PERAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
DALAM MEMBINA MASYARAKAT PUTUS SEKOLAH (STUDI
KASUS PKBM BUSTANUL MUSLIMIN DESA GENTING
KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG) TAHUN 2017
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh:
SITI ARIYANTI
NIM: 111 13 055
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ِِِ}
٦
:يارشولإا{
ا ًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ
Artinya: “Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan”. (Al Insyirah: 06)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT
Penulis persembahkan skripsi ini, teruntuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Nurchodin dan Ibu Isbiasih atas segala doa, restu dan pengorbanannya yang tak putus sampai akhir masa, serta yang tercinta suamiku Mas Indro Sulistiyo yang telah memberikan motivasi dan semangat saat mulai rapuh dengan secercah senyum dan lantunan doa, putraku tersayang
Muhammad Adelard Rafardhan Athallah yang menjadi alasan untuk selalu tersenyum dan dukungan dari teman-teman
seperjuanganku di pondok pesantren Al-Falah, IAIN Salatiga serta teman-teman PAI angkatan 2013 terimakasih atas
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala
nikmat dzohir dan batin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis
sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kejahiliyahan Nabi
Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi
Kasus PKBM Bustanul Muslimin Desa Genting tahun 2017) dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut
serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun
spiritual. Selanjutnya penullis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.ag. Ketua Jurusan Program Studi PAI.
4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Seluruh Dosen IAIN Salatiga dan para stafnya yang telah memberikan Ilmu
6. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Ibu Hj. Nyai Latifah
dan Bapak KH. M. Zoemri RWS beserta keluarga yang telah membina,
mendidik, selama menuntut Ilmu di pesantren dan telah memberikan izin
untuk penelitian.
7. Bapakku Nurchodin dan Ibuku tercinta Isbiasih serta kedua mertuaku, yang
telah berkorban dalam segala hal demi kebahagiaan anak-anaknya serta
terimakasih atas ridho, do‟a dan kasih sayangnya sehingga anakmu bisa
menyeleseikan studi S1.
8. Suamiku tercinta Indro Sulistiyo, yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, waktu, dan tenaganya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Putraku tersayang Muhammad Adelard Rafardhan Athallah.
10.Sahabat-sahabatku santri PPTI Al-Falah terimakasih atas segala pengalaman
hidup kalian, penulis belajar memahami kehidupan dari kalian.
11.Teman-temanku seluruh PAI angkatan 2013
12.Semua pihak yang serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan
skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 11 September 2017
ABSTRAK
Ariyanti Siti. 2017. Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi Kasus PKBM Bustanul Muslimin Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang) Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Sa‟adi, M. Ag.
Kata Kunci : PKBM, Masyarakat Putus Sekolah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi Kasus PKBM Bustanul Muslimin Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang) Tahun 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengelolaan PKBM Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah? (2) Apa upaya PKBM Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah? (3) Apa penghambat dan pendorong PKBM Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan triangulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni hasil wawancara ketua PKBM Bustanul Muslimin, Pengurus, koordinator program, serta warga belajar, dan sumber data sekunder yaitu berupa foto-foto kegiatan terkait PKBM Bustanul Muslimin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
DEKLARASI ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTARLAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusa Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Kajian Pustaka Penelitian Terdahulu ... 9
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 19
B. Membina Masyarakat Putus Sekolah ... 32
C. Peran PKBM dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah ... 38
BAB III PAPARAN DATA DA TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data ... 39
B. Temuan Penelitian ... 49
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengelolaan PKBM Bustanul Muslimnin ... 58
B. Upaya PKBM Bustanul Muslimin dalam Membina
Masyarakat Putus Sekolah ... 67
C. Penghambat dan pendorong pelaksanaan PKBM Bustanul
Muslimin dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah ... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Nama- nama Tutor PKBM Bustanul Muslimin ... 43
Tabel 3.2. Bantuan yang pernah diperoleh dua tahun terkhir ... 46
Tabel 3.3. Instansi/ Lembaga/ Organisasi sebagai mitra kerja ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 3 Daftar Nilai SKK
Lampiran 4 Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi
Lampiran 5 Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
Lampiran 7 Transkrip Wawancara
Lampiran 8 Surat Keterangan Bukti Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci keberhasilan setiap negara. Negara yang
memerhatikan kualitas dan kuantitas pendidikannya akan lebih maju daripada
negara yang kurang memerhatikan sektor pendidikannya. Peran pendidikan
dalam hal ini adalah menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya guna bagi
bangsa dan negara yang pada akhirnya berdampak positif pada kemajuan negara
tersebut di berbagai bidang. Sebagaimana penjelasan arti pendidikan pada UU
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, “pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara (Tim Kreatif LKM UN, 2011:44), maka artinya bahwa
pembangunan pendidikan berpengaruh positif terhadap kemajuan bangsa. Akan
tetapi, jika kenyataan berkata sebaliknya maka bisa menjadi kunci kegagalan
suatu negara. Realita kegagalan pendidikan ini disebabkan belum dijadikannya
pendidikan sebagai prioritas utama agenda pembangunan bangsa.
Ki Hajar Dewantoro seorang tokoh pendidikan Nasional Indonesia serta
yang diangkat oleh pemerintah sebagai Bapak pendidikan menyatakan sebagai
bangsanya dan ditujukan untuk perikehidupan yang dapat mengangkat derajat
negara dan rakyat, agar dapat bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk
kemuliaan segenap manusia di seluh dunia (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:190).
Secara umum, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha dan perbuatan
dari generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
ketrampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan
fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan di atas, pendidikan
merupakan proses kesinambungan yang dilalui oleh manusia dengan cara
bimbingan, latihan dan didikan khusus berkaitan dengan perkembangan
intelektual, kerohanian, jasmani, sosial dan etika. Dengan kata lain pendidikan
juga dipandang sebagai pewaris kebudayaan dan pengembang petensi pada diri
manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berilmu, berakhlak,
sehat, berbudaya, berseni, berguna dan bertanggung jawab. Pendidikan bagi
kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera
dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Di dalam UU Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem
mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan, jalur pendidikan
luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
Jadi, pendidikan tidaklah harus dilaksanakan di sekolah (formal) tetapi juga dapat
dilaksanakan di luar sekolah (non formal). Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi.
Pada Pasal 16 ayat (4) menyatakan bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
Saat ini, banyak sekali permasalahan dalam seputar pendidikan yang
menyebabkan sebagian masyarakat tidak menyelesaikan pendidikannya. Masalah
tersebut dapat dipicu dari tingginya angka kemiskinan di Indonesia dan juga
rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi mereka.
Dengan berbagai masalah tersebut maka pemerintah merancang Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (Selanjutnya ditulis PKBM). Lahirnya PKBM merupakan
respon adanya berbagai permasalahan di Indonesia yang membutuhkan
dukungan satuan pendidikan nonformal untuk memecahkannya. Masalah tersebut
di antaranya:
1. Masih tingginya angka buta aksara di indonesia yang mencapai 6,4 juta jiwa
(BPS: 2012).
3. Angka drop out dan lulus tidak melanjutkan berkisar 1,7 juta anak setiap
tahun (PDSP: 2012).
4. Jumlah anak usia 0-6 tahun mencapai 31 juta anak dan baru berkisar 62 %
yang terlayani dengan pendidikan anak usia dini.
5. Kesenjangan pembangunan antar propinsi di indonesia masih tinggi.
Adanya satuan pendidikan nonformal di daerah diharapkan menjadi
motor penggerak dalam pengentasan buta aksara, kemiskinan dan melayani
pendidikan bagi masyarakat yang tidak beruntung (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2014:1).
PKBM sebagai satuan pendidikan merupakan lembaga/institusi atau
tempat belajar masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan anak usia dini
dan pendidikan nonformal dan informal. PKBM diselenggarakan bertujuan untuk
memberikan layanan pendidikan nonformal sebagai penambah, pengganti dan
pelengkap pendidikan formal bagi warga masyarakat yang membutuhkan
pengetahuan, keterampilan kecakapan hidup, mengembangkan sikap dan
kepribadian, mengembangkan diri untuk berusaha mandiri, dan atau melanjutkan
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Oleh karena itu dalam upaya untuk meningkatkan mutu PKBM harus mengacu
pada amanat UU Nomor 20 tahun 2003. PKBM berfungsi melayani masyarakat
untuk memberdayakan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup
secara mandiri. Oleh sebab itu prinsip PKBM adalah dari, oleh dan untuk
masyarakat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:3).
PKBM Bustanul Muslimin adalah salah satu lembaga pendidikan yang
berada di desa Genting, kecamatan Jambu, kabupaten Semarang. Penulis
memilih PKBM Bustanul Muslimin sebagai bahan penelitian dikarenakan PKBM
tersebut layak untuk diteliti. Pemilihan PKBM Bustanul Muslimin juga
dipertimbangkan dari berbagai aspek yaitu:
1. PKBM Bustanul Muslimin berdiri sejak tahun 2008.
2. PKBM Bustanul Muslimin telah terakreditasi baik dibuktikan dengan SK.
MENKUMHAM No. AHU0002039.AH01.07. Tahun 2015.
3. PKBM Bustanul Muslimin tidak hanya mengelola program kesetaraan SLTP
dan SLTA, namun juga mengelola PAUD Bhakti Nusa, Kelompok Belajar
Usaha (KBU), Bimbingan Latihan Ketrampilan, dan Tempat Baca
Masyarakat (TBM).
4. PKBM Bustanul Muslimin tidak hanya menerima masyarakat dari desa
Genting saja, namun juga desa sekitarnya.
PKBM Bustanul Muslimin telah meluluskan siswa program kesetaraan
sejak tahun 2015. Ini artinya bahwa program ini sangat membantu masyarakat
yang putus sekolah maupun tidak melanjutkan sekolah untuk dapat melanjutkan
masyarakat juga diajarkan untuk belajar usaha dalam Kelompok Belajar Usaha
(KBU) yaitu belajar membuat jarum tiram dan jamur kuping.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
bermaksud melakukan penelitian dengan judul “PERAN PUSAT KEGIATAN
BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DALAM MEMBINA MASYARAKAT
PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS PKBM BUSTANUL MUSLIMIN DESA
GENTING KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG) TAHUN
2017”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan PKBM Bustanul Muslimin dalam membina
masyarakat putus sekolah?
2. Apa upaya PKBM Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus
sekolah ?
3. Apa penghambat dan pendorong pelaksanaan PKBM Bustanul Muslimin
dalam membina masyarakat putus sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
2. Untuk mengetahui upaya PKBM Bustanul Muslimin dalam membina
masyarakat putus sekolah.
3. Untuk mengetahui penghambat dan pendorong pelaksanaan PKBM
Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
khususnya mengnai lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi PKBM dan Tutor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan PKBM dan tutor untuk dapat membina masyarakat putus
sekolah.
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah
sebagai bahan koreksi atau evaluasi dalam pengelolaan di PKBM
Bustanul Muslimin sehingga pelaksanaannya bisa lebih baik lagi.
c. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini diharapakan memberikan manfaat untuk
mengembangkan kemapuan berfikir serta mengetahui lebih dalam
E. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah pahamaan
pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan penulis
sampaikan batasan- batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu:
1. Peran PKBM
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata “peran” yaitu
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat.
PKBM merupakan suatu tempat kegiatan pembelajaran masyarakat
yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai
kemajuan pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan aspek-aspek kehidupan
lainnya (Tohani, 2009:195).
Jadi Peran PKBM yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang diharapkan
mampu untuk memberdayakan masyarakat melalui suatu wadah atau tempat
belajar.
Dalam penelitian ini penulis membatasi kegiatan PKBM Bustanul
Muslimin yang akan diteliti, yakni:
a. Pendidikan kesetaraan:
b. KBU (Kelompok Belajar Usaha)
c. Pendidikan Life Skill
2. Membina Masyarakat Putus Sekolah
Kata “Membina” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa, antara lain mencakupi
peningkatan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan berbahasa yang dilakukan
misalnya melalui jalur pendidikan dan pemasyarakatan.
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal
dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari
kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah
ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai
prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain,
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terkait oleh
suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009:115).
Jadi, membina masyarakat putus sekolah yaitu upaya untuk
meningkatkan pendidikan dan pengetahuan sekumpulan manusia yang tidak
mengentaskan pendidikan formal.
F. Kajian Pustaka Penelitian Terdahulu
Kajian tentang peran PKBM dalam membina masyarakat putus sekolah
skripsi. Berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat
oleh penulis sebagai acuan.
Pertama, Penelitian tentang PKBM yang dilakukan oleh Wahyu Endardi
mahasiswa fakultas dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2006 yang
berjudul “Peran PKBM Mekar dalam Rangka Meningkatkan dan Pendapatan
Masyarakat di Desa Ngipak, Kecamatan Karang Mojo, Gunung Kidul”,
penelitian ini memfokuskan pada proses pelaksanaan belajar paket B serta
pengadaan perpustakaan umum, disamping itu juga penelitian ini memfokuskan
kajiannya kepada upaya peningkatan pendapatan masyarakat yaitu dengan
mendirikan Kelompok Belajar Usaha (KBU). Penelitian yang dilakukan oleh
saudara Wahyu Endardi mempunyai kesamaan dengan penelitian ini yakni
membahas tentang PKBM. Namun, terdapat perbedaan dalam fokus penelitianya
yakni penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Endardi hanya fokus pada program
paket B, perpustakaan umum, dan KBU. Sedangkan program yang menjadi fokus
penelitian ini meliputi program kesetaraan (Paket A, B, dan C), KBU, dan
pendidikan Life Skill.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Mirza mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2005 di PKBM Bina Karya desa Srimulyo, Piyungan,
Bantul. Dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Melalui PKBM „Bina Karya‟”,
perbedaannya, yakni pada bidang atau program yang akan dijadikan bahan
penelitian.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Tri Rusikawati mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2010 yang berjudul “Efektivitas Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Usaha Mulya dalam Meningkatkan
Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman”. Untuk
mengetahui efektivitas PKBM penelitian ini menggunakan komponen-komponen
sistem yaitu input, proses dan output. Penilaian input PKBM dilihat dari
komponen organisasi dan komponen lingkungan. Untuk komponen proses adalah
pada tahap perencanaan dan pelaksanaan dari program yang dilaksanakan oleh
PKBM. Kemudian yang menjadi outputnya adalah Efektivitas Pusat Kegiatan
belajar Masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Tri Rusikawati
memiliki kesamaan yakni sama-sama membahas tentang PKBM. Namun,
terdapat perbedaan dalam fokus penelitianya yakni penelitian yang dilakukan
oleh Tri Rusikawati hanya terfokus pada program kesetaraan (Paket A, B dan C).
Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya fokus pada program kesetaraan saja.
G. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode, antara lain:
1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
pengertian adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan terhadap
apa yang terjadi pada berbagai individu atau kelompok, yang berasal dari
persoalan sosial atau kemanusiaan (Santana, 2010:1).
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengumpul
data. Dapat pula digunakan berbagai instrumen sebagai pendukung tugas
peneliti namun fungsinya hanya terbatas. Oleh karena itu, kehadiran peneliti
di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PKBM Bustanul Muslimin, yang
beralamatkan di Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
4. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari
sumber, di antaranya:
a. Data primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari PKBM
Bustanul Muslimin, serta narasumber yang diwawancarai. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kepala PKBM
Bustanul Muslimin dan tutor PKBM Bustanul Muslimin.
penelitian ini adalah masyarakat putus sekolah dan pengelolaan PKBM
Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah. Serta
dokumen-dokumen yang memperkuat hasil penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data,
menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian (Suwartono,
2014:41).
Untuk memperoleh data yang akurat serta memperhatikan relevansi
data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data
menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi
Menurut W. Gulo (2002:116) Pengamatan (observasi) adalah metode
pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi
sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap
peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan,
yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi PKBM Bustanul
Muslimin serta ruang dan tempatnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (inteviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186).
Dalam wawancara, peneliti akan menggali sebanyak mungkin data
yang terkait dengan pengelolaan PKBM Bustanul Muslimin dan upaya
PKBM Bustanul Muslimin dalam membina masyarakat putus sekolah.
Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang
terkait di dalam PKBM Bustanul Muslimin yang terdiri dari ketua PKBM
Bustanul Muslimin, pengelola PKBM Bustanul Muslimin, tutor PKBM
Bustanul Muslimin dan warga belajar PKBM Bustanul Muslimin. Untuk
mempermudah pelaksanaan wawancara peneliti akan menggunakan
instrumen berupa alat rekaman dan instrumen lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan
mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang
dilakukan oleh seorang psikologi dalam meneliti perkembangan seorang
klien melalui catatan pribadinya (Fatoni, 2011:112).
Teknik dokumentasi berarti cara mengumpulkan data yang sudah ada
yaitu dengan dipelajari dan dicatat apa yang diperlukan oleh peneliti.
6. Analisis Data
Analisis data (Bogdan & Biklen dalam Lexy J. Moleong 1989:248)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikaan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuan.
Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik
triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding terhadap
data data itu (Moleong, 2011: 332).
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, tahap-tahap yang ditempuh meliputi:
a. Tahap Pra Lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok
pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada pembimbing
dalam penyusunan proposal penelitian, dilanjutkan penyelesaian perijinan
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Penulis mulai melakukan pengumpulan bahan yang dijadikan sebagai
sumber acuan dari penelitian ini. Penulis mengumpulkan data-data dari
pengurus PKBM Bustanul Muslimin. Data tersebut diperoleh melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini penulis
mulai terjun ke lokasi penelitian.
c. Tahap Analisis Data
Meliputi analisis data yang diperoleh melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi mendalam dengan ketua, para tutor serta masyarakat
putus sekolah di PKBM Bustanul Muslimin.
d. Tahap Penulisan Laporan
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian
kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna data. Setelah itu
peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk
mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi.
Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk
ujian skripsi.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan skripsi ini penulis
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi teori tentang:
A. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
1. Pengertian PKBM
2. Tujuan PKBM
3. Program-program PKBM
a. Pendidikan Kesetaraan
b. Kelompok Belajar Usaha (KBU)
c. Pendidikan Life Skill
B. Pembinaan Masyarakat Putus Sekolah
1. Pengertian Pembinaan Masyarakat Putus Sekolah
2. Langkah dan proses Pembinaan Masyarakat Putus Sekolah
3. Bentuk pelaksanaan Pembinaan Masyarakat Putus Sekolah
C. Peran PKBM dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam Bab ini berisi tentang gambaran umum PKBM Bustanul
Muslimin (latar belakang, visi dan misi, struktur organisasi,
penyajian data hasil penelitian tentang Peran PKBM dalam Membina
Masyarakat Putus Sekolah.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini meliputi adanya pengolahan data (analisis pendahuluan dan
analisis lanjutan) yang telah diperoleh dari penelitian lapangan.
BAB V : PENUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
1. Pengertian Peran PKBM
Peran adalah seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1988:667). Adapun makna dari kata peran yaitu suatu penjelasan yang
menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai
suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu
karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat.
PKBM adalah satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan belajar masyarakat yang didirikan
dan dikelola oleh masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat
setempat sesuai dengan potensi ekonomi, sosial dan budaya, serta
lingkungan alamnya (Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat,
2014:12). Pendidikan nonformal merupakan proses yang terjadi secara
terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik
dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu
kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik
tertentu dan belajarnya tertentu pula (Marzuki, 2012:137).
PKBM merupakan salah satu dari beberapa bentuk kegiatan
untuk melaksanakan program-program belajar dalam usaha menciptakan
suasana menunjang perkembangan peserta didik dalam kaitannya dengan
perluasan wawasan peningkatan ketrampilan dan kesejahteraan keluarga
(Joesoef, 1999:63).
Jadi Peran PKBM yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang diharapkan
mampu untuk memberdayakan masyarakat melalui suatu wadah atau
tempat belajar.
2. Kelembagaan PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah salah satu
lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan yang memiliki fungsi untuk
mengembangkan potensi diri warga belajar dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Tujuan dari program
kesetaraan dalam PKBM sebagai berikut.
a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak
yang kurang beruntung: putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah
sekolah, minoritas etnik, dan anak yang bermukim di desa terbelakang,
miskin, bermasalah secara sosial, terpencil atau sulit dicapai karena
letak geografis dan atau keterbatasan transportasi dalam rangka
dasar minimal 2%-8% dalam mempercepat suksesnya wajib belajar
sembilan tahun.
b. Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua warga
masyarakat usia produktif melalui akses yang adil pada program
belajar dan kecakapn hidup.
c. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan rata-rata lama
pendidikan bagi masyarakat Indonesia minimal sembilan tahun hingga
mampu meningkatkan Human Development Index (HDI) dan upaya
menghapus ketidakadilan gender dalam pendidikan dasar dan
menengah.
d. Memberikan peluang bagi warga masyarakat yang ingin menuntaskan
pendidikan setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
e. Melayani warga belajar yang memerlukan pendidikan akademik dan
kecakapan hidup secara fleksibel untuk mengaktualisasikan diri
sekaligus meningkatkan mutu kehidupan (Direktorat Pendidikan
Kesetaraan, 2010:5-6).
3. Komponen PKBM
Komponen PKBM sesuai dengan Standar dan Prosedur
Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah
a. Komunitas Binaan/Sasaran
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran
pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah
geografis tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan
kondisi sosial serta ekonomi tertentu.
b. Peserta Didik
Peserta didik adalah bagian dari komunitas binaan atau dari komunitas
lainnya yang dengan kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih
program pembelajaran yang ada di lembaga.
c. Pendidik atau Tutor atau Narasumber Teknis
Pendidik atau Tutor atau Narasumber Teknis adalah sebagian dari
warga komunitas tersebut ataupun dari luar yang bertanggung jawab
langsung atas proses pembelajaran atau pemberdayaan masyarakat di
lembaga.
d. Penyelenggara dan Pengelola
Penyelenggara PKBM adalah sekelompok warga masyarakat setempat
yang dipilih oleh komunitas yang mempunyai tanggung jawab atas
perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan program di PKBM serta
bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program dan harta
yang ditunjuk melaksanakan kegiatan teknis/operasional program
tertentu yang ada di PKBM.
e. Mitra PKBM
Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun
lembaga-lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas
atau kepentingan atau kegiatan dalam komunitas tersebut yang dengan
suatu kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan
berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu PKBM.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012)
4. Fungsi PKBM
PKBM merupakan suatu tempat kegiatan pembelajaran masyarakat
yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai
kemajuan pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan aspek-aspek kehidupan
lainnya. Hal ini mencerminkan PKBM berfungsi sebagai:
a. Melakukan kegiatan pembelajaran.
b. Melakukan koordinasi dalam memanfaatkan potensi masyarakat.
c. Menyajikan informasi.
d. Ajang pertukaran informasi dan pengetahuan.
e. Menjadi tempat untuk upaya peningkatan pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan nilai-niai tertentu bagi warga masyarakat yang
Dari beberapa fungsi PKBM di atas, dalam jangka panjang PKBM
diharapkan mampu memberdayakan warga masyarrakat menjadi individu
atau kelompok yang kompeten (berdaya). Sebagaimana Kindervatter
(dalam Tohani, 2009:196) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan posisi
masyarakat ditandai dengan dimilikinya:
a. Akses dan peluang mendapat sumber daya.
b. Daya tawar kolektif yang tinggi.
c. Kemampuan memilih berbagai pilihan.
d. Status citra diri dan perasaaan positif terhadap identitas dirinya.
e. Kemampuan kritis dan mampu menggunakan pegalaman untuk menilai
potensi yang memberikan keuntungan.
f. Legitimasi dalam kebutuhan masyarakat dipertimbangkan sebagai
sesuatu yang logis dan adil.
g. Mampu menemukan sendiri standar pekerjaan yang dilakukan besama
orang lain.
h. Mempunyai persepsi yang kreatif yaitu mempunyai pandangan yang
lebih positif terhadap hubungan dirinya dan lingkungannya.
5. Program-program PKBM
a. Pendidikan Kesetaraan
(SMP), dan Program Paket C Setara Sekolah Menegah Atas (SMA).
Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat
yang kurang beruntung, tidak sekolah, putus sekolah dan putus lanjut,
serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan
khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnnya (Tohani, 2009:198).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwasanya mencari ilmu
tidak hanya di lembaga pendidikan formal saja, namun juga bisa di
lembaga pendidikan nonformal. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya mencari ilmu, seperti firman Allah dalam Surat Al
"Hai orang-orang yang beriman, bila diminta kepadamu,"Berilah tempat di majelis,” berilah keluasan kepadanya, Allah pasti akan memberimu keluasa. Dan bila kamu diminta, “Bangkitlah,” maka bangkitlah dari tempat dudukmu. Allah pasti akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berpengetahuan di antaramu beberapa tingkat
lebih tinggi. Allah maha mengetahui segala yang kamu lakukan”(Al Qur‟an dan Terjemahnya, 2010:987).
Firman Allah Surat At Taubah ayat 122:
ِف أوُهّقَفَ تَ يِل ًةَفِئاَط ْمُهْ نِم ٍةَقِرَف ِّلُك ْنِمَرَفَ نَلاْوَلَ ف ًةّفاَك ُرِفْنَ يِل َنْوُ نِمْؤُمْلا َنِم َنا َك اَمَو ْمِهْيَلِا ْوُعَجَر أذِا ْمُهُمْوَ ق اْوُرِذْنُ يِلَو ِنْيّدلا
Artinya:
“Tidak semestinya semua orang mukmin pergi berperang. Alangkah baiknya bila ada segolongan yang merantau.untuk memperdalam agama. Kemudian mengajar kaumnya bila telah kembali ke lingkungannya supaya masing-masing dapat menjaga diri”(Al Qur‟an
dan Terjemahnya, 2010:363).
Dari Al Qur‟an surat Al Mujadalah ayat 11 tersebut, maka jelaslah
bahwa menuntut ilmu adalah merupakan perintah lansung dari Allah.
Karena orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah.
Sedangkan Al Qur‟an surat At Taubah ayat 12 menjelaskan bahwa
diwajibkan untuk menuntut ilmu agama dan kedudukan orang yang
menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi orang yang tidak
mengetahui masalah agama serta mampu menjaga diri dari hal-hal yang
bisa menjerumuskan kedalam lembah kenistaan. Rasulllah SAW
bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
م لسو ويلع الله ىلص الله لْوُسَر َلاَق َلَق ٍكِلاَم ُنْبِا ٍسَنَا ْنْع ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata,
mutiara, atau emas”.(Yahya, 2010:459).
Dari hadits tersebut diatas mengandung pengertian, bahwa
mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, kewajiban itu berlaku bagi
oleh settiap muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara
peribadatan kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah tanpa ilmu akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan dan ibadah yang salah tidak akan
dapat diterima oleh Allah. Sedangkan orang yang mengajarkan ilmu
kepada orang yang tidak mengetahui atau tidak paham maka akan
sia-sia. Maksudnya, ilmu itu harus disampaikan sesuai dengan taraf berfikir
si penerima ilmu, memberikan ilmu secara tidak tepat diibaratkan
mengalungkan perhiasan pada babi, meskipun babi diberikan perhiasan
kalung emas maka babi tetap kotor dan menjijikkan.
Dari beberapa Ayat Al Qur‟an dan Hadist di atas dapat diketahui
bahwasanya mencari adalah kewajiban setiap manusia. Orang
mempunyai ilmu akan memiliki derajat yang tinggi di hadapan Allaah
maupun di hadapan sesama. Serta memperoleh pahala dari Allah,
karena mengamalkan perintah Nya dan menjalankan Sunnah Nabi
Muhammad SAW.
b. Kelompok Belajar Usaha (KBU)
Menurut Kamil (dalam Novita NP, 2015:15) Kelompok Belajar
Usaha (KBU) yaitu usaha kegiatan membelajarkan warga masyarakat
untuk mengejar ketinggalan di bidang usaha, dengan cara bekerja,
belajar dan berusaha, untuk memperoleh mata pencaharian sebagai
pendidikan masyarakat yang di dalamnya ada kegiatan belajar dan
berusaha.
Melalui KBU, ditumbuhkan dan dikembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap berusaha dari warga belajar sehingga memiliki
mata pencaharian sebagai sumber penghasilan, demikian pula KBU
akan memberikan pegaruh terhadap pertumbuhan mata pencaharian
masyarakat di sekitarnya, dengan kata lain KBU dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat untuk mengejar
ketinggalan di bidang usaha dengan cara bekerja, belajar, dan berusaha
guna memperoleh mata pencaharian sebagai sumber penghasilan yang
layak.
Dalam Islam manusia diperintahkan untuk berusaha mencari
bekal untuk hidupnya dengan hasilnya sendiri, sebagaimana Hadis Nabi
Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Al Bukhori:
َأ اَم : َلاَق َمَلَسَو ِوْيَلَع ُالله ىَّلَص بينلا نَع ُوْنَع ُالله َيِضَر َبِرْكَيِدْعَم ِنْب ِماَدْقِمْلا ْنَع ada makanan yang lebih baik dari seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabi Allah, Daud AS.
makan dari hasil keringatnya sendiri”(Yahya, 2010:517).
kemampuan asal jalan yang ditempuh itu halal. Penjelasan hadits di atas
bahwasanya nabi Daud AS. di samping sebagai Nabi dan Rasul, juga
seorang raja. Diceritakan dalam hadits nabi SAW, bahwa apa yang
dimakan oleh nabi Daud adalah jerih payahnya sendiri dengan bekerja
yang menghasilkan sesuatu sehingga dapat memperoleh uang untuk
keperluan hidupnya sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan agar manusia dapat
menyeimbangkan antara urusan dunia dan urusan akhiratnya,
sebagaimana Hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ad Dailamy
“Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: bukankah orang yang paling baik di antara kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan
akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain” (Yahya, 2010:517).
Hadits yang kedua, berkaitan dengan keseimbangan hidup di
dunia dan akhirat. Kehidupan yang baik ialah kehidupan seseorang yang
mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan
menyadari bahwa kehidupan di dunia tidak abadi, dan bekal hidup di
akhirat hanyalah amal shaleh yang dikerjakan selama hidup di dunia,
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan
kemampuannya sendiri, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ibnu
Asakir, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup untuk selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati
besok”.
Dalam Al Qur‟an juga diperintahkan agar manusia berusaha untuk kepentingan dunia, di samping mempersiapkan untuk hari akhir nanti. Seperti Firman Allah dalam Surat Al Jumu‟ah ayat 10:
.َنوُحِلْفُ ت ْمُكَّلَعَّل اًيِْثَك ََّللَّا اوُرُكْذاَو َِّللَّا ِلْضَف نِم اوُغَ تْ باَو ِض ْرَْلْا ِفِ اوُرِشَتناَف ُة َلاَّصلا ِتَيِضُق اَذِإَف Artinya:
“Apabila telah dittunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi ini, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”(Al Qu‟an dan Terjemah, 2010:1007).
Dari beberapa ayat dan hadist di atas telah jelas bahwasanya Allah
memerintahkan umat manusia untuk berusaha mencari bekal untuk hidup
di dunia dan di akhir, misalnya dengan cara berwirauaha.
c. Pendidikan Life Skill
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang
untuk mau dan berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara
wajar tanpa merasakan tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinnya. Pendapat lain life skill didefinisikan sebagai suatu
interaksi dari berbagai pengetahun dan kecakapan yng sangat penting
Dalam Islam diperintahkan untuk melakukan suatu pekerjaan
atau „amaliyah sesuai dengan ilmunya, agar pekerjaan yang dilakukannya dapat berjalan dengan baik dan sesuai. Nabi Muhammad
SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Muslim:
َةَيَِاَعُم ُُبَأ اَىَث َّدَح
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu‟awiyah dari A‟masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya Rosulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga”(Yahya, 2010:459).
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih
baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran
dan meninggalkan kebodohan. Seseorang harus memulai dengan ilmu
sebelum beramal. Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau
melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia
dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan
B. Pembinaan Masyarakat Putus Sekolah
1. Pengertian
Kata “Membina” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa, antara lain
mencakupi peningkatan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan berbahasa
yang dilakukan misalnya melalui jalur pendidikan dan pemasyarakatan.
Masyarakat berasal dari Bahasa Arab yaitu syrk yang artinya
sekelompok manusia saling bergaul di suatu tempat dengan berbagai
kesamaan, dan dalam Bahasa Inggris disebut society yang artinya
sekumpulan manusia yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu
dengan berbagai kesamaan satu sama lainnya (Hariyadi dkk, 2009:25).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 635) masyarkat diartikan
sebagai sekumpulan orang dalam arti seluas-luasnya terkait dalam
kebudayaan yang dianggap sama, misalnya terpelajar, cendekiawan,
pedagang, pegawai, pengusaha, petani, nelayan, dan lain-lain.
Menurut Ralph Linton (dalam Soekanto, 2006:22) masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama
cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Masyarakat sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur
yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:
a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
Menurut Emile Durkheim (dalam Muhni, 1994:29-31) keseluruhan
ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip
fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial
diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat.
Masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama
antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis
hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai
tujuan bersama.
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat
memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi. Bisa dikatakan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu
hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan
identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan
Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari
suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Artinya adalah terlantarnya
anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak
memadai (Musfiqon, 2007:19). Siswono Yudo Usodo (dalam Singgih,
2004:43) mengemukakan bahwa anak merupakan generasi penerus bagi
kelangsungan hidup keluarga, bangsa dan negara di masa mendatang. Oleh
karena itu memberikan jaminan bagi generasi penerus untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik merupakan investasi sosial masa depan yang
tidak murah dan harus dipikul oleh, keluarga, masyarakat dan negara. Dari
teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan orang tua dan anak
sangat penting artinya bagi perkembangan kepribadian anak dan bagi
seorang anak.
Dalam agama islam, anak merupakan amanah dari Allah SWT,
seseorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah tanpa noda dan dosa,
laksana sehelai kain putih yang belum mempunyai motif dan warna. Oleh
karena itu, orang tualah yang akan memberikan warna terhadap kain putih
tersebut; hitam, biru, hijau dahkan bercampur banyak warna. Suatu daerah
tidak akan hancur akibat geografisnya perbedaan budaya, tradisi, keyakinan
pendidikan anak berarti kita telah berpartisipasi pada pembangunan bangsa
terutama membangun manusianya (Munir, 2002:27).
Asumsi tersebut menunjukan bahwa peranan orang tua sangat
signifikan terhadap pendidikan anak. Pada masa-masa perkembangan
seorang anak menuju kedewasaannya bisa saja dipengaruhi oleh faktor
yang bersifat positif maupun negatif. Faktor yang memberikan pengaruh
positif seperti pemberian nutrisi yang baik dan seimbang, pemeliharaan
kesehatan yang baik, pola pengasuhan yang baik, serta kondisi lingkungan
yang bersih dan sehat, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang memberikan
pengaruh negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak seperti
kemiskinan, keterlantaran, ketunasusilaan, layanan kesehatan yang jelek
dan lain-lain. Olehnya tanggung jawab orang tua untuk mengusahakan agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga di kelak
kemudian hari akan menjadi individu orang dewasa yang sehat, baik secara
jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga mereka bisa menjadi generasi
penerus bangsa yang tangguh.
Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah
pendidikan. Faktor ekonomi menjadi alasan penting terjadinya putus
sekolah. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab
ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali
memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan
daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan
lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga
kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala
permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat (Gunawan A. H,
2000: 27).
Demikian kompleksya faktor penyebab putus sekolah di bumi pertiwi
ini, membuat siapa saja merasa terpanggil untuk harus berbuat. Dalam
Negara kesatuan RI, adanya Undang-undang Dasar 1945 yang menjamin
hak-hak setiap warga negara untuk memperoleh pengajaran yang layak.
Dalam hal ini kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar yang layak
adalah merupakan hak setiap warga negara, tanpa kecuali. Olehnya latar
belakang sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya bukanlah penghalang
bagi anak-anak usia sekolah untuk mengenyam pendidikan. Jadi, tanggung
jawab pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tapi
tanggung jawab seluruh seluruh komponen bangsa utamanya para orang
tua. Karena orang tualah orang pertama dan utama dalam mendidik anak.
2. Faktor Penyebab Putus Sekolah
Burhannudin (dalam Dewi dkk, 2014) menyatakan bahwa setidaknya
ada enam fakor penyebab terjadinya putus sekolah khususnya pada jenjang
c. perhatian orang tua yang kurang.
d. fasilitas belajar kurang mendukung.
e. faktor budaya.
f. Faktor lokasi atau letak sekolah.
Pendapat lain dikemukaan oleh Imron dalam (siti fatimah, 2015:
34) menjelaskan sebab-sebab peserta didik drop out dan tidak
menyelesaikan pendidikannya,yaitu:
a. Rendahnyya kemampuan yang dimiliki, menjadikan peserta didik
merasa berat untuk meyelesaian pendidikannya.
b. Tidak mempunyai biaya untuk sekolah.
c. Sakit yang tidak tahu kapan sembuhnya, ini menjadikan
penyebab-penyebab siswa tidak sekolah sampai dengan batas waktu yang dia
sendiri tidak tahu.
d. Karena bekerja.
e. Harus membantu orang tua.
f. Di drop out oleh sekolah.
g. Peserta didik tidak mau sekolah.
h. Terkena kasus pidana dengan ketentuan hukum yang sudah p asti.
i. Sekolah dianggap sudah tidak menarik bagi peserta didik.
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat diketahui, bahwasanyya
dari motivasi anak itu sendiri tapi juga karena faktor ekonomi keluarga,
lingkungan bermain anak, dan juga faktor aksebilitas wilayah.
C. Peran PKBM dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah
Menyekolahkan kembali masyarakat merupakan gerakan bersama
tidak sekedar mengajarkan wawasan dan ketrampilan tetapi memberikan
kepercayan kepada masyarakat untuk membangun pilar-pilar pembelajaran
dalam dirirnya. Sudah saatnya mengubah cara pandang perencana
pembangunan, pemerintah, pendidik dan pelatih bahwa masyarkat memiliki
potensi yang besar untuk memperbaiki kehidupannya dengan caara-cara yang
dimilikinya. Medidik masyarakat dalam peningkatan kapasitas dikembangkan
melalui berbagai cara didasarkan kebutuhan masyarakat (Sumpeno,
2009:45-46).
PKBM merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk mengentaskan
masyarakat putus sekolah agar dapat lulus dan mendapatkan ijazah. Tidak
hanya itu berbagai keahlianpun diajarkan di PKBM. Lingkup pendidikan
PKBM meliputi program keaksaraan (paket A, B, dan C), program kelompok
belajar usaha (KBU) yang merupakan pendidikan kecakapan hidup, dan
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya PKBM Bustanul Muslimin
Kondisi masyarakat desa Genting sebagian besar bermata
pencaharian petani dan buruh. Desa Genting berjarak 7 Km dari kota
kecamatan dan 38 km dari kota kabupaten. Luas wilayah Desa Genting
kurang lebih 840 Ha yang terdiri atas 36 Rt, 11 RW dan 13 Dusun. 13
dusun di dalamnya yaitu dusun Genting (Krajan), Kalidukuh, Plimbungan,
Sedono, Kalipucung, Gintungan, Worawari, Sodong, Tompak, Gedek,
Kalitangi, Dlimas dan Ngrawan. Jumlah penduduk Desa Genting 4784
jiwa yang terdiri dari 2379 perempuan dan 2405 laki-laki. Seperti
kebanyakan desa-desa di Provinsi Jawa Tengah.
Kondisi pendidikan masyarakat Desa Genting, Badan Pusat
Setatistik Kabupaten Semarang tahun 2016 usia 5 tahun ke atas: Tidak
tamat SD L: 391 P: 391= 783, Tamat SD L: 1070 P: 1072= 2142, Tamat
SLTP: L 456 P: 385= 841, Tamat SLTA L: 116 P: 83= 199, Tamat SMK
L: 23 P:10= 33, Tamat DI/DII L:6 P: 6= 12, Tamat DIII L: 2 P: 6= 8,
Tamat DIV L:15 P: 16= 31. Jumlah 4050 yang terdiri dari laki-laki : 2081
perempuan : 1969 (Badan Pusat Setatistik Kabupaten Semarang tahun
Kondisi pendidikan di atas mempengaruhi kemampuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat setempat. Dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, pendidikan merupakan cara paling efektif untuk
mewujudkannya. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses untuk
membawa perubahan pada diri manusia terutama dalam segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Berkaitan dengan usaha di atas, maka penyelenggara tergerak untuk
mendirikan suatu lembaga pembelajaran untuk masyarakat, yaitu: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang diberi nama “PKBM Bustanul
Muslimin” yang secara resmi berdiri pada tanggal 7 Juli 2008. Pada
dasarnya PKBM merupakan suatu wadah pembelajaran masyarakat yang
merupakan tempat untuk menggerakkan segala potensi masyarakat agar
mereka dapat menjadi masyarakat yang cerdas, terampil, dan mandiri.
Jadi PKBM Bustanul Muslimin didirikan untuk memberikan
pelayanan pendidikan di jalur luar sekolah kepada mereka yang tidak
tertampung di jalur sekolah. Hal ini dilaksanakan dengan amanat UU No.
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang sekarang
diperbaharui dengan UU No. 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional
itu dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan
2. Letak Geografis
PKBM Bustanul Muslimin terletak di Jl. Ki Joko Deres 105 RT 01
RW 09 Dusun Kalitangi Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten
Provinsi Jawa Tengah (Pusat Data PKBM Bustanul Muslimin, 2017).
3. Visi dan Misi
a. Visi
Mewujudkan PKBM yang profesional, Belajar seumur hidup,
Beriman, Bertaqwa, Berprestasi, dan Bermanfaat untuk semuanya
menuju kemandirian.
b. Misi
1) Melaksanakan pendidikan Non Formal, pendidikan Life Skill,
Pendidikan berbasis masyarakat serta bentuk kegiatan lain yang
bertujuan untuk meningkatkan harkat hidup masyarakat.
2) Terciptanya sumber daya manusia yang kompeten.
3) Terwujudnya sistem kerja yang kondusif dan proporsional.
4) Terwujudnya jaringan kemitraan dengan steakholder dan dunia
usaha.
5) Terciptanya Sumber Usaha Mandiri (Pusat Data PKBM Bustanul
Muslimin, 2017).
4. Struktur Organisasi
Susunan struktur organisasi PKBM Bustanul Muslimin dilindungi oleh
ketua, sekretaris, bendahara, dan koordinator bidang. Koordinator bidang
di sini bertugas sebagai penyusun program keuangan, mengelola jadwal
atau kalender pendidikan bersama tutor, menyusun laporan perkembangan
dan laporan tahunan pada masing-masing bidang, dan bertanggungjawab
pada seluruh kegiatan pada bidang masing-masing. Berikut susunan
organisasi PKBM Bustanul Musslimin:
Pelindung : Camat Jambu
Penanggungjawab : Kepala Desa Genting
Pembina : Kepala UPTD Pendidikan Kec. Jambu
Pembina Teknis : Penilik
Ketua : H.M. Haryono A.Ma
Sekretaris : Ariva Rakhmawati, S.Pd
Bendahara : Muhlasin
Koordinator Program
a. PAUD : Sutiah
b. Paket A : Eka Wiryani, S.Pd
c. Paket B : Yunita Mas‟udah
d. Paket C : Neli Mulin, S.Pd
e. KBU : Roikin Huda
i. Keagamaan : Partiman
Sumber: Pusat Data PKBM Bustanul Muslimin.
5. Keadaan Tutor
Tutor di PKBM Bustanul Muslimin ada 11 orang. Adapun nama-nama
tutor di PKBM Bustanul Muslimin dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 3. 1
Nama-nama Tutor PKBM Bustanul Muslimin
No Nama
S1 Sosiologi & Seni
8 Neli Mulinnikmaah,
S.Pd
S1 Ketrampilaan
Fungsional
9 Yunita Mas‟udah, S.Pd S1 Bahasa Indonesia
10 Siti Isikasari, S.Pd S1 Sejarah
11 Siti Nur Hidayah, S.Pd S1 Operator
Sumber: Pusat Data PKBM Bustanul Muslimin.
6. Keadaan Peserta Didik
Keadaan peserta didik di PKBM Bustanul Muslimin mengalami
pasang surut pada tiap tahunnya. Di tahun 2017 ini pada program paket A
tidak ada peserta didiknya, sedangkan pada program paket C terdapat 89
peserta didik. Di mana kelas 1a terdapat 27 siswa, 1b terdapat 36 peserta
didik, dan kelas 2 terdapat 26 peserta didik. (HR/14-08-2017/09.30)
7. Program Pendidikan
Program-program pendidikan yang ada di PKBM Bustanul Muslimin
yaitu:
a. Program Kesetaraan
Tujuan pembelajaran keaksaraan (paket A, B, dan C) adalah untuk
membantu masyarakat yang tidak berkesempatan mendapat
setara dengan lulusan SD, SMP, dan SMA untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan berikutnya dan atau ketrampilan yang memadai
untuk mandiri dan siap kerja.
b. Program Life Skill
Maksud dan tujuan penyelenggaraan kursus adalah untuk memperluas
pemerataan pendidikan guna memberikan bekal kepada warga belajar
yang ingin mengembangkan diri, memperluas wawasan, menambah
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan untuk bekerja
mengembangkan profesi atau berwira usaha.
c. Program Kelompok Belajar Usaha (KBU)
Kelompok Belajar Usaha merupakan program yang
dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi lingkungan yang ada,
meliputi potensi alam, peluang pasar, serta sarana dan prasarana
usaha. Warga belajar yang dilibatkan dalam program ini harus
memenuhi kriteria yang telah ditentukan dan menunjukkan
kesungguhan. Sehingga tiap calon warga belajar akan diseleksi dan
akan dipilih berdasarkan prioritas dari sasaran dikmas dengan
kriteria yang telah ditentukan oleh dikmas.
Adapun warga belajar yang menjadi peserta dari program ini ada
beberapa kelompok yang dipimpin oleh seorang warga belajar. Warga
belajar yang mengikuti program ini akan dilatih ketrampilan yang
1) Pengetahuan tentang alat dan bahan produksi
2) Cara memasarkan jasa dan produksi
3) Cara menyelenggarakan administrasi usaha
4) Cara mengelola dana belajar usaha
5) Cara mengembangkan usaha
6) Cara membiasakan diri melakukan kebiasaan berusaha (Pusat Data
PKBM Bustanul Muslimin, 2017).
8. Kemitraan
Dalam melaksanakan program-program yang ada, PKBM Mandiri
menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai pihak, baik instansi
pemerintah, lembaga swasta maupun dengan perorangan yang dapat
menunjang terlaksananya program di PKBM Mandiri. Adapun mitra kerja
dan bentuk dukungan yang telah dilaksanakan seperti pada tabel berikut
ini.
Tabel 3. 2
Bantuan yang pernah diperoleh dua tahun terakhir
2
Bantuan
Penguatan
Lembaga
APBD I 2016 Barang 25.000.000
Sumber: Pusat Data PKBM Bustanul Muslimin.
Tabel 3. 3
Instansi/ Lembaga/ Organisasi sebagai mitra kerja
No
Sumber: Pusat Data PKBM Bustanul Muslimin.
9. Sarana dan Prasana
PKBM Bustanul Muslimin dibangun di atas lahan yang luasnya 344
dengan bangunan seluas 193 . Berikut ini rincian sarana dan
pprasarana yang dimiliki oleh PKBM Bustanul Muslimin:
Tabel 3. 4
a. Rincian
Komputer atau laptop
3 unit
d. Sarana
Ketrampilann
Alat Ketrampilan 10 set
Sumber: Pusat Data PKBM Bustanul Muslimin.
B. Temuan Penelitian
1. Pengelolaan PKBM Bustanul Muslimin
Dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan, tentunya banyak
sekali yang harus dipersiapkan sebagai penunjang terlaksannya program
yang ada di lembaga tersebut. PKBM Bustanul Muslimin adalah lembaga
pendidikan yang bergerak di bidang pendidikan non formal membawahi
beberapa program pendidikan, di antaranya pendidikan kesetaraan (paket
A, B, dan C), program Life Skill, dan program Kelompok Belajar Usaha
(KBU). Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan non formal yang
disediakan untuk warga yang putus sekolah dan ingin melanjutkan
pendidikannya melalui program pendidikan kesetaraan. Sedangkan
program Life Skill mengajarkan peserta didik untuk berwirausaha. Program
Kelompok Belajar Usaha (KBU) ini diajarkan untuk memanfaatkan potensi
lingkungan yang ada. Dalam hal ini perlu adanya pengelolaan yang
matang. Oleh karena itu, dalam pengelolaan pembelajaran PKBM Bustanul
implementasi proses pembelajaran (pelaksanaan), dan evaluasi
pembelajaran, seperti ungkapan dari bapak ketua PKBM Bustanul
Muslimin:
“Pengelolaan itu meliputi tiga langkah mbak, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.”(HR/14-08-2017/09.30 WIB)
Senada dengan yang diungkapkan oleh EW seseorang koordinator tutor
kesetaraan:
“pengelolaannya itu ada 3 langkah mbak,, perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.”(EW/14-08-2017/13.00 WIB)
Hal senada juga diungkapkan oleh RH seorang koordinator program KBU:
“Setahu saya ada tiga langkah mbak, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.”(RH/14-08-207/14.00 WIB)
AR seorang sekretaris menambahkan:
“Ya pertama harus merencanakan pembelajarannya dulu mbak,
kemudian melaksanakan apa yang telah direncanakan, baru yang terakhir di evaluasi mbak, adakah kekurangannya, apa hambatannya, sudah berhasil apa belum dan lain sebagainya
mbak.”(AR/14-08-2017/13.00 WIB)
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya dalam
pengelolaan itu terdapat tiga langkah, yaitu perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Langkah-langkah