• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru : studi kasus pada guru-guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru : studi kasus pada guru-guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

v ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU

Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul

Wijanarko Andreyanto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja guru; (2) ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru; (3) ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul sebanyak 183 guru. Sampel penelitian ini sebanyak 101 guru. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis korelasi sederhana dan analisis korelasi ganda.

(2)

vi ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SCHOOL LEADERSHIP AND WORKING EXPERIENCES AND WORKING ETHOS OF

TEACHER

A Case Study on Teachers of 2 State Senior High School Wonosari, Dominikus Senior High School Wonosari and Muhammadiyah Senior High

School Wonosari Gunungkidul

Wijanarko Andreyanto Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research is aimed to know whether: (1) there is a positive correlation between school principal leadership and working ethos of teacher; (2) there is a positive correlation between working experiences and work ethos of teacher; (3) there is a positive correlation between school principal leadership and working experiences and working ethos of teacher.

This research was conducted in 2 State Senior High School Wonosari, Dominikus Senior High School Wonosari, and Muhammadiyah Senior High School Wonosari Gunungkidul. The populations in this research were 183 teachers of Senior High Schools in Wonosari Gunungkidul. The samples are 101 teachers. Sample pulling technique is purposive sampling. Data collecting techniques which is used are documentation and questionnaire. Data analysis techniques is simple correlation analysis and double correlation analysis.

(3)

HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN

PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU

(Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

WIJANARKO ANDREYANTO NIM : 021 334 120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO

Semua Yang Kasat Mata Bisa Kita Raih dan Lalui

Sesulit Apapun Itu Dengan Usaha Keras Di Iringi Doa

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Allah SWT dan junjunganku Nabi Muhammad SAW

Bapak, Ibu, Adikku and My Love Yentri

Penulis sendiri Wijanarko Andreyanto

Sahabat – sahabatku & Teman-teman PAK angkatan 2002

(8)

v ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU

Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul

Wijanarko Andreyanto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja guru; (2) ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru; (3) ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul sebanyak 183 guru. Sampel penelitian ini sebanyak 101 guru. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis korelasi sederhana dan analisis korelasi ganda.

(9)

vi ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SCHOOL LEADERSHIP AND WORKING EXPERIENCES AND WORKING ETHOS OF

TEACHER

A Case Study on Teachers of 2 State Senior High School Wonosari, Dominikus Senior High School Wonosari and Muhammadiyah Senior High

School Wonosari Gunungkidul

Wijanarko Andreyanto Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research is aimed to know whether: (1) there is a positive correlation between school principal leadership and working ethos of teacher; (2) there is a positive correlation between working experiences and work ethos of teacher; (3) there is a positive correlation between school principal leadership and working experiences and working ethos of teacher.

This research was conducted in 2 State Senior High School Wonosari, Dominikus Senior High School Wonosari, and Muhammadiyah Senior High School Wonosari Gunungkidul. The populations in this research were 183 teachers of Senior High Schools in Wonosari Gunungkidul. The samples are 101 teachers. Sample pulling technique is purposive sampling. Data collecting techniques which is used are documentation and questionnaire. Data analysis techniques is simple correlation analysis and double correlation analysis.

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

:

WIJANARKO ANDREYANTO

NIM : 021 334 120

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DAN

PENGALAMAN KERJA DENGAN ETOS KERJA GURU

(Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 November 2008

(11)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa Esa Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Pembinaan Kepala Sekolah dan Pengalaman Kerja Dengan Etos Kerja Guru”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengantar Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa tanpa

adanya suatu usaha yang maksimal, bimbingan serta bantuan berupa moril,

materiil, maupun pemberian kesempatan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing yang

senantiasa dengan penuh kerelaan, kesabaran dan ketekunan membimbing

(12)

viii

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. selaku dosen tamu yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberikan

masukan dan saran kepada penulis.

6. Ibu B.Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen tamu yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberikan

masukan dan saran kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu kepala sekolah SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus

Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari yang telah membantu dan

mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah.

8. Bapak dan Ibu guru di sekolah SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus

Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari, yang telah rela menjadi

subjek penelitian ini dengan mengisi kuesioner penelitian yang diedarkan.

9. Kedua orang tuaku Bapak Suwadiyono dan Ibu Sri Yulianti, S.Pd serta adikku

Bowo yang selalu dan senantiasa memberikan dorongan, semangat dan doa

kepada penulis dalam meraih cita,

10.My Love Yentri tercinta yang selalu memotivasi dan selalu membantu aku

dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas kesabaran, perhatian, cinta

dan ketulusan hati dalam menemani saat suka maupun duka.” Bersama kita

raih cita n kebahagian bersama… we can do it My Dear.. “

11.Bapak Sunardjo dan Ibu Sri Yanti, terimakasih atas segala dorongan, bantuan,

serta bimbingan selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas kecil

(13)

ix

12.Kakak terbaikku Ms Agung, thanks atas dukungan, ceramah, caci maki juga

bantuan selama ini… Akhirnya bisa Lulus juga ak bro…!!

13.Semua kakak ku juga adik ku di Jakal ( Mbak Tari, Mawan, Sigit, Ms Rinto,

Ms Gandung, Ms Nanang ). Matur nuhun atas kebersamaanya selama ini.

14.Keluarga Berbah, Bapak dan Ibu Mursidi, Mbak Etik, Mbak Nining yang telah

membantu, memotivasi, dan menerima penulis masuk ke dalam bagian

keluarga.. Kebahagian terbesar bisa masuk in My Second Home In Jogja.

15.Adekku Ima yang cantik yang telah memberikan dorongan buat penulis

selama ini.. makasih ya ! Cepat lulus ya dik..

16.Thomas & Banu yang telah memberikan bantuan, arahan, dan dukungan

moril kepada penulis..makasih banget pokoknya. !!

17.Temen – temen PAK C angkatan 2002 makasih atas kebersamaan kita selama

ini di kampus seribu jendela. I Misss You All

18.Polvo Community ( Andit, Akris, Aan, Gusur, Pak Ichan, Fandi, Ucok Baba,

Toriq, Jefri, Rendi juga new member Kentung).. Tetap kompak selalu guys..!!

19.Supra AB 4690 ND yang telah setia sekian lama membawa dan menemaniku

kesana-kesini dalam meraih cita-cita.

20.Semua pihak yang tidak tercantum namanya disini, namun telah banyak

berjasa bagi penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan saudara-saudari

dengan berkatnya yang melimpah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,

(14)

x

Ahirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan

semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 23 Oktober 2008

Penulis

(15)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Oktober 2008 Penulis

(16)

xii DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING . ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN... iv

ABSTRAK. ... v

ABSTRACT . ... vi

KATA PENGANTAR... Vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... xi

DAFTAR ISI. ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR TABEL... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah. ... 5

C. Rumusan Masalah. ... 5

D. Tujuan Penelitian. ... 5

E. Manfaat Penelitian. ... .. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Persepsi Tentang Etos Kerja. ... 7

1. Pengertian Etos Kerja... 7

2. Persepsi Etos Kerja . ... 9

(17)

xiii

C. Pembinaan ... 11

1. Pengertian Pembinaan ... 11

2. Tujuan dan Macam Pembinaan ... 13

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan ... 15

4. Pembinaan yang Dilakukan Kepala Sekolah ... 16

D. Kerangka Berfikir . ... 19

E. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian . ... 23

C. Subyek dan Obyek Penelitian . ... 23

D. Populasi dan Sampel . ... 24

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukurannya . 25 F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

H. Teknik Analisis Data…... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Jumlah Sekolah dan Guru-Guru... 38

B. Deskripsi Responden... 40

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data ... 42

B. Analisis Data ... 44

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data. ... 44

2. Pengujian Hipotesis ... 48

3. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 52

(18)

xiv

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan penelitian ... 61

C. Saran... 62

(19)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 65

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 72

Lampiran 3.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 84

Lampiran 4.Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 87

Lampiran 5.Pengujian Hipotesis ... 90

(20)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Variabel Pembinaan Kepala Sekolah ... 25

Tabel 2. Skor Item Variabel Pembinaan Kepala Sekolah ... 26

Tabel 3. Kisi-kisi Variabel Etos Kerja Guru... 27

Tabel 4. Skor Item Variabel Etos Kerja Guru... 27

Tabel 5. Hasil uji Validitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah... 30

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Etos Kerja guru... 31

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 32

Tabel 8. Daftar SMA Negeri/Swasta di Kecamatan Wonosari... 39

Tabel 9. Daftar Guru Menurut Status Kepegawaian... 39

Tabel 10. Deskripsi Responden 3 SMA... 40

Tabel 11. Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 40

Tabel 12. Deskripsi Responden Menurut Pendidikan... 41

Tabel 13. PAP Tipe II Variabel Pembinaan Kepala Sekolah... 42

Tabel 14. PAP Tipe II Variabel Pengalaman Kerja ... 43

Tabel 15. PAP Tipe II Variabel Etos Kerja Guru ... 43

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah... 44

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengalaman Kerja ... 45

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Variabel Etos Kerja Guru ... 46

Tabel 19. Hasil Uji Linieritas Variabel Penelitian ... 47

Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis I... 48

Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis II ... 50

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era globalisasi atau era keterbukaan, sumber daya manusia

sangat berperan terhadap keberhasilan organisasi dalam berkompetisi dengan

organisasi lainnya. Sumber daya manusia karenanya harus memiliki kualitas

yang memadai. Kualitas sumber daya manusia yang dimaksud adalah ukuran

kualitatif seseorang dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,

ketrampilan dan nilai-nilai tertentu. Untuk menciptakan sumber daya manusia

yang berkualitas, pendidikan menduduki peranan yang penting.

Kemajuan ilmu dan teknologi sangat pesat mendorong arus informasi

semakin deras dan membuat dunia seakan-akan menjadi semakin sempit.

Kemajuan tersebut memberi dampak pada semua bidang kehidupan manusia,

termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan harus berbenah diri agar

tidak ketinggalan jaman. Sejalan dengan hal ini, para ahli pendidikan sudah

mulai mengadakan penyempurnaan dalam berbagai aspek pendidikan. Sistem

kelembagaan, penyelenggaraan, kurikulum, model belajar dan mengajar, serta

kegiatan peserta didik terus dikembangkan agar menjadi lebih relevan dengan

kebutuhan pendidikan masa kini.

Sulamun (1995:3), menyatakan bahwa tujuan dan sasaran dalam

pendidikan dapat menumbuhkan sikap kemandirian dalam diri manusia,

melalui peningkatan peran serta, efisiensi dan produktifitas dari seluruh

(22)

sumber daya manusia yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang

ketenagakerjaan. Dengan adanya sumber daya yang berkualitas ini diharapkan

dapat tercipta etos kerja pada setiap individu, baik langsung maupun tidak

langsung yang terlihat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Melihat hal

ini, maka penting bagi guru untuk memiliki etos kerja yang mendalam,

sehingga mereka dapat memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting.

Pemaknaan yang mendalam terhadap kerja akan membuat mereka

sungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaannya. Etos kerja guru sama dengan

semangat kerja yang ditunjukkan guru dalam menggeluti profesinya, baik

dalam kelas maupun kehidupan masyarakat. Banyak fakta menunjukkan

bahwa semangat kerja guru cukup tinggi, disiplin, teguh, dan jujur meskipun

mereka memperoleh gaji yang kecil. Pengabdian guru seperti itu

memperlihatkan bahwa mereka masih tetap memiliki etos kerja yang dapat

diandalkan.

Menurut Harsanto (1989:4), ada banyak guru sekedar menyandang

gelar guru tetapi lemah dalam hal disiplin, kejujuran, dan sikap

hormat-menghormati sesama guru atau siswa. Kondisi seperti ini sebenarnya sudah

lama terjadi. Menurut Surakhmad (1981:13), kondisi-kondisi buruk yang

mewarnai pendidikan kita tersebut perlu dipecahkan dengan segera. Kondisi

buruk yang dimaksud adalah disiplin tenaga kependidikan dalam

melaksanakan tugas sehari-hari, dan tidak terbukanya mental pendidik untuk

(23)

Untuk memperbaiki dan menciptakan etos kerja yang tinggi pada guru

dapat dilakukan dengan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan terhadap

guru-guru menurut Sahertian (1982:32) adalah usaha untuk membantu guru-guru-guru-guru

melihat dengan jelas kaitan antara tujuan-tujuan pendidikan, agar lebih

mampu membimbing pengalaman murid-murid, menggunakan berbagai

sumber dan media belajar, menerapkan metode dan teknik mengajar yang

lebih berdaya guna dan berhasil guna, menganalisis kesulitan-kesulitan belajar

dan kebutuhan belajar murid-murid, serta menilai proses belajar dan hasil

belajar murid.

Kepala sekolah harus melakukan kegiatan supervisi secara kontinu dan

baik terhadap proses aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Hal

ini disebabkan guru adalah orang yang berhadapan langsung dengan siswa dan

sekaligus menjadi penentu baik-buruknya hasil belajar. Supervisi yang

dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk melaksanakan pembinaan

kepada guru-guru. Dengan pembinaan yang direncanakan secara mantap dan

dilaksanakan secara tertib dan kontinyu maka pelaksanaan proses belajar akan

mencapai hasil optimal. Semakin sering kepala sekolah melaksanakan

supervisi terhadap guru, semakin baik pula kondisi dan hasil belajar

mengajar di sekolah itu. Dan jika guru-guru mendapatkan pembinaan yang

baik akan memiliki semangat kerja dan etos kerja guru akan semakin baik juga

kuat sehingga guru dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya

(24)

Dalam bekerja, guru akan memperoleh tambahan pengetahuan, dan

ketrampilan dalam bidang pekerjaannya. Intensitas pengalaman kerja hanya

ditentukan oleh berbagai faktor misalnya masa kerja, pengalaman kerja,

keterampilan serta relevansi pekerjaan yang pernah dilakukannya. Seseorang

yang memiliki masa kerja lama sebagai karyawan dan pernah mengikuti

program pada bidang tersebut secara normal akan memiliki intensitas

pengalaman kerja lebih banyak dari pada karyawan yang hanya memiliki masa

kerja sedikit. Waktu, jenis pekerjaan, masa kerja, ketrampilan dan pengalaman

kerja sangat berperanan karena ketrampilan yang dikerjakan berulang-ulang

akan menjadi gerakan otomatis/kebiasaan, tetapi kalau keterampilan tersebut

lama tidak dipergunakan maka keterampilan tersebut akan menurun sampai

tingkat yang paling minimal. Semakin lama seorang guru dalam menjalankan

tugas maka semakin baik pula etos kerja guru. Guru akan dapat mengetahui

kelebihan dan kelemahan dalam mengajar sehingga akan berusaha untuk

meningkatkan kualitas pengajaran didalam kelas. Kerja keras, disiplin, jujur

dan tanggung jawab akan terbentuk dalam diri seorang guru.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini peneliti

mencoba melihat sejauh mana hubungan pembinaan yang dilakukan kepala

sekolah dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru-guru. Berdasarkan latar

(25)

Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari

di Kabupaten Gunungkidul.

B. Batasan Masalah

Untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan yang dapat dilihat

dari etos kerja guru-guru tersebut, ada banyak faktor yang berhubungan

dengan etos kerka guru. Penelitian ini menfokuskan pada pembinaan kepala

sekolah dan pengalaman kerja.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja

guru ?

2. Apakah ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru ?

3. Apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman

kerja dengan etos kerja guru ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah

(26)

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif pengalaman kerja dengan

etos kerja guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah

dan pengalaman kerja dengan etos kerja guru.

E. Manfaat Penelitian 1 Bagi ilmu pengetahuan

1) Untuk memperluas atau memperkaya pengembangan dan pengukuran

pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja terhadap etos kerja

guru dalam konteks persekolahan.

2) Dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang

berhubungan dengan dunia pendidikan.

2. Bagi kepala sekolah dan guru

Untuk memberikan gambaran yang kongkrit mengenai hubungan

pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja terhadap etos kerja guru

sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah referensi tentang

pendidikan mengenai pembinaan kepala sekolah, pengalaman kerja

terhadap etos kerja guru di perpustakaan Universitas khususnya bagi

(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Persepsi Tentang Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja

Etos kerja berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang

diyakini, cara berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai kerja (Tasmara,

1995:25). Menurut pendapat Hornby seperti yang dikutip dalam karya

Sugiarto (1999:7), etos sebagai “characteristic of community or of culture, code of values by which a group or society life”. Jadi etos menunjukkan

ciri-ciri, pandangan, kepercayaan yang menandai suatu kelompok (Harifa,

1994: 4).

Menurut Anoraga (2001:29), etos kerja adalah pandangan dan

sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Pandangan dan sikap

tersebut melihat kerja sebagai sesuatu yang luhur bagi eksistensi manusia,

maka etos kerjanya akan mendalam, sehingga orang akan

sungguh-sungguh dalam bekerja. Sebaliknya bila pandangan dan sikap tersebut

melihat kerja sebagai sesuatu yang tidak bernilai, apalagi kalau sama

sekali tidak memiliki pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos

kerjanya kurang mendalam. Orang akan seenaknya saja dalam bekerja.

Dorongan atau motivasi sangat perlu untuk menumbuhkan pandangan dan

(28)

Batubara (1989:35), mengatakan bahwa etos kerja adalah jiwa dan

semangat kerja, yang dipengaruhi oleh cara pandang terhadap pekerjaan.

Cara pandang erat kaitannya dengan nilai-nilai yang tumbuh dan

berkembang serta dianut oleh seseorang. Secara atributif etos kerja dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) (Batubara, 1989:36) :

a. Etos kerja ekonomis

Etos kerja yang dilandasi oleh cara pandang bahwa bekerja adalah sarana untuk mencari nafkah semata-mata. Pada etos kerja ekonomi ini, besar kecilnya penghasilan sangat mempengaruhi motivasi kerja seseorang.

b. Etos kerja sosial

Etos kerja yang dilandasi oleh cara pandang bahwa bekerja bukan sekedar untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk mengembangkan diri, serta mangabdikan pada masyarakat dan bangsa.

c. Etos kerja filosofis

Etos kerja yang dilandasi tidak hanya oleh nilai-nilai ekonomi dan sosial dari pekerjaan, tetap juga oleh nilai-nilai filosofis. Bekerja tidak hanya sebagai sarana mencari nafkah atau mengembangkan diri dan mengabdi pada masyarakat, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Etos kerja filosofis merupakan suatu atribut pemaknaan yang paling mendalam terhadap kerja.

Menurut Batubara (1989:28), etos kerja yang hanya dilandasi nilai

sosial dan filosofis, biasanya rawan dalam hal disiplin kerja. Sebaliknya

jika hanya dilandasi oleh alasan ekonomi, maka manusia akan menjadi

”homo economicus”. Akibatnya kontrol sosial dan spiritual dalam diri seseorang akan menjadi lemah. Unsur-unsur kemanusiaan, dedikasi, dan

loyalitas kepada masyarakat, bangsa, dan negara menjadi nomor dua

dalam bekerja. Jadi motivasi kerja akan menentukan tinggi rendahnya etos

(29)

2. Persepsi tentang Etos Kerja

Etos kerja merupakan suatu etik atau penuntun dalam bekerja,

maksudnya suatu penuntun untuk melakukan pekerjaan atau bekerja

dengan baik. Menurut Ancok seperti yang dikutip oleh Sulamun

(1995:60), rendahnya etos kerja erat kaitannya dengan etik kerja,

maksudnya orang yang etos kerjanya jelek biasanya orang itu tidak

mempunyai etos kerja. Ini menunjukan bahwa etik ini merupakan suatu

penuntun orang untuk memiliki etos kerja yang baik, orang yang memiliki

etos kerja yang baik berarti orang tersebut dapat melakukan pekerjaan atau bekerja dengan baik.

Menurut Geerzt dalam Sulamun etos merupakan landasan atau

menjadi watak dasar dalam perilaku setiap individu dan lingkungan

sekitarnya, yang terpancang dalam kehidupan masyarakat (Sulamun, 1995:

60). Karena etos kerja ini menjadi landasan bagi kehidupan manusia, maka

etos ini juga berhubungan dengan aspek evaluatif yang bersifat menilai

dalam kehidupan masyarakat (Abdullah, 1979: 3). Dalam kaitannya

dengan pernyataan di atas, etos kerja yang baik adalah etos kerja yang

dilandasi oleh etik-etik yang bernilai baik. Orang yang sudah dilandasi

oleh etik-etik baik ini biasanya mereka dapat bekerja dengan baik. Bekerja

yang baik adalah bekerja yang dilakukan secara jujur, disiplin mau kerja

keras, rajin dan tekun.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa etos kerja yang

(30)

keras, disiplin, jujur dan bertanggung jawab, rajin, dan tekun, serta

menggunakan waktu secara tepat. Semua unsur tersebut sangat penting

karena guru harus dapat memberikan teladan untuk bekerja yang baik,

agar dapat ditiru oleh anak didiknya.

B. Pengalaman Kerja.

Pengalaman kerja merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang

terhadap apa yang dialaminya dalam bekerja, sehingga apa yang dialaminya

tersebut telah dikuasainya. Dalam bekerja seseorang menemukan hal-hal baru dan dapat dipahaminya, maka seseorang memperoleh pengalaman kerja baru.

Arti kata “pengalaman” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Poerwodarminto, 1976: 202) adalah “barang yang telah dirasa, diketahui, dan

dikerjakan “ yang berasal dari kata “alam” berarti lebih mengetahui atau tahu

benar. Sedangkan menurut Webster Dictionary maka pengalaman dapat berarti

pengetahuan atau ketrampilan atau partisipasi langsung dalam suatu peristiwa.

Dengan demikian pengalaman kerja dapat diartikan segala pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan

melalui pengamatan atau partisipasi langsung selama bekerja.

Dalam bekerja, seorang guru akan memperoleh tambahan pengetahuan,

dan ketrampilan dalam bidang pekerjaanya. Intensitas pengalaman kerja hanya

ditentukan oleh berbagai faktor misalnya masa kerja, pengalaman kerja,

keterampilan serta relevansi pekerjaan yang pernah dilakukannya. Seseorang

(31)

program pada bidang tersebut secara normal akan memiliki intensitas

pengalaman kerja lebih banyak dari pada karyawan yang hanya memiliki masa

kerja sedikit. Waktu, jenis pekerjaan, masa kerja, ketrampilan dan pengalaman

kerja sangat berperanan karena ketrampilan yang dikerjakan berulang-ulang

akan menjadi gerakan otomatis / kebiasaan, tetapi kalau ketrampilan tersebut

lama tidak dipergunakan maka keterampilan tersebut akan menurun sampai

tingkat yang paling minimal.

Martoyo (1992:99) mengungkapkan bahwa manfaat pengalaman kerja

adalah sebagai berikut:

1. Dengan pengalaman kerja seseorang akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga semangat kerja semakin baik pula.

2. Dengan pengalaman kerja seseorang akan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

3. Dengan pengalaman kerja seseorang memperoleh ketrampilan sehingga dalam bekerja orang tersebut akan mengetahui posisi yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki.

Sedangkan menurut Siagian (1984:74), seseorang yang mempunyai

pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal seperti :

1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk lebih mampu memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi. 2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan

penghasilan seseorang sekaligus menambah kepuasan batin yang semakin besar.

3. Meningkatkan promosi yang besar.

C. Pembinaan

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari bahasa Inggris

(32)

Bahasa Indonesia, pembinaan diartikan sebagai usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik (Moeliono, 1990:117). Menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia yang disusun Poerwodarminto (1976:139),

pembinaan berasal dari kata bina yang berarti bangun. Apabila kata bina

diberi awalan me- misalnya menjadi membina, mengandung arti

membangun atau mendirikan, misalnya negara: kita bersama-sama negara

baru yang adil dan makmur. Apabila mendapat awalan dan akhiran

misalnya, menjadi pembinaan, maka kata tersebut mengandung arti pembangunan atau perubahan. Jadi pengertian pembinaan mengandung

arti menghasilkan sesuatu yang baru atau memperbaiki sesuatu yang ada

untuk mengusahakan menjadi semakin lebih baik. Artinya, pembinaan

mengarah kepada sesuatu hasil yang lebih baik, lebih bermutu dan lebih

berbobot.

Sementara itu menurut Mangunhardjana (1986:12), pembinaan

adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah

dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan

membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan

mengembangkan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan

pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja

yang sedang dijalani secara lebih efektif. Pengertian ini lebih menekankan

pengembangan manusia pada segi praktis yaitu pembangunan sikap,

(33)

dibantu untuk mendapatkan dan mendalami pengetahuan tetapi

pengetahuan yang sudah dikuasai harus dipraktikkan. Orang lebih banyak

dilatih, diajak mengenal secara mendalam kemampuan dan kecakapannya

untuk dikembangkan sehingga dapat berguna dalam hidup dan kerja.

Lebih lanjut, Mangunhardjana (1986:14) menyatakan bahwa hal pokok

dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude) dan kecakapan

(skill) sehingga pembinaan tidak hanya mencakup teori saja tetapi juga

praktik pelaksanaannya.

Berdasarkan pandangan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pembinaan mengarah pada suatu hasil

yang lebih baik, yaitu meningkatkan pengetahuan dan

mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara maksimal dalam

kehidupan sehari-hari atau dalam bidang pekerjaan yang ditekuninya

secara lebih efektif dan efisien daripada sebelumnya.

2. Tujuan dan Macam Pembinaan

Berdasarkan uraian terdahulu dapat dikatakan bahwa pembinaan

bertujuan membantu orang untuk mengenal hambatan-hambatan, baik

yang ada di dalam maupun di luar situasi hidup dan kerja, melihat segi

positif dan negatif dalam diri serta belajar menemukan cara-cara

pemecahan berbagai problem yang dihadapi dalam hidup setiap hari.

Pembinaan membantu orang menemukan kecakapan dan

(34)

Menurut Simandjuntak (1980:84), pelaksanaan pembinaan

terhadap lembaga pendidikan terarah pada peningkatan mutu dan

perbaikan sistem pendidikan. Peningkatan mutu dapat berjalan dengan

baik apabila guru-guru bersikap terbuka (open mindedness), kreatif dan

memiliki semangat kerja yang tinggi. Hal ini dapat terjadi apabila mereka

berada dalam suatu suasana kerja yang menyenangkan, aman, dan

menantang (Soewadji, 1984:21). Guru-guru akan melaksanakan tugas

dengan efektif apabila mereka memiliki semangat kerja yang dapat

menjadi pendorong atau motivasi bagi guru, bahkan dapat menjadi zat perekat atau tenaga penggerak bagi seseorang dalam melaksanakan

pekerjaan (Suseno, 1978:28).

Pembinaan banyak macam atau jenisnya, pembinaan yang biasa

digunakan untuk membantu guru-guru dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru serta untuk meningkatkan kualitas dan

kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Menurut

Mangunhardjana (1986:21), macam-macam pembinaan meliputi: a)

pembinaan orientasi: ditujukan bagi sekelompok orang yang baru masuk

dalam suatu bidang hidup dan kerja untuk membantu yang bersangkutan

mendapatkan hal-hal pokok; b) pembinaan kecakapan: diadakan untuk

membantu seseorang untuk mengembangkan kecakapan yang sudah

dimiliki dan mendapatkan kecakapan baru guna menunjang pelaksanaan

tugasnya; c) pembinaan pengembangan kepribadian: digunakan untuk

(35)

yang sehat dan benar; d) pembinaan kerja: diadakan bagi para anggota

staf agar seseorang dapat menganalisis kerja mereka sehingga

mendapatkan penambahan pandangan dan kecakapan mengenai

pengetahuan pada bidang kerja yang baru; e) pembinaan penyegaran: pada

pembinaan ini tidak jauh berbeda dengan pembinaan kerja, hanya berbeda

dalam penyajian yang sekedar menambahkan cakrawala pada pengetahuan

dan kecakapan yang sudah ada; f) pembinaan lapangan: ditujukan agar

seseorang berada pada situasi yang benar-benar nyata dan mendapatkan

pengalaman langsung dalam bidang kerjanya sehubungan dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pembinaan

Program pembinaan di sekolah terdiri atas pelayanan-pelayanan

yang dikoordinasikan dan yang dilakukan oleh dewan sekolah, termasuk

kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai-pegawai sekolah yang lainnya

dalam kerja samanya dengan lembaga-lembaga dalam masyarakat yang

ada hubungannya dengan pendidikan dan pembinaan. Semua pelayanan

ditujukan untuk membangun kesejahteraan individu dan kelompok dalam

arti yang luas.

Dari pernyatan di atas ternyata bahwa program pembinaan

menyangkut berbagai faktor. Di samping faktor pelaksana (orang-orang

yang bertugas melaksanakan pembinaan), juga faktor alat dan

(36)

yang menerima pembinaan itu, dan lembaga-lembaga masyarakat yang

erat hubungannya dengan pelaksanaan pembinaan itu.

Mengingat hal-hal tersebut, Purwanto (1987:196), menyatakan

bahwa berhasil atau tidaknya suatu program pembinaan di sekolah

sebagian besar bergantung pada : 1) bagaimana pengertian dan penerimaan

kepala sekolah tentang fungsi dan tujuan pembinaan itu; 2) latihan,

pengalaman, minat dan pengetahuan tentang pembinaan yang dimiliki oleh

para pelaksana; 3) bagaimana pandangan kepala sekolah terhadap

kebutuhan-kebutuhan pembinaan itu bagi guru-guru; 4) kerja sama antara kepala sekolah,guru-guru, dan lembaga masyarakat yang bergerak dalam

bidang pembinaan; 5) biaya dan perlengkapan yang tersedia. Dengan

demikian, tidaklah mengherankan jika program pembinaan akan berbeda

antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Itu merupakan hal

yang wajar, dan dalam program pembinaan hendaklah disesuaikan dengan

keadaan dan tujuan sekolah masing-masing.

4. Pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah

Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban pemegangnya.

Status itu pada gilirannya menunjukkan peran yang harus dilakukan

pejabatnya. Peran utama yang harus diemban kepala sekolah, yang

membedakannya dari jabatan-jabatan kepala lainnya adalah perannya

sebagai pemimpin pendidikan. Setiap sekolah mempunyai kekhususan dan

hal ini merupakan akibat dari kepemimpinan sekolah yang sifatnya unik

(37)

yang mempunyai ciri-ciri yang lain bila dibandingkan dengan lembaga

atau organisasi sosial yang lain.

Menurut Soewadji (1984:60), kepala sekolah adalah pemimpin

pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan

mutu pendidikan. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang

harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, sussana kerja yang

menyenangkan, dan perkembangan mutu profesional diantara para guru

banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Sehubungan dengan itu maka dapat dikatakan bahwa kepala sekolah selaku administrator berfungsi merencanakan, mengorganisasi,

mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan

pendidikan yang diselenggarakan di suatu sekolah (Nawawi, 1982: 90)

Kepemimpinan di sekolah untuk mencapai tujuannya tidak sekedar

dipengaruhi oleh kemampuan mengarahkan dan mendayagunakan manusia

sebagai pelaksana kerja, tetapi juga dipengaruhi oleh manusia yang

dikenai pekerjaan dan pelaksana kerja. Oleh karena itu maka setiap kepala

sekolah perlu memiliki sifat dan kemampuan memimpin, baik dikalangan

guru, pegawai non guru maupun lingkungan siswa. Menurut Dharma

(2003:2) kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas-kualitas

tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban

tanggung jawab secara berhasil. Kualitas yang harus dimiliki kepala

sekolah diantaranya : a) kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin

(38)

harus memiliki sejumlah kompetensi unutk melaksanakan misi guna

mewujudkan visi tersebut; c) kepala sekolah harus memiliki karakter

tertentu yang menunjukkan integritasnya. Dengan kualitas yang dimiliki

oleh seorang kepala sekolah dapat diharapkan tujuan dan program yang

telah ditetapkan oleh sekolah dapat tercapai dengan maksimal.

Dalam tugas dan kedudukannya itu, kepala sekolah mengemban

tugas pokoknya yaitu membina atau mengembangkan sekolah secara

terus-menerus. Untuk melaksanakan tugasnya ini ada 3 jalan yang harus

ditempuh (Soewadji, 1984:20) :

1. Pembinaan sarana dan prasarana administratif

Didalam usaha meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah dapat

memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolah misalnya : gedung,

perlengkapan/peralatan, keuangan, sistem pencatatan/pendataan,

kesejahteraan, dan lain-lain yang semua tercakup dalam bidang

administratif pendidikan. Maka kepala sekolah sebagai administrator

pendidikan

2. Pembinaan staff dalam kemampuan profesinya

Usaha meningkatkan mutu dapat pula dilakukan dengan cara

meningkatkan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah misalnya:

melalui rapat-rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, penataran,

perpustakaan. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai supervisor

(39)

3. Pembinaan diri sendiri dalam kemampuannya.

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan suasana

kerja yang menyenangkan, aman dan menantang bagi guru dan staf

sekolah. Suasana yang demikian itu ditentukan oleh bentuk dan sifat

kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah. Untuk itu kepala

sekolah harus mengembangkan diri agar kepemimpinannya

berkembang pula. Hal ini merupakan kewajiban yang penting karena

fungsinya sebagai pemimpin pendidikan.

D. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Pembinaan Kepala Sekolah dengan Etos Kerja Guru.

Hubungan antara pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah

dan etos kerja guru ada hubungannya, karena semakin seringnya kepala

sekolah melakukan pembinaan maka seorang guru akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerjanya. Pembinaan kepala sekolah mempengaruhi

perilaku serta sikap mental guru dalam mendidik murid-murid di sekolah

dan sikap mental itu dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar,

karena seorang guru yang sering mendapatkan pembinaan akan

memberikan pengajaran dengan pengetahuan dan keterampilan yang selalu

baru. Di samping itu guru-guru akan melaksanakan tugas dengan efektif

apabila dalam diri guru-guru terdapat etos kerja yang dapat menjadi

(40)

jujur, bertanggung jawab, rajin dan dapat menggunakan waktu secara

tepat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan dapat

meningkatkan etos kerja guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Semakin sering kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru, maka

akan semakin baik pula kinerja para guru dalam proses belajar mengajar di

sekolah karena dengan makin seringnya pembinaan yang diberikan akan

menambah wawasan dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik.

2. Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Etos Kerja Guru.

Semakin sering atau lamanya masa kerja guru maka seorang guru

akan semakin tinggi pula kinerja dalam melakukan pengajaran.

Pengalaman kerja yang dimiliki seorang guru berhubungan dengan

pengetahuan, dan ketrampilan dalam bidang pekerjaanya. Dengan

demikian semakin lama pengalaman kerja seorang guru maka etos kerja

akan semakin baik pula. Dengan pengalaman kerja, seorang guru akan

dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan kelemahan

yang ada akan berusaha meningkatkan kinerja sehingga kelemahan tadi

dapat diperbaiki. Serta kelebihan yang ada dalam diri seorang guru akan

selalu ditingkatkan dengan kerja yang lebih baik lagi. Selain itu

penyelesaian tugas yang dibebankan guru dalam hal pengajaran apabila

dapat diselesaikan dengan baik tentu saja akan menambah semangat kerja.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

(41)

dan lama seorang guru dalam menjalankan tugas pekerjaan, maka akan

semakin baik pula kinerja seorang guru karena menambah ketrampilan,

samangat juga wawasan guru.

3. Hubungan antara Pembinaan Kepala Sekolah, Pengalaman Kerja dengan Etos Kerja Guru.

Hubungan antara pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah

dan etos kerja guru ada hubungannya, karena semakin seringnya kepala

sekolah melakukan pembinaan maka seorang guru akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerjanya. Pembinaan kepala sekolah mempengaruhi perilaku serta sikap mental guru dalam mendidik murid-murid di sekolah

dan sikap mental itu dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar,

karena seorang guru yang sering mendapatkan pembinaan akan

memberikan pengajaran dengan pengetahuan dan keterampilan yang selalu

baru. Selain itu, semakin sering atau lamanya masa kerja guru maka

seorang guru akan semakin tinggi pula kinerja dalam melakukan

pengajaran. Pengalaman kerja yang dimiliki seorang guru berhubungan

dengan pengetahuan, dan ketrampilan dalam bidang pekerjaanya. Dengan

demikian semakin lama pengalaman kerja seorang guru maka etos kerja

akan semakin baik pula. Dengan pengalaman kerja seorang guru akan

dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan kelemahan

yang ada akan berusaha meningkatkan kinerja sehingga kelemahan tadi

dapat diperbaiki. Serta kelebihan yang ada dalam diri seorang guru akan

(42)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja dengan

etos kerja guru.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, penulis mengajukan hipotesis

yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya masih diuju secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dengan etos kerja guru.

2. Ada hubungan positif pengalaman kerja dengan etos kerja guru.

3. Ada hubungan positif pembinaan kepala sekolah dan pengalaman kerja

(43)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus di SMA Negeri 2

Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari.

Gunungkidul. Studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang

berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti,

serta interaksinya dengan lingkungan. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari

penelitian tidak bisa digeneralisasikan di tempat lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus

Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juli 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah individu yang dilibatkan dalam penelitian,

(44)

guru-guru SMA Negeri 2 Wonosari, SMA Dominikus Wonosari dan SMA

Muhammadiyah Wonosari di Kabupaten Gunungkidul.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pembinaan kepala sekolah, pengalaman

kerja, dan etos kerja guru.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen

yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain (Arikunto, 1992:

107). Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka yang akan menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA di Kecamatan

Wonosari Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah populasi sebesar 183

orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2005: 56). Sample penelitian ini adalah guru-guru

SMA Negeri 2 Wonosari sebanyak 60 guru, SMA Dominikus Wonosari

sebanyak 20 guru dan SMA Muhammadiyah Wonosari sebanyak 21 guru

Dengan demikian jumlah sample penelitian ini adalah 101 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak

(45)

hanya sebagian dari populasi saja. Teknik penarikan sampel penelitian ini

adalah purposive sampling dimana dalam teknik ini anggota populasi yang

diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan keperluan

penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari populasi yang tidak

dipilih

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukurannya

1. Variabel Pembinaan Kepala Sekolah

Pembinaan merupakan suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal

yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki,

dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan

dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan

pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja

yang sedang dijalani secara lebih efektif. Operasionalisasi variabel

penelitian pembinaan kepala sekolah adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Variabel Pembinaan Kepala Sekolah

Pernyataan Variabel Dimensi Indikator

Positif Negatif Pembinaan

orientasi

1. Struktur Organisasional 2. Tugas-tugas Jabatan 3. Perkenalan 1,2 4 5 3 6 Pembinaan kepala sekokah Pembinaan kecakapan

1. Pengusaan teori belajar dan prinsip pembelajaran 2. Penguasaan materi

kurikulum

3. Komunikasi secara efektif

(46)

Pembinaan pengemban gan

kepribadian

1. Bertindak sesuai norma

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur

3. Menjunjung tinggi kode etik guru 15 16,17 18 Pembinaan kerja 1. Pengembangan keprofesionalan dengan tindakan reflektif

2. Pelatihan kerja

19,20

21 Pembinaan

penyegaran

1. Pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi

22

Pembinaan lapangan

1. Pengenalan teknik

latihan dan pengembangan untuk

mempelajari prosedur baru

23,24

Setiap item pernyataan diukur dalam skala likert. Pemberian skor pada

setiap jawaban pernyataan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skor Item Pernyataan Variabel Pembinaan Kepala Sekolah

Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Variabel Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan segala pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan melalui

pengamatan atau partisipasi langsung selama bekerja. Pengalaman kerja

(47)

yang dinyatakan dalam ukuran satuan tahun. Pengukuran pengalaman

kerja adalah sebagai berikut :

a. < 5 th Sedikit

b. 5-9 th Cukup

c. 9 th < Banyak

3. Variabel Etos Kerja

Etos kerja merupakan jiwa dan semangat kerja, yang dipengaruhi oleh cara

pandang terhadap pekerjaan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi

variabel etos kerja

Tabel 3.3

Variabel Etos Kerja Guru

Pernyataan

Variabel Dimensi Indikator

Positif Negatif Etos Kerja

Ekonomis

1. Mencari nafkah 2. Motivasi kerja

1 2

Etos Kerja Sosial

1. Mengembangkan diri 2. Pengabdian masyarakat

dan bangsa 3,4 5,6 Etos kerja guru Etos Kerja Filosofis

1. Pengabdian kepada Tuhan

7

Setiap item pernyataan diukur dalam skala likert. Pemberian skor pada

setiap jawaban pernyataan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Skor Item Pernyataan Variabel Etos Kerja Guru

Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

(48)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para

responden untuk dijawabnya. Dalam hal ini kuesioner disebarkan pada

responden yang telah ditentukan. Daftar pertanyaan bersifat tertutup

karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan. Instrumen berupa

lembar daftar pertanyaan yang berupa angket . Teknik ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang pembinaan kepala sekolah, pengalaman kerja,

dan etos kerja guru

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan sumber-sumber catatan dan

arsip-arsip yang dimiliki yang berkaitan dengan data sekolah. Data yang

diharapkan dengan dokumentasi adalah data sekunder berupa gambaran

umum tentang sekolah yang meliputi sejarah dan kondisi sekolah.

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

(Arikunto, 1992: 160). Taraf validitas suatu tes dinyatakan dalam bentuk

(49)

setiap butir kuesioner dalam penelitian ini, digunakan teknik korelasi

Product moment dari Pearson dengan formula sebagai berikut (Arikunto,

1984:58) xy r =

{

∑ ∑

}{

}

− 2 2 2

2 ( ) ( )

) )( ( Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

r

xy : Koefisien korelasi

X : Skor masing-masing item tes ke-i Y : Skor total setiap item tes ke-i n : jumlah item pertanyaan

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (rhit) bernilai positif dan

lebih besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Demikian

sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhit) lebih kecil

dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%.

Pengujian validitas butir kuesioner penelitian dilakukan dengan responden

guru-guru SMA Negeri 1 Wonosari sebanyak 30 responden Pengujian

validitas dilakukan sebelum penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan

bantuan SPSS 13.00. Hasil-hasil pengujian validitas variabel penelitian

(50)

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah

No Item pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Status 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Item 21 Item 22 Item 23 Item 24 0.388 0.452 0.652 0.589 0.637 0.604 0.386 0.573 0.609 0.681 0.757 0.670 0.753 0.683 0.749 0.739 0.585 0.467 0.431 0.568 0.694 0.752 0.747 0.527 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Harga koefisien pada tabel untuk N = 30 (DF = n-k : 30-2 = 28) pada taraf

signifikansi 5% sebesar = 0,361. Butir dikatakan valid apabila koefisien

korelasi (rhit) bernilai positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0, 361.

Dari hasil pengujian validitas terhadap keseluruhan butir pertanyaan

variabel pembinaan kepala sekolah menyatakan nilai rhitung > rtabel. Hal

(51)

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Etos Kerja Guru

No Item pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Status 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 0.479 0.499 0.391 0.610 0.494 0.424 0.420 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Harga koefisien pada tabel untuk N = 30 (DF = n-k : 30-2 = 28) pada taraf

signifikansi 5% sebesar = 0,361. Butir dikatakan valid apabila koefisien

korelasi (rhit) bernilai positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0, 361.

Dari hasil pengujian validitas terhadap keseluruhan butir pertanyaan

variabel pembinaan kepala sekolah menyatakan nilai rhitung > rtabel. Hal

tersebut berarti keseluruhan butir adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu intrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. (Arikunto, 1992: 170). Untuk menguji reliabilitas dalam

(52)

        −       −

=

2

2 1 1 t b k k rtt σ σ Keterangan:

r

i : Reabilitas instrumen k : Jumlah butir pertanyaan

2 b

σ

Σ : Jumlah varians butir 2

t

σ : Total varians

Jika nilai koefisien Alpha Cronbach lebih besar dari pada 0,60 maka

kuesioner dapat dikatakan reliabel. Sebaliknya, jika nilai Alpha Cronbach

lebih kecil dari 0,60 maka kuesioner adalah tidak reliabel (Nunnaly, 1967

dalam Imam Ghozali, 2001:42).

Hasil pengujian reliabilitas variabel pembinaan kepala sekolah dan etos

kerja guru adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian

Variabel rhitung (Alpha) Rtabel Keterangan

Pembinaan kepala sekolah 0,938 0,60 Reliabel

Etos kerja guru 0,757 0,60 Reliabel

Hasil pengujian reliabilitas untuk instrumen variabel pembinaan kepala

sekolah menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach sebesar 0,938 > dari

0,60. Sedangkan untuk intrumen variabel etos kerja guru menunjukkan

(53)

instrumen variabel pembinaan kepala sekolah dan etos kerja guru adalah

reliabel.

Berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan

bahwa butir-butir pertanyaan tersebut sudah dianggap memenuhi syarat

dan instrumen reliabel untuk digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan

data.

H. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Analisis ini dilakukan untuk mendiskripsikan data hasil observasi yang

sudah didapat dan penelitian di lapangan yang meliputi responden,

pembinaan kepala sekolah, pengalaman kerja dan etos kerja guru. Untuk

keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap

variabel.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan di dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas dalam penelitian ini digunakan rumus One-Sample

Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 2005:255) yaitu:

( )

( )

[

F X1 S X1

]

Max

D= on

Keterangan :

D = Deviasi maksimum

( )

X1

Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

( )

X1
(54)

Jika nilai Fhitung > dari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5 %, maka

distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya, jika nilai

Fhitung < dari nilai Ftabel, maka distribusi data dikatakan normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel

bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan linear atau tidak.

Untuk uji linieritas ini digunakan rumus persamaan regresi dengan

menguji signifikansi nilai F. Adapun rumus yang digunakan untuk

mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana,2005:332):

e S TC S F 2 2 = Keterangan: 2 ) ( 2 − = k TC JK TC S 2 ) ( 2 − = k E JK e S Dimana :

F = harga bilangan F untuk garis regresi S2TC = varian tuna cocok

S2e = varian kekeliruan

JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan

(55)

3. Pengujian Hipotesis

a. Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan rumus Product Moment

dari Karl Pearson (Sudjana, 2005:369) sebagai berikut:

{

∑ ∑

}{

}

− = 2 2 2 2 ) ( . ) ( . ) )( ( . . Y Y N X X N Y X Y X N rxy Keterangan: xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

N = Jumlah subjek yang diteliti

Untuk menguji signifikasi nilai koefisien korelasi digunakan rumus uji t sebagai berikut (Sudjana,1996:380):

t = 2 r 1 2 n r − − Dimana:

r = koefisien korelasi sederhana n = jumlah sampel

Hipotesis altrnatif akan diterima apabila t hitung > t tabel. Hipotesis

alternatif ditolak apabila t hitung < t tabel. Untuk menguji harga t hitung

digunakan taraf signifikansi (α) 5% dengan derajat kebebasan (db) =

n - 2

b. Untuk menguji hipotesis ke-3 yaitu terdapat hubungan pembinaan

(56)

digunakan korelasi ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 1984:58)

+

+

= 2 3 3 2 2 1 1 3 , 2 , 1 y y x b y x b y x b Ry Keterangan:

Ry (1,2,3) = Koefisien korelasi antara variabel x1, x2, dengan variabel y

b1 = Koefisien prediktor x1 b2 = Koefisien prediktor x2

y x

1 = Jumlah produk antara x1dan y y

x

2 = Jumlah produk antara x2dan y

Pengujian signifikansi koefisien korelasi ganda dilakukan berdasarkan

uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana,1996:385):

) 1 /( ) 1 ( / 2 2 − − − = k n R k R F Keterangan:

F : Harga F garis regresi yang dicari R : Koefisien korelasi ganda

k : Jumlah variabel bebas n : Jumlah sampel

Jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti

variabel-variabel dalam regresi tidak bisa dipakai sebagai informasi

terhadap etos kerja guru. Sedangkan jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima, berarti variabel-variabel dalam regresi bisa

(57)

4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

a. Sumbangan Relatif

Untuk mengetahui sumbangan relatif yaitu seberapa besar sumbangan

masing-masing variabel bebas dalam perbandingan terhadap nilai

variabel terikat yang diwujudkan dalam bentuk persentase dengan

rumus : ( ) % 0 0 1 (%) Re X JK Y X n SR g

= Keterangan : (%)

SR : sumbangan relatif dari suatu variabel bebas

n : koefisiensi variable bebas yaitu a untuk X1, b untuk 2

X , dan c untuk X3

X Y : jumlah produk antara variabel bebas (x) dengan variabel terikat (y)

( g)

JKRe : jumlah kuadrat regresi

b. Sumbangan Efektif

Untuk mengetahui sumbangan efektif yaitu seberapa besar sumbangan

masing-masing variabel bebas atau prediktor dalam menunjang

efektifitas garis regresi untuk keperluan pengadaan prediksi yang

diwujudkan dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut :

( )

2

% xR SR SE=

Keterangan :

SE : sumbangan efektifitas variable bebas

( )

%

SR : sumbangan relatif variabel bebas 2

(58)

38 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Jumlah Sekolah dan Guru-guru

1. Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Wonosari

Di Kecamatan Wonosari terdapat 5 Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta.

Sekolah Menengah Atas terdiri dari 2 sekolah, sedangkan untuk Sekolah

Menengah Atas swasta berjumlah 3 sekolah. Semua sekolah tersebut

berada dibawah lindungan Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul.

Jika dilihat, sekolah swasta hampir sama jumlahnya dengan sekolah

negeri. Walaupun demikian, sekolah negeri tetap menarik perhatian para

guru karena memiliki peluang yang besar untuk diangkat menjadi pegawai

negeri sipil.

Daftar nama-nama Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di

(59)

Tabel 4.1

Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri/Swasta Lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Wonosari

No Nama Sekolah Alamat Sekolah

1. SMA Negeri 1 Wonosari Jln. Brigjen Katamso 04 Kepek

Wonosari Gunungkidul Yogyakarta

2. SMA Negeri 2 Wonosari Jln. Ki Ageng Giring No 3 Kepek

Wonosari Gunungkidul Yogyakarta

3. SMA Muhammadiyah

Wonosari

Jln. KH Agus Salim Kepek Wonosari

Gunungkidul Yogyakarta

4. SMA Pembangunan 1

Wonosari

Jln Tentara Pelajar no 44 Kepek

Wonosari Gunungkidul

5. SMA Dominikus

Wonosari

Jln. Mgr Sugiyo Pranoto Baleharjo

Wonosari Gunungkidul Yogyakarta

2. Guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Wonosari

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari kantor Dinas

Pendidikan Kabupaten Wonosari, jumlah guru Sekolah Menegah Atas di

Kecamatan Wonosari sebanyak 183 guru. Pengelompokan guru berdasar

status dan tingkat perndidikan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.2

Kelompok Guru Menurut Status Kepegawaian

No Status Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 122

2 Guru Bantu Pusat 5

3 Guru Bantu Daerah 2

4 Guru Tidak Tetap 54

(60)

B. Deskripsi Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 101 guru. Gambaran

responden dalam penelitian ini disajikan dalam tabel–tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Deskripsi Responden

Jenis Kelamin

No Nama Sekolah

L P Jumlah

1. SMA Negeri 2 Wonosari 31 29 60 2. SMA Muhammadiyah Wonosari 17 4 21 3. SMA Dominikus Wonosari 12 8 20

Jumlah 60 41 101

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.4

Deskripsi Responden Menurut jenis Kelamin

Jenis Kelamin Banyaknya Persentase (%) 1. Laki – laki

2. Perempuan

60 41

60 40

Jumlah 101 100%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki–laki, yaitu sebanyak 60 orang atau 60% dan

(61)

b. Pendidikan Guru

Tabel 4.5

Deskripsi Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Guru (PNS)

Nama Sekolah SLTA D1/D2 D3 S1 S2 Juml 1. SMA Negeri 2 Wonosari 1 - 4 54 1 60

2. SMA Muhammadiyah Wonosari 2 1 4 13 1 21

3. SMA Dominikus Wonosari - 1 4 15 - 20

Jumlah 3 2 12 82 2 101

Berdasarkan dari data yang diperoleh dapat diketahuai bahwa

guru-guru sekarang ini sebagian besar telah menempuh pendidikan yang

tinggi, sehingga dengan makin tingginya pendidikan yang telah

ditempuh maka diharapkan para guru dapat mengembangkan ilmu,

teknologi, dan seni (IPTEKS), selain itu juga sangat berguna bagi

kemutakhiran bahan ajar yang akan diberikan agar tidak tertinggal dari

(62)

42 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2008. Dalam

penelitian ini subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri 2 Wonosari,

SMA Dominikus Wonosari dan SMA Muhammadiyah Wonosari di

Kabupaten Gunungkidul dengan jumlah keseluruhan sebanyak 104 guru.

Masing-masing guru mengisi kuesioner yang mencakup variabel pembinaan

kepala sekolah, pengalaman kerja, dan etos kerja. Dari 104 kuesioner yang

disampaikan kepada guru, jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 101

kuesioner. Semua kuesioner yang kembali di isi secara lengkap sehingga

menjadi dapat menjadi sumber data penelitian. Berikut ini disajikan deskripsi

data masing-masing variabel penelitian

1. Pembinaan Kepala Sekolah

Tabel 5.1

Variabel Pembinaan Kepala Sek

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
Tabel 3.2 Skor Item Pernyataan Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
Tabel 3.3 Variabel Etos Kerja Guru
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Pembinaan Kepala Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap peneltian selalu diharapkan dapat memberi manfaat pada berbagai pihak. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa, dosen, atau pembaca yang

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Persoalan yang sering muncul dalam pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta &amp; Kabupaten Sleman) adalah dalam

[r]

Magnet permanen adalah suatu bahan yang dapat menghasilkan medan magnet yang besarnya tetap tanpa adanya pengaruh dari luar atau disebut magnet alam karena memiliki sifat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebelumnya. Pengamatan ini meliputi kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai