• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1478165554BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1478165554BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIANG CIPTA KARYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5. KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1 Potensi Pendanaan APBD

Pada sub bab ini akan dibahas tentang penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah Kota Banjarbaru.

A. Penerimaan Daerah

Pendapatan Daerah adalah factor yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan otonomi Daerah di Kota Banjarbaru, artinya semakin besar pendapatan yang diterima Daerah semakian leluasa pemerintah Kota melakukan kegiatan pembangunan guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.

Pendapatan Daerah berada pada pos pendapatan pada APBD, dalam konteks desentralisasi, ada tiga komponen besar pembentuk Pendapatan Daerah Kota Banjarbaru yakni : (i) Pendapatan Asli Daerah, (ii) Dana Perimbangan dan (iii) Penerimaan Lain-lain Pendapatan yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari : a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Pada tahun 2014, realisasi penerimaan Kota Banjarbaru mencapai 846,733 milyar rupiah dari yang di targetkan 779,918 milyar rupiah. PAD Kota Banjarbaru selama tahuj 2014 sebesar 124,500 milyar yang sebelumnya ditargetkan 93,573 milyar. Jika dilihat dari sisi pengeluaran selama tahun 2014, realisasi belanja tidak langsung pemerintah Kota Bajarbaru adalah sebesar 367,109 milyar rupiah dari target sebesar 367,109 milyar rupiah. Sementara itu, realisasi belanjar langsungnya adalah sebesar 505,399 milyar rupiah lebih kecil dari tagret sebesar 601,067 milyar rupiah.

B. Pengeluaran Daerah

Komponen pengeluaran belanja terdiri dari: 1. Belanja Operasi

2. Belanja Modal

(2)

Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi: 1. Belanja Operasi

 Belanja Pegawai  Belanja Barang  Belanja Bunga

 Belanja Subsidi Belanja Hibah  Belanja Bantuan Sosial

2. Belanja Modal  Belanja Tanah

 Belanja Peralatan dan mesin  Belanja Gedung dan bangunan  Belanja jaIan, irigasi dan Jaringan  Belanja Aset Tetatp Lainnya  Belanja Aset Lainnya

3. Transfer ke Desa/Kelurahan  Bagi hasil Pajak

 Bagi Hasil Retribusi

 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 4. Belanja tak Terduga

Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut.

1. Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan:

 pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan  fasilitas social

 fasilitas umum

2. Belanja daerah disusun berdasarkan  standar pelayanan minimal

 standar analisis belanja  standar harga

 tolok ukur kinerja 3. Belanja DPRD meliputi:

(3)

 uang jasa pengabdian

 belanja penunjang kegiatan DPRD

Anggaran tersebut harus mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadilan dan kepatutan.

4. Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala Daerah

Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus mencerminka efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadilan dan kepatutan.

Belanja adalah kewajiban pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih.Nomenklatur Belanja Daerah terus mengalami perubahan.Sebelumnya dikenal Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan, selanjutnya Belanja Aparatur dan Belanja Publik.Seiring dengan terbitnya Permendagri Nomor 13 Tabun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah maka Belanja Daerah dibagi menjadi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Daerah Kota Banjarbaru disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja (berorientasi pada hasil) hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi anggaran dimaksud.

Oleh karena itu orientasi Belanj Daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat Daerah.Peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran diikuti dengan

peningkatan kinerja, pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Alokasi belanja Daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban Daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan), fasilitas sosial dan fasilita umum yang layak.

C. Pembiayaan Daerah

(4)

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.

Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut. 1. Penerimaan Pembiayaan

a. Penggunaan SILPA

b. Pencairan dana Cadangan

c. Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat d. Pinjaman dalam Negeri - Pemda lain e. Pinjaman dalam Negeri – bank f. Pinjaman dalam Negeri - Non ban g. Pinjaman dalam Negeri - Obligas h. Pinjaman dalam Negeri – lainnya

i. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara j. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers, daerah k. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya 2. Pengeluaran pembiayaan

a. Pembentukan dana cadangan

b. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat c. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank

e. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bank f. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi g. Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya h. Pemberian Pinjaman kepada Pers. Negara i. Pemberian Pinjaman kepada Pers. Daerah j. Pemberian Pinjaman kepada Pemda Lainnya

(5)

5.3. Alternatif Sumber Pendanaan

Dalam Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri.

Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibahas dalam RPIJM meliputi :

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Kementerian kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR). 5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang infrastruktur

(6)

No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah, menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya dalam bentuk Public Private Partnership (PPP), melainkan investasi dalam bentuk surat berharga maupun investasi langsung.

Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.

Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam bentuk :

a. investasi surat berharga, dan/atau, b. investasi langsung.

Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan cara :

a. public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU,

b. non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing,

c. investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau surat utang melalui pasar modal, yakni melalui :

a) Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan perusahaan.

(7)

Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Hal ini diperlihatkan pada gambar berikut:

Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Infrastruktur, terdapat beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui :

1. APBN

2. APBD Provinsi

3. APBD Kabupaten/Kota 4. Pinjaman Perbankan

5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP) 6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan 7. Dana Hibah

8. Dan Lain-Lain

5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Kaya

Pembiayaan pembangunan Infrastruktur perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain :

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. 2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

(8)

mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

(9)

bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

b. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan c. permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk

program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

d. Bidang Infrastruktur Sanitasi

e. DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.1 Data ROI, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di BEI 2009-2012

Indikator Ketertarikan dengan Produk, Ketertarikan terhadap Warna Logo, Ketertarikan terhadap Icon Logo dan Ketertarikan terhadap Tipografi Logo masuk pada faktor 1, karena

Populasi yang diteliti adalah masyarakat Surabaya usia 17 tahun ke atas karena dengan asumsi mereka kritis terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat

Pola yang sama juga terjadi pada hasil pengukuran pada citra yang dihasilkan transduser dengan frekuensi 6,2 MHz dimana nilai FWHM dan FWTM memiliki kecenderungan

Berdasarkan hasil analisis yaitu pada kondisi dimana iuran partai politik, calon Legislatif dan calon Eksekutif tidak bisa diharapkan lagi, maka untuk mendapatkan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:1) Aset tetap adalah aset yang dimiliki dan tidak untuk diperjualbelikan (baik dibuat sendiri maupun diperoleh dari

Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengering tipe Solar Dryer dengan media udara panas yang dihasilkan dari panas matahari yang ditangkap oleh kolektor termal..

Power Amplifier adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal input dengan. amplitude rendah menjadi output dengan amplitude yang lebih tinggi