• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dapatlah dikemukakan kesimpulan-kesimpulan. 1.1 Pelaksanaan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara dalam memberikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dapatlah dikemukakan kesimpulan-kesimpulan. 1.1 Pelaksanaan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara dalam memberikan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dapatlah dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan melalui penelitian disertasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1.1 Pelaksanaan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara dalam memberikan

perlindungan hukum bagi pencari keadilan yang obyeknya izin pemanfaatan hutan belum dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan prinsip yang terkandung dalam falsafah negara RI yaitu Pancasila yaitu perlindungan terhadap hak-hak perseorangan yang sekaligus melindungi hak-hak masyarakat. Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

a. Dari aspek keadilan substantif, pelaksanaan fungsi PTUN dalam

menyelesaikan Sengketa TUN yang obyeknya izin pemanfaatan hutan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta maupun Pengadilan Tata Usaha Negara Palangkaraya hanya mampu memberikan perlindungan hukum bagi hak-hak perseorangan atau individu saja, akan tetapi belum mampu mewujudkan keselarasan dan keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan masyarakat.

(2)

b. Dari aspek keadilan prosedural, fungsi PTUN telah dapat dilaksanakan sesuai prosedur yang adil, hanya pelaksanaan fungsi tersebut belum sepenuhnya optimal, karena tidak diaturnya upaya perdamaian dan batas waktu penyelesaian sengketa sampai tingkat kasasi, serta tidak maksimalnya pemberian nasihat oleh hakim dalam tahap pemeriksaan persiapan.

1.2 Pelaksanaan fungsi PTUN yang belum memberikan perlindungan hukum

bagi pencari keadilan serta mampu mengakomodir kepentingan masyarakat maupun pelestarian hutan sesuai karakteristik dari obyek sengketanya yaitu izin pemanfaatan hutan, menunjukkan bahwa tujuan diterapkannya teori pemisahan kekuasaan belum terwujud di Indonesia. Tujuan digunakannya teori pemisahan kekuasaan disesuaikan dengan tujuan negara masing-masing negara. Tujuan diadakannya pemisahan kekuasaan di Indonesia adalah untuk memberikan perlindungan rakyat dan mewujudkan kesejahteraan rakyat khususnya dalam pemanfaatan hutan. Penyelesaian sengketa izin pemanfaatan hutan oleh PTUN masih menyisakan berbagai persoalan di dalam masyarakat, hal ini menunjukkan bawa PTUN sebagai bagian dari kekuasaan kehakiman belum mampu memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat. Hal ini disebabkan asas-asas yang berlaku dalam hukum lingkungan pada umumnya dan hukum kehutanan pada khususnya seperti asas pembangunan berkelanjutan dan asas-asas kehati-hatian serta nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya tercermin

(3)

dalam hukum acara PTUN maupun putusan-putusan Hakim TUN dalam perkara pemanfaatan hutan.

2. Adanya sejumlah kendala dalam pelaksanaan fungsi PTUN menyebabkan PTUN

tidak dapat memberikan perlindungan hukum yang optimal bagi pencari keadilan yang obyeknya izin pemanfaatan hutan. Kendala-kendala tersebut muncul karena teori pengawasan dipahami terlalu sempit. Pengawasan yang dilakukan oleh PTUN hanya terbatas mengawasi saja, tidak disertai kegiatan untuk memberikan koreksi dari hasil pengawasan. Pemahaman makna pengawasan yang sempit ini tercermin dalam pengaturan mengenai fungsi PTUN dan putusan-putusan PTUN. Kendala-kendala tersebut meliputi :

1.1 Kendala substansi hukum

a. Kendala terhadap peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan yang memberikan kewenangan hakim yang terbatas dalam mengadili yaitu terbatas menyatakan ketidakabsahan KTUN yang digugat, hal ini dikarenakan pengawasan hanya dipahami sebagai kegiatan mengawasi yang tidak disertai tindakan korektif. Hakim tidak diberikan kewenangan untuk melakukan revisi terhadap KTUN yang menjadi obyek sengketa. Hal ini menjadi kendala PTUN dalam memberikan perlindungan hukum yang optimal bagi pencari keadilan yaitu terpenuhinya hak pencari keadilan tanpa mengabaikan kepentingan masyarakat maupun kepentingan kelestarian hutan.

(4)

b. Kendala sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan. AAUPB merupakan alat uji hakim dalam pengujian KTUN sebagai obyek sengketa. AAUPB tersebut juga merupakan kaidah atau pedoman bagi pejabat pemerintah dalam membuat kebijakan atau mengeluarkan KTUN. Dalam bidang kehutanan terdapat asas pembangunan berkelanjutan yang dijadikan pedoman atau kaidah bagi pejabat pemerintah di dalam mengeluarkan KTUN izin pemanfaatan. Asas ini tidak dijadikan alat uji bagi hakim dalam menyelesaikan sengketa yang obyeknya izin pemanfaatan hutan. Hal ini menyebabkan tidak adanya sinkronisasi UU PTUN dengan Pasal 33 ayat (4) UUD Negara RI 1945, dan tidak ada harmonisasi UU PTUN dengan UU Kehutanan, sehingga Putusan PTUN belum mampu memberikan perlindungan hukum bagi pencari keadilan sekaligus perlindungan terhadap kelestarian hutan. c. Kendala pelaksana hukum

Dalam pelaksanaan fungsi PTUN tidak terdapat eksekutor atau pelaksana yang mampu memaksa pejabat untuk melaksanakan Putusan PTUN, hal ini juga disebabkan oleh pemahaman teori pengawasan yang sempit. PTUN hanya melakukan kegiatan mengawasi, sedangkan tindakan koreksi termasuk penerapan sanksi bukan bagian dari kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh PTUN. Kewenangan melaksanakan putusan adalah kewenangan eksekutif, dalam hal PTUN yang

(5)

melaksanakan putusan maka PTUN dianggap duduk di kursi eksekutif. Hal inilah yang menyebabkan hingga sekarang belum ada peraturan pelaksanaan dari ketentuan yang mengatur mengenai uang paksa, dan peraturan pemerintah yang merupakan pedoman bagi presiden dalam memberikan sanksi bagi pejabat yang tidak bersedia secara sukarela melaksanakan putusan. Hal ini menyebabkan perlindungan hukum bagi pencari keadilan menjadi tidak optimal, karena dalam hal pejabat atau badan TUN tidak bersedia secara sukarela melaksanakan putusan maka pencari keadilan tidak dapat menikmati kemenangannya.

1.2 Kendala kelembagaan hukum

a. Belum terpenuhinya keberadaan Pengadilan TUN di tiap kabupaten/kota

dan PT TUN di tiap provinsi menjadi kendala tersendiri bagi pencari keadilan. Dalam perkara TUN yang obyeknya izin pemanfaatan hutan, seringkali pencari keadilan adalah masyarakat di sekitar hutan yang penghidupannya dari sumber daya yang ada di hutan atau masyarakat hukum adat yang tinggal di dalam hutan. Tidak terpenuhinya keberadaan Pengadilan TUN dan PT TUN sesuai dengan ketentuan, menyebabkan akses masyarakat untuk mendapatkan keadilan melalui PTUN menjadi sangat kecil.

b. Kendala lainnya adalah berkaitan dengan pemahaman hakim berkaitan dengan persoalan-persoalan di bidang kehutanan. Persoalan kehutanan tidak hanya persoalan perorangan saja tetapi menyangkut

(6)

persoalan-persoalan yang lebih seperti persoalan-persoalan akses masyarakat yang tinggal di sekitar hutan terhadap sumberdaya hutan, persoalan keseimbangan antara pemaanfaatan hutan dan kelestariannya, persoalan kelestarian satwa dan tumbuhan langka, persoalan hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia, dan sebagainya. Dalam memutus sengketa bidang kehutanan, hakim harus mempertimbangkan persoalan-persoalan tersebut dalam putusannya. Jika tidak demikian, putusan hakim akan cenderung memberikan keadilan bagi hak perseorangan saja dan mengabaikan hak-hak masyarakat.

2. Langkah-langkah hukum diperlukan untuk memperbaiki fungsi PTUN agar

PTUN Mampu Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pencari Keadilan yang Obyek Sengketanya Izin Pemanfaatan Hutan. Langkah hukum yang diambil berpijak pada kendala-kendala yang menyebabkan PTUN tidak mampu memberikan perlindungan hukum yang optimal bagi pencari keadilan. Dalam mengadakan pembaharuan fungsi PTUN ini berlandaskan pada teori keadilan Pancasila yaitu keadilan yang didasarkan pada sila kelima Pancasila yang dijiwai pula oleh sila-sila lainnya.

3.1 Langkah untuk mengatasi kendala substansi hukum.

a. Langkah untuk mengatasi kendala peraturan perundang-undangan.

Diperlukan penguatan fungsi PTUN dalam memberikan perlindungan hukum bagi pencari keadilan yang obyeknya izin pemanfaatan dengan memberikan kewenangan kepada hakim PTUN untuk dapat melakukan

(7)

revisi terhadap KTUN yang digugat dalam putusannnya. Kewenangan hakim merevisi obyek sengketa izin pemanfaatan hutan, akan memperbesar keleluasaan hakim untuk mewujudkan keadilan berdasarkan sila kelima Pancasila.

b. Langkah untuk mengatasi kendala sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan.

Perlu dilakukan pengembangan AAUPB sesuai dengan berkembangnya Sengketa TUN dari berbagai sektor termasuk di sektor kehutanan. Dalam Sengketa TUN yang obyeknya izin pemanfaatan hutan, perlu dikembangkan asas pembangunan berkelanjutan sebagai AAUPB melalui pengaturan dalam peraturan perundang-undangan atau melalui putusan hakim. Sehingga terjadi sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai asas yang digunakan sebagai kaidah atau pedoman pejabat dalam mengeluarkan KTUN izin pemanfaatan hutan dengan asas yang digunakan sebagai alat pengujian hakim dalam penyelesaian sengketa yang obyeknya izin pemanfaatan hutan. Pengujian izin pemanfaatan hutan dengan menggunakan asas pembangunan berkelanjutan akan lebih bisa mengakomodir nilai-nilai dalam Pancasila ke dalam Putusan Hakim.

c. Langkah untuk mengatasi kendala pelaksana hukum

Harus ada eksekutor untuk melaksanakan putusan pengadilan dalam hal pejabat TUN tidak bersedia secara sukarela melaksanakan putusan, selain

(8)

itu perlu segera dikeluarkan peraturan pelaksanaan sebagai pedoman bagi eksekutor dalam melaksanakan wewenangnya sebagai eksekutor atau pelaksana Putusan Pengadilan TUN . Upaya memperkuat kewenangan eksekutor dalam pelaksanaan PTUN harus memperhatikan nilai-nilai dalam Pancasila sehingga kepentingan umum/publik tidak dikorbankan.

3.2 Langkah untuk mengatasi kendala kelembagaan hukum

a. Hakim yang mengadili perkara yang obyeknya izin pemanfaatan hutan seharusnya tidak hanya menguasai hukum administrasi saja, tetapi juga memahami hukum kehutanan, sehingga Hakim PTUN dapat memproduksi putusan yang mempunyai pertimbangan untuk kepentingan pelestarian hutan.

b. Keberadaan Pengadilan Tata Usaha Negara yang mudah diakses oleh rakyat pencari keadilan, sehingga rakyat tidak mengalami kesulitan ketika hendak memperjuangkan hak-haknya melalui peradilan tata usaha negara. B.Saran

1. Perlu lebih diperkuat landasan filosofis Pancasila dalam proses penyelesaian Sengketa TUN yang obyeknya izin pemanfaatan dan dalam Putusan Hakim, sehingga PTUN mampu mewujudkan perlindungan hukum yang optimal bagi pencari keadilan dan perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan maupun perlindungan terhadap kelestarian hutan.

2. Perlu dilakukan penyempurnaan terhadap fungsi PTUN terutama mengenai kewenangan hakim dalam memutus, dasar pengujian KTUN bagi hakim,

(9)

pengaturan yang jelas mengenai eksekutor putusan PTUN dan kewenangannya, susunan majelis hakim dalam sengketa izin pemanfaatan, diberikannya ruang perdamaian bagi para pihak, pengadaan lembaga Pengadilan TUN dan Pengadilan Tinggi TUN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga PTUN mampu memberikan perlindungan hukum bagi pencari keadilan baik keadilan prosedural dan keadilan substansial.

3. Perlu diterbitkan UU PTUN yang baru untuk menggantikan UU PTUN

sebelumnya, yang lebih memberikan penguatan Fungsi PTUN sebagai lembaga pengawasan, sehingga dalam menjalankan fungsinya lebih mempunyai kreativitas dan inovasi dalam penyelesaian Sengketa TUN mengenai izin pemanfaatan hutan, yang pada akhirnya dengan penguatan fungsi PTUN tersebut diharapkan PTUN mampu memberikan perlindungan yang optimal bagi rakyat berdasarkan Pancasila sebagai falsafah Negara RI.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan isi buku ini, secara metaforis, dapat mendo- rong Anda menjadi Coach yang mampu berperan seba- gaimana jamu beras kencur : menghibur, menyembuhkan dan/atau

Ukuran audience proximity secara geografis yangmenjadi keunggulan (media cetak, radio, tv lokal) selama ini menjadi semakin absurd pada media online. Melalui

Walaupun pergerakan IHSG masih akan diwarnai oleh reaksi pasar terhadap rilis data inflasi tahunan yang naik, namun hari ini IHSG masih berpeluang untuk menguat, seiring

Perlakuan yang akan diuji adalah pengaruh perbedaan sistem aerasi meliputi kontrol, keramik, dan nano terhadap laju pertumbuhan bobot harian dan tingkat

Dalam penelitian yang bersifat percobaan, pada pelaksanaannya bisa terjadi bahwa data percobaan yang diperoleh tidak lengkap, hal ini terjadi karena adanya data yang hilang

Perbedaan yang menjadikan penelitian penulis orisinil yakni menekankan pada faktor-faktor yang memengaruhi sikap abstain Amerika Serikat dalam Sidang DK PBB pada

Keinginan Suriah mewujudkan Suriah Raya dengan menjadikan Lebanon masuk dalam wilayah Suriah dengan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Lebanon dan putusnya