• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU FISIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU FISIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh ILYAS NIM. 20404106018

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika

dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau d1buat

atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang

diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Juni 2010

Penyusun

Ilyas

(3)

rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam

menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penulis haturkan

kepada junjungan Rasulullah Muhammad Sallahu’ Alaihi Wasallam sebagai

satu-satunya uswah dan qudwah, petunjuk jalan kebenaran dalam menjalankan aktivitas

keseharian di atas permukaan bumi dengan membuka tabir yang selama ini

tersembunyi oleh kejahiliyahan, juga kepada keluarga beliau, para sahabatnya, dan

orang-orang mukmin yang senantiasa istiqamah meniti jalan hidup ini, hingga akhir

zaman dengan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT.

Penulis sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini,

kemungkinanan masih terdapat kekurangan-kekurangan dan oleh sebab itu penulis

tetap mengharapkan kritikan atau bimbingan yang dapat menjadi pelajaran bagi

penulis dan sekaligus sebagai kelengkapan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini, terwujud berkat uluran tangan dari

insan-insan yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan

dukungan, bantuan dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan kegiatan

akademik, maka penulis tidak lupa menghaturkan ucapan terima kasih teristimewa

kepada kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta (Rasmi dan Mariati) yang

(4)

penuh ketabahan membiayai serta pengorbanan yang tak terhitung, sejak dalam

kandungan hingga dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini.

1. Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A., sebagai rektor Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar selaku penanggung jawab Perguruan Tinggi dimana penulis

menimba ilmu di dalamnya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, MA selaku Dekan fakultas Tarbiyah

dan pembantu Dekan I, II, dan II atas segala fasilitas yang diberikan dan

senantiasa memberikan dorongan, bimbingan, dan nasehat kepada penulis.

3. Bapak ketua jurusan Tadris Drs. H. M. Ruddin Emmang, M.Pd dan Bapak Ketua

Jurusan Pendidikan Fisika Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd dan Sekretaris Jurusan

Pendidikan Fisika bapak Qaddafi, S.Si,M.Pd pada Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikan dorongan,

bimbingan, dan nasehat selama penulis menyelesaikan akademik di UIN Alauddin

Makassar.

4. Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd. dan Dra. Mahirah B, M.Pd. Selaku Pembimbing I

dan Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai, yang dengan dengan tulus dan ikhlas

mengajar serta membimbing penulis selama masih mengikuti kuliah di Fakultas

(5)

6. Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Walikota Makassar, Bapak Kepala

KANDEPAG Kota Makassar, Kepala Satuan Pendidikan SMP Muhammadiyah 12

Makassar.

7. Spesial sahabat karibku (Nurtakwa, Abdul Kadir, Rasman, Irwan) yang telah

menemani mengarungi suka duka selama kuliah.

8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika khususnya angkatan ”06” yang

selalu menasehati dan menemani menjalani hari-hari di kampus dan menjadi

kenangan yang tak akan pernah terlupakan.

9. Kepada setiap orang yang berjasa selama kuliah di UIN Alauddin Makassar

terkhusus pada (Rosita, Sulaeman, Pg. Romba, Hj Te’ne, H. Lira, serta kedua

nenek tercinta) yang telah memberikan bantuan financial selam kuliah.

Akhirnya, semoga bantuan Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan saudara(i) lainnya

diterima dan diridhai oleh Allah SWT dan memperoleh balasan dan pahala yang

berlipat ganda dan menjadi amal jariyah. Amin ya Rabbal Alamin

Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Makassar, Juni 2010

Penulis

I L Y A S

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv A. Pendekatan Kontekstual Teaching Learning ... 10

B. Perilaku Fisika ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 27-37 A. DesainPenelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C.Instrumen Penelitian ... 28

D.ProsedurPengumpulan Data ... 29

E.Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38- 68 A. Penerapan Pendekatan Kontektual Teachinh Learning (CTI) Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 38

B. Deskripsi Pembentukan Prilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 47

(7)
(8)

Tabel 4.1 Skor Penerapan pendekatan contextual teaching Learning Siswa Kelas

VIII SMP 12 Muhammadiyah Makassar ………...………… 38

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden ……….. 42

Tabel 4.3 Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi ……….. 42

Tabel 4.5 Kategori Skor Penerapan Contextual Teaching Learning (CTL) ……… 43

Tabel 4.6 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Skor Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning(CTL) ……….. 44

Tabel 4.7 Skor Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ……….. 45

Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden ……….. 47

Tabel 4.9 Penolong Untuk Menghitung Nilai Mean ………... 51

Tabel 4.10 Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi61 ………... 51

Tabel 4.11 Tabel Frekuensi Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ……….... 52

Tabel 4.12 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Perilaku Fisika …………. 53

Tabel 4.13 Data Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) (X) dan Pembentukan Perilaku Fisika (Y) ……….. 55

(9)

ABSTRAK

Nama Penyusun : ilyas

NIM : 20404106018

Judul Skripsi : Pengaruh Penerepan Kontekstual Teaching Learning (CTL) terhadap Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar

Umumnya di setiap sekolah, pelajaran fisika menjadi suatu problema

bagi siswa. Persoalan sekarang bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksan

mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara

memecahkan masalah. Sehingga konsepsi siswa tentang mata pelajaran fisika

dapat berubah yang dulunya menjadi momok menakutkan menjadi mata

pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Untuk membantu siswa memahami

konsep-konsep dan memudahkan guru dalam mengajarkan konsep-konsep

tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan

materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pembelajaran contekstual teaching

learning.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk memperoleh gambaran tentang perilaku fisika siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2009/2010 yang diajar dengan

menggunakan Penerapan Pendekatan Kontekstual Teaching Learning (CTL).

(10)

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebanyak 69 orang. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk angket dan wawancara. Teknik analisa data yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial (analisis uji t).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deskriptif diperoleh skor rata-rata perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar adalah 98,6. Adapun analisis inferensial menunjukkan nilai thitung 5 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00 . Dengan demikian, nilai thitung jauh lebih kecil dari pada ttabel dan hipotesis nihil ditolak, artinya penerapan Pendekatan Kontekstual Teaching Learning (CTL)) dapat meningkatkan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa

ini merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia telah berada dalam era globalisasi

modern, hal ini sebagai modal besar bagi pencapaian cita-cita suatu bangsa

namun, sekaligus sebagai tantangan besar bagi pembentukan perilaku masyarakat

khususnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Munculnya tantangan ini

menuntut adanya inovasi yang sejalan dengan pembangunan. Pembangunan yang

dilaksanakan di segala sektor termasuk pendidikan diarahkan untuk membangun

sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana yang terkandung dalam UUD 1945 alinea ke-4

menyatakan bahwa: . . . untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (Sekneg RI: I).

Bangsa ini menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan

bangsa-bangsa lain, sehingga sangat diperlukan pembangunan manusia yang berkualitas

dan berdaya saing. Meskipun demikian, manusia Indonesia itu harus beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

(12)

bertanggung jawab. Dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah

berfirman:

Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “berlapang

-lapanglah kamu dalam suatu majlis” maka lapangkanlah niscaya allah akan

memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu” maka berdirilah niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman

diantara kamu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al

-Qur’an dan Terjemahannya:543).

Apabila melihat pernyataan-pernyataan di atas maka dapat dikatakan,

bahwa pesatnya perkembangan IPTEK harus diimbangi dengan perilaku atau

akhlak mulia. Manusia belajar tentang alam yang menjadi habitatnya sejak ia

dilahirkan. Bayi yang sudah dapat memegang sesuatu akan segera melongokkan

kepalanya ke bawah jika mainannya terjatuh, semudah itu ia memaknai gravitasi.

Dalam ilmu sains khususnya fisika jika dicermati secara mendalam melalui

(13)

dikembangkan sikap dan nilai melalui penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sangat sesuai dengan dunia pendidikan sains khususnya mata pelajaran

fisika.

Menurut Zuhdan K. Prasetya, fisika adalah kumpulan pengetahuan, cara

berfikir, dan penyelidikan berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan model. Fisika

merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai terlebih dahulu dalam rangka

penguasaan teknologi pada zaman ini (http://www.p.kab.wordpress.com). Tugas

seorang guru tidak sekedar mengajar siswanya tapi membelajarkan siswanya,

yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif dan kreatif sehingga potensi

dirinya dapat berkembang dengan maksimal. Karena itu, dibutuhkan

keterampilan-keterampilan praktek sebagai penerapan dari ilmu fisika.

Melahirkan keterampilan praktek merupakan salah satu upaya yang penting

untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal.

Namun demikian pelajaran fisika di setiap sekolah umumnya menjadi

suatu problema bagi siswa. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan

cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga

siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana

guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya. Bagaimana guru dapat

membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat

mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata.

Bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksan mampu menggunakan model

(14)

konsepsi siswa tentang mata pelajaran fisika dapat berubah yang dulunya

menjadi momok menakutkan menjadi mata pelajaran yang mudah dan

menyenangkan.

Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dan memudahkan

guru dalam mengajarkan konsep-konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan

pembelajaran yang langsung mengaitkan materi konteks pelajaran dengan

pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran

tersebut adalah pembelajaran contextual teaching learning. Dengan demikian

keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan

pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan

nilai. Atas dasar tersebut, penulis berinisiatif melakukan penelitian dengan judul

pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching learning (CTL)

terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

B. Rumusan Masalah

Dalam latar belakang dikemukakan, bahwa suatu keadaan dianggap

sebagai indikator terhadap sesuatu persoalan. Persoalan pokok yang akan diteliti

yaitu mengenai pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching learning

(CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar.

Masalah pokok di atas dijabarkan dalam rumusan-rumusan sebagai

(15)

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan contextual teaching learnig (CTL)

bagi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Makassar?

2. Bagaimanakah pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar?

3. Adakah pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching learnig (CTL)

terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah

12 Makassar?

C. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan contextual

teaching learnig (CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII

SMP Muhammadiyah 12 Makassar

D. Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami judul

penelitian ini, maka penulis mengemukakan arti yang terkandung dalam judul

tersebut. Adapun defenisi operasional adalah sebagai berikut:

“Peningkatan” adalah proses perubahan kearah yang lebih baik.

“Perilaku” adalah segala perbuatan, kelakuan manusia.

“Fisika” adalah ilmu alam yang mempelajari gejala-gejala alam melalui

serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar

(16)

Jadi perilaku fisika merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah

(baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan

suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan/flasifikasi

“Pendekatan Contextual Teaching Learnig” adalah konsep belajar yang

mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan defenisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan

pendekatan contextual teaching learning (CTL) pada mata pelajaran fisika

sangatlah urgen. Hal ini disebabkan pendekatan contextual teaching learning

(CTL) orientasi pembelajaran berpusat pada siswa dan para pendidik lebih

menekankan aplikasi teori. Suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya

mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tapi juga aplikasi dalam kehidupan

sehari-hari.

Dengan demikian pendekatan contextual teaching learnig (CTL) pada mata

pelajaran fisika adalah suatu pendekatan konsep belajar yang mengaitkan antara

materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjadi perubahan tingkah laku karena

(17)

perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan

apresiasi.

E. Tujuan dan Kegunaan

Bertolak dari rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan

memperoleh penjelasan mengenai pengaruh penerapan pendekatan contextual

teaching learning (CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII

SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Tujuan yang masih bersifat umum ini

penulis jabarkan dalam bentuk tujuan-tujuan khusus berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan contextual teaching learnig

(CTL) bagi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 makassar.

2. Untuk mengetahui pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching

learnig (CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar.

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi siswa agar dapat lebih memahami konsep fisika dengan

penerapan pendekatan contextual teaching learnig (CTL).

2. Bagi guru diharapkan, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar di kelas sehingga dapat meningkatkan perilaku fisika

(18)

3. Bagi lembaga diharapkan, menjadi bahan informasi dalam pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya ilmu fisika.

4. Diharapkan bagi peneliti, menjadi titik tolak dalam mengembangkan

penelitian di masa yang akan datang.

F. Garis Besar Isi Skripsi

Untuk memperoleh penjelasan atau uraian yang jelas tentang skripsi

ini, maka penulis mengemukakan garis besar isi skripsi, yang terdiri dari lima

bab yaitu :

Bab I merupakan bab pendahuluan mengemukakan latar belakang

munculnya masalah pokok yang dikaji dalam skripsi, kemudian ditegaskan

secara kongkret dalam rumusan masalah. Selain itu terdapat hipotesis atau

dugaan sementara terhadap jawaban atas rumusan masalah, defenisi operasional

variabel, kemudian tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian.

Bab II merupakan tinjauan pustaka menyangkut variabel-variabel

skripsi yang terdiri dari penjelasan tentang pendekatan Contextual teaching

learning, dan perilaku fisika

Bab III mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan

dalam penyusunan skripsi. Dalam hal ini, peneliti menjangkau subjek penelitian

yang di jadikan sebagai responden, jenis instrument yang digunakan, prosedur

pengumpulan data dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang

(19)

Bab IV merupakan hasil penelitian dan analisis yang memberikan

gambaran bagaimana perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12

Makassar dalam Penerapan Contextual teaching learning, dan bagaimana

implementasi Contextual teaching learning Itu sendiri. Sedangkan Bab V

merupakan penutup yang mengemukakan beberapa kesimpulan isi skripsi serta

(20)

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan

untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang

diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai

berikut:

A. Pendekatan Contextual Teaching Learning 1. Pengertian contextual teaching learning

Satu muatan lagi dalam implementasi Kurikulum Tingkat satuan

Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya

menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa. Jadi

dalam hal ini fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator siswa lebih

proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan

fokus kajian secara contextual bukan tekstual.

Contextual teaching learning adalah pembelajaran yang holistic dan

bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan

mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari(social,

pribadi, dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan

yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif

(21)

Berdasarkan pengertian tersebut di atas sangatlah jelas bahwa

pengajaran dan pembelajaran contextual teaching learning Pengajaran dan

pembelajaran contextual atau contekstual teaching and learnig (CTL)

merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata

pelajran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan

antara pengetahuan dan penerpannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja.

Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan

telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL mrupakan suatu perpaduan

dari banyak peraktik yang baik dan beberapa pendekatan revormasi

pendidikan yang dimakudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan

fungsional pendidikan untuk semua siswa.

Pengajaran contextual adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas, dan

menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai

macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan

masalah-masalah dunia nyata.

Pembelajaran kontekstuak terjadi apabila siswa menerapkan

mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada

masalah-masalah dunia nyata yang berhbungan dengan peran dan tanggung jawab

mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa. Pembelajaran

(22)

dengan pengalaman sesungguhnya. CTL menekankan pada berfikir tingkat

lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan,

penganalisaan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Di

samping itu, telah diidentifikasi enam unsur kunci CTL seperti berikut

ini(karya- ilmiah.com.ac.id):

1. Pembelajaran bermakna: pemahama, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka.

2. Peneapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana/apa yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan datang.

3. Berfikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu masalah.

4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar local, Negara bagian, nasional, asosiasi, dan atau industry.

5. Responsive terhadap budaya: pendidik harus memahami dan menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan siswa, sesame rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik.

6. Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar yang sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.

Pembelajaran contextual dapat dikatakan sebagai sebuah

pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah

dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu

pendekatan pembelajaran contextual menjadikan pengalaman lebih relevan

(23)

terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran contextual

menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari

siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhungan

dengan bagaimana seseorang belajar.

Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran contextual teaching

learning akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi

pesrta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab

terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran contextual akan sangat

membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia

nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan

dengan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,

warga Negara, dan pekerja.

2. Penerapan pendekatan contextual teaching learning di kelas

s pada dasarnya dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang

apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya( Trianto, 2008:25).

Sesuai dengan karakteristiknya, pendekatan CTL memiliki tujuh

komponen utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat

belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan

menggunakan pendekaan CTL, jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut

dalam pembelajarannya. CTl dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,

(24)

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas

sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara( Depdiknas, 2006:6)

Berdasarkan langkah tersebut, maka sangatlah urgen bagi para

pendidik khususnya guru memahami karaktristik materi, peserta didik dan

metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan

pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern. Dengan demikian

proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam

merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.

3. Teori-teori belajar yang melandasi pembelajaran contextual teaching learning

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai

bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam

pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran

(25)

a. Teori belajar konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompok dalam

teori pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini

menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu

tidak lagi sesuai(ilmiah-pendidikan.blogspot.com).

Sehingga bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,

menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah

dengan ide-ide.

b. Teori perkembangan kognitif peaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh

manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan

datang dari tindakan (www.ilmiah-tesis.com)

Berdasarkan hal tersebut Piaget yakin bahwa

pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya

perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa intreraksi social dengan

teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu

memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu

(26)

Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru

memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan

konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide

dengan menggunakan pola-pola berfikir formal.

c. Metode pengajaran John Dewey

Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan

masalah, yaitu suatu proses berfikir aktif, hati-hati yang dilandasi proses

berfikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang defenitif melalui 5 langkah:

1. Siswa mengenali masalah, masalah itu daang dari luar diri siswa itu sendiri.

2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.

3. Lalu dia menghubungkannya uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.

4. Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.

5. Selanjutnya ia mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul-tidaknya pemecahan masalah itu. Bila pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna bagi hidup(www.blogcatalog.com).

Dengan demikian jelas betapa pentingnya makna bekerja, karena

bekerja memberikan pengalaman dan pengalaman memimpin orang

berfikir sehingga dapat bertindak bijaksana dan benar. Pengalaman itu

memengaruhi budi pekerti. Ada pengalaman positif dan ada pengalaman

(27)

faedahnya dapat diterapkaan dalaam kehidupan. Sebaliknya, pengalaman

negative adalah pengalaman salah, merugikan atau menghambat

kehidupan, dan tak perlu diterapkan.

d. Teori pemrosesan informasi

Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan

pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Peristiwa-peristiwa mental

diuraikan sebagai transformasi-transformasi dari input (stimulus) ke

output (respon) (www.pascauas.ac.id).

Model pemrosesan ini dapat digambarkan sebagai kumpulan

kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak itu

menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan system, dan garis-garis

menggambarkan transformasi yang terjadi dari suatu keadaan ke keadaan

lain.

e. Teori belajar bermakna David Ausebel

Inti dari teori Ausebel tentang belajar adalah belajar bermakna.

Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru

pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang (www.scribd.com).

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis menyimpulkan, bahwa

dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi,

sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang

(28)

dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu

mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep

awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian

nyata dari permasalahan yang nyata.

B. Perilaku Fisika

1. Pengertian Perilaku Fisika

Defenisi perilaku banyak ahli yang mengemukakannya sesuai dengan

sudut pandang masing-masing. Fishbein mendefinisikan perilaku adalah posisi

emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap subjek.

Secara operasional, perilaku dapat diekspresikan dalam kata-kata atau

tindakan yang merupakan respons reaksi dari perilakunya objek, baik berupa

orang, peristiwa, atau situasi (Muh. Ali, 2006:14).

Pengertian perilaku fisika merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah

yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep

yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap

suatu penemuan/flasifikasi. Dengan kata lain perilaku fisika sebagai wahana

penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/ teori. Konsep/prinsip/ teori

yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman

(29)

a. Pengamatan

Pengamatan adalah penggunaan indera-indera Anda. Anda mengamati

dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan.

Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah:

- Penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan.

- Pengorganisasian objek-objek menurut satu sifat tertentu.

- Pengidentifikasian banyak sifat.

- Melakukan pengamatan kuantitatif

- Melakukan pengamatan kualitatif.

b. Pengklasifikasian

Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat

tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah:

- Pengidentifikasian suatu sifat umum (mineral yang menyerupai logam

dan mineral yang tidak menyerupai logam).

- Memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih (mineral

yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa

celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas).

c. Penginferensian

Penginferensian adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk

menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensian berlangsung

melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati.

(30)

yang mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah di dalam tanah

tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa

yang dikerjakan siswa pada saat penginferensian adalah:

- Mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan

terdahulu.

- Mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.

d. Peramalan

Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari

suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada

pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan

suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa

yang akan datang, sedangkan inferensi berupa untuk memberikan alasan

tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku siswa

adalah:

- Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai

- Penafsiran generalisasi tentang pola-pola

- Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

e. Pengkomunikasian

Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan

ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Beberapa

(31)

- Pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan

kata yang sesuai.

- Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan

peragaan data.

- Perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data untuk

meyakinkan orang lain.

f. Pengukuran

Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah massa

suatu obyek, berupa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek

tersebut dibandingkan dengan pengukuran, misalnya sebuah penjepit

kertas, atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk

melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah:

- Pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam

satuan yang sesuai.

- Memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu

tersebut.

Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan,

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa

perilaku yang dikerjakan siswa pada saat penggunaan bilangan adalah:

- Perhitungan

- Pengurutan

(32)

- Penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.

Penafsiran Data adalah menjelaskan makna informasi yang telah

dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah:

- Penyusunan data

- Pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan

- Merumuskan inferensi yang sesuai dengan menggunakan data

- Pengikhtisaran secara benar

Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi.

Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali

satu, yaitu variabel manipulasi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa

pada saat melakukan eksperimen adalah:

- Merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian.

- Mengajukan dan menguji hipotesis.

- Mengidentifikasi dan mengontrol variabel.

- Mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil

percobaan.

Pengontrolan variabel adalah memastikan bahwa segala sesuatu dalam

suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor. Beberapa perilaku siswa

adalah:

- Pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil.

- Pengidentifikasian variabel yang diuabah dalam percobaan.

(33)

Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang

akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi.

Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat merumuskan hipotesis

adalah:

- Perumusan hipotesis, berdasarkan pengamatan dan inferensi.

- Merancang cara-cara untuk menguji hipotesis.

- Merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.

Pendefinisian secara operasional adalah perumusan suatu defenisi

yang berdasarkan pada apa yang Anda lakukan atau apa yang Anda amati.

Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan dan

kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Beberapa

kejadian perilaku siswa adalah:

- Memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan

obyek-obyek kongkrit.

- Mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku

Perilaku sebagai sifat baik dan buruk. Jadi, bisa dikatakan perilaku

sebagai perbuatan baik (Abd. Rahman, 2009:55)

Perilaku adalah aspek-aspek yang berkembang pada diri individu

melalui interaksi antara aktivitas internal dan pengaruh stimulus eksternal.

Pada awalnya seorang anak belum memiliki nilai-nilai dan pengetahuan

(34)

baik oleh kelompok sosialnya. Selanjutnya, dalam berinteraksi dengan

lingkungan, anak mulai belajar mengenai berbagai aspek kehidupan yang

berkaitan dengan nilai, moral, dan sikap. Dalam konteks ini, lingkungan

merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan perilaku.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku

individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik

yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana

rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

akan memengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang

tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola

interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan

berkembang menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta

sikap dan perilaku terpuji. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan berkembang

dengan kondisi psikologis yang penuh dengan konflik, pola interaksi yang

tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan

agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu yang

memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi

diragukan.

(35)

Tradisi intelektual Islam telah menempatkan etika (perilaku) akademis

pada posisi yang sangat tinggi. Ini terlihat dari amat seringnya ditemukan

pernyataan yang menggandengkan ilmu dan etika keduanya laksana dua sisi

dari satu koin. (Hasan Asari, 2008:vii). Etika akademis dianggap sedemikian

relevan sehingga mendorong para ulama menulis buku-buku khusus. Etika

(perilaku) seorang individu memiliki tiga peran yang perlu direnungkan

(Salikhin, 2006: 250):

a. Aku diri : Pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan

karena kita memahami diri kita.

b. Aku sosial : Memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam

kehidupan sosial atau tidak.

c. Aku ideal : Bagaimana kita menjadi benar.

Suatu sistem sosial yang paling awal berusaha menumbuhkembangkan

sistem nilai moral, dan sikap kepada anak adalah keluarga. Ini didorong oleh

keinginan dan harapan orang tua yang cukup kuat agar anaknya tumbuh dan

berkembang menjadi individu yang memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai

luhur, mampu membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang

salah, ayng boleh dan tidak boleh dilakukan serta memiliki sikap dan perilaku

yang terpuji sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat sekitar dan agama.

Selanjutnya yang terjadi adalah perilaku (A. Patimbangi, 1988:13)

Melalui proses pendidikan, pengasuhan, pendampingan, perintah, larangan,

(36)

menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikap yang baik bagi anak-anaknya

agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas perilaku fisika sebenarnya

adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun

psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip

atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun

(37)

A. Desain Peneltian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian

deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai

suatu gejalah atau fenomena (Prasetyo dan Jannah, 2008:42). Penelitian

Deskriptif Kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan apa adanya

yang terjadi dilapangan dalam bentuk angka-angka dan didukung dengan data

kualitatif.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2008, 80). Jadi populasi

tidak hanya berupa kuantitas namun dapat juga merupakan sifat atau karakteristik

dari suatu objek, misalnya motivasi belajar. Populasi juga dapat diartikan sebagai

semua kemungkinan pengukuran yang perlu diperhatikan, yaitu keseluruhan unit

atau individu dalam ruang lingkup yang diteliti.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII

(38)

Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan sebagai

penelitian populasi.

C. Instrumen Penelitian

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Angket

Angket merupakan metode pengumpulan data dengan cara memberikan

sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Pertanyaan

atau pertanyaan tersebut telah disiapkan alternative jawaban. Alternative jawaban

yang digunakan dalam angket ini menggunakan skala Likert. Dalam penelitian

ini, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan pendekatan

contekstual teaching learning (CTL) dan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah

Angket yang digunakan dalam penelitian ini memakai empat alternatif

jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Angket ini merupakan angket yang di

adaptasi dari angket yang mempunyai variabel yang sama dan disesuaikan

dengan variabel dalam penelitian ini.

Adapun langkah – langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai

berikut :

1) Mengkaji teori yang berhubungan dengan variabel

(39)

3) Membuat item soal berdasarkan indikator yang telah dibuat

4) Merevisi item-item soal yang dirasa kurang baik (terlampir)

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan bertanya

langsung kepada responden. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada

guru bidang studi Fisika. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi

yang lebih mendalam dari guru dan sebagai data pendukung (terlampir).

D. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis menempuh beberapa tahap yang

dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dimulai dengan merancang proposal penelitian, melakukan

seminar proposal dan surat-surat perizinan untuk mengadakan penelitian pada

pihak-pihak yang bersangkutan.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini, peneliti mulai melakukan pengambilan data.

Pengambilan data tersebut dilakukan dengan membagikan angket kepada seluruh

siswa (dalam hal ini merupakan sampel penelitian) untuk diisi. Dan untuk

memperoleh data pendukung, peneliti melakukan wawamcara tertulis dengan

(40)

c. Tahap Analisis

Setelah pengambilan data melalui angket dan wawancara, data tersebut

kemudian diolah secara deskriptif untuk data kualitatif dan secara statistik untuk

data kuantitatif

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka perlu segera

digarap oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan statistik

deskriptif dan statistik inferensial.

a. Statistik Deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan

karakteristik skor responden penelitian untuk masing-masing variabel.

Adapun rumus yang digunakan, yaitu:

1. Tabulasi frekuensi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

 Rentang (RT) adalah nilai terbesar dikurangi nilai terkecil.

𝑅𝑇= 𝑁𝑇 − 𝑁𝑅

 Banyak kelas interval

Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log 𝑛

 Panjang kelas interval

𝑝

=

𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

2. Mean rata-rata (𝐵 )

(41)

Dengan :

B = Selisih antara X dan Y

𝐵 = rata-rata B

fi = frekuensi untuk B

𝐵𝑖= tanda kelas interval B

3. Standar Deviasi (SD)

𝑆𝐵 = 𝑓𝑖𝑛−(𝐵𝑖1−𝐵 )

Dengan

SB = simpangan baku

fi = frekuensi untuk B

𝐵𝑖= tanda kelas interval B

𝐵 = rata-rata B

B = Selisih antara X dan Y

(42)

4. Kategori

Tabel 3.1

Tabel pengkategori penerapan pendekatan contekstual teaching learning (CTL) dan pmbentukan perilaku fisika

Interval Kategori

b. Statistik Inferensial, yaitu statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian yang diajukan. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus regresi

linier sederhana.

Data yang diperoleh dari observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan

(43)

berpangkal pada kenyataan bahwa jumlah pangkat dua (kuadrat) daripada jarak antara

titik-titik dengan garis regresi yang sedang dicari harus sekecil mungkin.

Karena penelitian ini terdiri dari sebuah variabel bebas X dan sebuah variabel

tak bebas Y maka didapat persamaan regresi menngunakan data sampel :

Ŷ= 𝑎 +𝑏𝑋

Kemudian koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linear, dapat dihitung

dengan rumus :

Atau koefisien a, dapat ditentukan dengan rumus :

𝑎 = Ŷ − 𝑏𝑋 (Sudjana 1996, 315).

Untuk analisis selanjutnya, beberapa asumsi harus diambil. Pertama mengingat

hasil pengamatan variabel tak bebas Y belum tentu sama besarnya dengan harga

(44)

Asumsi kedua yang diambil adalah bahwa untuk setiap harga X yang diberikan,

variabel tak bebas Y independen dan berdistribusi normal dengan rata-rata dan

varians.

Berpegang kepada asumsi-asumsi di atas, maka varians ditaksir oleh rata-rata

kuadrat penyimpangan sekitar regresi atau disebut juga rata-rata kuadrat residu, yang

rumusnya berbentuk :

𝒔𝒀𝟐.𝑿 = 𝒚𝒊− Ŷ𝒊 𝟐/ 𝒏 − 𝟐

Dengan Y = variabel tak bebas hasil pengamatan, Ŷ = didapat dari regresi

berdasarkan sampel, dan n = ukuran sampel.

Setelah kita menghitung rata-rata kudrat residunya, maka varians-varians lain

untuk regresi linier sederhana dapat ditentukan ialah varians koefisien regresi b

𝑠𝑏2 = 𝑠𝑌2.𝑋 𝑋𝑖 − 𝑋 2

(Sudjana 1996, 321)

Uji Normalitas Data

Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris.

Penggunaan Statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan

dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian

hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan pengujian normalitas data.

Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, salah

(45)

Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah

sebagai berikut :

1. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.

2. Menentukan jumlah kelas interval.

3. Menentukan panjang kelas interval yaitu (data terbesar – data terkecil) dibagi

dengan jumlah kelas interval.

4. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel

penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.

5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan persentase

luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.

6. Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh sekaligus menghitung harga-harga (fo - fh) dan (fo - fh)2 dan menjumlahkannya. Harga ini merupakan

fh

harga Chi Kuadrat (χ2) hitung.

7. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila harga

Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi kuadrat tabel (χh2 ≤

χt2

), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan

(46)

Merumuskan H1 dan Ho :

 H1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Contextual

Teaching Learning(CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa

kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar

 Ho : Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Contextual Teaching

Learning(CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII

SMP Muhammadiyah 12 Makassar

Menguji Hipotesis

Dalam penelitian ini kita ingin mengetahui apakah koefisien-koefisien regresi

linier populasi, 𝜃1 dan, θ2 mempunyai harga tertentu yang dihipotesiskan ataukah

tidak. Dengan demikian perlu diadakan pengujian terhadap hipotesis nol Ho : θ1

= θ10 : dan Ho : θ2 = θ20 dengan θ10 dan θ20 harga-harga yang diketahui.

Pertama-tama akan ditinjau mengenai pengujian hipotesis nol.

Ho : θ2 = θ20 , melawan salah satu alternative

H1 : θ2 ≠ θ20 , atau mungkin

H1 : θ2 < θ20 atau H1: θ2 > θ20.

Kemudian untuk pengujiannya digunakan statistik :

𝑡

=

𝑏−𝛼20

(47)

Dengan dk untuk distribusi t diambil (n-2). Kriteria pengujian, seperti biasa

dietentukan oleh bentuk alternatif H1. Untuk alternatif H1 : α2 ≠ α20 misalnya,

maka tolak hipotesis Ho jika t ≥ t1 – ½α atau t ≤ -t1 – ½ α dengan distribusi t

(48)

Muhammadiyah 12 Makassar

Pendekatan contextual teaching learning CTL pada dasarnya dapat diterapkan

dalam kurikulum apa saja, bidang apa saja, dan kelas yang bagaimanapun

keadaannya( Trianto, 2008:25).

Sesuai dengan karakteristiknya, pendekatan CTL memiliki tujuh komponen

utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, penilaian sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekaan

CTL, jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTl dapat

diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas

bagaimanapun keadaannya.

Variable penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) dalam penelitian ini

diungkapkan melalui 30 1tem pertanyaan yang terdapat dalam angket. Angket

alternative jawaban.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah

12 Makassar, penulis dapat mengumpulkan data melalui angket yang diisi oleh

siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar, yang kemudian diberi skor

pada masing-masing item soal. Melihat data yang diperoleh pada Tabel 5 dengan

memperhatikan 69 siswa sebagai sampel, 46 orang memperoleh skor penerapan

(49)

berada dalam kategori sangat tinggi, dan 1 orang berada dalam kategori sedang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP

Muhaammadiyah 12 Makassar termasuk kategori tinggi. Dimana nilai tersebut

disesuaikan dengan Tabel kategori.

Tabel 1

Skor penerapan pendekatan contextual teaching learning siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar

No Responden Skor

1 Rafly Yudistira 102

2 Anggita Purnamasari 93

3 Andi Asrianti 94

4 A. Muhammad imam 115

5 Agus Kuncoro 96

6 Alfidiana 88

7 Ely Nur Fitriani 97

8 Frda Wahyuni 106

9 Fitriani 112

10 Gustia Rahmawati 98

11 Hajra Syam 88

12 Karlina 95

(50)

14 M. abdul Jalil B 96

15 Mahar Muharram Ham 97

16 Misrawati 82

17 Muh anjasmara P 100

18 Muh Alimnas 99

19 Muh Salman Amir 88

20 Muh Ikbal 92

21 Muh Rahmat 95

22 Mustikawati 87

23 Nikita Lestari 92

24 Nurhaeni Amir 86

25 Nur Rahma Rasyid 80

26 Nurul Fatimah 105

27 Ramorna Fitriani Herman 112

28 Reski Nuraida Jamil 105

29 Riska 91

30 Riswanto 100

31 Sitti hawa 86

32 suryaningsih 87

33 Zulkifli Rahman 97

(51)

35 Nurul Septiani 101

36 Akbar Tanjung 112

37 Agus Darmawan 97

38 Aliyah Asmal 100

39 Andi Patimang 97

40 Anggun Sasmita 106

41 Dian Pratiwi 90

42 Dian Sari 96

43 Huda Alfatah 111

44 Ibrahim Nas 97

45 Maftuhah Rahima 107

46 Muammar 102

47 Muh Agung 95

48 Muh Amin 95

49 Namriadi 95

50 Nur Mega 87

51 Nurul Saskia 88

52 Refriandi 107

53 Resa Nugraha 107

54 Riski utami 90

(52)

56 Sintia Winarti 92

57 St Aminah 90

58 St Hadijah 107

59 Sukri 109

60 Suhartina 99

61 Tria Rahmatika 100

62 Yusriana 103

63 Muh Jamhur 102

64 Nurul Qalbi 96

65 Hatrianah 106

66 Riswandi 99

67 Anugrah Zaenuddin 90

68 Andi djaya 90

69 Andi Rahmani 89

1. Menghitung Rentang

Rentang = Data terbesar – Data Terkeci = 115 – 79

= 36

2. Menghitung Banyak Kelas Interval

(53)

= 1 + 3,3 (1,84)

= 7,072 ~ 7

3. Menghitung Panjang Kelas Interval

Panjang Kelas = 𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

=36 7

= 5,14 ~ 5

4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Skor Penerapan Pendekatan Contextual

Teaching Learning(CTL)

Tabel 2

Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden

5. Menghitung Nilai Rata-rata (mean)

Tabel 3

Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean

Interval fi xi Fi . xi

74 - 79 1 76,5 76,5

interval Tabulasi Frekuensi

(54)

80 - 85 1 82,5 82,5

Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi

(55)

SD = ∑

fi(xi

x)

2

n

1

=

4507 .87

69−1

= 8,14

7. Mengkategorikan skor responden

Skor yang menunjukkan penerapan Contextual Teaching

Learning(CTL) siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tombolo Pao Kabupaten

Gowa yang ditunjukkan pada Tabel di atas, selanjutnya dibuat dalam Tabel

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5

Tabel kategori Skor Penerapan Contextual Teaching Learning

(CTL)

Skor Frekuensi Kategori

30 – 47 0 Sangat rendah

48 – 65 0 Rendah

66 – 83 1 Sedang

84 – 101 46 Tinggi

102 – 120 22 Sangat Tinggi

8. Uji Normalitas Data Skor Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL)

(56)

Tabel 6

Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Skor Penerapan Pendekatan Contextual

Teaching Learning(CTL)

Catatan: x = 97,4 dan s = 8,14

Dari tabel pengujian normalitas di atas dapat dilihat bahwa banyak

kelas interval k = 7, sehingga besarnya derajat kebebasan untuk distribusi chi

kuadrat adalah:

distribusi data Penerapan Contextual Teaching Learning (variabel X) tersebut

(57)

B. Deskripsi Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP

Muhammadiyah 12 Makassar

Pengertian perilaku fisika merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah

yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang

telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan/flasifikasi. Dengan kata lain perilaku fisika sebagai wahana penemuan

dan pengembangan konsep/prinsip/ teori. Konsep/prinsip/ teori yang telah

ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman tentang

keterampilan proses tersebut.

Dari jumlah sampel yang telah ditetapkan sebanyak 69 siswa, untuk

melihat bagaimana perilaku fisika siswa, peneliti menggunakan angket yang

terdiri dari 30 item soal. Melihat data yang diperoleh pada tabel 8 dengan

memperhatikan 69 siswa sebagai sampel, 48 orang memperoleh skor perilaku

fisika yang berada dalam kategori tinggi, dan 1 orang berada dalam kategori

sedang,serta 20 orang dalam kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa siswa kelasVIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar

berperilaku fisika yang tergolong tinggi.

Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII

SMP Muhammadiyah 12 Makassar, penulis dapat mengumpulkan data melalui

(58)

Tabel 7

Skor Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12

Makassar

No Responden Skor

1 Rafly Yudistira 100

2 Anggita Purnamasari 90

3 Andi Asrianti 90

4 C. Muhammad imam 110

5 Agus Kuncoro 97

6 Alfidiana 89

7 Ely Nur Fitriani 100

8 Frda Wahyuni 112

9 Fitriani 112

10 Gustia Rahmawati 98

11 Hajra Syam 86

12 Karlina 97

13 Khaerunnisa 113

14 M. abdul Jalil B 98

15 Mahar Muharram Ham 97

16 Misrawati 89

(59)

18 Muh Alimnas 98

19 Muh Salman Amir 85

20 Muh Ikbal 99

21 Muh Rahmat 96

22 Mustikawati 90

23 Nikita Lestari 95

24 Nurhaeni Amir 88

25 Nur Rahma Rasyid 81

26 Nurul Fatimah 105

27 Ramorna Fitriani Herman 116

28 Reski Nuraida Jamil 110

29 Riska 98

30 Riswanto 100

31 Sitti hawa 87

32 suryaningsih 87

33 Zulkifli Rahman 97

34 Jumardi 106

35 Nurul Septiani 105

36 Akbar Tanjung 110

37 Agus Darmawan 97

(60)

39 Andi Patimang 97

40 Anggun Sasmita 106

41 Dian Pratiwi 95

42 Dian Sari 96

43 Huda Alfatah 109

44 Ibrahim Nas 92

45 Maftuhah Rahima 107

46 Muammar 100

47 Muh Agung 98

48 Muh Amin 95

49 Namriadi 95

50 Nur Mega 87

51 Nurul Saskia 89

52 Refriandi 107

53 Resa Nugraha 107

54 Riski utami 90

55 Samsul Marlin 112

56 Sintia Winarti 96

57 St Aminah 90

58 St Hadijah 107

(61)

60 Suhartina 98

61 Tria Rahmatika 100

62 Yusriana 103

63 Muh Jamhur 109

64 Nurul Qalbi 100

65 Hatrianah 106

66 Riswandi 98

67 Anugrah Zaenuddin 98

68 Andi djaya 98

69 Andi Rahmani 87

1. Menghitung Rentang

Rentang = Data Terbesar – Data Terkecil = 116 – 81

= 35

2. Menghitung Banyak Kelas Interval

Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 69

= 1 + 3,3 (1,84)

(62)

3. Menghitung Panjang Kelas Interval

9. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pembentukan Perilaku Fisika

Tabel 8

Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden

Interval Tabulasi Frekuensi

75- 80 - 0

Tabel Penolong Untuk Menghitung Nilai Mean

(63)

Jumlah 69 - 6947.5

Tabel Penolong Untuk Menghitung Nilai Standar Deviasi

(64)

12.Mengkategorikan Skor Responden

Skor yang menunjukkan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Negeri

2 Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang ditunjukkan pada tabel di atas,

selanjutnya dibuat dalam tabel frekuensi sebagai berikut:

Tabel 11

Tabel Frekuensi Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar

Tingkat penguasaan (%) Frekuensi Kategori perilaku fisika 30 – 47

Uji normalitas data Perilaku Fisika

Tabel 12

Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Perilaku Fisika

(65)

111 – 116 113.5 1.48 0.4306 0.0548 6 3.78 1.30

119.5 2.18 0.4854 0.0528

Jumlah 69 54 6.13

Dari tabel pengujian normalitas di atas dapat dilihat bahwa banyak kelas

interval k = 7, sehingga besarnya derajat kebebasan untuk distribusi Chi Kuadrat

adalah:

dk = k – 3 = 7 – 3 = 4

dengan taraf nyata untuk pengujian, α = 0,05. Dengan demikian harga Chi

Kuadrat pada tabel yaitu: χ2

(1-α)(dk) = χ2(0,95)(4) = 9,49 . karena harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (6,13 < 9,49), maka distribusi data

hasil tes kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika (variabel Y) tersebut

normal.

C. Pengaruh Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) Terhadap

Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12

Makassar

Untuk melihat pengaruh antara variable X terhadap Y digunakan statistic

regresi linier sederhana. Persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi

seberapa tinggi nilai variable dependen (Y) bila nilai variable independen

dimanipulasi (diubah-ubah).

Untuk menemukan persamaan garis regresi, maka harus dihitung terlebih

(66)

= 123,07 dan nilai b = 0,25. Sehingga diperoleh garir regresi Y = 123,07 + 0,25

X .

Pengaruh Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) Terhadap

Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12

Makassar dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 13

Data Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) (X) dan Pembentukan Perilaku

(67)
(68)
(69)
(70)

𝑎 = ∑ 𝑌𝑖 ∑ 𝑋𝑖2 − ∑ 𝑋𝑖 (∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)

Artinya jika Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) dalam

proses pembelajaran siswa, maka akan memberikan peningkatan terhadap

perilaku fisika.

(71)

Ŷ = 123,07 + 0,25 X

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang telah ditentukan maka

terlebih dahulu dicari simpangan baku regresi dan simpangan baku koefisien

regresi b (penduga b) sebagai berikut:

Tabel 14

Tabel Penolong Untuk Menghitung Simpangan Baku Regresi dan

Koefisien Regresi b

151.82 -41.82 1748.912 17 289

5

96 97

147.07 -50.07 2507.005 -2 4

6

88 89

145.07 -56.07 3143.845 -10 100

7

97 100

Gambar

    Tabel 3.1 Tabel pengkategori penerapan pendekatan contekstual teaching learning
Tabel 1 Skor penerapan pendekatan contextual teaching learning siswa kelas VIII SMP
Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
Tabel 4 Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Freight bill factoring accelerates payment for your freight bills and provides you the money you need to pay fuel, expenses and drivers.. It gives you the cash flow you need to take

[r]

menyelesaikan studi Pascasarjana S2 di Program Magister Ilmu Lingkungan di. Universitas Diponegoro

PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 INI / MEMPUNYAI PROGRAM KERJA. PEMBINAAN

DAFTAR PUSTAKA

News reader : Program kerja perpustakaan kota Yogyakarta Tahun 2010 Perpustakaan kota Yogyakarta Pada tahun 2010 ini mempunyai program kerja Pembinaan dan penggembangan

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal 26 Februari 2013. yang dinyatakan telah memenuhi syarat

Dong Jung Indonesia meninjau kembali penggunaan sistem konvensional (tradisional) dan mulai mempertimbangkan penggunaan sistem Activity Based Costing pada perhitungan harga