BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya
merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah
Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana
Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping
membangun prasarana baru, p emerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan
anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang
telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur p ermukiman. Pemerintah daerah cenderung
meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa
pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan
pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari
masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan
bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman
mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan
investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk :
Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
o
pembangunan bidang Cipta Karya,
Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
o
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.
o
Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya 9.1.
Pembiayaan pembangunan bidan g Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah : Pemerintah
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerinta han yang
menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
o
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung pe nyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran daera h yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
o
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan
lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, criteria khusus, dan
kriteria teknis
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
o
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang me njadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26
urusan termasuk bidang pekerjaan umu m Penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah
disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
o
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainn ya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan :
total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan a.
APBD tahun sebelumnya;
memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk b.
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; c.
tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari d.
pemerintah;
pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan e.
persetujuan DPRD
Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
o
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres
13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur
permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur
air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
o
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari :
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana a.
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. b.
Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Pe nerimaan dan Pembiayaan c.
untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan
kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai Berikut :
Bidang Infrastruktur Air Minum a.
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan
kumuh perkotaan d an di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium
Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan :
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; 1.
Tingkat kerawanan air minum 2.
Bidang Infrastruktur Sanitasi b.
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui
proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target
MDGs yang dengan kriteria teknis :
kerawanan sanitasi; 1.
cakupan pelayanan sanitasi 2.
Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
o
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang
dibiayai dana APBN, Kementerian PU memb entuk satuan kerja berupa Satker
Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal
Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan
Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah
Disepakati Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka
keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat dis impulkan bahwa lingkup sumber
Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan a.
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokas i Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan b.
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
Dana APBD Kabupat en/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama c.
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan d.
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. e.
Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri f.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar -
besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
Profil APBD Kota Palembang 9.2.
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir
dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.
Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahu n 2006 adalah
sebagai berikut :
Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung a.
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah dana Perimbangan, b.
dan Pendapatan Lain yang Sah
Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaa n dan Pembiayaan c.
Tabel 9.1
Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
P
PEENNDDAAPPAATTAANN DDAAEERRAAHH 22000088 22000099 22001100 22001111 22001122 R
Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% P
Peennddaappaattaann AAssllii DDaaeerraahh Pajak Daerah
-Retribusi Daerah
-Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
-Daannaa PPeerriimmbbaannggaann Dana Bagi Hasil
-Dana Alokasi Umum
-Dana Alokasi Khusus
-LLaaiinn--LLaaiinn PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh yyaanngg SSaahh Pendapatan Hibah
-Dana Darurat
-DBH Pajak dari Pemda Lainnya
-Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus
-Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda Lain
-Toottaall PPeennddaappaattaann 11..119922..116633..441177..007788 11..220044..008855..777788..993300 11..660077..667722..997700..443311 11..889955..225588..999977..227777 22..224433..003355..339944..666644
Tabel 9.2
Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
B
BEELLAANNJJAA DDAAEERRAAHH 22000088 22000099 22001100 22001111 22001122 R
Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %%
B
Beellaannjjaa TTiiddaakk LLaannggssuunngg Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Bantuan Pemda lain Belanja Tidak Terduga
660000..993333..994433..009988 4466,,9944 772211..110033..667744..115599 5555,,9999 885544..227733..668899..003355 830.850.999.376 Belanja Barang & Jasa Belanja Modal
667799..338800..223322..229933 5533,,0066 556666..776699..337711..994477 4444,,0011 449977..444422..997799..990088 61.375.264.143
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
P
PEEMMBBIIAAYYAAAANN DDAAEERRAAHH 22000088 22000099 22001100 22001111 22001122 R
Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% P
Peenneerriimmaaaann PPeemmbbiiaayyaaaann Penggunaan SiLPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman
Piutang Daerah
Peennggeelluuaarraann PPeemmbbiiaayyaaaann Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian Pinjaman Daerah
1122..559900..333366..000000
Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi untuk
melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran selama lima tahun
terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No. 71 Tahun 2010) seperti
gambar 6.1.
Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya 9.3.
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir
nyang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat / swasta.
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN 9.3.1.
dalam 5 Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,
Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan inf rastruktur sebagai stimulant
kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen
Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011 ). Data dana yang
dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi
anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 9.4
Tabel APBN Cipta Karya di Kota palembang dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribu)
Sektor Alokasi
2009
Alokasi 2010
Alokasi 2011
Alokasi 2012
Alokasi 2013
Pengembangan Air Minum - 2.500.000 19.845.764 0 0
Pengembangan PLP 12.888.900 43.234.275 4.875.000 5.000.000
Pengembangan Permukiman
4.800.000 6.176.252 1.700.000 2.000.000
Penataan Bangunan & Lingkungan
2.130.434 949.253 500.000 7.200.000
Total
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum
dan sanitasi. DAK Air Minum di gunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria
Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5
tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.5
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di kota Palembang
dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK 2009 2010 2011 2012 2013
DAK Air Minum - 891.000.000 993.294.000 2.611.450.000 1.487.209.000
DAK Sanitasi - 1.858.000.000 1.595.890.000 2.362.500.000 2.337.120.000
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5
Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di
daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
Pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta
Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta
Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor
Tabel 9.6
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
Sektor Alokasi
- - 89.440 10% 99.333 10% 148.000 10% 261.145 10%
Pengembangan PPLP - - 224.500 10% 159.520 10% 236.250 10% 233.312 10%
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
*Dalam Proses Pendataan
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk
Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota.
DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan
pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam
3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah.
Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 6.7
Tabel 9.7
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribuan)
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
Sektor
- 10% 89.110 10% 99.333 10% 261.145 10% 148.000 10%
Pengembangan PPLP
Pengembangan Permukiman
Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 9.3.3.
Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah
daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, pers ampahan dan air limbah.
Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat
kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu
alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta
Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber
daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk
diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan
pembangunan, operasi dan pemeliharaan pr asarana secara umum yang dilaksanakan
oleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir
Perkembangan Investasi Pembangunan Ci pta Karya Bersumber dari Swasta 9.3.4.
dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka
dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya
melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi
cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR ) untuk kegiatan non-cost
recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun
2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan
landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Di beberapa daerah, sk ema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untuk
menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi kegiatan-kegiatan eksisting
perlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.
Tabel 9.8
Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun Komponen
KPS Satuan Volume
Nilai (Rp)
Skema
Pembiayaan* Ket. Pengembangan Air Minum
-…
-…
Pengembangan PPLP
-…
-…
Pengembangan Permukiman
-…
-…
Penataan Bangunan dan Lingkungan
-…
-…
*Dalam Proses Pendataan
Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya 9.4.
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang
Cipta Karya dalam l ima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan
analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan
rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
Proyeksi APBD 5 tahun ke depan 9.4.1.
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan di lakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi
atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan
Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai Berikut
:
Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan Setiap pos pendap atan
dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y0 = Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri
dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.
Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Setelah diketahui
tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke
depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut :
Yn = Nilai pada tahun n
r = % pertumbuhan
Y0 = Nilai pada tahun ini
n = tahun ke n (1-5)
Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah
dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya
Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan.
Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan
pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama d engan eksisting
(Tabel 6.6) maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan
anggaran untuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.
Tabel 9.9
Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
2010/2011 2011/20122012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018
Pendapatan Asli Daerah 214,541 369,364 521,133 56.63% 816,235 1,632,470 2,448,705 3,264,940 4,081,175 Dana Alokasi Umum 696,587 787,312 934,084 15.83% 1,081,980 2,163,959 3,245,939 4,327,918 5,409,898 Dana Bagi Hasil 452,276 258,104 273,277 -18.53% 222,647 445,294 667,941 890,588 1,113,235 Dana Alokasi Khusus 28,427 47,679 36,499 22.14% 44,578 89,157 133,735 178,313 222,892 Dana Alokasi Khusus Air
Minum 891 993 2,611 87.19% 4,888 9,777 14,665 19,554 24,442 Dana Alokasi Khusus
Sanitasi 1,858 1,596 2,363 16.96% 2,763 5,527 8,290 11,053 13,816 Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah 215,842 432,799 478,043 55.49% 743,286 1,486,572 2,229,859 2,973,145 3,716,431
T O T A L A P B D 1,610,422 1,897,848 2,248,009 18.15% 2,656,004 5,312,008 7,968,012 10,624,016 13,280,020
Komponen APBD
Realisasi (Dlm Juta) %
Pertumb uhan
Proyeksi (dlm juta)
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan
metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah ada lah sisa dari total penerimaan
daerahsetelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata
lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS
menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan
proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan
anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan
NPS adalah sebagai berikut :
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan,
defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah
dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank,
lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30
Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
o
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
o
pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman
o
Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah
o
juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian
pinjaman yang bersumber dari Pemerintah
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan
daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio
(DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemam puan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan
gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke
depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum
DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi
Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 9.4.2.
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam
hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke
depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi
perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun
ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu
menyusun daftar proyek pote nsial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama
pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar
proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan
setiap sektor serta tingkat kelay akan ekonomi dan finansial dari programtersebut.
Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya terangkum dalam tabel di
bawah ini
Tabel 9.10
Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan (Rp)
Kelayakan
Finansial Keterangan IRR = ...
*Dalam Proses Pendataan
9.5 Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bid ang infrastruktur Cipta Karya yang
meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia
usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi
pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaat an pendanaan dari
berbagai sumber
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah 9.5.1.
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan
yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan
penjabaran seba gai berikut Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan
menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya Proyeksi dana
dan Swasta berdasarkan bagian 6.4.3
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya 9.5.2.
Dalam rangka percapatan pembangun an bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:
Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi; 1.
Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; 2.
Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah; 3.
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan 4.
pembangunan bidang Cipta Karya;
Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur 5.
permukiman yang sudah ada;