HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN
PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU
(Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA DominikusWonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
WIJANARKO ANDREYANTO NIM : 021 334 120
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
Semua Yang Kasat Mata Bisa Kita Raih dan Lalui
Sesulit Apapun Itu Dengan Usaha Keras Di Iringi Doa
v ABSTRAK
HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU
Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul
Wijanarko Andreyanto Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja guru; (2) ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru; (3) ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul sebanyak 183 guru. Sampel penelitian ini sebanyak 101 guru. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis korelasi sederhana dan analisis korelasi ganda.
vi ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SCHOOL LEADERSHIP AND WORKING EXPERIENCES AND WORKING ETHOS OF
TEACHER
A Case Study on Teachers of 2 State Senior High School Wonosari, Dominikus Senior High School Wonosari and Muhammadiyah Senior High
School Wonosari Gunungkidul
Wijanarko Andreyanto Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
This research is aimed to know whether: (1) there is a positive correlation between school principal leadership and working ethos of teacher; (2) there is a positive correlation between working experiences and work ethos of teacher; (3) there is a positive correlation between school principal leadership and working experiences and working ethos of teacher.
This research was conducted in 2 State Senior High School Wonosari, Dominikus Senior High School Wonosari, and Muhammadiyah Senior High School Wonosari Gunungkidul. The populations in this research were 183 teachers of Senior High Schools in Wonosari Gunungkidul. The samples are 101 teachers. Sample pulling technique is purposive sampling. Data collecting techniques which is used are documentation and questionnaire. Data analysis techniques is simple correlation analysis and double correlation analysis.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: WIJANARKO ANDREYANTO
NIM : 021 334 120Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN
PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU
(Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 17 November 2008
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Esa Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Pembinaan Kepala Sekolah dan Pengalaman Kerja Dengan Etos Kerja Guru”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengantar Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa tanpa adanya suatu usaha yang maksimal, bimbingan serta bantuan berupa moril, materiil, maupun pemberian kesempatan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
viii
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. selaku dosen tamu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis.
6. Ibu B.Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen tamu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu kepala sekolah SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari yang telah membantu dan mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah.
8. Bapak dan Ibu guru di sekolah SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari, yang telah rela menjadi subjek penelitian ini dengan mengisi kuesioner penelitian yang diedarkan. 9. Kedua orang tuaku Bapak Suwadiyono dan Ibu Sri Yulianti, S.Pd serta adikku
Bowo yang selalu dan senantiasa memberikan dorongan, semangat dan doa kepada penulis dalam meraih cita,
10.My Love Yentri tercinta yang selalu memotivasi dan selalu membantu aku dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas kesabaran, perhatian, cinta dan ketulusan hati dalam menemani saat suka maupun duka.” Bersama kita raih cita n kebahagian bersama… we can do it My Dear.. “
ix
12.Kakak terbaikku Ms Agung, thanks atas dukungan, ceramah, caci maki juga bantuan selama ini… Akhirnya bisa Lulus juga ak bro…!!
13.Semua kakak ku juga adik ku di Jakal ( Mbak Tari, Mawan, Sigit, Ms Rinto, Ms Gandung, Ms Nanang ). Matur nuhun atas kebersamaanya selama ini. 14.Keluarga Berbah, Bapak dan Ibu Mursidi, Mbak Etik, Mbak Nining yang telah
membantu, memotivasi, dan menerima penulis masuk ke dalam bagian keluarga.. Kebahagian terbesar bisa masuk in My Second Home In Jogja. 15.Adekku Ima yang cantik yang telah memberikan dorongan buat penulis
selama ini.. makasih ya ! Cepat lulus ya dik..
16.Thomas & Banu yang telah memberikan bantuan, arahan, dan dukungan moril kepada penulis..makasih banget pokoknya. !!
17.Temen – temen PAK C angkatan 2002 makasih atas kebersamaan kita selama ini di kampus seribu jendela. I Misss You All
18.Polvo Community ( Andit, Akris, Aan, Gusur, Pak Ichan, Fandi, Ucok Baba, Toriq, Jefri, Rendi juga new member Kentung).. Tetap kompak selalu guys..!! 19.Supra AB 4690 ND yang telah setia sekian lama membawa dan menemaniku
kesana-kesini dalam meraih cita-cita.
20.Semua pihak yang tidak tercantum namanya disini, namun telah banyak berjasa bagi penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan saudara-saudari dengan berkatnya yang melimpah.
x
Ahirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 23 Oktober 2008
Penulis
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Oktober 2008
Penulis
xii DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL . ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING . ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN... iv
ABSTRAK. ... v
ABSTRACT . ... vi
KATA PENGANTAR... Vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... xi
DAFTAR ISI. ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xv
DAFTAR TABEL... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah. ... 5
C. Rumusan Masalah. ... 5
D. Tujuan Penelitian. ... 5
E. Manfaat Penelitian. ... .. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Persepsi Tentang Etos Kerja. ... 7
1. Pengertian Etos Kerja... 7
2. Persepsi Etos Kerja . ... 9
xiii
C. Pembinaan ... 11
1. Pengertian Pembinaan ... 11
2. Tujuan dan Macam Pembinaan ... 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan ... 15
4. Pembinaan yang Dilakukan Kepala Sekolah ... 16
D. Kerangka Berfikir . ... 19
E. Hipotesis ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian . ... 23
C. Subyek dan Obyek Penelitian . ... 23
D. Populasi dan Sampel . ... 24
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukurannya . 25 F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28
H. Teknik Analisis Data…... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Jumlah Sekolah dan Guru-Guru... 38
B. Deskripsi Responden... 40
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data ... 42
B. Analisis Data ... 44
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data. ... 44
2. Pengujian Hipotesis ... 48
3. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 52
xiv
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 61 B. Keterbatasan penelitian ... 61 C. Saran... 62 DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 65
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 72
Lampiran 3.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 84
Lampiran 4.Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 87
Lampiran 5.Pengujian Hipotesis ... 90
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Variabel Pembinaan Kepala Sekolah ... 25
Tabel 2. Skor Item Variabel Pembinaan Kepala Sekolah ... 26
Tabel 3. Kisi-kisi Variabel Etos Kerja Guru... 27
Tabel 4. Skor Item Variabel Etos Kerja Guru... 27
Tabel 5. Hasil uji Validitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah... 30
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Etos Kerja guru... 31
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 32
Tabel 8. Daftar SMA Negeri/Swasta di Kecamatan Wonosari... 39
Tabel 9. Daftar Guru Menurut Status Kepegawaian... 39
Tabel 10. Deskripsi Responden 3 SMA... 40
Tabel 11. Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 40
Tabel 12. Deskripsi Responden Menurut Pendidikan... 41
Tabel 13. PAP Tipe II Variabel Pembinaan Kepala Sekolah... 42
Tabel 14. PAP Tipe II Variabel Pengalaman Kerja ... 43
Tabel 15. PAP Tipe II Variabel Etos Kerja Guru ... 43
Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah... 44
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengalaman Kerja ... 45
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Variabel Etos Kerja Guru ... 46
Tabel 19. Hasil Uji Linieritas Variabel Penelitian ... 47
Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis I... 48
Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis II ... 50
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi atau era keterbukaan, sumber daya manusia sangat berperan terhadap keberhasilan organisasi dalam berkompetisi dengan organisasi lainnya. Sumber daya manusia karenanya harus memiliki kualitas yang memadai. Kualitas sumber daya manusia yang dimaksud adalah ukuran kualitatif seseorang dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan nilai-nilai tertentu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan menduduki peranan yang penting.
Kemajuan ilmu dan teknologi sangat pesat mendorong arus informasi semakin deras dan membuat dunia seakan-akan menjadi semakin sempit. Kemajuan tersebut memberi dampak pada semua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan harus berbenah diri agar tidak ketinggalan jaman. Sejalan dengan hal ini, para ahli pendidikan sudah mulai mengadakan penyempurnaan dalam berbagai aspek pendidikan. Sistem kelembagaan, penyelenggaraan, kurikulum, model belajar dan mengajar, serta kegiatan peserta didik terus dikembangkan agar menjadi lebih relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini.
sumber daya manusia yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang ketenagakerjaan. Dengan adanya sumber daya yang berkualitas ini diharapkan dapat tercipta etos kerja pada setiap individu, baik langsung maupun tidak langsung yang terlihat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Melihat hal ini, maka penting bagi guru untuk memiliki etos kerja yang mendalam, sehingga mereka dapat memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting. Pemaknaan yang mendalam terhadap kerja akan membuat mereka sungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaannya. Etos kerja guru sama dengan semangat kerja yang ditunjukkan guru dalam menggeluti profesinya, baik dalam kelas maupun kehidupan masyarakat. Banyak fakta menunjukkan bahwa semangat kerja guru cukup tinggi, disiplin, teguh, dan jujur meskipun mereka memperoleh gaji yang kecil. Pengabdian guru seperti itu memperlihatkan bahwa mereka masih tetap memiliki etos kerja yang dapat diandalkan.
Untuk memperbaiki dan menciptakan etos kerja yang tinggi pada guru dapat dilakukan dengan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan terhadap guru-guru menurut Sahertian (1982:32) adalah usaha untuk membantu guru-guru-guru-guru melihat dengan jelas kaitan antara tujuan-tujuan pendidikan, agar lebih mampu membimbing pengalaman murid-murid, menggunakan berbagai sumber dan media belajar, menerapkan metode dan teknik mengajar yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, menganalisis kesulitan-kesulitan belajar dan kebutuhan belajar murid-murid, serta menilai proses belajar dan hasil belajar murid.
Dalam bekerja, guru akan memperoleh tambahan pengetahuan, dan ketrampilan dalam bidang pekerjaannya. Intensitas pengalaman kerja hanya ditentukan oleh berbagai faktor misalnya masa kerja, pengalaman kerja, keterampilan serta relevansi pekerjaan yang pernah dilakukannya. Seseorang yang memiliki masa kerja lama sebagai karyawan dan pernah mengikuti program pada bidang tersebut secara normal akan memiliki intensitas pengalaman kerja lebih banyak dari pada karyawan yang hanya memiliki masa kerja sedikit. Waktu, jenis pekerjaan, masa kerja, ketrampilan dan pengalaman kerja sangat berperanan karena ketrampilan yang dikerjakan berulang-ulang akan menjadi gerakan otomatis/kebiasaan, tetapi kalau keterampilan tersebut lama tidak dipergunakan maka keterampilan tersebut akan menurun sampai tingkat yang paling minimal. Semakin lama seorang guru dalam menjalankan tugas maka semakin baik pula etos kerja guru. Guru akan dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam mengajar sehingga akan berusaha untuk meningkatkan kualitas pengajaran didalam kelas. Kerja keras, disiplin, jujur dan tanggung jawab akan terbentuk dalam diri seorang guru.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini peneliti mencoba melihat sejauh mana hubungan pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru-guru. Berdasarkan latar belakang inilah maka peneliti mengambil judul “Hubungan Pembinaan Kepala Sekolah dan Pengalaman Kerja Dengan Etos Kerja Guru ”.
Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari di Kabupaten Gunungkidul.
B. Batasan Masalah
Untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan yang dapat dilihat dari etos kerja guru-guru tersebut, ada banyak faktor yang berhubungan dengan etos kerka guru. Penelitian ini menfokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja guru ?
2. Apakah ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru ? 3. Apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman
kerja dengan etos kerja guru ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru.
E. Manfaat Penelitian
1 Bagi ilmu pengetahuan
1) Untuk memperluas atau memperkaya pengembangan dan pengukuran pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja terhadap etos kerja guru dalam konteks persekolahan.
2) Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
2. Bagi kepala sekolah dan guru
Untuk memberikan gambaran yang kongkrit mengenai hubungan pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja terhadap etos kerja guru sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Persepsi Tentang Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja
Etos kerja berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang
diyakini, cara berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai kerja (Tasmara,
1995:25). Menurut pendapat Hornby seperti yang dikutip dalam karya
Sugiarto (1999:7), etos sebagai “characteristic of community or of culture, code of values by which a group or society life”. Jadi etos menunjukkan
ciri-ciri, pandangan, kepercayaan yang menandai suatu kelompok (Harifa,
1994: 4).
Menurut Anoraga (2001:29), etos kerja adalah pandangan dan
sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Pandangan dan sikap
tersebut melihat kerja sebagai sesuatu yang luhur bagi eksistensi manusia,
maka etos kerjanya akan mendalam, sehingga orang akan
sungguh-sungguh dalam bekerja. Sebaliknya bila pandangan dan sikap tersebut
melihat kerja sebagai sesuatu yang tidak bernilai, apalagi kalau sama
sekali tidak memiliki pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos
kerjanya kurang mendalam. Orang akan seenaknya saja dalam bekerja.
Dorongan atau motivasi sangat perlu untuk menumbuhkan pandangan dan
Batubara (1989:35), mengatakan bahwa etos kerja adalah jiwa dan
semangat kerja, yang dipengaruhi oleh cara pandang terhadap pekerjaan.
Cara pandang erat kaitannya dengan nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang serta dianut oleh seseorang. Secara atributif etos kerja dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) (Batubara, 1989:36) :
a. Etos kerja ekonomis
Etos kerja yang dilandasi oleh cara pandang bahwa bekerja adalah sarana untuk mencari nafkah semata-mata. Pada etos kerja ekonomi ini, besar kecilnya penghasilan sangat mempengaruhi motivasi kerja seseorang.
b. Etos kerja sosial
Etos kerja yang dilandasi oleh cara pandang bahwa bekerja bukan sekedar untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk mengembangkan diri, serta mangabdikan pada masyarakat dan bangsa.
c. Etos kerja filosofis
Etos kerja yang dilandasi tidak hanya oleh nilai-nilai ekonomi dan sosial dari pekerjaan, tetap juga oleh nilai-nilai filosofis. Bekerja tidak hanya sebagai sarana mencari nafkah atau mengembangkan diri dan mengabdi pada masyarakat, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Etos kerja filosofis merupakan suatu atribut pemaknaan yang paling mendalam terhadap kerja.
Menurut Batubara (1989:28), etos kerja yang hanya dilandasi nilai
sosial dan filosofis, biasanya rawan dalam hal disiplin kerja. Sebaliknya
jika hanya dilandasi oleh alasan ekonomi, maka manusia akan menjadi
”homo economicus”. Akibatnya kontrol sosial dan spiritual dalam diri seseorang akan menjadi lemah. Unsur-unsur kemanusiaan, dedikasi, dan
loyalitas kepada masyarakat, bangsa, dan negara menjadi nomor dua
dalam bekerja. Jadi motivasi kerja akan menentukan tinggi rendahnya etos
2. Persepsi tentang Etos Kerja
Etos kerja merupakan suatu etik atau penuntun dalam bekerja,
maksudnya suatu penuntun untuk melakukan pekerjaan atau bekerja
dengan baik. Menurut Ancok seperti yang dikutip oleh Sulamun
(1995:60), rendahnya etos kerja erat kaitannya dengan etik kerja,
maksudnya orang yang etos kerjanya jelek biasanya orang itu tidak
mempunyai etos kerja. Ini menunjukan bahwa etik ini merupakan suatu
penuntun orang untuk memiliki etos kerja yang baik, orang yang memiliki
etos kerja yang baik berarti orang tersebut dapat melakukan pekerjaan atau bekerja dengan baik.
Menurut Geerzt dalam Sulamun etos merupakan landasan atau
menjadi watak dasar dalam perilaku setiap individu dan lingkungan
sekitarnya, yang terpancang dalam kehidupan masyarakat (Sulamun, 1995:
60). Karena etos kerja ini menjadi landasan bagi kehidupan manusia, maka
etos ini juga berhubungan dengan aspek evaluatif yang bersifat menilai
dalam kehidupan masyarakat (Abdullah, 1979: 3). Dalam kaitannya
dengan pernyataan di atas, etos kerja yang baik adalah etos kerja yang
dilandasi oleh etik-etik yang bernilai baik. Orang yang sudah dilandasi
oleh etik-etik baik ini biasanya mereka dapat bekerja dengan baik. Bekerja
yang baik adalah bekerja yang dilakukan secara jujur, disiplin mau kerja
keras, rajin dan tekun.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa etos kerja yang
keras, disiplin, jujur dan bertanggung jawab, rajin, dan tekun, serta
menggunakan waktu secara tepat. Semua unsur tersebut sangat penting
karena guru harus dapat memberikan teladan untuk bekerja yang baik,
agar dapat ditiru oleh anak didiknya.
B. Pengalaman Kerja.
Pengalaman kerja merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang
terhadap apa yang dialaminya dalam bekerja, sehingga apa yang dialaminya
tersebut telah dikuasainya. Dalam bekerja seseorang menemukan hal-hal baru dan dapat dipahaminya, maka seseorang memperoleh pengalaman kerja baru.
Arti kata “pengalaman” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwodarminto, 1976: 202) adalah “barang yang telah dirasa, diketahui, dan
dikerjakan “ yang berasal dari kata “alam” berarti lebih mengetahui atau tahu
benar. Sedangkan menurut Webster Dictionary maka pengalaman dapat berarti
pengetahuan atau ketrampilan atau partisipasi langsung dalam suatu peristiwa.
Dengan demikian pengalaman kerja dapat diartikan segala pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan
melalui pengamatan atau partisipasi langsung selama bekerja.
Dalam bekerja, seorang guru akan memperoleh tambahan pengetahuan,
dan ketrampilan dalam bidang pekerjaanya. Intensitas pengalaman kerja hanya
ditentukan oleh berbagai faktor misalnya masa kerja, pengalaman kerja,
keterampilan serta relevansi pekerjaan yang pernah dilakukannya. Seseorang
program pada bidang tersebut secara normal akan memiliki intensitas
pengalaman kerja lebih banyak dari pada karyawan yang hanya memiliki masa
kerja sedikit. Waktu, jenis pekerjaan, masa kerja, ketrampilan dan pengalaman
kerja sangat berperanan karena ketrampilan yang dikerjakan berulang-ulang
akan menjadi gerakan otomatis / kebiasaan, tetapi kalau ketrampilan tersebut
lama tidak dipergunakan maka keterampilan tersebut akan menurun sampai
tingkat yang paling minimal.
Martoyo (1992:99) mengungkapkan bahwa manfaat pengalaman kerja
adalah sebagai berikut:
1. Dengan pengalaman kerja seseorang akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga semangat kerja semakin baik pula.
2. Dengan pengalaman kerja seseorang akan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
3. Dengan pengalaman kerja seseorang memperoleh ketrampilan sehingga dalam bekerja orang tersebut akan mengetahui posisi yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki.
Sedangkan menurut Siagian (1984:74), seseorang yang mempunyai
pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal seperti :
1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk lebih mampu memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi. 2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan
penghasilan seseorang sekaligus menambah kepuasan batin yang semakin besar.
3. Meningkatkan promosi yang besar.
C. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari bahasa Inggris
Bahasa Indonesia, pembinaan diartikan sebagai usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Moeliono, 1990:117). Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia yang disusun Poerwodarminto (1976:139),
pembinaan berasal dari kata bina yang berarti bangun. Apabila kata bina
diberi awalan me- misalnya menjadi membina, mengandung arti
membangun atau mendirikan, misalnya negara: kita bersama-sama negara
baru yang adil dan makmur. Apabila mendapat awalan dan akhiran
misalnya, menjadi pembinaan, maka kata tersebut mengandung arti pembangunan atau perubahan. Jadi pengertian pembinaan mengandung
arti menghasilkan sesuatu yang baru atau memperbaiki sesuatu yang ada
untuk mengusahakan menjadi semakin lebih baik. Artinya, pembinaan
mengarah kepada sesuatu hasil yang lebih baik, lebih bermutu dan lebih
berbobot.
Sementara itu menurut Mangunhardjana (1986:12), pembinaan
adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah
dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan
membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan
pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja
yang sedang dijalani secara lebih efektif. Pengertian ini lebih menekankan
pengembangan manusia pada segi praktis yaitu pembangunan sikap,
dibantu untuk mendapatkan dan mendalami pengetahuan tetapi
pengetahuan yang sudah dikuasai harus dipraktikkan. Orang lebih banyak
dilatih, diajak mengenal secara mendalam kemampuan dan kecakapannya
untuk dikembangkan sehingga dapat berguna dalam hidup dan kerja.
Lebih lanjut, Mangunhardjana (1986:14) menyatakan bahwa hal pokok
dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude) dan kecakapan
(skill) sehingga pembinaan tidak hanya mencakup teori saja tetapi juga
praktik pelaksanaannya.
Berdasarkan pandangan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pembinaan mengarah pada suatu hasil
yang lebih baik, yaitu meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara maksimal dalam
kehidupan sehari-hari atau dalam bidang pekerjaan yang ditekuninya
secara lebih efektif dan efisien daripada sebelumnya.
2. Tujuan dan Macam Pembinaan
Berdasarkan uraian terdahulu dapat dikatakan bahwa pembinaan
bertujuan membantu orang untuk mengenal hambatan-hambatan, baik
yang ada di dalam maupun di luar situasi hidup dan kerja, melihat segi
positif dan negatif dalam diri serta belajar menemukan cara-cara
pemecahan berbagai problem yang dihadapi dalam hidup setiap hari.
Pembinaan membantu orang menemukan kecakapan dan
Menurut Simandjuntak (1980:84), pelaksanaan pembinaan
terhadap lembaga pendidikan terarah pada peningkatan mutu dan
perbaikan sistem pendidikan. Peningkatan mutu dapat berjalan dengan
baik apabila guru-guru bersikap terbuka (open mindedness), kreatif dan
memiliki semangat kerja yang tinggi. Hal ini dapat terjadi apabila mereka
berada dalam suatu suasana kerja yang menyenangkan, aman, dan
menantang (Soewadji, 1984:21). Guru-guru akan melaksanakan tugas
dengan efektif apabila mereka memiliki semangat kerja yang dapat
menjadi pendorong atau motivasi bagi guru, bahkan dapat menjadi zat perekat atau tenaga penggerak bagi seseorang dalam melaksanakan
pekerjaan (Suseno, 1978:28).
Pembinaan banyak macam atau jenisnya, pembinaan yang biasa
digunakan untuk membantu guru-guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru serta untuk meningkatkan kualitas dan
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Menurut
Mangunhardjana (1986:21), macam-macam pembinaan meliputi: a)
pembinaan orientasi: ditujukan bagi sekelompok orang yang baru masuk
dalam suatu bidang hidup dan kerja untuk membantu yang bersangkutan
mendapatkan hal-hal pokok; b) pembinaan kecakapan: diadakan untuk
membantu seseorang untuk mengembangkan kecakapan yang sudah
dimiliki dan mendapatkan kecakapan baru guna menunjang pelaksanaan
tugasnya; c) pembinaan pengembangan kepribadian: digunakan untuk
yang sehat dan benar; d) pembinaan kerja: diadakan bagi para anggota
staf agar seseorang dapat menganalisis kerja mereka sehingga
mendapatkan penambahan pandangan dan kecakapan mengenai
pengetahuan pada bidang kerja yang baru; e) pembinaan penyegaran: pada
pembinaan ini tidak jauh berbeda dengan pembinaan kerja, hanya berbeda
dalam penyajian yang sekedar menambahkan cakrawala pada pengetahuan
dan kecakapan yang sudah ada; f) pembinaan lapangan: ditujukan agar
seseorang berada pada situasi yang benar-benar nyata dan mendapatkan
pengalaman langsung dalam bidang kerjanya sehubungan dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pembinaan
Program pembinaan di sekolah terdiri atas pelayanan-pelayanan
yang dikoordinasikan dan yang dilakukan oleh dewan sekolah, termasuk
kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai-pegawai sekolah yang lainnya
dalam kerja samanya dengan lembaga-lembaga dalam masyarakat yang
ada hubungannya dengan pendidikan dan pembinaan. Semua pelayanan
ditujukan untuk membangun kesejahteraan individu dan kelompok dalam
arti yang luas.
Dari pernyatan di atas ternyata bahwa program pembinaan
menyangkut berbagai faktor. Di samping faktor pelaksana (orang-orang
yang bertugas melaksanakan pembinaan), juga faktor alat dan
yang menerima pembinaan itu, dan lembaga-lembaga masyarakat yang
erat hubungannya dengan pelaksanaan pembinaan itu.
Mengingat hal-hal tersebut, Purwanto (1987:196), menyatakan
bahwa berhasil atau tidaknya suatu program pembinaan di sekolah
sebagian besar bergantung pada : 1) bagaimana pengertian dan penerimaan
kepala sekolah tentang fungsi dan tujuan pembinaan itu; 2) latihan,
pengalaman, minat dan pengetahuan tentang pembinaan yang dimiliki oleh
para pelaksana; 3) bagaimana pandangan kepala sekolah terhadap
kebutuhan-kebutuhan pembinaan itu bagi guru-guru; 4) kerja sama antara kepala sekolah,guru-guru, dan lembaga masyarakat yang bergerak dalam
bidang pembinaan; 5) biaya dan perlengkapan yang tersedia. Dengan
demikian, tidaklah mengherankan jika program pembinaan akan berbeda
antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Itu merupakan hal
yang wajar, dan dalam program pembinaan hendaklah disesuaikan dengan
keadaan dan tujuan sekolah masing-masing.
4. Pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah
Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban pemegangnya.
Status itu pada gilirannya menunjukkan peran yang harus dilakukan
pejabatnya. Peran utama yang harus diemban kepala sekolah, yang
membedakannya dari jabatan-jabatan kepala lainnya adalah perannya
sebagai pemimpin pendidikan. Setiap sekolah mempunyai kekhususan dan
hal ini merupakan akibat dari kepemimpinan sekolah yang sifatnya unik
yang mempunyai ciri-ciri yang lain bila dibandingkan dengan lembaga
atau organisasi sosial yang lain.
Menurut Soewadji (1984:60), kepala sekolah adalah pemimpin
pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan
mutu pendidikan. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, sussana kerja yang
menyenangkan, dan perkembangan mutu profesional diantara para guru
banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Sehubungan dengan itu maka dapat dikatakan bahwa kepala sekolah selaku administrator berfungsi merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan di suatu sekolah (Nawawi, 1982: 90)
Kepemimpinan di sekolah untuk mencapai tujuannya tidak sekedar
dipengaruhi oleh kemampuan mengarahkan dan mendayagunakan manusia
sebagai pelaksana kerja, tetapi juga dipengaruhi oleh manusia yang
dikenai pekerjaan dan pelaksana kerja. Oleh karena itu maka setiap kepala
sekolah perlu memiliki sifat dan kemampuan memimpin, baik dikalangan
guru, pegawai non guru maupun lingkungan siswa. Menurut Dharma
(2003:2) kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas-kualitas
tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban
tanggung jawab secara berhasil. Kualitas yang harus dimiliki kepala
sekolah diantaranya : a) kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin
harus memiliki sejumlah kompetensi unutk melaksanakan misi guna
mewujudkan visi tersebut; c) kepala sekolah harus memiliki karakter
tertentu yang menunjukkan integritasnya. Dengan kualitas yang dimiliki
oleh seorang kepala sekolah dapat diharapkan tujuan dan program yang
telah ditetapkan oleh sekolah dapat tercapai dengan maksimal.
Dalam tugas dan kedudukannya itu, kepala sekolah mengemban
tugas pokoknya yaitu membina atau mengembangkan sekolah secara
terus-menerus. Untuk melaksanakan tugasnya ini ada 3 jalan yang harus
ditempuh (Soewadji, 1984:20) :
1. Pembinaan sarana dan prasarana administratif
Didalam usaha meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah dapat
memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolah misalnya : gedung,
perlengkapan/peralatan, keuangan, sistem pencatatan/pendataan,
kesejahteraan, dan lain-lain yang semua tercakup dalam bidang
administratif pendidikan. Maka kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan
2. Pembinaan staff dalam kemampuan profesinya
Usaha meningkatkan mutu dapat pula dilakukan dengan cara
meningkatkan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah misalnya:
melalui rapat-rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, penataran,
perpustakaan. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai supervisor
3. Pembinaan diri sendiri dalam kemampuannya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan suasana
kerja yang menyenangkan, aman dan menantang bagi guru dan staf
sekolah. Suasana yang demikian itu ditentukan oleh bentuk dan sifat
kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah. Untuk itu kepala
sekolah harus mengembangkan diri agar kepemimpinannya
berkembang pula. Hal ini merupakan kewajiban yang penting karena
fungsinya sebagai pemimpin pendidikan.
D. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara Pembinaan Kepala Sekolah dengan Etos Kerja Guru.
Hubungan antara pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah
dan etos kerja guru ada hubungannya, karena semakin seringnya kepala
sekolah melakukan pembinaan maka seorang guru akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya. Pembinaan kepala sekolah mempengaruhi
perilaku serta sikap mental guru dalam mendidik murid-murid di sekolah
dan sikap mental itu dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar,
karena seorang guru yang sering mendapatkan pembinaan akan
memberikan pengajaran dengan pengetahuan dan keterampilan yang selalu
baru. Di samping itu guru-guru akan melaksanakan tugas dengan efektif
apabila dalam diri guru-guru terdapat etos kerja yang dapat menjadi
jujur, bertanggung jawab, rajin dan dapat menggunakan waktu secara
tepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan dapat
meningkatkan etos kerja guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Semakin sering kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru, maka
akan semakin baik pula kinerja para guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah karena dengan makin seringnya pembinaan yang diberikan akan
menambah wawasan dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik.
2. Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Etos Kerja Guru.
Semakin sering atau lamanya masa kerja guru maka seorang guru
akan semakin tinggi pula kinerja dalam melakukan pengajaran.
Pengalaman kerja yang dimiliki seorang guru berhubungan dengan
pengetahuan, dan ketrampilan dalam bidang pekerjaanya. Dengan
demikian semakin lama pengalaman kerja seorang guru maka etos kerja
akan semakin baik pula. Dengan pengalaman kerja, seorang guru akan
dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan kelemahan
yang ada akan berusaha meningkatkan kinerja sehingga kelemahan tadi
dapat diperbaiki. Serta kelebihan yang ada dalam diri seorang guru akan
selalu ditingkatkan dengan kerja yang lebih baik lagi. Selain itu
penyelesaian tugas yang dibebankan guru dalam hal pengajaran apabila
dapat diselesaikan dengan baik tentu saja akan menambah semangat kerja.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
dan lama seorang guru dalam menjalankan tugas pekerjaan, maka akan
semakin baik pula kinerja seorang guru karena menambah ketrampilan,
samangat juga wawasan guru.
3. Hubungan antara Pembinaan Kepala Sekolah, Pengalaman Kerja dengan Etos Kerja Guru.
Hubungan antara pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah
dan etos kerja guru ada hubungannya, karena semakin seringnya kepala
sekolah melakukan pembinaan maka seorang guru akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya. Pembinaan kepala sekolah mempengaruhi perilaku serta sikap mental guru dalam mendidik murid-murid di sekolah
dan sikap mental itu dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar,
karena seorang guru yang sering mendapatkan pembinaan akan
memberikan pengajaran dengan pengetahuan dan keterampilan yang selalu
baru. Selain itu, semakin sering atau lamanya masa kerja guru maka
seorang guru akan semakin tinggi pula kinerja dalam melakukan
pengajaran. Pengalaman kerja yang dimiliki seorang guru berhubungan
dengan pengetahuan, dan ketrampilan dalam bidang pekerjaanya. Dengan
demikian semakin lama pengalaman kerja seorang guru maka etos kerja
akan semakin baik pula. Dengan pengalaman kerja seorang guru akan
dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan kelemahan
yang ada akan berusaha meningkatkan kinerja sehingga kelemahan tadi
dapat diperbaiki. Serta kelebihan yang ada dalam diri seorang guru akan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan
etos kerja guru.
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian dalam landasan teori, penulis mengajukan hipotesis
yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih diuju secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja guru.
2. Ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru.
3. Ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus di SMA Negeri 2
Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari.
Gunungkidul. Studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang
berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti,
serta interaksinya dengan lingkungan. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari
penelitian tidak bisa digeneralisasikan di tempat lain.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus
Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juli 2008.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah individu yang dilibatkan dalam penelitian,
guru-guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA
Muhammadiyah Wonosari di Kabupaten Gunungkidul.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembinaan kepala sekolah, pengalaman
kerja, dan etos kerja guru.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen
yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain (Arikunto, 1992:
107). Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka yang akan menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA di Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah populasi sebesar 183
orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2005: 56). Sample penelitian ini adalah guru-guru
SMA Negeri 2 Wonosari sebanyak 60 guru, SMA Dominikus Wonosari
sebanyak 20 guru dan SMA Muhammadiyah Wonosari sebanyak 21 guru
Dengan demikian jumlah sample penelitian ini adalah 101 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak
hanya sebagian dari populasi saja. Teknik penarikan sampel penelitian ini
adalah purposive sampling dimana dalam teknik ini anggota populasi yang
diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan keperluan
penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari populasi yang tidak
dipilih
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukurannya
1. Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
Pembinaan merupakan suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal
yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki,
dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan
dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan
pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja
yang sedang dijalani secara lebih efektif. Operasionalisasi variabel
penelitian pembinaan kepala sekolah adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
Pernyataan Variabel Dimensi Indikator
Positif Negatif Pembinaan
orientasi
1. Struktur Organisasional 2. Tugas-tugas Jabatan 3. Perkenalan 1,2 4 5 3 6 Pembinaan kepala sekokah Pembinaan kecakapan
1. Pengusaan teori belajar dan prinsip pembelajaran 2. Penguasaan materi
kurikulum
3. Komunikasi secara efektif
Pembinaan pengemban gan
kepribadian
1. Bertindak sesuai norma
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur
3. Menjunjung tinggi kode etik guru 15 16,17 18 Pembinaan kerja 1. Pengembangan keprofesionalan dengan tindakan reflektif
2. Pelatihan kerja
19,20
21 Pembinaan
penyegaran
1. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi
22
Pembinaan lapangan
1. Pengenalan teknik
latihan dan pengembangan untuk
mempelajari prosedur baru
23,24
Setiap item pernyataan diukur dalam skala likert. Pemberian skor pada
setiap jawaban pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor Item Pernyataan Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
2. Variabel Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan segala pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan melalui
pengamatan atau partisipasi langsung selama bekerja. Pengalaman kerja
yang dinyatakan dalam ukuran satuan tahun. Pengukuran pengalaman
kerja adalah sebagai berikut :
a. < 5 th Sedikit
b. 5-9 th Cukup
c. 9 th < Banyak
3. Variabel Etos Kerja
Etos kerja merupakan jiwa dan semangat kerja, yang dipengaruhi oleh cara
pandang terhadap pekerjaan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi
variabel etos kerja
Tabel 3.3
Variabel Etos Kerja Guru
Pernyataan
Variabel Dimensi Indikator
Positif Negatif Etos Kerja
Ekonomis
1. Mencari nafkah 2. Motivasi kerja
1 2
Etos Kerja Sosial
1. Mengembangkan diri 2. Pengabdian masyarakat
dan bangsa 3,4 5,6 Etos kerja guru Etos Kerja Filosofis
1. Pengabdian kepada Tuhan
7
Setiap item pernyataan diukur dalam skala likert. Pemberian skor pada
setiap jawaban pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Skor Item Pernyataan Variabel Etos Kerja Guru
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para
responden untuk dijawabnya. Dalam hal ini kuesioner disebarkan pada
responden yang telah ditentukan. Daftar pertanyaan bersifat tertutup
karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan. Instrumen berupa
lembar daftar pertanyaan yang berupa angket . Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang pembinaan kepala sekolah, pengalaman kerja,
dan etos kerja guru
2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan sumber-sumber catatan dan
arsip-arsip yang dimiliki yang berkaitan dengan data sekolah. Data yang
diharapkan dengan dokumentasi adalah data sekunder berupa gambaran
umum tentang sekolah yang meliputi sejarah dan kondisi sekolah.
G. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
(Arikunto, 1992: 160). Taraf validitas suatu tes dinyatakan dalam bentuk
setiap butir kuesioner dalam penelitian ini, digunakan teknik korelasi
Product moment dari Pearson dengan formula sebagai berikut (Arikunto,
1984:58) xy r =
{
∑
∑
−∑
∑ ∑
}{
∑
−∑
}
− 2 2 22 ( ) ( )
) )( ( Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:
r
xy : Koefisien korelasiX : Skor masing-masing item tes ke-i Y : Skor total setiap item tes ke-i n : jumlah item pertanyaan
Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (rhit) bernilai positif dan
lebih besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Demikian
sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhit) lebih kecil
dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%.
Pengujian validitas butir kuesioner penelitian dilakukan dengan responden
guru-guru SMA Negeri 1 Wonosari sebanyak 30 responden Pengujian
validitas dilakukan sebelum penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan
bantuan SPSS 13.00. Hasil-hasil pengujian validitas variabel penelitian
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Validitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
No Item pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Status 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Item 21 Item 22 Item 23 Item 24 0.388 0.452 0.652 0.589 0.637 0.604 0.386 0.573 0.609 0.681 0.757 0.670 0.753 0.683 0.749 0.739 0.585 0.467 0.431 0.568 0.694 0.752 0.747 0.527 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Harga koefisien pada tabel untuk N = 30 (DF = n-k : 30-2 = 28) pada taraf
signifikansi 5% sebesar = 0,361. Butir dikatakan valid apabila koefisien
korelasi (rhit) bernilai positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0, 361.
Dari hasil pengujian validitas terhadap keseluruhan butir pertanyaan
variabel pembinaan kepala sekolah menyatakan nilai rhitung > rtabel. Hal
Tabel 3.6
Hasil Pengujian Validitas Variabel Etos Kerja Guru
No Item pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Status 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 0.479 0.499 0.391 0.610 0.494 0.424 0.420 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Harga koefisien pada tabel untuk N = 30 (DF = n-k : 30-2 = 28) pada taraf
signifikansi 5% sebesar = 0,361. Butir dikatakan valid apabila koefisien
korelasi (rhit) bernilai positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0, 361.
Dari hasil pengujian validitas terhadap keseluruhan butir pertanyaan
variabel pembinaan kepala sekolah menyatakan nilai rhitung > rtabel. Hal
tersebut berarti keseluruhan butir adalah valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu intrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. (Arikunto, 1992: 170). Untuk menguji reliabilitas dalam
− −
=
∑
22 1 1 t b k k rtt σ σ Keterangan:
r
i : Reabilitas instrumen k : Jumlah butir pertanyaan2 b
σ
Σ : Jumlah varians butir 2
t
σ : Total varians
Jika nilai koefisien Alpha Cronbach lebih besar dari pada 0,60 maka
kuesioner dapat dikatakan reliabel. Sebaliknya, jika nilai Alpha Cronbach
lebih kecil dari 0,60 maka kuesioner adalah tidak reliabel (Nunnaly, 1967
dalam Imam Ghozali, 2001:42).
Hasil pengujian reliabilitas variabel pembinaan kepala sekolah dan etos
kerja guru adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian
Variabel rhitung (Alpha) Rtabel Keterangan
Pembinaan kepala sekolah 0,938 0,60 Reliabel
Etos kerja guru 0,757 0,60 Reliabel
Hasil pengujian reliabilitas untuk instrumen variabel pembinaan kepala
sekolah menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach sebesar 0,938 > dari
0,60. Sedangkan untuk intrumen variabel etos kerja guru menunjukkan
instrumen variabel pembinaan kepala sekolah dan etos kerja guru adalah
reliabel.
Berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan
bahwa butir-butir pertanyaan tersebut sudah dianggap memenuhi syarat
dan instrumen reliabel untuk digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan
data.
H. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Data
Analisis ini dilakukan untuk mendiskripsikan data hasil observasi yang
sudah didapat dan penelitian di lapangan yang meliputi responden,
pembinaan kepala sekolah, pengalaman kerja dan etos kerja guru. Untuk
keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap
variabel.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan di dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dalam penelitian ini digunakan rumus One-Sample
Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 2005:255) yaitu:
( )
( )
[
F X1 S X1]
Max
D= o − n
Keterangan :
D = Deviasi maksimum
( )
X1Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
( )
X1Jika nilai Fhitung > dari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5 %, maka
distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya, jika nilai
Fhitung < dari nilai Ftabel, maka distribusi data dikatakan normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan linear atau tidak.
Untuk uji linieritas ini digunakan rumus persamaan regresi dengan
menguji signifikansi nilai F. Adapun rumus yang digunakan untuk
mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana,2005:332):
e S TC S F 2 2 = Keterangan: 2 ) ( 2 − = k TC JK TC S 2 ) ( 2 − = k E JK e S Dimana :
F = harga bilangan F untuk garis regresi S2TC = varian tuna cocok
S2e = varian kekeliruan
JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan
3. Pengujian Hipotesis
a. Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan rumus Product Moment
dari Karl Pearson (Sudjana, 2005:369) sebagai berikut:
{
∑
∑
−∑
∑ ∑
}{
∑
−∑
}
− = 2 2 2 2 ) ( . ) ( . ) )( ( . . Y Y N X X N Y X Y X N rxy Keterangan: xyr = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
N = Jumlah subjek yang diteliti
Untuk menguji signifikasi nilai koefisien korelasi digunakan rumus uji t sebagai berikut (Sudjana,1996:380):
t = 2 r 1 2 n r − − Dimana:
r = koefisien korelasi sederhana n = jumlah sampel
Hipotesis altrnatif akan diterima apabila t hitung > t tabel. Hipotesis
alternatif ditolak apabila t hitung < t tabel. Untuk menguji harga t hitung
digunakan taraf signifikansi (α) 5% dengan derajat kebebasan (db) =
n - 2
b. Untuk menguji hipotesis ke-3 yaitu terdapat hubungan pembinaan
digunakan korelasi ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 1984:58)
∑
∑
+∑
+∑
= 2 3 3 2 2 1 1 3 , 2 , 1 y y x b y x b y x b Ry Keterangan:Ry (1,2,3) = Koefisien korelasi antara variabel x1, x2, dengan variabel y
b1 = Koefisien prediktor x1 b2 = Koefisien prediktor x2
y x
∑
1 = Jumlah produk antara x1dan y yx
∑
2 = Jumlah produk antara x2dan yPengujian signifikansi koefisien korelasi ganda dilakukan berdasarkan
uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana,1996:385):
) 1 /( ) 1 ( / 2 2 − − − = k n R k R F Keterangan:
F : Harga F garis regresi yang dicari R : Koefisien korelasi ganda
k : Jumlah variabel bebas n : Jumlah sampel
Jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti
variabel-variabel dalam regresi tidak bisa dipakai sebagai informasi
terhadap etos kerja guru. Sedangkan jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima, berarti variabel-variabel dalam regresi bisa
4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
a. Sumbangan Relatif
Untuk mengetahui sumbangan relatif yaitu seberapa besar sumbangan
masing-masing variabel bebas dalam perbandingan terhadap nilai
variabel terikat yang diwujudkan dalam bentuk persentase dengan
rumus : ( ) % 0 0 1 (%) Re X JK Y X n SR g
∑
= Keterangan : (%)SR : sumbangan relatif dari suatu variabel bebas
n : koefisiensi variable bebas yaitu a untuk X1, b untuk 2
X , dan c untuk X3
∑
X Y : jumlah produk antara variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y)( g)
JKRe : jumlah kuadrat regresi
b. Sumbangan Efektif
Untuk mengetahui sumbangan efektif yaitu seberapa besar sumbangan
masing-masing variabel bebas atau prediktor dalam menunjang
efektifitas garis regresi untuk keperluan pengadaan prediksi yang
diwujudkan dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut :
( )
2% xR SR SE=
Keterangan :
SE : sumbangan efektifitas variable bebas
( )
%SR : sumbangan relatif variabel bebas 2
38 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Jumlah Sekolah dan Guru-guru
1. Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Wonosari
Di Kecamatan Wonosari terdapat 5 Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta.
Sekolah Menengah Atas terdiri dari 2 sekolah, sedangkan untuk Sekolah
Menengah Atas swasta berjumlah 3 sekolah. Semua sekolah tersebut
berada dibawah lindungan Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul.
Jika dilihat, sekolah swasta hampir sama jumlahnya dengan sekolah
negeri. Walaupun demikian, sekolah negeri tetap menarik perhatian para
guru karena memiliki peluang yang besar untuk diangkat menjadi pegawai
negeri sipil.
Daftar nama-nama Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di
Tabel 4.1
Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri/Swasta Lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Wonosari
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
1. SMA Negeri 1 Wonosari Jln. Brigjen Katamso 04 Kepek
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta
2. SMA Negeri 2 Wonosari Jln. Ki Ageng Giring No 3 Kepek
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta
3. SMA Muhammadiyah
Wonosari
Jln. KH Agus Salim Kepek Wonosari
Gunungkidul Yogyakarta
4. SMA Pembangunan 1
Wonosari
Jln Tentara Pelajar no 44 Kepek
Wonosari Gunungkidul
5. SMA Dominikus
Wonosari
Jln. Mgr Sugiyo Pranoto Baleharjo
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta
2. Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Wonosari
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten Wonosari, jumlah guru Sekolah Menegah Atas di
Kecamatan Wonosari sebanyak 183 guru. Pengelompokan guru berdasar
status dan tingkat perndidikan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kelompok Guru Menurut Status Kepegawaian
No Status Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 122
2 Guru Bantu Pusat 5
3 Guru Bantu Daerah 2
4 Guru Tidak Tetap 54
B. Deskripsi Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 101 guru. Gambaran
responden dalam penelitian ini disajikan dalam tabel–tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Deskripsi Responden
Jenis Kelamin
No Nama Sekolah
L P Jumlah
1. SMA Negeri 2 Wonosari 31 29 60 2. SMA Muhammadiyah Wonosari 17 4 21 3. SMA Dominikus Wonosari 12 8 20
Jumlah 60 41 101
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Menurut jenis Kelamin
Jenis Kelamin Banyaknya Persentase (%) 1. Laki – laki
2. Perempuan
60 41
60 40
Jumlah 101 100%
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin laki–laki, yaitu sebanyak 60 orang atau 60% dan
b. Pendidikan Guru
Tabel 4.5
Deskripsi Responden Menurut Pendidikan
Pendidikan Guru (PNS)
Nama Sekolah SLTA D1/D2 D3 S1 S2 Juml 1. SMA Negeri 2 Wonosari 1 - 4 54 1 60
2. SMA Muhammadiyah Wonosari 2 1 4 13 1 21
3. SMA Dominikus Wonosari - 1 4 15 - 20
Jumlah 3 2 12 82 2 101
Berdasarkan dari data yang diperoleh dapat diketahuai bahwa
guru-guru sekarang ini sebagian besar telah menempuh pendidikan yang
tinggi, sehingga dengan makin tingginya pendidikan yang telah
ditempuh maka diharapkan para guru dapat mengembangkan ilmu,
teknologi, dan seni (IPTEKS), selain itu juga sangat berguna bagi
kemutakhiran bahan ajar yang akan diberikan agar tidak tertinggal dari
42 BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2008. Dalam
penelitian ini subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri 2 Wonosari,
SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari di
Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah keseluruhan sebanyak 104 guru.
Masing-masing guru mengisi kuesioner yang mencakup variabel pembinaan
kepala sekolah, pengalaman kerja, dan etos kerja. Dari 104 kuesioner yang
disampaikan kepada guru, jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 101
kuesioner. Semua kuesioner yang kembali di isi secara lengkap sehingga
menjadi dapat menjadi sumber data penelitian. Berikut ini disajikan deskripsi
data masing-masing variabel penelitian
1. Pembinaan Kepala Sekolah
Tabel 5.1
Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
Interval Frekuensi Persentase Kriteria
82 – 96 53 52% Sangat Baik
72 – 81 42 41% Baik
64 – 71 6 7% Cukup Baik
57 – 63 - - Buruk
< 57 - - Sangat Buruk
Jumlah 101 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah guru yang berpendapat
orang (52%), baik adalah 42 orang (14%), cukup baik adalah 6 orang (7%)
buruk dan sangat buruk tidak ada. Dengan demikian disimpulkan bahwa
pembinaan kepala sekolah adalah sangat baik. Hal ini didukung hasil
perhitungan mean = 82,54, median = 83,00 dan modus = 85, (lampiran VI
hal 100)
2. Pengalaman Kerja
Tabel 5.2
Variabel Pembinaan Pengalaman Kerja
Interval Frekuensi Persentase Kriteria
9 th < 75 74% Banyak
5 – 9 th 9 9% Cukup
< 5 th 17 17% Sedikit
Jumlah 101 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah guru yang memiliki
pengalaman kerja sedikit sebanyak 17 orang (17%), cukup sebanyak 9
orang (9%), banyak adalah 75 orang (74%). Dengan demikian
disimpulkan bahwa pengalaman kerja guru adalah banyak. Hal ini
didukung hasil perhitungan mean = 15,62 median = 17,00 dan modus =
17,94 (lampiran VI hal 101)
3. Etos Kerja Guru
Tabel 5.3
Variabel Pembinaan Etos Kerja Guru
Interval Frekuensi Persentase Kriteria
24 – 28 5 5% Sangat Baik
21 – 23 4 40% Baik
19 – 20 41 41% Cukup Baik
17 – 18 12 13% Buruk
< 17 2 1% Sangat Buruk
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah guru yang berpendapat
bahwa etos kerja guru sangat baik 5 orang (5%), baik adalah 40 orang
(40%), cukup baik adalah 41 orang (41%), buruk adalah 13 (13%) dan
sangat buruk adalah 2 (1%). Dengan demikian disimpulkan etos kerja
guru adalah cukup baik. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 20,31,
median = 20,00 dan modus = 20 (lampiran VI hal 102)
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Berikut
ini disajikan hasil pengujian normalitas data
1) Pembinaan Kepala Sekolah (PKS)
Tabel 5.4
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
PKS
N 101
Normal Parameters(a,b) Mean 82,54
Std. Deviation 7,224
Most Extreme Differences
Absolute
,087
Positive ,083
Negative -,087
Kolmogorov-Smirnov Z ,870
Asymp. Sig. (2-tailed) ,435
b Calculated from data.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai asymptotic
significance sebesar 0,435 (lampiran IV hal 88). Nilai tersebut
lebih besar dari nilai taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa distribusi data variabel pembinaan kepala
sekolah adalah normal
2) Pengalaman Kerja (PK)
Tabel 5.5
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Pengalaman Kerja
PK
N 101
Normal Parameters(a,b) Mean 15.62
Std. Deviation 8,483
Most Extreme Differences
Absolute
,089
Positive ,083
Negative -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,896
Asymp. Sig. (2-tailed) ,398
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai asymptotic
significance sebesar 0,398 (lampiran VI hal 88). Nilai tersebut
lebih besar dari nilai taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa distribusi data variabel pembinaan kepala
3) Etos Kerja Guru (EKG)
Tabel 5.6
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Etos Kerja Guru
EKG
N 101
Normal Parameters(a,b) Mean 20,31
Std. Deviation 1,864
Most Extreme Differences
Absolute
,157
Positive ,157
Negative -,128
Kolmogorov-Smirnov Z 1,578
Asymp. Sig. (2-tailed) ,014
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai asymptotic
significance sebesar 0,014 (lampiran VI hal 88). Nilai tersebut
lebih besar dari nilai taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa distribusi data variabel pembinaan kepala
sekolah adalah normal
b. Pengujian Linearitas
Pengujian linearitas penelitian ini dilakukan dengan meregresi variabel
dependen dengan variabel independen dengan mencari nilai F. Berikut
Tabel 5.7
Hasil Pengujian Linearitas Variabel Pembinan Kepala sekolah Dengan Variabel Etos Kerja Guru
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups
(Combined)
121.740 19 6.407 2.299 .005
LinearTerm Weighted 50.620<