SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh ILYAS NIM. 20404106018
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika
dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau d1buat
atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang
diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, Juni 2010
Penyusun
Ilyas
rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam
menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penulis haturkan
kepada junjungan Rasulullah Muhammad Sallahu’ Alaihi Wasallam sebagai
satu-satunya uswah dan qudwah, petunjuk jalan kebenaran dalam menjalankan aktivitas
keseharian di atas permukaan bumi dengan membuka tabir yang selama ini
tersembunyi oleh kejahiliyahan, juga kepada keluarga beliau, para sahabatnya, dan
orang-orang mukmin yang senantiasa istiqamah meniti jalan hidup ini, hingga akhir
zaman dengan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT.
Penulis sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini,
kemungkinanan masih terdapat kekurangan-kekurangan dan oleh sebab itu penulis
tetap mengharapkan kritikan atau bimbingan yang dapat menjadi pelajaran bagi
penulis dan sekaligus sebagai kelengkapan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, terwujud berkat uluran tangan dari
insan-insan yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan
dukungan, bantuan dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan kegiatan
akademik, maka penulis tidak lupa menghaturkan ucapan terima kasih teristimewa
kepada kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta (Rasmi dan Mariati) yang
penuh ketabahan membiayai serta pengorbanan yang tak terhitung, sejak dalam
kandungan hingga dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini.
1. Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A., sebagai rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar selaku penanggung jawab Perguruan Tinggi dimana penulis
menimba ilmu di dalamnya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, MA selaku Dekan fakultas Tarbiyah
dan pembantu Dekan I, II, dan II atas segala fasilitas yang diberikan dan
senantiasa memberikan dorongan, bimbingan, dan nasehat kepada penulis.
3. Bapak ketua jurusan Tadris Drs. H. M. Ruddin Emmang, M.Pd dan Bapak Ketua
Jurusan Pendidikan Fisika Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd dan Sekretaris Jurusan
Pendidikan Fisika bapak Qaddafi, S.Si,M.Pd pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikan dorongan,
bimbingan, dan nasehat selama penulis menyelesaikan akademik di UIN Alauddin
Makassar.
4. Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd. dan Dra. Mahirah B, M.Pd. Selaku Pembimbing I
dan Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai, yang dengan dengan tulus dan ikhlas
mengajar serta membimbing penulis selama masih mengikuti kuliah di Fakultas
6. Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Walikota Makassar, Bapak Kepala
KANDEPAG Kota Makassar, Kepala Satuan Pendidikan SMP Muhammadiyah 12
Makassar.
7. Spesial sahabat karibku (Nurtakwa, Abdul Kadir, Rasman, Irwan) yang telah
menemani mengarungi suka duka selama kuliah.
8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika khususnya angkatan ”06” yang
selalu menasehati dan menemani menjalani hari-hari di kampus dan menjadi
kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
9. Kepada setiap orang yang berjasa selama kuliah di UIN Alauddin Makassar
terkhusus pada (Rosita, Sulaeman, Pg. Romba, Hj Te’ne, H. Lira, serta kedua
nenek tercinta) yang telah memberikan bantuan financial selam kuliah.
Akhirnya, semoga bantuan Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan saudara(i) lainnya
diterima dan diridhai oleh Allah SWT dan memperoleh balasan dan pahala yang
berlipat ganda dan menjadi amal jariyah. Amin ya Rabbal Alamin
Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, Juni 2010
Penulis
I L Y A S
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv A. Pendekatan Kontekstual Teaching Learning ... 10
B. Perilaku Fisika ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 27-37 A. DesainPenelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel ... 27
C.Instrumen Penelitian ... 28
D.ProsedurPengumpulan Data ... 29
E.Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38- 68 A. Penerapan Pendekatan Kontektual Teachinh Learning (CTI) Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 38
B. Deskripsi Pembentukan Prilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 47
Tabel 4.1 Skor Penerapan pendekatan contextual teaching Learning Siswa Kelas
VIII SMP 12 Muhammadiyah Makassar ………...………… 38
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden ……….. 42
Tabel 4.3 Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi ……….. 42
Tabel 4.5 Kategori Skor Penerapan Contextual Teaching Learning (CTL) ……… 43
Tabel 4.6 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Skor Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning(CTL) ……….. 44
Tabel 4.7 Skor Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ……….. 45
Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden ……….. 47
Tabel 4.9 Penolong Untuk Menghitung Nilai Mean ………... 51
Tabel 4.10 Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi61 ………... 51
Tabel 4.11 Tabel Frekuensi Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar ……….... 52
Tabel 4.12 Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Perilaku Fisika …………. 53
Tabel 4.13 Data Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) (X) dan Pembentukan Perilaku Fisika (Y) ……….. 55
ABSTRAK
Nama Penyusun : ilyas
NIM : 20404106018
Judul Skripsi : Pengaruh Penerepan Kontekstual Teaching Learning (CTL) terhadap Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Umumnya di setiap sekolah, pelajaran fisika menjadi suatu problema
bagi siswa. Persoalan sekarang bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksan
mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara
memecahkan masalah. Sehingga konsepsi siswa tentang mata pelajaran fisika
dapat berubah yang dulunya menjadi momok menakutkan menjadi mata
pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Untuk membantu siswa memahami
konsep-konsep dan memudahkan guru dalam mengajarkan konsep-konsep
tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan
materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pembelajaran contekstual teaching
learning.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang perilaku fisika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2009/2010 yang diajar dengan
menggunakan Penerapan Pendekatan Kontekstual Teaching Learning (CTL).
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebanyak 69 orang. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk angket dan wawancara. Teknik analisa data yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial (analisis uji t).
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deskriptif diperoleh skor rata-rata perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar adalah 98,6. Adapun analisis inferensial menunjukkan nilai thitung 5 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00 . Dengan demikian, nilai thitung jauh lebih kecil dari pada ttabel dan hipotesis nihil ditolak, artinya penerapan Pendekatan Kontekstual Teaching Learning (CTL)) dapat meningkatkan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa
ini merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia telah berada dalam era globalisasi
modern, hal ini sebagai modal besar bagi pencapaian cita-cita suatu bangsa
namun, sekaligus sebagai tantangan besar bagi pembentukan perilaku masyarakat
khususnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Munculnya tantangan ini
menuntut adanya inovasi yang sejalan dengan pembangunan. Pembangunan yang
dilaksanakan di segala sektor termasuk pendidikan diarahkan untuk membangun
sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana yang terkandung dalam UUD 1945 alinea ke-4
menyatakan bahwa: . . . untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (Sekneg RI: I).
Bangsa ini menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan
bangsa-bangsa lain, sehingga sangat diperlukan pembangunan manusia yang berkualitas
dan berdaya saing. Meskipun demikian, manusia Indonesia itu harus beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
bertanggung jawab. Dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah
berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “berlapang
-lapanglah kamu dalam suatu majlis” maka lapangkanlah niscaya allah akan
memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu” maka berdirilah niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al
-Qur’an dan Terjemahannya:543).
Apabila melihat pernyataan-pernyataan di atas maka dapat dikatakan,
bahwa pesatnya perkembangan IPTEK harus diimbangi dengan perilaku atau
akhlak mulia. Manusia belajar tentang alam yang menjadi habitatnya sejak ia
dilahirkan. Bayi yang sudah dapat memegang sesuatu akan segera melongokkan
kepalanya ke bawah jika mainannya terjatuh, semudah itu ia memaknai gravitasi.
Dalam ilmu sains khususnya fisika jika dicermati secara mendalam melalui
dikembangkan sikap dan nilai melalui penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sangat sesuai dengan dunia pendidikan sains khususnya mata pelajaran
fisika.
Menurut Zuhdan K. Prasetya, fisika adalah kumpulan pengetahuan, cara
berfikir, dan penyelidikan berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan model. Fisika
merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai terlebih dahulu dalam rangka
penguasaan teknologi pada zaman ini (http://www.p.kab.wordpress.com). Tugas
seorang guru tidak sekedar mengajar siswanya tapi membelajarkan siswanya,
yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif dan kreatif sehingga potensi
dirinya dapat berkembang dengan maksimal. Karena itu, dibutuhkan
keterampilan-keterampilan praktek sebagai penerapan dari ilmu fisika.
Melahirkan keterampilan praktek merupakan salah satu upaya yang penting
untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal.
Namun demikian pelajaran fisika di setiap sekolah umumnya menjadi
suatu problema bagi siswa. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan
cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga
siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana
guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya. Bagaimana guru dapat
membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat
mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata.
Bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksan mampu menggunakan model
konsepsi siswa tentang mata pelajaran fisika dapat berubah yang dulunya
menjadi momok menakutkan menjadi mata pelajaran yang mudah dan
menyenangkan.
Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dan memudahkan
guru dalam mengajarkan konsep-konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang langsung mengaitkan materi konteks pelajaran dengan
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran
tersebut adalah pembelajaran contextual teaching learning. Dengan demikian
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan
nilai. Atas dasar tersebut, penulis berinisiatif melakukan penelitian dengan judul
“pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching learning (CTL)
terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang dikemukakan, bahwa suatu keadaan dianggap
sebagai indikator terhadap sesuatu persoalan. Persoalan pokok yang akan diteliti
yaitu mengenai pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching learning
(CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
Masalah pokok di atas dijabarkan dalam rumusan-rumusan sebagai
1. Bagaimanakah penerapan pendekatan contextual teaching learnig (CTL)
bagi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Makassar?
2. Bagaimanakah pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar?
3. Adakah pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching learnig (CTL)
terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
12 Makassar?
C. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan contextual
teaching learnig (CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar
D. Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami judul
penelitian ini, maka penulis mengemukakan arti yang terkandung dalam judul
tersebut. Adapun defenisi operasional adalah sebagai berikut:
“Peningkatan” adalah proses perubahan kearah yang lebih baik.
“Perilaku” adalah segala perbuatan, kelakuan manusia.
“Fisika” adalah ilmu alam yang mempelajari gejala-gejala alam melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar
Jadi perilaku fisika merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah
(baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan
suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan/flasifikasi
“Pendekatan Contextual Teaching Learnig” adalah konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan defenisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan
pendekatan contextual teaching learning (CTL) pada mata pelajaran fisika
sangatlah urgen. Hal ini disebabkan pendekatan contextual teaching learning
(CTL) orientasi pembelajaran berpusat pada siswa dan para pendidik lebih
menekankan aplikasi teori. Suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya
mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tapi juga aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian pendekatan contextual teaching learnig (CTL) pada mata
pelajaran fisika adalah suatu pendekatan konsep belajar yang mengaitkan antara
materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjadi perubahan tingkah laku karena
perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan
apresiasi.
E. Tujuan dan Kegunaan
Bertolak dari rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
memperoleh penjelasan mengenai pengaruh penerapan pendekatan contextual
teaching learning (CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Tujuan yang masih bersifat umum ini
penulis jabarkan dalam bentuk tujuan-tujuan khusus berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan pendekatan contextual teaching learnig
(CTL) bagi siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 makassar.
2. Untuk mengetahui pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching
learnig (CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
Sedangkan manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi siswa agar dapat lebih memahami konsep fisika dengan
penerapan pendekatan contextual teaching learnig (CTL).
2. Bagi guru diharapkan, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar di kelas sehingga dapat meningkatkan perilaku fisika
3. Bagi lembaga diharapkan, menjadi bahan informasi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu fisika.
4. Diharapkan bagi peneliti, menjadi titik tolak dalam mengembangkan
penelitian di masa yang akan datang.
F. Garis Besar Isi Skripsi
Untuk memperoleh penjelasan atau uraian yang jelas tentang skripsi
ini, maka penulis mengemukakan garis besar isi skripsi, yang terdiri dari lima
bab yaitu :
Bab I merupakan bab pendahuluan mengemukakan latar belakang
munculnya masalah pokok yang dikaji dalam skripsi, kemudian ditegaskan
secara kongkret dalam rumusan masalah. Selain itu terdapat hipotesis atau
dugaan sementara terhadap jawaban atas rumusan masalah, defenisi operasional
variabel, kemudian tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian.
Bab II merupakan tinjauan pustaka menyangkut variabel-variabel
skripsi yang terdiri dari penjelasan tentang pendekatan Contextual teaching
learning, dan perilaku fisika
Bab III mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan
dalam penyusunan skripsi. Dalam hal ini, peneliti menjangkau subjek penelitian
yang di jadikan sebagai responden, jenis instrument yang digunakan, prosedur
pengumpulan data dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang
Bab IV merupakan hasil penelitian dan analisis yang memberikan
gambaran bagaimana perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dalam Penerapan Contextual teaching learning, dan bagaimana
implementasi Contextual teaching learning Itu sendiri. Sedangkan Bab V
merupakan penutup yang mengemukakan beberapa kesimpulan isi skripsi serta
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan
untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang
diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai
berikut:
A. Pendekatan Contextual Teaching Learning 1. Pengertian contextual teaching learning
Satu muatan lagi dalam implementasi Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya
menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa. Jadi
dalam hal ini fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator siswa lebih
proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan
fokus kajian secara contextual bukan tekstual.
Contextual teaching learning adalah pembelajaran yang holistic dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari(social,
pribadi, dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
Berdasarkan pengertian tersebut di atas sangatlah jelas bahwa
pengajaran dan pembelajaran contextual teaching learning Pengajaran dan
pembelajaran contextual atau contekstual teaching and learnig (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata
pelajran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerpannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja.
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan
telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL mrupakan suatu perpaduan
dari banyak peraktik yang baik dan beberapa pendekatan revormasi
pendidikan yang dimakudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan
fungsional pendidikan untuk semua siswa.
Pengajaran contextual adalah pengajaran yang memungkinkan
siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai
macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan
masalah-masalah dunia nyata.
Pembelajaran kontekstuak terjadi apabila siswa menerapkan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada
masalah-masalah dunia nyata yang berhbungan dengan peran dan tanggung jawab
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa. Pembelajaran
dengan pengalaman sesungguhnya. CTL menekankan pada berfikir tingkat
lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan,
penganalisaan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Di
samping itu, telah diidentifikasi enam unsur kunci CTL seperti berikut
ini(karya- ilmiah.com.ac.id):
1. Pembelajaran bermakna: pemahama, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka.
2. Peneapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana/apa yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan datang.
3. Berfikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar local, Negara bagian, nasional, asosiasi, dan atau industry.
5. Responsive terhadap budaya: pendidik harus memahami dan menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan siswa, sesame rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik.
6. Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar yang sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.
Pembelajaran contextual dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah
dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu
pendekatan pembelajaran contextual menjadikan pengalaman lebih relevan
terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran contextual
menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari
siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhungan
dengan bagaimana seseorang belajar.
Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran contextual teaching
learning akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi
pesrta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab
terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran contextual akan sangat
membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan
dengan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga Negara, dan pekerja.
2. Penerapan pendekatan contextual teaching learning di kelas
s pada dasarnya dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya( Trianto, 2008:25).
Sesuai dengan karakteristiknya, pendekatan CTL memiliki tujuh
komponen utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan
menggunakan pendekaan CTL, jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut
dalam pembelajarannya. CTl dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas
sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara( Depdiknas, 2006:6)
Berdasarkan langkah tersebut, maka sangatlah urgen bagi para
pendidik khususnya guru memahami karaktristik materi, peserta didik dan
metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan
pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern. Dengan demikian
proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam
merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat
meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
3. Teori-teori belajar yang melandasi pembelajaran contextual teaching learning
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai
bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam
pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran
a. Teori belajar konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompok dalam
teori pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai(ilmiah-pendidikan.blogspot.com).
Sehingga bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide.
b. Teori perkembangan kognitif peaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan
datang dari tindakan (www.ilmiah-tesis.com)
Berdasarkan hal tersebut Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa intreraksi social dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu
Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru
memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan
konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide
dengan menggunakan pola-pola berfikir formal.
c. Metode pengajaran John Dewey
Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan
masalah, yaitu suatu proses berfikir aktif, hati-hati yang dilandasi proses
berfikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang defenitif melalui 5 langkah:
1. Siswa mengenali masalah, masalah itu daang dari luar diri siswa itu sendiri.
2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.
3. Lalu dia menghubungkannya uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.
4. Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.
5. Selanjutnya ia mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul-tidaknya pemecahan masalah itu. Bila pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna bagi hidup(www.blogcatalog.com).
Dengan demikian jelas betapa pentingnya makna bekerja, karena
bekerja memberikan pengalaman dan pengalaman memimpin orang
berfikir sehingga dapat bertindak bijaksana dan benar. Pengalaman itu
memengaruhi budi pekerti. Ada pengalaman positif dan ada pengalaman
faedahnya dapat diterapkaan dalaam kehidupan. Sebaliknya, pengalaman
negative adalah pengalaman salah, merugikan atau menghambat
kehidupan, dan tak perlu diterapkan.
d. Teori pemrosesan informasi
Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Peristiwa-peristiwa mental
diuraikan sebagai transformasi-transformasi dari input (stimulus) ke
output (respon) (www.pascauas.ac.id).
Model pemrosesan ini dapat digambarkan sebagai kumpulan
kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak itu
menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan system, dan garis-garis
menggambarkan transformasi yang terjadi dari suatu keadaan ke keadaan
lain.
e. Teori belajar bermakna David Ausebel
Inti dari teori Ausebel tentang belajar adalah belajar bermakna.
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang (www.scribd.com).
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis menyimpulkan, bahwa
dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi,
sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang
dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu
mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep
awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian
nyata dari permasalahan yang nyata.
B. Perilaku Fisika
1. Pengertian Perilaku Fisika
Defenisi perilaku banyak ahli yang mengemukakannya sesuai dengan
sudut pandang masing-masing. Fishbein mendefinisikan perilaku adalah posisi
emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap subjek.
Secara operasional, perilaku dapat diekspresikan dalam kata-kata atau
tindakan yang merupakan respons reaksi dari perilakunya objek, baik berupa
orang, peristiwa, atau situasi (Muh. Ali, 2006:14).
Pengertian perilaku fisika merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah
yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep
yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap
suatu penemuan/flasifikasi. Dengan kata lain perilaku fisika sebagai wahana
penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/ teori. Konsep/prinsip/ teori
yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman
a. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera Anda. Anda mengamati
dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan.
Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah:
- Penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan.
- Pengorganisasian objek-objek menurut satu sifat tertentu.
- Pengidentifikasian banyak sifat.
- Melakukan pengamatan kuantitatif
- Melakukan pengamatan kualitatif.
b. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat
tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah:
- Pengidentifikasian suatu sifat umum (mineral yang menyerupai logam
dan mineral yang tidak menyerupai logam).
- Memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih (mineral
yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa
celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas).
c. Penginferensian
Penginferensian adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk
menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensian berlangsung
melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati.
yang mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah di dalam tanah
tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa
yang dikerjakan siswa pada saat penginferensian adalah:
- Mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan
terdahulu.
- Mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.
d. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari
suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada
pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan
suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa
yang akan datang, sedangkan inferensi berupa untuk memberikan alasan
tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku siswa
adalah:
- Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai
- Penafsiran generalisasi tentang pola-pola
- Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
e. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan
ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Beberapa
- Pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan
kata yang sesuai.
- Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan
peragaan data.
- Perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data untuk
meyakinkan orang lain.
f. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah massa
suatu obyek, berupa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek
tersebut dibandingkan dengan pengukuran, misalnya sebuah penjepit
kertas, atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk
melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah:
- Pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam
satuan yang sesuai.
- Memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu
tersebut.
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan,
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa
perilaku yang dikerjakan siswa pada saat penggunaan bilangan adalah:
- Perhitungan
- Pengurutan
- Penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.
Penafsiran Data adalah menjelaskan makna informasi yang telah
dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah:
- Penyusunan data
- Pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan
- Merumuskan inferensi yang sesuai dengan menggunakan data
- Pengikhtisaran secara benar
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi.
Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali
satu, yaitu variabel manipulasi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan eksperimen adalah:
- Merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian.
- Mengajukan dan menguji hipotesis.
- Mengidentifikasi dan mengontrol variabel.
- Mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil
percobaan.
Pengontrolan variabel adalah memastikan bahwa segala sesuatu dalam
suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor. Beberapa perilaku siswa
adalah:
- Pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil.
- Pengidentifikasian variabel yang diuabah dalam percobaan.
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang
akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi.
Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat merumuskan hipotesis
adalah:
- Perumusan hipotesis, berdasarkan pengamatan dan inferensi.
- Merancang cara-cara untuk menguji hipotesis.
- Merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.
Pendefinisian secara operasional adalah perumusan suatu defenisi
yang berdasarkan pada apa yang Anda lakukan atau apa yang Anda amati.
Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan dan
kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Beberapa
kejadian perilaku siswa adalah:
- Memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan
obyek-obyek kongkrit.
- Mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku
Perilaku sebagai sifat baik dan buruk. Jadi, bisa dikatakan perilaku
sebagai perbuatan baik (Abd. Rahman, 2009:55)
Perilaku adalah aspek-aspek yang berkembang pada diri individu
melalui interaksi antara aktivitas internal dan pengaruh stimulus eksternal.
Pada awalnya seorang anak belum memiliki nilai-nilai dan pengetahuan
baik oleh kelompok sosialnya. Selanjutnya, dalam berinteraksi dengan
lingkungan, anak mulai belajar mengenai berbagai aspek kehidupan yang
berkaitan dengan nilai, moral, dan sikap. Dalam konteks ini, lingkungan
merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan perilaku.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku
individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik
yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana
rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
akan memengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang
tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola
interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan
berkembang menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta
sikap dan perilaku terpuji. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan berkembang
dengan kondisi psikologis yang penuh dengan konflik, pola interaksi yang
tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan
agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu yang
memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi
diragukan.
Tradisi intelektual Islam telah menempatkan etika (perilaku) akademis
pada posisi yang sangat tinggi. Ini terlihat dari amat seringnya ditemukan
pernyataan yang menggandengkan ilmu dan etika keduanya laksana dua sisi
dari satu koin. (Hasan Asari, 2008:vii). Etika akademis dianggap sedemikian
relevan sehingga mendorong para ulama menulis buku-buku khusus. Etika
(perilaku) seorang individu memiliki tiga peran yang perlu direnungkan
(Salikhin, 2006: 250):
a. Aku diri : Pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan
karena kita memahami diri kita.
b. Aku sosial : Memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam
kehidupan sosial atau tidak.
c. Aku ideal : Bagaimana kita menjadi benar.
Suatu sistem sosial yang paling awal berusaha menumbuhkembangkan
sistem nilai moral, dan sikap kepada anak adalah keluarga. Ini didorong oleh
keinginan dan harapan orang tua yang cukup kuat agar anaknya tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur, mampu membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang
salah, ayng boleh dan tidak boleh dilakukan serta memiliki sikap dan perilaku
yang terpuji sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat sekitar dan agama.
Selanjutnya yang terjadi adalah perilaku (A. Patimbangi, 1988:13)
Melalui proses pendidikan, pengasuhan, pendampingan, perintah, larangan,
menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikap yang baik bagi anak-anaknya
agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas perilaku fisika sebenarnya
adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun
psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip
atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun
A. Desain Peneltian
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian
deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai
suatu gejalah atau fenomena (Prasetyo dan Jannah, 2008:42). Penelitian
Deskriptif Kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan apa adanya
yang terjadi dilapangan dalam bentuk angka-angka dan didukung dengan data
kualitatif.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2008, 80). Jadi populasi
tidak hanya berupa kuantitas namun dapat juga merupakan sifat atau karakteristik
dari suatu objek, misalnya motivasi belajar. Populasi juga dapat diartikan sebagai
semua kemungkinan pengukuran yang perlu diperhatikan, yaitu keseluruhan unit
atau individu dalam ruang lingkup yang diteliti.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan sebagai
penelitian populasi.
C. Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Angket
Angket merupakan metode pengumpulan data dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Pertanyaan
atau pertanyaan tersebut telah disiapkan alternative jawaban. Alternative jawaban
yang digunakan dalam angket ini menggunakan skala Likert. Dalam penelitian
ini, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan pendekatan
contekstual teaching learning (CTL) dan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah
Angket yang digunakan dalam penelitian ini memakai empat alternatif
jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Angket ini merupakan angket yang di
adaptasi dari angket yang mempunyai variabel yang sama dan disesuaikan
dengan variabel dalam penelitian ini.
Adapun langkah – langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai
berikut :
1) Mengkaji teori yang berhubungan dengan variabel
3) Membuat item soal berdasarkan indikator yang telah dibuat
4) Merevisi item-item soal yang dirasa kurang baik (terlampir)
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan bertanya
langsung kepada responden. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada
guru bidang studi Fisika. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
yang lebih mendalam dari guru dan sebagai data pendukung (terlampir).
D. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis menempuh beberapa tahap yang
dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dimulai dengan merancang proposal penelitian, melakukan
seminar proposal dan surat-surat perizinan untuk mengadakan penelitian pada
pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti mulai melakukan pengambilan data.
Pengambilan data tersebut dilakukan dengan membagikan angket kepada seluruh
siswa (dalam hal ini merupakan sampel penelitian) untuk diisi. Dan untuk
memperoleh data pendukung, peneliti melakukan wawamcara tertulis dengan
c. Tahap Analisis
Setelah pengambilan data melalui angket dan wawancara, data tersebut
kemudian diolah secara deskriptif untuk data kualitatif dan secara statistik untuk
data kuantitatif
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka perlu segera
digarap oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
a. Statistik Deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik skor responden penelitian untuk masing-masing variabel.
Adapun rumus yang digunakan, yaitu:
1. Tabulasi frekuensi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Rentang (RT) adalah nilai terbesar dikurangi nilai terkecil.
𝑅𝑇= 𝑁𝑇 − 𝑁𝑅
 Banyak kelas interval
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log 𝑛
 Panjang kelas interval
𝑝
=
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
2. Mean rata-rata (𝐵 )
Dengan :
B = Selisih antara X dan Y
𝐵 = rata-rata B
fi = frekuensi untuk B
𝐵𝑖= tanda kelas interval B
3. Standar Deviasi (SD)
𝑆𝐵 = 𝑓𝑖𝑛−(𝐵𝑖1−𝐵 )
Dengan
SB = simpangan baku
fi = frekuensi untuk B
𝐵𝑖= tanda kelas interval B
𝐵 = rata-rata B
B = Selisih antara X dan Y
4. Kategori
Tabel 3.1
Tabel pengkategori penerapan pendekatan contekstual teaching learning (CTL) dan pmbentukan perilaku fisika
Interval Kategori
b. Statistik Inferensial, yaitu statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian yang diajukan. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus regresi
linier sederhana.
Data yang diperoleh dari observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan
berpangkal pada kenyataan bahwa jumlah pangkat dua (kuadrat) daripada jarak antara
titik-titik dengan garis regresi yang sedang dicari harus sekecil mungkin.
Karena penelitian ini terdiri dari sebuah variabel bebas X dan sebuah variabel
tak bebas Y maka didapat persamaan regresi menngunakan data sampel :
Ŷ= 𝑎 +𝑏𝑋
Kemudian koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linear, dapat dihitung
dengan rumus :
Atau koefisien a, dapat ditentukan dengan rumus :
𝑎 = Ŷ − 𝑏𝑋 (Sudjana 1996, 315).
Untuk analisis selanjutnya, beberapa asumsi harus diambil. Pertama mengingat
hasil pengamatan variabel tak bebas Y belum tentu sama besarnya dengan harga
Asumsi kedua yang diambil adalah bahwa untuk setiap harga X yang diberikan,
variabel tak bebas Y independen dan berdistribusi normal dengan rata-rata dan
varians.
Berpegang kepada asumsi-asumsi di atas, maka varians ditaksir oleh rata-rata
kuadrat penyimpangan sekitar regresi atau disebut juga rata-rata kuadrat residu, yang
rumusnya berbentuk :
𝒔𝒀𝟐.𝑿 = 𝒚𝒊− Ŷ𝒊 𝟐/ 𝒏 − 𝟐
Dengan Y = variabel tak bebas hasil pengamatan, Ŷ = didapat dari regresi
berdasarkan sampel, dan n = ukuran sampel.
Setelah kita menghitung rata-rata kudrat residunya, maka varians-varians lain
untuk regresi linier sederhana dapat ditentukan ialah varians koefisien regresi b
𝑠𝑏2 = 𝑠𝑌2.𝑋 𝑋𝑖 − 𝑋 2
(Sudjana 1996, 321)
Uji Normalitas Data
Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris.
Penggunaan Statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan
dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan pengujian normalitas data.
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, salah
Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah
sebagai berikut :
1. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.
2. Menentukan jumlah kelas interval.
3. Menentukan panjang kelas interval yaitu (data terbesar – data terkecil) dibagi
dengan jumlah kelas interval.
4. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel
penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.
5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan persentase
luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.
6. Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh sekaligus menghitung harga-harga (fo - fh) dan (fo - fh)2 dan menjumlahkannya. Harga ini merupakan
fh
harga Chi Kuadrat (χ2) hitung.
7. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila harga
Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi kuadrat tabel (χh2 ≤
χt2
), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan
Merumuskan H1 dan Ho :
 H1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Contextual
Teaching Learning(CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
 Ho : Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan Contextual Teaching
Learning(CTL) terhadap pembentukan perilaku fisika siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Menguji Hipotesis
Dalam penelitian ini kita ingin mengetahui apakah koefisien-koefisien regresi
linier populasi, 𝜃1 dan, θ2 mempunyai harga tertentu yang dihipotesiskan ataukah
tidak. Dengan demikian perlu diadakan pengujian terhadap hipotesis nol Ho : θ1
= θ10 : dan Ho : θ2 = θ20 dengan θ10 dan θ20 harga-harga yang diketahui.
Pertama-tama akan ditinjau mengenai pengujian hipotesis nol.
Ho : θ2 = θ20 , melawan salah satu alternative
H1 : θ2 ≠ θ20 , atau mungkin
H1 : θ2 < θ20 atau H1: θ2 > θ20.
Kemudian untuk pengujiannya digunakan statistik :
𝑡
=
𝑏−𝛼20Dengan dk untuk distribusi t diambil (n-2). Kriteria pengujian, seperti biasa
dietentukan oleh bentuk alternatif H1. Untuk alternatif H1 : α2 ≠ α20 misalnya,
maka tolak hipotesis Ho jika t ≥ t1 – ½α atau t ≤ -t1 – ½ α dengan distribusi t
Muhammadiyah 12 Makassar
Pendekatan contextual teaching learning CTL pada dasarnya dapat diterapkan
dalam kurikulum apa saja, bidang apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya( Trianto, 2008:25).
Sesuai dengan karakteristiknya, pendekatan CTL memiliki tujuh komponen
utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekaan
CTL, jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTl dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
bagaimanapun keadaannya.
Variable penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) dalam penelitian ini
diungkapkan melalui 30 1tem pertanyaan yang terdapat dalam angket. Angket
alternative jawaban.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah
12 Makassar, penulis dapat mengumpulkan data melalui angket yang diisi oleh
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar, yang kemudian diberi skor
pada masing-masing item soal. Melihat data yang diperoleh pada Tabel 5 dengan
memperhatikan 69 siswa sebagai sampel, 46 orang memperoleh skor penerapan
berada dalam kategori sangat tinggi, dan 1 orang berada dalam kategori sedang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP
Muhaammadiyah 12 Makassar termasuk kategori tinggi. Dimana nilai tersebut
disesuaikan dengan Tabel kategori.
Tabel 1
Skor penerapan pendekatan contextual teaching learning siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar
No Responden Skor
1 Rafly Yudistira 102
2 Anggita Purnamasari 93
3 Andi Asrianti 94
4 A. Muhammad imam 115
5 Agus Kuncoro 96
6 Alfidiana 88
7 Ely Nur Fitriani 97
8 Frda Wahyuni 106
9 Fitriani 112
10 Gustia Rahmawati 98
11 Hajra Syam 88
12 Karlina 95
14 M. abdul Jalil B 96
15 Mahar Muharram Ham 97
16 Misrawati 82
17 Muh anjasmara P 100
18 Muh Alimnas 99
19 Muh Salman Amir 88
20 Muh Ikbal 92
21 Muh Rahmat 95
22 Mustikawati 87
23 Nikita Lestari 92
24 Nurhaeni Amir 86
25 Nur Rahma Rasyid 80
26 Nurul Fatimah 105
27 Ramorna Fitriani Herman 112
28 Reski Nuraida Jamil 105
29 Riska 91
30 Riswanto 100
31 Sitti hawa 86
32 suryaningsih 87
33 Zulkifli Rahman 97
35 Nurul Septiani 101
36 Akbar Tanjung 112
37 Agus Darmawan 97
38 Aliyah Asmal 100
39 Andi Patimang 97
40 Anggun Sasmita 106
41 Dian Pratiwi 90
42 Dian Sari 96
43 Huda Alfatah 111
44 Ibrahim Nas 97
45 Maftuhah Rahima 107
46 Muammar 102
47 Muh Agung 95
48 Muh Amin 95
49 Namriadi 95
50 Nur Mega 87
51 Nurul Saskia 88
52 Refriandi 107
53 Resa Nugraha 107
54 Riski utami 90
56 Sintia Winarti 92
57 St Aminah 90
58 St Hadijah 107
59 Sukri 109
60 Suhartina 99
61 Tria Rahmatika 100
62 Yusriana 103
63 Muh Jamhur 102
64 Nurul Qalbi 96
65 Hatrianah 106
66 Riswandi 99
67 Anugrah Zaenuddin 90
68 Andi djaya 90
69 Andi Rahmani 89
1. Menghitung Rentang
Rentang = Data terbesar – Data Terkeci = 115 – 79
= 36
2. Menghitung Banyak Kelas Interval
= 1 + 3,3 (1,84)
= 7,072 ~ 7
3. Menghitung Panjang Kelas Interval
Panjang Kelas = 𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
=36 7
= 5,14 ~ 5
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Skor Penerapan Pendekatan Contextual
Teaching Learning(CTL)
Tabel 2
Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden
5. Menghitung Nilai Rata-rata (mean)
Tabel 3
Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
Interval fi xi Fi . xi
74 - 79 1 76,5 76,5
interval Tabulasi Frekuensi
80 - 85 1 82,5 82,5
Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi
SD = ∑
fi(xi
−
x)
2n
−
1
=
4507 .8769−1
= 8,14
7. Mengkategorikan skor responden
Skor yang menunjukkan penerapan Contextual Teaching
Learning(CTL) siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tombolo Pao Kabupaten
Gowa yang ditunjukkan pada Tabel di atas, selanjutnya dibuat dalam Tabel
frekuensi sebagai berikut:
Tabel 5
Tabel kategori Skor Penerapan Contextual Teaching Learning
(CTL)
Skor Frekuensi Kategori
30 – 47 0 Sangat rendah
48 – 65 0 Rendah
66 – 83 1 Sedang
84 – 101 46 Tinggi
102 – 120 22 Sangat Tinggi
8. Uji Normalitas Data Skor Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL)
Tabel 6
Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Skor Penerapan Pendekatan Contextual
Teaching Learning(CTL)
Catatan: x = 97,4 dan s = 8,14
Dari tabel pengujian normalitas di atas dapat dilihat bahwa banyak
kelas interval k = 7, sehingga besarnya derajat kebebasan untuk distribusi chi
kuadrat adalah:
distribusi data Penerapan Contextual Teaching Learning (variabel X) tersebut
B. Deskripsi Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar
Pengertian perilaku fisika merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah
yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang
telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan/flasifikasi. Dengan kata lain perilaku fisika sebagai wahana penemuan
dan pengembangan konsep/prinsip/ teori. Konsep/prinsip/ teori yang telah
ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman tentang
keterampilan proses tersebut.
Dari jumlah sampel yang telah ditetapkan sebanyak 69 siswa, untuk
melihat bagaimana perilaku fisika siswa, peneliti menggunakan angket yang
terdiri dari 30 item soal. Melihat data yang diperoleh pada tabel 8 dengan
memperhatikan 69 siswa sebagai sampel, 48 orang memperoleh skor perilaku
fisika yang berada dalam kategori tinggi, dan 1 orang berada dalam kategori
sedang,serta 20 orang dalam kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa siswa kelasVIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
berperilaku fisika yang tergolong tinggi.
Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar, penulis dapat mengumpulkan data melalui
Tabel 7
Skor Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar
No Responden Skor
1 Rafly Yudistira 100
2 Anggita Purnamasari 90
3 Andi Asrianti 90
4 C. Muhammad imam 110
5 Agus Kuncoro 97
6 Alfidiana 89
7 Ely Nur Fitriani 100
8 Frda Wahyuni 112
9 Fitriani 112
10 Gustia Rahmawati 98
11 Hajra Syam 86
12 Karlina 97
13 Khaerunnisa 113
14 M. abdul Jalil B 98
15 Mahar Muharram Ham 97
16 Misrawati 89
18 Muh Alimnas 98
19 Muh Salman Amir 85
20 Muh Ikbal 99
21 Muh Rahmat 96
22 Mustikawati 90
23 Nikita Lestari 95
24 Nurhaeni Amir 88
25 Nur Rahma Rasyid 81
26 Nurul Fatimah 105
27 Ramorna Fitriani Herman 116
28 Reski Nuraida Jamil 110
29 Riska 98
30 Riswanto 100
31 Sitti hawa 87
32 suryaningsih 87
33 Zulkifli Rahman 97
34 Jumardi 106
35 Nurul Septiani 105
36 Akbar Tanjung 110
37 Agus Darmawan 97
39 Andi Patimang 97
40 Anggun Sasmita 106
41 Dian Pratiwi 95
42 Dian Sari 96
43 Huda Alfatah 109
44 Ibrahim Nas 92
45 Maftuhah Rahima 107
46 Muammar 100
47 Muh Agung 98
48 Muh Amin 95
49 Namriadi 95
50 Nur Mega 87
51 Nurul Saskia 89
52 Refriandi 107
53 Resa Nugraha 107
54 Riski utami 90
55 Samsul Marlin 112
56 Sintia Winarti 96
57 St Aminah 90
58 St Hadijah 107
60 Suhartina 98
61 Tria Rahmatika 100
62 Yusriana 103
63 Muh Jamhur 109
64 Nurul Qalbi 100
65 Hatrianah 106
66 Riswandi 98
67 Anugrah Zaenuddin 98
68 Andi djaya 98
69 Andi Rahmani 87
1. Menghitung Rentang
Rentang = Data Terbesar – Data Terkecil = 116 – 81
= 35
2. Menghitung Banyak Kelas Interval
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 69
= 1 + 3,3 (1,84)
3. Menghitung Panjang Kelas Interval
9. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pembentukan Perilaku Fisika
Tabel 8
Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden
Interval Tabulasi Frekuensi
75- 80 - 0
Tabel Penolong Untuk Menghitung Nilai Mean
Jumlah 69 - 6947.5
Tabel Penolong Untuk Menghitung Nilai Standar Deviasi
12.Mengkategorikan Skor Responden
Skor yang menunjukkan perilaku fisika siswa kelas VIII SMP Negeri
2 Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang ditunjukkan pada tabel di atas,
selanjutnya dibuat dalam tabel frekuensi sebagai berikut:
Tabel 11
Tabel Frekuensi Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Tingkat penguasaan (%) Frekuensi Kategori perilaku fisika 30 – 47
Uji normalitas data Perilaku Fisika
Tabel 12
Tabel Penolong Pengujian Normalitas Data Perilaku Fisika
111 – 116 113.5 1.48 0.4306 0.0548 6 3.78 1.30
119.5 2.18 0.4854 0.0528
Jumlah 69 54 6.13
Dari tabel pengujian normalitas di atas dapat dilihat bahwa banyak kelas
interval k = 7, sehingga besarnya derajat kebebasan untuk distribusi Chi Kuadrat
adalah:
dk = k – 3 = 7 – 3 = 4
dengan taraf nyata untuk pengujian, α = 0,05. Dengan demikian harga Chi
Kuadrat pada tabel yaitu: χ2
(1-α)(dk) = χ2(0,95)(4) = 9,49 . karena harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (6,13 < 9,49), maka distribusi data
hasil tes kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika (variabel Y) tersebut
normal.
C. Pengaruh Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) Terhadap
Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar
Untuk melihat pengaruh antara variable X terhadap Y digunakan statistic
regresi linier sederhana. Persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variable dependen (Y) bila nilai variable independen
dimanipulasi (diubah-ubah).
Untuk menemukan persamaan garis regresi, maka harus dihitung terlebih
= 123,07 dan nilai b = 0,25. Sehingga diperoleh garir regresi Y = 123,07 + 0,25
X .
Pengaruh Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) Terhadap
Pembentukan Perilaku Fisika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 13
Data Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) (X) dan Pembentukan Perilaku
𝑎 = ∑ 𝑌𝑖 ∑ 𝑋𝑖2 − ∑ 𝑋𝑖 (∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
Artinya jika Penerapan Contextual Teaching Learning(CTL) dalam
proses pembelajaran siswa, maka akan memberikan peningkatan terhadap
perilaku fisika.
Ŷ = 123,07 + 0,25 X
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang telah ditentukan maka
terlebih dahulu dicari simpangan baku regresi dan simpangan baku koefisien
regresi b (penduga b) sebagai berikut:
Tabel 14
Tabel Penolong Untuk Menghitung Simpangan Baku Regresi dan
Koefisien Regresi b
151.82 -41.82 1748.912 17 289
5
96 97
147.07 -50.07 2507.005 -2 4
6
88 89
145.07 -56.07 3143.845 -10 100
7
97 100