• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU SMA NEGERI SE-KABUPATEN SUMBAWA BARAT NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU SMA NEGERI SE-KABUPATEN SUMBAWA BARAT NUSA TENGGARA BARAT TAHUN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU SMA NEGERI

SE-KABUPATEN SUMBAWA BARAT NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN 2014/2015

Eka Prihatin, Wildan, Nyoman Sridana

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Mataram

s2apunram.prihatineka@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri se- Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di tujuh SMA Negeri yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melibatkan tujuh kepala sekolah dan 50 guru SMA Negeri yang diambil secara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan angket. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi produc moment. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (1) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB, (2) terdapat hubungan positif antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB, (3) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Besarnya koefisien determinan (R2) sebesar 0, 32, artinya sebesar 32% kinerja guru SMAN Negeri se-KSB dipengaruhi

oleh kepemimpinan kepala sekolah (27%) dan motivasi kerja guru (5%) sedangkan sisanya sebesar 68% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Kinerja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja Guru

ABSTRACT

The objectives of the research are to describe the correlation of the headmaster leadership and the teachers’ work motivations either individually or in group with teachers’ performance of Public Senior High School in West Sumbawa Regency 2014/2015. This research was conducted on seven Senior High School with seven headmasters and fifty teachers as the samples which was taken randomly. The data was collected by using questioners. Then, the analyzing of all data was applying regretion technique and correlation product moment. Revealed that: (1) there was a positive correlation between the headmaster leadership with the teachers’ performance Public Senior High School in West Sumbawa Regency; (2) there was a positive correlation between the teachers’ work motivation with the teachers’ performance of Public Senior High School in West Sumbawa JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 35

(2)

Regency;(3) there was a positive correlation between the headmaster leadership and the teachers’ work motivation with the teachers’ performance of Public Senior High School in West Sumbawa Regency. The determination Coefficient (R2) = 0, 322 meant that 32,2% of teachers’ performance

on Public Senior High School in West Sumbawa Regency was influenced by the headmasters’ leadership (27%) and teachers’ work motivation (5%). While, there were 68% was affected by another factors.

Keywords: Teachers’ Performance, Headmasters’ Leadership, Teachers’ Work Motivation

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumberdaya manusia melalui kegiatan pengajaran. Untuk mengimplementasikan cita-cita dan amanat pembukaan UUD 1945, pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta peraturan pelaksanaannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Guru merupakan Salah satu komponen penting dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Sardiman (2007: 125) mengemukakan bahwa guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru memiliki posisi yang strategis karena merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan dan berperan dalam membangun karakter generasi muda. Untuk meraih kualitas pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Mutu pendidikan yang dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34% pada negara yang sedang

berkembang dan 36 % pada negara industri (Supriadi dalam Supardi, 2013: 7).

Supardi (2013: 45) mengartikan kinerja sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Gordon (Nawawi, 2006: 62) mengatakan bahwa kinerja adalah suatu kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan kerja.

Tinggi rendahnya kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan disuatu daerah. Dewasa ini kualitas pendidikan pada masing masing daerah di Indonesia sangat bervariasi. Kualitas tersebut akan menjadi cermin tinggi rendahnya kinerja guru. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kinerja guru yang rendah yaitu Kabupaten Sumbawa Barat.

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah salah satu dari tiga kabupaten baru di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terbentuk pada tahun 2003. Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah KSB berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan, terlebih sistem Otonomi menjadikan pendidikan sebagai salah satu urusan yang diserahkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Untuk menjalankan kewajiban tersebut, pemerintah KSB membuat kebijakan yakni PERDA KSB Nomor 23 tahun 2008 tentang Program Wajib Belajar JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 37

(4)

12 tahun. Kinerja guru pada sekolah menengah di KSB dapat dilihat dari prestasi yang diraih siswa, salah satunya melalui hasil Ujian Nasional (UN).

Terkait dengan hal itu, perkembangan kelulusan UN pada SMA/SMK di KSB dari tahun pelajaran 2011/2012 dan 2012/2013, berdasarkan data yang bersumber dari DIKPORA Provinsi NTB, dapat diketahui bahwa Kabupaten Sumbawa Barat menempati urutan terakhir (kesepuluh) untuk kelulusan SMP/MTS dan SMA/MA serta kelulusan SMK menempati urutan kesembilan pada provinsi NTB. Peringkat tersebut memberi gambaran bahwa output pendidikan di KSB sangat rendah dibandingkan dengan sembilan kabupaten lain yang ada di provinsi NTB. Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas output adalah kinerja guru, maka data di atas secara langsung mendeskripsikan bahwa kinerja guru pada sekolah menengah di KSB masih rendah dibandingkan dengan kabupaten lainnya.

Kinerja guru dapat terlihat dari rasa tanggung jawab menjalankan profesi dan tanggung jawab moralnya. Semua itu akan tampak pada loyalitasnya dalam menjalankan tugas profesional di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan ditunjukan melalui tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran, mempertimbangkan metodologi yang akan digunakan, alat media pendidikan

yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor tersebut adalah: 1) dorongan untuk bekerja; 2) tanggung jawab terhadap tugas; 3) minat terhadap tugas; 4) penghargaan terhadap tugas; 5) peluang untuk berkembang; 6) perhatian dari kepala sekolah; 7) hubungan interpersonal dengan sesama guru; 8) MGMP dan KKG; 9) kelompok diskusi terbimbing serta; 10) layanan perpustakaan.

Gibson (Permadi, 2013: 31) berpendapat ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi prilaku kerja dan kinerja yaitu: 1) variabel individu yakni kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis; 2) variabel organisasi yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain kepemimpinan; 3) variabel psikologis yaitu persepsi, sikap kepribadian, belajar dan motivasi.

Dalam melaksankan tugasnya, guru memiliki sifat dan prilaku yang berbeda-beda, ada yang disiplin, bersemangat dan penuh tanggung jawab, ada juga yang sebaliknya. Perbedaan sikap seperti itu juga terjadi pada guru-guru di sekolah menengah dan kerap menjadi permasalahan bagi lembaga pendidikan formal. Kepala sekolah harus JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 38

(5)

mampu melakukan manajemen kinerja guru dan mengarahkan seorang guru agar tetap dalam kendali tugas untuk mencapai tujuan organisasi.

Keberhasilan guru sebagai tenaga pendidik di sekolah menengah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin dan mengelolah segala potensi sumber daya yang tesedia. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa, 2004: 25). Lebih lanjut mulyasa mengungkapkan bahwa dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisior, leader, inovator, motivator.

Kepemimpinan yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan, oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki kompetensi untuk memimpin suatu lembaga pendidikan. Standar kompetensi kepala sekolah yaitu, kompetensi keperibadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial (Permendiknas No. 13 Tahun 2007).

Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada beberapa sekolah menengah di KSB ditemukan adanya perbedaan cara kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan dari tiap-tiap kepala sekolah akan mempengaruhi kualitas pendidikan pada sekolah yang dipimpin. Dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya kepala sekolah membuat kebijakan-kebijakan yang tentu tidak terlepas dari pro dan kontra dari civitas akademika dan masyarakat. Segala bentuk kebijakan yang yang terkait dengan proses belajar mengajar disekolah akan berpengaruh terhadap guru yang memiliki andil besar dalam kegiatan pembelajaran dan pada akhirnya berdampak pada kinerja guru sekolah menengah di KSB.

Dalam menjalankan profesinya, seorang guru sebagai individu dalam organiasi sekolah wajib menjalankan segala tugas yang dibebankan dengan sebaik mungkin. Untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan adanya motivasi yang kuat agar memacu semangat kerja. Aspek manusia dalam organisasi harus ditumbuhkan melalui motivasi untuk mencapai efektifitas yang tinggi. Menurut Mc Donald dalam Sardiman (2007: 75) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan peningkatan prestasi kerja dirinya.

(6)

Motivasi kerja guru merupakan sesuatu yang sangaat penting, sehingga kepala sekolah dituntut senantiasa berupaya meningkatkan motivasi kerja guru. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan di dalam memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan motivasi, terutama memahami kebutuhan yang diwujudkan melalui perilaku guru dalam melaksanakan tugas. Perilaku guru muncul karena adanya interaksi secara vertikal dan horizontal antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan dengan bawahan. Dengan demikian tinggi rendahnya motivasi kerja yang dimiliki oleh guru kemungkinan berpengaruh terhadap kinerja guru. Gibson dalam Supardi (2013: 31) mengatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi prilaku kerja dan kinerja guru yaitu (1) variabel individu, (2) variabel organisasi, dan (3) variabel psikologis. Variabel individu meliputi: kemampuan dan keterampilan, variabel organisasi meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Variabel psikologis meliputi: persepsi, sikap, keperibadian, belajar, motivasi, kepuasan kerja, dan iklim kerja.

Dari data yang ada, beragamnya kinerja guru disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru itu sendiri. Kepemimpinan kepala sekolah yang satu dengan kepemimpinan kepala sekolah yang lainnya mempunyai perbedaan, perbedaan

tersebut disebabkan oleh latar belakang dan karekter, serta pengalaman kepala sekolah yang berbeda. Demikian pula dengan motivasi kerja guru, setiap guru mempunyai motivasi kerja yang berbeda. Beberapa guru menunjukkan motivasi kerja yang tinggi, tetapi masih ada beberapa guru yang kurang mempunyai motivasi dalam melaksanakan tugas. Dari permasalahan tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih dalam hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru se-Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara: 1) Kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB tahun 2014/2015; 2) Motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB tahun 2014/2015; 3) Kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama- sama dengan kinerja SMA Negeri se-KSB tahun 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di tujuh SMA Negeri yang berada di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, yakni: SMAN 1 Brang Rea, SMAN 1 Jereweh, SMAN 1 Poto Tano, SMAN 1 Sekongkang, SMAN 1 Seteluk, SMAN 1 Taliwang, SMAN 2 Taliwang. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, mulai dari tanggal 1 Desember 2014 sampai dengan September 2015, dengan rincian kegiatan: JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 40

(7)

membuat rancangan penelitian, melaksanakan penelitian, hingga membuat laporan hasil penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru SMA Negeri se-KSB. Populasi terjangkau adalah tujuh orang kepala sekolah dan 251 guru SMA Negeri se-KSB. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan proportionate stratified random sampling. Dari populasi tersebut, semua kepala SMA Negeri yang berjumlah tujuh orang dijadikan sebagai sampel dan populasi guru yang berjumlah 251 orang diambil 20 % sebagai sampel sehingga bisa mewakili keseluruhan sekolah. Jumlah sampel guru dalam penelitian ini adalah 20% x 251 orang = 50, 2 dibulatkan menjadi 50 orang.

Penelitian ini menggunakan pen-dekatan kuantitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah metde deskriptif . Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini terdiri atas 2 variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru ( X2), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja guru (Y).

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil angket yang diberikan kepada guru dan kepala sekolah SMA Negeri se-KSB. Data skunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen administrasi atau dokumen lainnya yang ada di SMA Negeri se-KSB sebagai data pendukung pada penelitian ini. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Metode angket digunakan untuk mengungkap data tentang kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah angket tertutup. Teknik dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan semua bahan-bahan tertulis yang terkait dengan semua permasalahan dalam penelitian. Dokumentasi dilakukan guna memperoleh gambaran dan informasi tentang kepemimpian kepala sekolah, motivasi kerja, dan kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

Dalam melakukan analisis data penelitian ini, ada tiga tahapan yang dilalui yakni : (1) tahap deskripsi data, yakni data yang telah diperoleh dari penelitian dideskripsikan menurut masing-masing variabel. Karena tujuannya demikian, maka dicari Rerata (M), Modus (Mo), Median ( Me), Standar Defiasi (SD) setiap variabel yang diteliti; (2) tahap pengujian persyaratan analisis, yakni Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 41

(8)

frekuensi skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas sebaran data pada penelitian ini menggunakan uji Liliefors. Untuk uji homogenitas varians skor Y ditinjau dari skor Xi dilakukan dengan menggunakan uji

Barlett. ; (3) tahap pengujian hipotesis, yakni Untuk menguji hipotesis berupa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, digunakan teknik analisis regresi sederhana dan korelasi product moment. Setelah mengetahui adanya hubungan keseluruhan variabel bebas dengan variabel terikat, langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya kontribusi tiap variabel bebas dengan menggunakan analisis korelasi sehingga akan ditemukan besarnya sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR) dari masing-masing variabel bebas.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Analisis data untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunkan analisis parametrik, yaitu analisis regresi dan korelasi. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap beberapa asumsi yang menjadi persyaratan data yang dapat dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis yaitu Uji Normalitas dengan menggunakan teknik Lilliefors., dan uji homogenitas dengan

menggunkan uji Barllet, diketahui bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan bersifat homogen, sehingga dapat dilakukan uji hipotesisis

1. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala

Sekolah (𝐗𝐗𝟏𝟏) dengan Kinerja Guru SMA Negeri se-KSB Tahun 2014/2015

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien regresi b sebesar 0, 45, dan konstanta (intercept) a sebesar 75, 22.

Dengan demikian, hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan motivasi kerja guru (Y) ditunjukan oleh

persamaan regresi Ŷ=75,22+0,45X1.

Dari hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh harga Fhitung (regresi b ׀ a) = 21, 46 > Ftabel = 7,19. Sedangkan hasil pengujian linearitas diperoleh harga Fhitung

(tuna cocok) = 0,96 < Ftabel= 2.70..

Berdasarkan hasil tersebut, maka persamaan

regresi Ŷ=75,22+0,45X1 signifikan dan bersifat

linear. Dalam bentuk grafis persamaan regresi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

0 20 40 60 80 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ŷ=75,22+0,45X1

(9)

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat diperoleh bahwa koefisien korelasi product moment antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y), ry1=

0,55. thitung = 4,62 > ttabel = 2, 42, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di SMA Negeri se KSB. Dari koefisien korelasinya tersebut dapat dihitung koefisien determinasinya r2

y1 sebesar 0,55² x100 =

30,80 %. Ini berarti bahwa 30,80 % variasi kinerja guru SMA Negeri se- KSB (Y) dapat dijelaskan oleh kepemimpinan kepala sekolah (X1). Berdasarkan hasil uji korelasi parsial

bahwa thitung=5,33 >ttabel= 2,42. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial antara hubungan kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) tetap positif dan sangat signifikan meskipun dilakukan pengontrolan terhadap variabel motivasi kerja guru (X2).

Dengan kata lain bila motivasi kerja guru (X2)

dibuat tetap dikontrol, maka kepemimpinan kepala sekolah (X1) dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan stabil terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

2. Hubungan antara Motivasi Kerja Guru (𝐗𝐗𝟐𝟐) dengan Kinerja Guru SMA Negeri se-KSB (Y) Tahun 2014/2015

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien regresi b sebesar 0,32, dan konstanta (intercept) a sebesar 91,88.

Dengan demikian, hubungan antara motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y) ditunjukan oleh persamaan

regresi Ŷ=91,88+0,32X2.

Dari hasil perhitungan, diperoleh harga Fhitung (regresi b ׀ a) = 8, 43 > Ftabel

7,19, dengan demikian. Hasil pengujian linearitas diperoleh harga Fhitung (tuna cocok)

= 0,87 < Ftabel= 2,62. Berdasarkan hasil

tersebut, maka persamaan regresi Ŷ=

91,88+0,32X2 signifikan dan bersifat linear. Dalam bentuk grafis persamaan regresi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat diperoleh bahwa koefisien korelasi product moment antara motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y), ry2 = 0, 38, harga thitung = 2,92> ttabel = 2,

42. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru di SMA Negeri se KSB. Dari koefisien korelasinya tersebut dapat dihitung koefisien determinasinya r2 y2 sebesar 0 20 40 60 80 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ŷ= 91,88+0,32X2

(10)

38²x100 = 15, 05 %. Ini berarti bahwa 15, 05 % variasi kinerja guru SMA Negeri se- KSB (Y) dapat dijelaskan oleh motivasi kerja guru. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui bahwa t hitung = 3,20 > t tabel= 2,42. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial antara hubungan motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y) tetap dan signifikan jika dilakukan pengontrolan terhadap variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1).

3. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala

Sekolah (𝐗𝐗𝟏𝟏) dan Motivasi Kerja Guru (𝐗𝐗𝟐𝟐) secara Bersama-sama dengan Kinerja Guru SMA Negeri se-KSB (𝐘𝐘) Tahun 2014/2015

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh arah koefisien regresi (b1) sebesar 0, 39 dan (b2) 0,11 dengan konstanta (intercept) sebesar 68, 16. Dengan demikian bentuk hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan

motivasi kerja guru (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y) ditunjukan dengan persamaan regresi Ŷ=68,16+0,39X1+0,11X2 . Hasil uji signifikansi

koefisien korelasi ganda Regresi sangat signifikan Fhitung = 11,16 >Ftabel= 7,19.

Dari hasil analisis statistik diperoleh koefisien korelasi ganda Ry 1.2=0, 56 dan harga tersebut signifikan pada taraf signifikansi 0.01 Dari koefsien korelasi ganda di atas dapat dihitung koefisien determinasi (R2

y.1.2) sebesar 0,32.

Hal ini mengandung makna bahwa 32 %

kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y) dapat dijelaskan dari kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru (X2) secara bersama-sama.. Berdasarkan hasil perhitungan lanjutan dapat diketahui bahwa sumbangan (kontrbusi) setiap variabel bebas terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB adalah kepemimpinan kepala sekolah sebesar 27 %, dan motivasi kerja guru sebesar 5 %.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata semua hipotesis statistik (H0) dalam penelitian ini dapat ditolak pada taraf signifikansi 0.01. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y); (2) motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja

guru SMA Negeri se-KSB (Y); (3) kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y). Beberapa pembahasan dan interpretasi hasil penelitian di atas secara mendalam dekemukakan pada uraian dibawah ini.

1. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala

Sekolah dengan Kinerja Guru SMA Negeri se-KSB Tahun 2014/2015

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 44

(11)

kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Kesimpulan tersebut menunjukan bahwa makin tinggi/baik kepemimpinan kepala sekolah, maka makin tinggi pula kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Koefisien determinasi kedua variabel (r2

y1)

sebesar 30, 80 % dapat diinterpretasikan bahwa bila tidak dilakukan kontrol terhadap motivasi kerja guru, maka 30, 80 % kinerja guru dapat dijelaskan dari kepemimpinan kepala sekolah.

Bentuk hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y) ditunjukan oleh

persamaan regresi Ŷ=75,22+0,45X1.

Persamaan regresi tersebut menunjukan kebermaknaan yang berarti pada taraf signifikansi 0,01. Hal ini berarti bahwa perubahan satu unit skor kepemimpinan kepala sekolah akan dikuti oleh perubahan skor kinerja guru SMA Negeri se-KSB sebesar 0,45 unit pada arah yang sama dengan konstanta (intercept) sebesar 75, 22.

Korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru menunjukan kebermakanaannya, baik melalui korelasi product moment maupun korelasi parsial. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Yamin (2010: 43) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru salah

satunya adalah faktor kepemimpinan kepala sekolah (memiliki aspek kualitas manajer dan tim leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja kepada guru). Jika kepala sekolah melakukan tugas kepemimpinannya dengan baik, maka dapat meningkatkan kinerja guru. Dari hasil itu pula dapat diinterprestasikan bahwa upaya untuk meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah ke arah yang lebih baik akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan di tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat. Urgensi dan signifikansi peranan kepala sekolah didasarkan pada pemahaman bahwa keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan kepala sekolah, oleh karena itu perlu memiliki kompetensi yang dipersyaratkan agar dapat merealisasikan visi dan misi yang diemban oleh sekolahnya. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berkaitan dengan segala elemen pendidikan di sekolah terutama guru. Salah satu cara untuk melihat kualitas sekolah adalah dengan melihat kinerja guru. Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kepemimpinan kepala sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja guru adalah dengan mengoptimalkan kepemimpinan kepala sekolah. Artinya kepala sekolah harus mampu mengoptimalkan fungsi JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 45

(12)

kepemimpinannya. Dalam paradigma baru manajemen pendidikan kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisior, leader, inovator, dan motivator.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru adalah dengan mengoptimalkan kepe-mimpinan kepala sekolah. Artinya kepala sekolah harus mamapu mengelolah sekolah secara bijaksana, tegas, dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak seperti guru, staf administrasi sekolah, orang tua murid, masyarakat dan pemerintah.

2. Hubungan antara Motivasi Kerja Guru

dengan Kinerja Guru SMA Negeri se-KSB Tahun 2014/2015

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Kesimpulan tersebut menunjukan bahwa makin tinggi/ baik motivasi kerja guru, maka makin tinggi pula kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

Koefisisn determinasi kedua variabel (r2

y2) sebesar 15, 05 % dapat

diinterpretasikan bahwa bila tidak dilakukan kontrol terhadap kepemimpinan kepala sekolah, maka 15, 05 % kinerja guru dapat dijelaskan dari motivasi kerja guru.

Bentuk hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri

se-KSB ditunjukan oleh persamaan regresi Ŷ=

91,88+0,32X2. Persamaan regresi tersebut menujukan kebermaknaan yang berarti pada taraf signifikansi 0,01. Hal ini berarti bahwa perubahan satu unit skor motivasi kerja guru akan diikuti oleh perubahan skor kinerja guru SMA Negeri se-KSB sebesar 0,32 unit pada arah yang sama dengan konstanta (intercept) sebesar 91, 88.

Korelasi antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru menunjukan kebermakanaannya melalui korelasi product moment. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi kerja guru merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Ini sejalan dengan pendapat Yamin yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor internal yakni motivasi kerja guru. Menurut Yamin (2006: 176-177) tujuan motivasi adalah untuk: a) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan; b) motivasi berfungsi sebagai pengarah, mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang diinginkan; c) motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ketika seorang guru memiliki motivasi kerja yang tinggi maka ia akan tergerak dan bersemangat melaksanakan tugas yang akan berdampak terhadap kinerja guru

Dari hasil itu pula dapat diinterpretasikan bahwa upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru ke arah yang lebih benar akan memberikan kontribuisi JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 46

(13)

yang signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB. Hasil korelasi parsial menunjukan bahwa motivasi kerja guru memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB jika variabel kepemimpinan kepala sekolah dikontrol. Hal ini mengandung makna bahwa motivasi kerja guru dapat secara konsisten dan stabil memberikan sumbangan terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Siagian (2006: 294) motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal (intrinsik) maupun eksternal (ekstrinsik). Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru. Motivasi kerja guru akan tampak dalam tingkah laku dan usaha-usaha yang dilakukannya dalam menjalankan profesi keguruannya. Seperti yang diketahui bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah motivasi kerja guru

Bila melihat hasil korelasi parsial yang menunjukan bahwa motivasi kerja guru SMA Negeri se-KSB tidak memberikan kontribusi yang signifikan dan tetap jika dilakukan kontrol terhadap kepemimpinan kepala sekolah, maka perlu dilakukan upaya yang mendalam untuk meningkatkan motivasi kerja guru agar bisa menjalankan profesinya dengan sebaik mungkin sehingga akan

berdampak terhadap kinerja guru yang semakin baik. Berdasarkan hasil tersebut, maka alternatif lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru di Kabupaten Sumbawa Barat adalah melakukan upaya peningktan motivasi kerja guru baik itu dari segi ekstrnsik maupun dari segi intrensik.

3. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Secara Bersama-sama dengan Kinerja Guru SMA Negeri se-KSB Tahun 2014/2015

Dari hasil pengujian hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa (1) kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru

(X2) secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB (Y). Bentuk hubungan kedua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat adalah Ŷ=68,16+0,39X1+0,11X2. Persamaan ini signifikan, sehingga dapat diinterpretasikan bahawa: (1) perubahan satu unit pada variabel kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan variabel motivasi kerja guru dianggap tetap, maka perubahan tersebut akan diikuti oleh perubahan pada kinerja guru SMA Negeri se-KSB sebesar 0, 39 unit; (2) perubahan 1 unit pada variabel motivasi kerja, sedangkan variabel kepemimpinan kepala sekolah dianggap tetap, maka perubahan tersebut akan diikuti oleh perubahan pada kinerja guru SMA Negeri se-KSB sebesar 0, 11 unit; (3) perubahan– perubahan pada kinerja guru SMA Negeri se-JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 47

(14)

KSB dimaksud pada butir pertama dan kedua di atas terjadi pada arah yang sama dengan konstanta ( intercept) 68, 16.

Dari hasil analisis statistik diperolah koefisien korelasi ganda (R2

y.1.2) =0,567, dan

harga tersebut signifikan pada taraf 0.01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

Dari koefisien korelasi ganda antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat tersebut, dapat dihitung koefisien determinasi (R2

y.1.2) = 0,32 yang mengandung makna

bahwa 32% kinerja guru SMA Negeri se-KSB dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh kedua variabel bebas, yaitu kempemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB secara berturut-turut adalah kepemimpinan kepala sekolah sebesar 27 %, dan motivasi kerja guru sebesar 5 %.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian di atas, semua hipotesis penelitian yang dirumuskan pada penelitian ini dapat diterima. Dengan demikian kinerja guru SMA Negeri se-KSB 32 % ditentukan oleh kedua variabel bebas yaitu (1) Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan (2) Motivasi Kerja guru dan 68 % kinerja guru SMA Negeri se-KSB ditentukan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori kinerja yang dikemukakan oleh Gibson. Teori tesebut merupakan teori utama yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. Gibson (Permadi, 2013: 31) memaparkan ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi prilaku kerja dan kinerja yaitu: 1) variabel individu yakni kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis; 2) variabel organisasi yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain kepemimpinan; 3) variabel psikologis yaitu persepsi, sikap kepribadian, belajar dan motivasi. Dari beberapa variabel yang dikemukakan Gibson, penelitian ini hanya terfokus pada variabel kepemimpinan dan motivasi. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi kerja guru berkontribusi terhadap kinerja guru di SMA Negeri se-KSB.

Kepemimpinan kepala sekolah akan diterima oleh guru-guru apabila kepemimpinan yang diterapkannya sangat cocok dan disukai oleh para guru. Jika kondisinya demikian, maka guru akan sangat mudah dipengaruhi dan diarahkan oleh kepala sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain pengaruh dari kepemimpinan kepala sekolah, seorang guru juga membutuhkan dorongan dari dalam dirinya sendiri, yakni motivasi untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh guru akan mencerminkan JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 48

(15)

kinerja guru. Jika guru memiliki motivasi kerja yang tinggi maka ia akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat sehingga hasil kerjanya sangat berkualitas. Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja guru adalah dengan mengoptimalkan kepemimpinan kepala sekolah dan meningkatkan motivasi kerja guru. Dari hasil itu pula dapat diinterprestasikan bahwa upaya untuk meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru ke arah yang lebih baik akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri se-KSB.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB tahun 2014/2015 (Y).

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB tahun 2014/2015 (Y).

3. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru (X2) (secara

bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri se-KSB tahun 2014/2015 (Y).

IMPLIKASI

Bertitik tolak dari hasil penelitian ini, maka implikasi yang dapat dilakukan baik secara teoritis maupun empiris untuk meningkatkan

kinerja guru SMA Negeri se-KSB adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Pembinaan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini secara jelas menyebutkan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan dari kepala sekolah untuk mengembangkan kepemimpinannya yang disesuaikan dengan teori-teori kepemimpinan yang ada, sehingga dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik

2. Meningkat Kinerja Guru Melalui Peningkatan Motivasi Kerja Guru

Hasil penelitian ini secara jelas menyebutkan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru disesuaikan dengan teori-teori motivasi yang ada, sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional dan menghasilkan kinerja yang baik. Untuk meningkatkan motivasi kerja guru dibutuhkan peran kepala sekolah dan instansi terkait. Upaya meningkatkan motivasi kerja guru merupakan langkah efektif yang dapat meningkatkan moral dan kepuasan kerja guru, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan kedisiplinan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, JURNAL PRAKTISI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (JPAP) Volume 1 Number 1, Juli 2016 Page 49

(16)

meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi serta mempertinggi rasa tanggung jawab guru terhadap tugas-tugasnya. Dengan demikian, guru akan senantiasa bekerja dengan penuh semangat dan optimal dalam menjalankan tugas profesinya sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi NTB: Data Pendidikan Prov NTB Tahun 2011/2012 dan 2012/2013.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyesuaikan MBS Dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nawawi, Hadari. 2006. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press.

Peraturan Daerah KSB Nomor. 23 tahun 2008 tentang Program Wajib Belajar 12 Tahun 2008. Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor. 13 tahun 2007 tentang Standar Kinerja Kepala Sekolah.

Permadi. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rieneka

Cipta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Siagian. 2006. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.W

Yamin, M. 2010. Profesionalisme Guru . Bandung : Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari

Efek Radioterapi Terhadap Jumlah Leukosit dan Kadar Hemoglobin pada Penderita Karsinoma Nasofarings.. Universitas

Mata kuliah ini membahas berbagai macam pengukuran,yaitu: pengukuran poligon sebagai kerangka peta, pengukuran detail situasi sebagai isi peta, perhitungan dan

[r]

No.KK No.KK No.KK No.KK NIK NIK NIK NIK NAMA NAMA NAMA NAMA TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR UMUR UMUR

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai