisik

(35)

e. Kondisi sosial ekonomi

Coopersmith (1967) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang meyakinkan antara harga diri dengan status sosial ekonomi. Individu dengan harga diri tinggi lebih banyak ditemukan pada kalangan sosial ekonomi tinggi. Hal ini disebabkan karena status sosial ekonomi yang dimiliki seseorang dapat memberikan prestise tertentu dalam masyarakat, dan prestise tersebut dapat mempengaruhi harga diri individu yang bersangkutan.

f. Jenis Kelamin

Bachman dan O’Malley (1977) berpendapat bahwa wanita mempunyai harga diri yang rendah bila dibandingkan dengan pria. Hal tersebut terjadi karena wanita merasa dirinya lebih rendah, kurang mampu dan harus dilindungi oleh pria sehingga dalam menilai dirinyapun cenderung lebih rendah.

4. Perkembangan harga diri

(36)

pada akhirnya perasaan kompleks tentang diri sendiri. Hasil akhirnya adalah perasaan menyeluruh tentang harga diri atau ketidakmampuan diri. Bradshaw (1967) juga berpendapat bahwa harga diri tidak dapat terbentuk dengan begitu saja melainkan diperoleh dalam proses interaksi dengan orang lain.

Noesjirwan (1979) mengemukakan bahwa harga diri merupakan perkembangan dari rasa ketergolongan, rasa kemampuan dan rasa keberartian.

a. Rasa ketergolongan

Rasa ketergolongan sehubungan dengan harga diri berarti bahwa individu merasa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok, diterima dan dihargai kelompok.

b. Rasa kemampuan

Individu menilai dirinya sendiri berdasarkan kemampuan untuk melaksanakan atau mencapai hal-hal yang diinginkannya. Bila individu berhasil mencapai keinginan tersebut dengan cara yang efektif maka individu akan menilai dirinya positif.

c. Rasa keberartian

(37)

5. Harga diri remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dalam hidup yang penting bagi perkembangan harga diri dan menuntut untuk dipenuhi, karena harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja. Harga diri remaja berkembang dan terbentuk dari interaksinya dengan orang lain. Harga diri yang tinggi akan membawa pengaruh terhadap perilaku positif pada remaja dan sebaliknya.

Nathaniel (Koentjoro, 1989) menyimpulkan bahwa harga diri yang tumbuh dan dimiliki oleh remaja berasal dari penilaian orang lain yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses kognitif, afektif, keinginan, nilai dan tujuan yang kemudian menjadi penilaian positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Penilaian yang positif terhadap diri sendiri berarti menimbulkan rasa menghargai diri sendiri atau harga diri yang positif, dan sebaliknya penilaian yang negatif terhadap diri sendiri akan menimbulkan harga diri yang negatif. Harga diri yang dimiliki seorang remaja merupakan kunci penting pada tingkah laku yang akan membawa remaja menilai dirinya sebagai orang yang berhasil atau tidak. Kemantapan harga diri punya pengaruh penting dalam perkembangan remaja. Selanjutnya harga diri yang mantap akan membantu remaja untuk dapat mengerti dan memahami diri sendiri yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya.

(38)

remaja. Selanjutnya harga diri yang mantap akan membantu remaja untuk dapat mengerti dan memahami diri sendiri yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya.

B. Pola asuh Demokratis

1. Pengertian pola asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara anak dan orang tua (Hurlock, 1973). Vaughan (1984) mengatakan bahwa dalam keluarga demokratis anak diberi kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya seperti dalam kelompok diskusi, ide-ide tersebut menjadi permulaan dalam pengambilan keputusan kelompok. Dapat dikatakan bahwa orang tua dengan pola asuh demokratis cukup memberikan perhatian dan tanggapan terhadap keinginan dan pendapat anak.

(39)

2. Aspek-aspek pola asuh demkoratis

Berikut ini adalah aspek-aspek pola asuh demokratis menurut Santrock (2007):

a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua

1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan

2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak.

3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama

b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal)

1) Orang tua mampu bersikap paraphrasing (secara halus mengungkapkan kembali pernyataan anak dengan bahasa yang lebih tepat dan lebih baik).

2) Orang tua memiliki teknik bertanya yang baik untuk memancing sikap kritis anak.

3) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya.

c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak.

(40)

2) Orang tua memiliki kesabaran dan kegigihan dalam mengasuh dan mendidik anak.

3) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak. 4) Anak diakui keberadaannya oleh orang tua

3. Pola asuh demokratis pada remaja

(41)

C. Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada

remaja

Berkembangnya harga diri seorang individu berkaitan erat dengan pola asuh orang tua di dalam keluarga, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan menentukan kepribadian anak (Tambunan 2001). Pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak akan mempengaruhi perilaku dan kepribadian anak, dimana perilaku dan kepribadian ini akan terbawa ke lingkungan sosial anak. Ada berbagai macam pola asuh orang tua di dalam keluarga dan perbedaan pola asuh orang tua ini akan menghasilkan seorang anak dengan perilaku dan kepribadian yang berbeda (Hauck, 1995).

(42)

dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orangtuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (Santrock, 2007).

Orang tua yang mendidik anak dengan pola asuh demokratis dalam prakteknya selalu menerapkan unsur kepercayaan dan penerimaan. Orang tua dalam pola asuh ini selalu memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak. Orang tua juga mengajarkan sikap mandiri dan sikap yang penuh tanggung jawab kepada anak. Pola komunikasi dua arah menjadi ciri utama dalam pola asuh ini sehingga hubungan antara anak dengan orang tua menjadi lebih terbuka (Hurlock, 1999)

Bentuk disiplin yang diterapkan dalam pola asuh demokratis cukup fleksibel. Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama. Apabila anak tidak setuju dengan peraturan yang telah dibuat maka ada penjelasan yang rasional dan objektif. Kontrol-kontrol yang diberikan orang tua dalam mendidik anak diterapkan secara fleksibel, hal ini dilakukan untuk memancing sikap terbuka anak sehingga segala sesuatu yang dilakukan anak dapat diketahui oleh orang tua

(43)

diberikan secara terbuka kepada anak (Lemens, Harris, dkk 1995).. Berbagai kebutuhan anak yang berhubungan dengan pendidikan juga mendapat pemenuhan yang cukup dari orang tua. Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan memiliki sikap mandiri, tegas terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan introspeksi dan mengendalikan diri, mudah bekerjasama dengan orang lain, ramah terhadap orang lain dan mudah bergaul dengan orang lain. Kepribadian ini dapat terbentuk pada anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis karena dalam pola asuh ini diterapkan unsur kepercayaan dan penerimaan.

(44)

Skema hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri

pada remaja

Pola Asuh Demokratis

Orang tua menerapkan unsur kepercayaan dan penerimaan

dalam mendidik anak

Orang tua memberikan teladan perilaku kepada anak

Orang tua menerapkan peraturan kepada anak berdasarkan kesepakatan bersama anak dan orang tua

Orang tua terlibat serta terbuka terhadap perkembangan anak

Individu merasa berarti

Individu taat pada nilai-nilai moral, etika serta aturan atau ketentuan dalam masyarakat

Individu memiliki kemampuan untuk mengontrol orang lain serta

mengontrol diri sendiri

Individu mampu mencapai hal-hal yang diharapkan, mendapatkan prestasi yang baik serta mampu menghadapi masalah-masalahnya

Harga Diri Positif

D. Hipotesis

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian inferensial kuantitatif korelasional. Penelitian inferensial adalah metode penelitian yang dirancang untuk membuat suatu kesimpulan tentang populasi melalui pengambilan sampel (Deuna, 1996). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan membuat suatu kesimpulan antara dua variabel yaitu pola asuh demokratis dan harga diri.

B. Identifikasi Varibel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel prediktor : Pola asuh demokratis

2. Variabel kriterium : Harga diri

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah persepsi remaja terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang ditandai dengan adanya sikap terbuka antara anak dengan orang tua, serta adanya peraturan dalam keluarga yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama. Selain itu, orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk berpendapat yang ditandai

(46)

dengan kebebasan untuk mengungkapkan ide- ide atau gagasan anak pada orang tua ataupun sebaliknya.

Pola asuh demokratis dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala pola asuh demokratis, skala ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan aspek-aspek berikut ini (Santrock, 2007):

a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua

1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan

2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak.

3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima

secara verbal)

1) Orang tua mampu bersikap paraphrasing (secara halus mengungkapkan kembali pernyataan anak dengan bahasa yang lebih tepat dan lebih baik).

2) Orang tua memiliki teknik bertanya yang baik untuk memancing sikap kritis anak.

3) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya.

c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak.

(47)

2) Orang tua memiliki kesabaran dan kegigihan dalam mengasuh dan mendidik anak.

3) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak. 4) Anak diakui keberadaannya oleh orang tua

Semakin tinggi skor total yang diperolah, maka semakin tinggi pola asuh demokratis. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pola asuh demokratis.

2. Harga Diri Remaja

Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kekuasaan dan kebajikan (Coopersmith, 1967).

Harga diri remaja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala harga diri, skala ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan aspek-aspek berikut ini:

a. Kekuatan (Power), yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain serta mengontrol diri sendiri. Keberhasilan seseorang yang meliputi kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, mengendalikan dan mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai tujuan dan kemampuan melakukan inisiatif yang baik. b. Keberartian (Significance), yaitu keberartian individu menurut orang

(48)

ditunjukkan dengan adanya penerimaan dari lingkungan, ketenaran, dukungan dari keluarga dan masyarakat.

c. Kebajikan (Virtue), yaitu kebajikan atau ketaatan individu pada nilai-nilai moral, etika serta aturan-aturan, ketentuan yang ada dalam masyarakat dan juga memberi contoh yang baik. Makin taat seseorang menjalankan apa yang telah digariskan oleh lingkungan, makin dapat seseorang dijadikan contoh oleh lingkungan sehingga harga dirinya semakin tinggi.

d. Kompetensi (Competence), yaitu kemampuan yang diartikan sebagai performance atau penampilan yang sesuai untuk mendapatkan prestasi yang baik, untuk mencapai hal-hal yang diharapkan. Individu akan menghindari hal-hal yang akan membawa ke arah kerugian atau kegagalan, sehingga mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.

Semakin tinggi skor total yang diperolah, maka semakin positif harga diri yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin negatif harga diri yang dimiliki.

D. Subyek Penelitian

(49)

Peneliti tertarik mengambil subyek dalam kategori usia remaja dengan pertimbangan bahwa pada usia ini karena masa remaja merupakan salah satu periode dalam hidup yang penting bagi perkembangan harga diri dan menuntut untuk dipenuhi, karena harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja. Pada masa ini remaja juga telah mampu membentuk kesan, pendapat dan perasaan tentang perilaku dan sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik dirinya di dalam keluarga.

Subyek dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, Dalam teknik ini, pemilihan subyek didasarkan atas ciri atau karakteristik yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Karakteristik pengambilan sampel adalah usia 13-20 tahun yang merupakan rentang usia dalam masa remaja.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode berskala (scaled questionnaire), yang disusun dengan menggunakan metode penskalaan model likert. Penskalaan model likert adalah metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar, 1999). Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala pola asuh demokratis dan skala harga diri remaja. Masing-masing skala dalam penelitian ini disusun dengan menggunakanmodel skala likert.

(50)

1. Skala Pola Asuh Demokratis

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pola asuh demokratis adalah Skala Pola Asuh Demokratis. Skala yang digunakan untuk mengungkap pola asuh demokratis didasarkan pada tiga aspek dasar pola asuh demokratis yaitu aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua, aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal), aspek kehangatan dan keterlibatan orangtua terhadap perkembangan anak. Skala tersebut menggunakan pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu “Sangat setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”.

(51)

Tabel 1

Tabel Spesifikasi Item-item Skala Pola Asuh Demokratis

Aspek No Item

Jumlah 45 45 90

Penilaian subyek untuk pernyataan positif (favorable) pada skala Pola Asuh Demokratis yaitu:

Tabel 2

Skor Butir-butirFavorableSkala Pola Asuh Demokratis

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

(52)

Tabel 3

Skor Butir-butirUnfavorableSkala Pola Asuh Demokratis

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Skor yang rendah menunjukkan rendahnya harga diri subyek, sedangkan semakin tinggi skor, menunjukkan semakin tingginya harga diri subyek. 2. Skala Harga Diri

Pengukuran harga diri remaja menggunakan Skala Harga Diri yang disusun oleh Heri Widodo. Skala Harga Diri disusun berdasarkan empat aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith, yaitu:

a. Kekuasan (Power) b. Kerartian (Significance) c. Kebajikan (Virtue)

d. Kemampuan (Competence)

Skala Harga Diri yang digunakan terdiri dari 32 item dengan taraf reliabilitas 0.833.

(53)

Tabel 4

Skor Butir-butirFavorableSkala Harga Diri

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Semakin tinggi skor subyek pada butir tertentu, maka semakin tinggi harga diri subyek pada aspek yang bersangkutan. Sebaliknya, semakin rendah skor butir tertentu, maka semakin rendah harga diri subyek pada aspek yang bersangkutan. Penilaian subyek untuk pernyataan negatif (unfavorable) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Skor Butir-butirUnfavorableSkala Harga Diri

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 5

(54)

F. Pertanggungjawaban Mutu

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Pengukuran atau pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara nilai dari tiap-tiap item pernyataan dengan skor total. Melalui perhitungan tersebut diketahui seberapa besar masing-masing sumbangan item pernyataan terhadap skor total.

Validitas yang digunakan alat ukur ini adalah validitas isi yang menunjuk pada sejauh mana item-item dalam alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Validitas isi diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi atauprofessional judgement(Azwar, 1999). Analisis rasional atau professional judgement dilakukan oleh peneliti dengan cara mengkonsultasikan item-item yang telah disusun kepada ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah item-item yang telah disusun mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur atau tidak (Sugiyono, 1999).

2. Uji Daya Beda Item

(55)

skor skala yang menghasilkan koefisien korelasi item total. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.3 (≥ 0.3) dianggap memiliki daya beda item yang memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara item dan skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item dan skala secara keseluruhan (Azwar, 2000).

(56)

Tabel 6

Tabel Skala Pola Asuh Demokratis Sebelum dan Sesudah Uji Coba

No. Item Baik No. Item Tidak Baik

Aspek

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Keseimbangan

Tabel 7 berikut ini menunjukkan spesifikasi item setelah dilakukan penelitian uji coba :

Tabel 7

Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Demokratis Sesudah Uji Coba

Aspek No Item

(57)

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Taraf reliabilitas dapat diartikan sebagai taraf sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam ketepatan dan ketelitian hasil. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx²) yang berada dalam rentang angka 0 sampai 1.00. semakin tinggi koefisien reliabilitas yang diperoleh maka semakin mendekati angka 0, yang berarti bahwa reliabilitasnya semakin rendah (Azwar, 2000). Semakin tinggi koefisien reliabilitas yang diperoleh dalam penelitian maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subyek yang diteliti.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan sekali tes melalui teknik Alpha Cronbach. Pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar item bagian dari skala. Prosedur pendekatan ini hanya dilakukan satu kali dan pengenaan tes hanya dilakukan pada sekelompok individu sebagai subyek sehingga pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 2000).

(58)

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara distribusi sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolomogorov-Smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikansi lebih besar dari 5% atau 0.05. Sebaliknya, apabila signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 5% atau 0.05 maka sebaran data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

(59)

2. Uji Hipotesis

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini melibatkan 156 subyek. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2010 sampai 15 Mei 2010 dengan cara meminta subyek memberikan jawaban pada kuesioner yang berisi dua skala, yaitu skala pola asuh demokratis dan skala harga diri remaja. Peneliti membagikan 200 eksemplar pada subyek di beberapa sekolah dan universitas di yogyakarta seperti SMA De Brito, SMA Stella Duce, SMA Depok I, Universitas Gajah mada, Universitas Atma Jaya, Universitas Sanata Dharma.Skala kembali dengan jumlah 156.

B. Data Demografi Subyek Penelitian

Usia subyek dalam penelitian ini berkisar dari 16 sampai 20 tahun. Subyek yang berusia 16 tahun sebanyak 23 atau sebesar 14.74%, usia 17 tahun sebanyak 23 atau sebesar 14.74%, usia 18 tahun sebanyak 22 atau sebesar 14.10%. subyek yang berusia 19 tahun sebanyak 67 atau sebesar 42.95%. Sedangkan subyek yang berusia 20 tahun sebanyak 21 atau sebesar 13.46%. Berikut ini merupakan tabel data demografi subyek penelitian berdasarkan usia.

(61)

Tabel 8

Data Usia Subyek Penelitian

Usia Jumlah Persentase

Uji normalitas dilakukan dengan SPSS 15.0 for windows dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1) Nilai probabilitas (P) pada variabel pola asuh demokratis sebesar 0.744. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data pada variabel harga diri adalah normal.

2) Nilai probabilitas (P) pada variabel harga diri remaja sebesar 0.640. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 yang menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel harga diri remaja adalah normal. b. Uji Linearitas

(62)

D. Hasil Penelitian

1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment pada taraf signifikansi 5% (0.05) dengan perangkat lunak SPSS 15.0 for windows. Uji hipotesis satu ekor (one-tailed) dilakukan pada penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah, yaitu berarah positif.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa korelasi koefisien antara variabel pola asuh demokratis dan harga diri remaja dengan mengontrol variabel jenis kelamin adalah 0.483 dengan probabilitas 0.00. Hal ini berarti terdapat hubungan positif dan sangat siginifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan harga diri remaja. Semakin tinggi pola asuh demokratis maka akan semakin tinggi pula harga diri pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis, maka semakin rendah pula harga diri pada remaja.

Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa r = 0.483 dan koefisien determinan (r²) sebesar 23.33%. Hal ini berarti pola asuh demokratis memiliki sumbangan efektif sebesar 23.33% terhadap harga diri pada remaja, sedangkan 76.67% lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya. 2. Uji tambahan

(63)

tabel berikut ini disajikan data teoritis dan empiris skala pola asuh demokratis dan skala harga diri pada remaja.

Tabel 9

Data Teoritis dan Empiris Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala Harga Diri pada Remaja

Mean

Variabel N X

max X

min SD P Teoritis Empiris

Pola Asuh

Demokratis 237 140 20.382 0.00 150 192.69

Harga diri 156 135 82 10.516 0.00 96 108.21

Nilai t pada skala pola asuh demokratis sebesar 26.158 sedangkan nilai P pada skala tersebut sebesar 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris pada skala pola asuh demokratis. Mean teoritis merupakan rata-rata skor pada alat ukur penelitian, sedangkan mean empiris merupakan rata-rata skor data hasil penelitian. Mean teoritis pada skala pola asuh demokratis sebesar 150 dan mean empirisnya sebesar 192.69. hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa pola asuh demokratis pada subyek penelitian tergolong tinggi.

(64)

penelitian, sedangkan mean empiris merupakan rata-rata skor data hasil penelitian. Mean teoritis pada skala harga diri sebesar 96 dan mean empirisnya sebesar 108.21.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa harga diri pada subyek penelitian tergolong tinggi.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara pola asuh demokratis dan harga diri pada remaja sebesar 0.483 dengan nilai probabilitas 0.00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh demokratis dan harga diri pada remaja. Hal ini berarti semakin tinggi skor pola asuh demokratis, maka semakin tinggi pula skor harga diri. Sebaliknya, semakin rendah skor pola asuh demokratis, maka semakin rendah pula skor harga diri.

(65)

mempengaruhi perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memuji anaknya ketika anak berperilaku baik, lebih demokratis, penuh penerimaan dan pengungkapan cinta, tidak mudah menghukum dan apabila menghukum anak hukumannya sesuai dengan perbuatan anak. Hal ini akan cenderung mempengaruhi perkembangan harga diri anak ke arah yang tinggi. Baumrind (Hetherington and Parke, 1996), dalam observasinya menambahkan bahwa anak yang dibimbing dan diasuh dengan pola asuh demokratis akan menjadi seorang yang ramah, hangat, menyenangkan, aktif, memiliki kontrol diri yang tinggi, rasa percaya diri, tanggung jawab sosial dan sikap mandiri. Seorang anak yang memiliki kemampuan-kemampuan tersebut akan memiliki harga diri yang positif sehingga mudah untuk masuk dan diterima secara sosial oleh orang lain dan lingkungan.

(66)

antara orang tua dan anak. Dengan menerapkan pola asuh demokratis dalam mendidik anak, maka akan mendorong anak untuk menilai dirinya secara positif.

Remaja yang mempunyai harga diri yang tinggi merupakan pribadi yang berhasil dalam hidup dan menerima diri apa adanya, bahagia dan lebih mampu memenuhi harapan lingkungan. Hal ini nampak dari perilaku remaja yang lebih aktif, ekspresif, lebih percaya diri serta tampak puas dan menghargai dirinya, umumnya mereka tidak mudah cemas lebih berhasil dalam kehidupan sosial maupun dalam bidang akademis (Coopersmith, 1967). Penelitian lain yang mendukung hal tersebut yaitu penelitian yang dilakukan oleh Baldwin & Hoffman (2002) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan harga diri yang menemukan bahwa kohesivitas keluarga meningkat, harga diri remaja juga meningkat. Dalam studi ini, kohesi keluarga didasarkan pada jumlah waktu yang digunakan oleh keluarga untuk berkumpul bersama, kualitas komunikasi, dan sejauh mana remaja dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga.

(67)

untuk mengembangkan diri. Hal itulah yang membuat remaja di era sekarang ini memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya. Remaja masa kini lebih kreatif, lebih dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan bakat atau minat yang dimilikinya serta memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dirinya sehingga individu lebih tanggap terhadap lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Santrock (2007) bahwa perubahan dunia yang berlangsung cepat mengubah pengalaman remaja, memberikan berbagai peluang dan tantangan baru terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak muda. Selain itu, perbedaan gender juga terlihat makin kecil, terlihat dari peluang pendidikan dan karir pada wanita bertambah luas. Sama halnya dengan remaja, para orang tua di zaman sekarang ini lebih memiliki pemikiran yang terbuka. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang di zaman sekarang ini. Perkembangan zaman menuntut orang tua lebih mengerti akan anak-anak mereka sehingga kebanyakan orang tua zaman sekarang telah memahami serta menerapkan pola asuh demokratis pada anak-anaknya sehingga pengasuhan otoritarian sudah jarang ditemui dibandingkan masa yang lalu (Santrock, 2007).

(68)

orde baru tidak pantas lagi untuk diterapkan, anak sekarang sudah bergaya hidup urban, sehingga pola asuh orang tua dahulu tidak pantas diterapkan saat ini. Orang tua dapat lebih membuka pandangan akan perubahan zaman, dimana era yang berkembang sudah tidak mengedepankan suatu hal yang serba otoriter. Pada zaman sekarang ini orang tua belajar dari anak tentang bagaimana pergaulan serta teknologi yang berkembang saat ini sehingga orang tua menjadi mengerti perkembangan anak. Selain itu, melalui proses belajar tersebut orang tua akan lebih memahami pergaulan anak zaman sekarang sehingga orang tua dapat bersikap dengan tepat dan terbuka dalam mendampingi anak-anaknya.

(69)
(70)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh demokratis maka akan semakin tinggi pula harga diri pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis maka akan semakin rendah pula harga diri pada remaja.

Nilai t pada skala pola asuh demokratis sebesar 26.158 sedangkan Nilai P pada skala pola asuh demokratis sebesar 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris pada skala pola asuh demokratis. Mean teoritis pada skala pola asuh demokratis sebesar 150 dan mean empirisnya sebesar 192.69. hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa pola asuh demokratis pada subyek penelitian tergolong tinggi.

Nilai t pada skala harga diri sebesar 14.503 sedangkan Nilai P pada skala harga diri sebesar 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris pada skala harga diri. Mean teoritis pada skala harga diri sebesar 96 dan mean empirisnya sebesar 108.21. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean

(71)

empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa harga diri pada subyek penelitian tergolong tinggi.

B. Saran

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Atamimi, N. (1988).Self Esteem dan Tingkat Kecemasan pada Wanita Bekerja di Yogyakarta. Penelitian. Tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Azwar, S. (2000).Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar Azwar, S. (2000).Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Bachman, J.G. & O’Malley D. M. (1977). Self Esteem in Young Men: A Longitudinal Analysisis of the Impact of Education and Occupational Attainment. Journal of personality & social Psychology. Vol. 55. P365-379. Bradshow. (1967). The Management of Self Esteem. New Jersey Prestice Hall,

Inc.

Branden, N. (1999). Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri (terjemahan). Jakarta: Pustaka delapratasa.

Calhoun, JF. & Acocella, JR. (1990). Psychology of Adjustment & Human Relationship (3rded). NY: Mc Graw-Hill Publishing Company.

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecendents of Self Esteem. San Fransisco: Freeman Company.

Deuna, Melecio. (1996).Elementary Statistics for Basic Education. Quezon City: Phoenix Publishing

Hadi, Sutrisno. (2004).Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset

Habibi, M. (1999).Program Bimbingan Orang Tua dalam Penerapan Pola Asuh Untuk Meningkatkan Kematangan Sosial Anak. Penelitian Psikologi.

Diunduh Pada 6 November 2009 dari:

http:??digitalcommons.unl.edu?cgi?viewcontent>cgi?article=1043&context =psychfacpu

Hauck, P. (1995). Mendidik Anak dengan Berhasil. Psikologi Poupuler (ed. V). Jakarta: Arcan.

Hurlock, EB. (1973).Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw. Hill

Hurlock, EB. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(73)

Klass, W.H, & Hodge, S.E (1978). Self Esteem in Open and Traditional Classrooms.Journal of Educational Psychology. Vol.70.No2.701.

Koentjoro, E. (1989). Perbandingan Harga Diri Remaja di daerah miskin Penghasil Pelacur dan Bukan Penghasil Pelacur. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Lemens, Harris, Ph.D, dan Bean, Reynold, Ed.M. (1995). Bagaimana Meningkatkan Harga Diri Remaja. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mengapa harus Bunuh Diri. (2007, 3 Juli). Suara Merdeka. Diunduh Pada 10 februari 2010 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/03/opi04.htm Noesjirwan, Dra.Josoef. (1979). Perkembangan Anak dan remaja dalam Proyek Normalisasi Jehidupan Kampus. Departemen dan K Dirjen Pendidikan Tinggi.

Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Jakarta: Buku kita.

Santrock, John, W. (2007). Perkembangan Anak. Jilid II Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John, W. (2007).Remaja. Jilid I Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Sekilas Tentang harga Diri. (2008, 13 Agustus). Wild76’s weblog. Diunduh pada 10 februari 2010 dari http://wild76.wordpress.com/2008/08/13/sekilas-tentang-harga-diri/.

Soekanto, Soerjono. (1996). Remaja dan Masalah-masalahnya. Yogyakarta: Kanisius

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

(74)

LAMPIRAN I

(75)

Estimasi Reliabilitas Skala Pola Asuh Demokratis

Case Processing Summary

N %

Valid 58 100.0

Exclude

d(a) 0 .0

Cases

Total 58 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

(76)

Uji Daya Beda Item Skala Pola Asuh Demokratis

Item1 286.07 685.434 .088 .959

Item2 286.55 667.690 .544 .958

Item3 286.41 675.966 .422 .959

Item4 286.21 666.027 .625 .958

Item5 285.95 687.769 .001 .960

Item6 286.24 672.362 .487 .958

Item7 286.57 677.127 .421 .959

Item8 286.50 678.325 .298 .959

Item9 286.26 674.300 .408 .959

Item10 286.22 670.984 .483 .958

Item11 286.38 676.169 .379 .959

Item12 286.48 680.780 .257 .959

Item13 286.12 670.564 .530 .958

Item14 285.90 679.954 .336 .959

Item15 286.60 675.717 .443 .959

Item16 286.55 669.796 .550 .958

Item17 286.29 679.193 .252 .959

Item18 286.16 670.098 .547 .958

Item19 286.47 680.815 .235 .959

Item20 286.24 681.414 .259 .959

Item21 287.67 680.961 .178 .959

Item22 286.31 668.534 .550 .958

Item23 286.31 674.323 .418 .959

Item24 286.64 682.375 .146 .959

Item25 286.33 662.891 .607 .958

Item26 286.55 674.041 .491 .958

Item27 286.34 672.265 .470 .958

Item28 286.19 674.542 .432 .959

Item29 286.62 679.819 .241 .959

Item30 286.64 677.288 .450 .959

Item31 286.40 676.384 .327 .959

Item32 286.19 667.420 .607 .958

Item33 286.53 678.499 .277 .959

(77)

Item35 286.16 668.940 .557 .958

Item36 286.55 676.357 .385 .959

Item37 286.62 674.661 .381 .959

Item38 286.34 680.581 .296 .959

Item39 286.12 673.266 .562 .958

Item40 286.36 682.761 .153 .959

Item41 286.10 664.094 .625 .958

Item42 286.67 676.224 .330 .959

Item43 286.14 668.191 .635 .958

Item44 286.41 668.422 .523 .958

Item45 286.31 678.428 .369 .959

Item46 286.71 689.123 -.039 .960

Item47 286.53 679.271 .340 .959

Item48 286.26 665.072 .725 .958

Item49 286.17 673.479 .390 .959

Item50 286.09 682.782 .162 .959

Item51 286.47 675.587 .371 .959

Item52 286.40 671.331 .614 .958

Item53 286.45 672.181 .516 .958

Item54 286.38 680.906 .224 .959

Item55 286.29 666.421 .512 .958

Item56 286.24 671.695 .485 .958

Item57 287.02 692.123 -.131 .960

Item58 286.48 668.886 .617 .958

Item59 286.28 669.291 .483 .958

Item60 286.21 667.325 .587 .958

Item61 286.69 672.323 .329 .959

Item62 286.26 670.090 .563 .958

Item63 286.91 675.028 .322 .959

Item64 286.28 672.975 .385 .959

Item65 286.53 667.341 .545 .958

Item66 286.48 666.430 .698 .958

Item67 286.33 663.031 .689 .958

Item68 286.52 677.938 .380 .959

Item69 286.43 673.197 .500 .958

Item70 286.53 662.464 .656 .958

Item71 286.24 664.993 .690 .958

Item72 286.14 668.788 .649 .958

Item73 286.10 665.954 .746 .958

Item74 286.22 670.072 .619 .958

Item75 286.12 664.775 .787 .958

Item76 286.38 672.485 .527 .958

Item77 286.17 674.145 .497 .958

Item78 286.31 670.955 .480 .958

Item79 286.31 669.165 .610 .958

(78)

Item81 286.64 675.393 .368 .959

Item82 286.34 667.423 .683 .958

Item83 286.31 664.674 .722 .958

Item84 286.53 676.043 .367 .959

Item85 286.07 674.697 .403 .959

Item86 286.29 678.562 .359 .959

Item87 286.48 672.535 .452 .959

Item88 286.48 665.342 .617 .958

Item89 286.45 667.690 .633 .958

Item90 286.38 670.976 .616 .958

(79)

Uji Daya Beda Item Skala Pola Asuh Demokratis

Item2 233.66 578.019 .533 .964

Item3 233.52 586.044 .396 .964

Item4 233.31 575.270 .651 .963

Item6 233.34 582.125 .483 .964

Item7 233.67 586.119 .435 .964

Item9 233.36 584.235 .394 .964

Item10 233.33 580.259 .497 .964

Item11 233.48 585.166 .392 .964

Item13 233.22 579.791 .548 .964

Item14 233.00 589.193 .331 .964

Item15 233.71 585.685 .421 .964

Item16 233.66 579.353 .558 .964

Item18 233.26 579.072 .574 .964

Item22 233.41 578.457 .550 .964

Item23 233.41 583.721 .422 .964

Item25 233.43 572.881 .615 .963

Item26 233.66 584.440 .458 .964

Item27 233.45 582.357 .456 .964

Item28 233.29 583.404 .454 .964

Item30 233.74 586.651 .447 .964

Item31 233.50 585.482 .335 .964

Item32 233.29 576.632 .632 .963

Item34 233.21 577.009 .614 .963

Item35 233.26 579.178 .546 .964

Item36 233.66 586.300 .364 .964

Item37 233.72 582.835 .422 .964

Item39 233.22 583.440 .537 .964

Item41 233.21 574.237 .628 .963

Item42 233.78 586.598 .299 .964

Item43 233.24 578.186 .633 .963

Item44 233.52 577.377 .552 .964

Item45 233.41 588.036 .353 .964

Item47 233.64 588.410 .341 .964

(80)

Item49 233.28 583.537 .375 .964

Item51 233.57 585.899 .341 .964

Item52 233.50 580.816 .624 .964

Item53 233.55 581.690 .521 .964

Item55 233.40 575.787 .530 .964

Item56 233.34 581.458 .482 .964

Item58 233.59 578.738 .618 .963

Item59 233.38 578.345 .506 .964

Item60 233.31 576.674 .607 .963

Item61 233.79 580.623 .361 .964

Item62 233.36 579.954 .561 .964

Item63 234.02 584.684 .316 .964

Item64 233.38 583.011 .373 .964

Item65 233.64 577.568 .538 .964

Item66 233.59 576.282 .705 .963

Item67 233.43 573.021 .699 .963

Item68 233.62 588.099 .343 .964

Item69 233.53 582.990 .492 .964

Item70 233.64 572.761 .657 .963

Item71 233.34 575.177 .689 .963

Item72 233.24 578.748 .647 .963

Item73 233.21 575.886 .752 .963

Item74 233.33 579.908 .618 .964

Item75 233.22 575.265 .776 .963

Item76 233.48 581.412 .554 .964

Item77 233.28 583.502 .504 .964

Item78 233.41 580.913 .473 .964

Item79 233.41 579.019 .610 .963

Item80 234.10 578.129 .424 .964

Item81 233.74 584.897 .366 .964

Item82 233.45 577.164 .693 .963

Item83 233.41 574.106 .748 .963

Item84 233.64 585.358 .369 .964

Item85 233.17 584.636 .387 .964

Item86 233.40 587.682 .362 .964

Item87 233.59 582.212 .450 .964

Item88 233.59 575.019 .631 .963

Item89 233.55 577.024 .655 .963

(81)

Uji Daya Beda Item Skala Pola Asuh Demokratis

Item2 193.10 440.831 .512 .963

Item3 192.97 447.543 .381 .963

Item4 192.76 437.590 .659 .962

Item6 192.79 444.237 .465 .963

Item10 192.78 442.002 .502 .963

Item11 192.93 446.346 .396 .963

Item13 192.67 441.663 .552 .963

Item14 192.45 450.217 .318 .963

Item16 193.10 441.884 .539 .963

Item18 192.71 441.088 .576 .962

Item22 192.86 440.753 .543 .963

Item25 192.88 435.476 .622 .962

Item26 193.10 446.340 .435 .963

Item27 192.90 444.340 .442 .963

Item28 192.74 444.195 .483 .963

Item30 193.19 447.560 .457 .963

Item31 192.95 445.769 .368 .963

Item32 192.74 438.721 .642 .962

Item34 192.66 439.037 .625 .962

Item35 192.71 441.544 .534 .963

Item37 193.17 443.689 .448 .963

Item39 192.67 445.277 .521 .963

Item41 192.66 436.230 .650 .962

Item43 192.69 440.148 .642 .962

Item44 192.97 438.806 .580 .962

Item47 193.09 448.887 .361 .963

Item48 192.81 437.560 .734 .962

Item52 192.95 442.822 .616 .962

Item53 193.00 443.193 .530 .963

Item55 192.84 438.449 .524 .963

Item56 192.79 443.255 .480 .963

Item58 193.03 441.051 .609 .962

Item59 192.83 440.496 .505 .963

(82)

Item62 192.81 442.121 .552 .963

Item63 193.47 445.867 .320 .963

Item64 192.83 444.391 .377 .963

Item65 193.09 440.887 .502 .963

Item66 193.03 438.665 .707 .962

Item67 192.88 435.757 .702 .962

Item69 192.98 444.930 .476 .963

Item70 193.09 435.729 .653 .962

Item71 192.79 438.097 .676 .962

Item72 192.69 440.569 .659 .962

Item73 192.66 438.054 .765 .962

Item74 192.78 441.826 .619 .962

Item75 192.67 437.733 .779 .962

Item76 192.93 443.188 .553 .963

Item77 192.72 444.659 .519 .963

Item78 192.86 442.577 .478 .963

Item79 192.86 441.139 .608 .962

Item80 193.55 441.585 .387 .963

Item82 192.90 439.498 .691 .962

Item83 192.86 436.823 .747 .962

Item85 192.62 446.275 .376 .963

Item86 192.84 448.730 .359 .963

Item87 193.03 443.543 .462 .963

Item88 193.03 437.929 .619 .962

Item89 193.00 439.439 .651 .962

(83)

LAMPIRAN II

(84)

DESKRIPTIF STATISTIK

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

POLAASUH 156 140 237 192.69 20.382

HARGADIRI 156 82 135 108.21 10.516

Valid N

(listwise) 156

a. Variabel Pola Asuh Demokratis

One-Sample Statistics

POLAASUH 156 192.69 20.382 1.632

One-Sample Test

Test Value = 150

t df

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

POLA

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Demokratis Sesudah Uji Coba
+3

Referensi

Dokumen terkait

setiap calon yang akan berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah harus lebih kompeten dan juga menawarkan program-program yang konkret bukan hanya sekedar janji-jani

Awalnya saya mau daftar haji ONH pemerintah lalu bertemu teman yang sudah bergabung dengan Armina lebih dulu,.. kemudian dia menawarkan pada saya bisnis

Dari tabel VI.3. dapat kita lihat bahwasanya kedisiplinan yang terdapat pada PT. Ramayana Lestari Semtosa Panam Square dikategorikan bagus, adapun responden

Berdasarkan tabel 7 hasil uji Omnibus Test of Model Coefficients menunjukkan bahwa nilai chi square sebesar 52,041 &gt; chi square tabel pada degree of freedom 5 (jumlah

Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil

Tetapi perlu kita teliti lebih lanjut, apakah penurunan jumlah pengguna jasa DHL GF Semarang mungkin terjadi karena adanya faktor lain terutama yang berkaitan

Berdasarkan 17 (tujuh belas) data kasus yang digunakan untuk pengujian, sistem menghasilkan 5 (lima) data kasus yang memiliki urutan nilai akhir terbesar