• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan. oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Wong,2000).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan. oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Wong,2000)."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian

Pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Wong,2000).

Bronchopneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pnemunia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (Dongoes, 2000 : 164).

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru, tetapi juga pada bronkioli, faktor lain yang mempengaruhi timbulnya broncopneumonia adalah penyakit menahun, berat badan anak yang turun karena kurang kalori protein (H. Slamet S.K.E.2001; 790).

Bronchopneumonia adalah suatu infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli dan cabang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing yang sering terjadi pada anak dan dipengaruhi oleh timbulnya bronchopneumonia antara lain penyakit menahun, berat badan anak yang turun karena kurang kalori protein.

B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi

Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ pernapasan tersebut dibedakan menjadi dua bagian dimana udara mengalir, yaitu rongga hidung, pharyng, laryng, trachea dan bagian paru-paru yang

(2)

berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah. Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala, yaitu :

a. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :

1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara para nasalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.

2) Pharyng (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (naso faryng), di belakang mulut (oro faryng) dan di belakang laryng (faryng laringeal). b. Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri dari:

1) Laryng (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faryng yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faryng sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya. 2) Trakhea (batang tenggorok), yang ± 9 cm panjangnya Trakhea berjalan

dari laryng sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).

3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama. Bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut yang lebih lancip. Keanehan

(3)

anatomis ini mempunyai makna klinik yang penting. Tabung endotrakhea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten, yang mudah masuk ke dalam cabang utama bronchus kanan. Kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah jalan, maka tidak dapat masuk ke dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah memasukan kateter untuk melakukan pengisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan karena arahnya vertical. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang dinamakan bronkhiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronkhiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara di bawah tingkat bronchiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Di luar bronkhiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkhiolus respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus

(4)

alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.

4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga thoraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai aspek dan basis. Arteria pulmonalis dan darah arteria bronkhialis, bronchus, saraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interloaris. Paru-paru kiri di bagi menjadi dua lobus. Kemudian lobus tersebut dibagi lagi menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronchus paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9. Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia biasanya hanya terbatas pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada 2 macam : pleura parietal yang melapisi rongga thoraks sedangkan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara pleura parietal dan pleura visceral terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan thoraks dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas yang saling di letakan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu sama lain, tetapi keduanya tidak dapat di pisahkan dengan mudah begitu saja hal yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru dan thoraks. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,

(5)

sehingga mencegah kolaps paru-paru kalau terserang penyakit, pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps. Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang membentuk dasar rongga thoraks dan memisahkan rongga tersebut dari rongga abdomen (Pearce,Evelin,1987).

Gambar Anatomi Saluran Pernafasan

(Pearce Evelin, 1997) 2. Fisiologi

a. Pernapasan Paru-Paru (Pernapasan Pulmoner)

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas O2 dan C02. Pada pernapasan

melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, O2 dipungut melalui hidung dan

mulut, pada waktu bernapas O2 masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke

(6)

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan O2 dari darah, O2 menembus membran ini dan dipungut oleh

hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan O2 100 mmHg dan pada tingkatan Hb 95 % jenuh O2.

Di dalam paru-paru, CO2 salah satu hasil buangan metabolisme

menembus membran alveolar kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea, dilepaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung O2 masuk ke seluruh

tubuh, CO2 dari seluruh tubuh masuk paru-paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah yang bisa dicapai untuk semua bagian.

4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler, CO2 lebih

mudah berdifusi daripada O2.

b. Pernapasan Jaringan (Pernapasan Interna)

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung O2 dari seluruh

(7)

mengeluarkan O2 ke dalam jaringan, mengambil CO2 untuk dibawa ke

paru-paru dan di paru-paru-paru-paru terjadi pernapasan eksterna. c. Daya Muat Paru-Paru

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml - 5000 ml (4,5 - 5 L). Udara diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 % ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernapasan biasa.

Pada seorang laki-laki normal (4 - 5 liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit paru-paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot pernapasan.

d. Pengendalian Pernapasan

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spiralis ke otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis).

1) Pengendalian oleh saraf

Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan, melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.

(8)

2) Pengendalian secara kimia

Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan, pusat pernapasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, CO2 adalah

produksi asam dan metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.

e. Kecepatan Pernapasan

Pada wanita lebih tinggi dari pria, pernapasan secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi - istirahat - ekspirasi, disebut juga Pernapasan terbalik.

Kecepatan normal setiap menit Bayi baru lahir : 30-40 x/menit 12 bulan : 30 x/menit 2-5 tahun : 24 x/menit Orang dewasa : 10-20 x/menit

Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Kenaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik

(9)

masuk ke dalam saluran, udara, Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.

Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat elastis paru-paru itu gerakan ini adalah proses pasif.

Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alas nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.

f. Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen (O2)

Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut, O2 dapat diatur

menurut keperluan orang tergantung pada O2 untuk hidupnya, kalau tidak

mendapatkannya selama lebih dari 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien meninggal.

Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastik dan menjadi mati lemas. Tetapi bila penyediaan O2 hanya berkurang, maka pasien menjadi kacau pikiran, ia

menderita anoksia serebralis.

Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, di dalam tank dan ruang ketel uap, O2 yang ada

mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi O2 untuk pernapasan atau

tidak dipindahkan ke udara yang normal maka mereka akan meninggal karena anoksemia atau anoksia atau hypoksemia atau hypoksia.

(10)

Bila O2 di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang

dan menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru-biruan atau Sianosis (Pearce,Evlin,1987).

C. Etiologi

Penyebab bronchopneumonia antara lain : 1. Bakteri

a. Bakteri gram positif

1) Streptoccus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).

2) Straphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokumial).

b. Bakteri gram negatif

1) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).

2) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, tracheostomi dan infeksi saluran kemih),

3) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis). 4) Virus misalnya, virus influenza, cytomegalovirus.

c. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).

d. Bakteri alypical (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).

(11)

3. Jamur seperti histoplasmosis, coccidiornikosis, Candida albicans.

4. Aspirasi (makanan, kirosen, amnion, benda asing ) (Ngastiyah, 1997 : 38 ) ( Wong,2000).

D. Pathofisiologi

Proses terjadinya pneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke mukus jalan nafas, kuman tersebut berkembang baik di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mucus dan merangsang batuk, mikro organisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal, pengisian cairan di alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain, keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vascular dan penurunan darah kapiler.

Oedema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance, menimbulkan atelektasis dan kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses pneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada alveoli dan bronchi, akan menurunkan tekanan oksigen arteri, darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.

Sistem sistemik panas karena infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenous pyrogen, bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkatkan laju atau kecepatan metabolisme.

(12)

Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhicardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernapasan sehingga menyebabkan dehidrasi (Price,1995).

E. Manifestasi Klinik

Biasanya penderita pneumonia mengalami serangan berupa : 1. Demam

2. Malaise

3. Nafas cepat dan dangkal 4. Batuk

5. Sputum yang purulen 6. Nyeri dada pleuristik 7. terdapat suara ronchi 8. Anoreksia

9. Mual muntah

10. Diare (Wong,2000)

F. Penatalaksanaan Klinis 1. Oksigcn 1 - 2 liter / menit.

2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan enternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor muskosilier.

(13)

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

(Arif Mansjoer, 2000) G. Komplikasi

Komplikasi Pneumonia meliputi : 1. Efusi pleura

2. Empyema

3. Tension pneumothorak

4. Otitis media akut (Wong, 2000) H. Pengkajian Fokus

1. Fokus pengkajian

Usia: Pneumonia sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.

2. Keluhan utama : Sesak nafas 3. Riwayat penyakit :

a. Pneumonia virus

Diduhului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada pneumonia bakteri .

b. Pneumonia stafilokokus (bakteri)

Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari hingga minggu, kondisi suhu tubuh tinggi,batuk mengalami kesulitan pernafasan.

(14)

Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas riwayat penyakit campak fertusis (pada bronkopneumonia).

5. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksik : Perlu diperhatikan adanya takipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas.pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.

b. Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin, meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami peningkatan.

c. Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.

d. Auskultasi : Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, suara nafas berkurang, ronchi halus pada sisi yamg sakit dan ronchi pada sisi yang resolusi, pernafasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura (Nursalam, 2005).

6. Pertumbuhan dan Perkembangan selama masa bayi a. Usia 1 bulan

Fisik : Penambahan berat badan 150 – 120 gr setiap minggu selama 6 bulan pertama. Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama 6 bulan pertama. Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap bulan pertama selama 6 bulan pertama. Ada reflek primitif dan kuat, reflek mata boneka dan reflek

(15)

dansa menghilang. Pernafasan hidung harus terjadi pada kebanyakan bayi.

Motorik kasar : Memilih posisi fleksi dengan pelvis tinggi tetapi lutut tidak di bawah abdomen bila telungkup (pada saat lahir, lutut fleksi di bawah abdomen), dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain bila telungkup, mengangkat kepala sebentar dari tempat tidur. Mengalami head lag yang nyata, khususnya bila menarik kepala dari posisi berbaring ke posisi duduk. Menahan kepala sebentar secara paralel dan dalam garis tengah dan tertahan dalam posisi telungkup. Menunjukkan posisi reflek leher tonik asimetris bila terlentang. Bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh lemas pada lutut dan panggul. Pada posisi duduk, punggung memutar bersamaan tidak ada kontrol kepala.

Motorik halus : Tangan tertutup secara umum. Reflek menggenggam kuat. Tangan mengatuk pada kontak dengan mainan

Sensori : Mampu memfiksasi objek bergerak dalam rentang 450 bila digendong pada jarak 20 – 25 cm. ketajaman penglihatan mendekati 20/100, mengikuti sinar sampai garis tengah. Diam bila mendengar suara.

Vokalisasi : Menangis untuk mengekspresikan ketidaksenangan. Membuat bunyi kecil dengan suara tenggorok. Membuat bunyi tenang selama makan.

(16)

Sosialisasi : Ada dalam fase sensori motorik tahap 1, penggunaan reflek-reflek (lahir sampai satu bulan) dan tahap 2 reaksi sirkular utama (1 sampai 4 bulan). Memandang wajah orang tua secara terus - menerus saat mereka bicara pada bayi.

b. Usia 2 bulan

Fisik : Fontanel posterior menutup reflek merangkap hilang

Motorik kasar : Menunjukkan posisi yang kurang fleksi bila telungkup, panggul datar, kaki terektensi, lengan fleksi, kepala ke satu sisi, head lag berkurang bila menarik ke posisi duduk. Dapat mempertahankan kepala dalam kesejajaran yang sama dengan posisi tubuh yang lain ketika ditahan dalam suspensi sentral. Bila telungkup dapat mengangkat kepala hampir 450 dari kepala. Bila digendong dalam posisi duduk, kepala ditahan ke atas tetapi menunduk ke depan. Menunjukkan posisi reflek tonis asimetris secara intermitten.

Motorik halus : Tangan sering terbuka, reflek menggenggam menghilang. Sensori : Mulai memfiksasi binocular dan konfergen pada objek

dekat. Bila terlentang mainan yang tergantung dari satu sisi ke titik garis tengah. Secara visual mencari untuk mengalokasi bunyi. Memutar kepala ke satu sisi bila bunyi dibuat pada ketinggian telinga.

Vokalisasi : Bersuara berbeda dari menangis, tangisan mendengkut bersuara pada wajah yang dikena.

(17)

Sosialisasi : Menunjukkan senyum social sebagai respon terhadap berbagai stimulus.

c. Usia 3 bulan

Fisik : Reflek primitive menghilang

Motorik kasar : Mampu menahan kepala lebih tegak, bila duduk tapi masih ke depan. Hanya sedikit mengalami heag lag yaitu bila menarik kepala ke posisi duduk. Mendapatkan posisi duduk simetrik. Mampu mengangkat kepala dan bahu dari posisi telungkup sampai sudut 45 – 900 dari meja, menahan beban berat pada lengan bawah. Bila digendong pada posisi berdiri, mampu menahan sedikit fraksi beban berat pada kakinya. Memegang tangan sendiri.

Motorik halus : Secara aktif memegang mainan tetapi tidak akan mencapai mainan itu. Reflek menggenggam tidak ada, tangan tetap telungkup rapat. Menggenggam tangan sendiri, menarik selimut atau pakaian.

Sensori : Mengikuti objek ke perifer (1800) melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke samping dan melihat arah yang sama. Mulai mempunyai kemampuan untuk mengkoordinasikan dari berbagai organ indera.

Vokalisasi : Menjerit keras untuk menunjukkan kesenangan. Mendengkur, mengguman, tertawa. Bersuara bila tersenyum

(18)

“bicara” banyak hal bila diajak bicara. Menangis berkurang selama periode terbangun.

Sosialisasi : Menunjukkan minat yang dapat dipertimbangkan terhadap sekitarnya. Berhenti menangis bila orang tua memasuki ruangan. Dapat mengenali wajah yang di kenal seperti botol minum. Menunjukkan kewaspadaan terhadap situasi asing. d. Usia 4 bulan

Fisik : Mulai merangkak reflek moro, tonik leher, dan rooting telah menghilang.

Motorik kasar : Hampir tidak mengalami had lag ketika menarik posisi duduk. Keseimbangan kepala pada posisi duduk baik, punggung sedikit melengkung, melengkung hanya dalam area lumbal. Mampu duduk tegak bila disandar. Mampu mengangkat kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 900. Mengambil posisi simetris utama. Berguling dari posisi telungkung ke posisi lain .

Motorik halus : Melihat dan memainkan tangan, menarik pakaian atau selimut ke atas wajah untuk bermain. Mencoba meraih objek dengan tangan tetapi melampaui. Menggemgang objek dengan kedua tangan. Bermain dengan mainan yang ditempatkan di tangan mencarinya tetapi tidak dapat mnengambilnya bila dijatuhkan. Dapat memasukkan objek ke mulut.

(19)

Sensori : Mampu mengakomodasi pada objek dekat. Penglihatan binocular cukup baik terbentuk. dapat memfokuskan pada blok yang berada pada jarak 1,25 cm dimulainya koordinasi mata tangan .

Vokalisasi : Membuat konsonan n, k, g, p, h, tertawa keras, suara berubah sesuai alam perasaan.

Sosialisasi : Ada dalam tahap 3 reaksi, sirkular sekunder, menuntut perhatian dengan rewel menjadi bosan bila ditinggal sendirian. Menikmati interaksi social dengan orang. Mengantisipasi pemberian makan bila melihat botol atau ibu bila menyusui dengan ASI, menunjukkan kesenangan dengan seluruh tubuh, menjerit, bernafas dengan keras. Menunjukkan minat dalam rangsang kuat. Mulai menunjukkan memori .

e. Usia 5 bulan

Fisik : Memulai tanda-tanda pertumbuhan gigi, berat badan lahir menjadi 2 kali lipat.

Motorik kasar : Tidak ada head lag ketika menarik kepala untuk posisi duduk, bila duduk mampu menahan kepala tegak dan mantap. Mampu duduk untuk periode yang yang lebih lama bila punggung disokong dengan baik. Punggung tegak. Bila telungkup menunjukkan posisi simetris dengan lengan

(20)

ekstensi. Dapat membalik dari posisi telungkup ke telengtang. Bila telentang menempatkan kaki ke mulut.

Motorik halus : Mampu menggenggam objek secara volunter, menggunakan genggaman kelapa, pendekatan bidextrous. Memainkan jari-jari kaki. Mengambil objek secara langsung, memegang satu kota sementara memperhatikan kotak yang lain.

Sensori : Secara visual mengikuti objek yang dijatuhkan,. Mampu melanjutkan inspeksi visual terhadap suatu objek dapat melokalisasi yang dibuat di bawah telinga.

Vokalisasi : Menjerit. Membuat bunyi gumanan fokal yang diselingi dengan bunyi konsonan (mis, ah,goo) .

Sosialisasi : Tersenyum pada bayangan di cermin. Memegang botol atau payudara dengan kedua tangan. Lebih antusias bermain, tetapi mungkin mengalami perubahan alam perasaan yang cepat . Mampu membedakan orang asing dari keluarga. Memvokalisasikan ketidaksenangan bila objek diambil. Menemukan bagian-bagiaan tubuh.

f. Usia 6 bulan

Fisik : Laju pertumbuhan mulai menurun. Penambahan berat badan 90 -150 g setiap minggu selama 6 bulan berikutnya. Gigi geligi mulai dengan pertumbuhan dua gigi insisi sentral bawah. Mengunyah dan menggigit mulai terjadi.

(21)

Motorik Kasar : Bila telungkup dapat mengangkat dada dan abdomen bagian atas dari atas meja, membebankan berat badan pada tangan. Bila akan menarik untuk posisi duduk , mengangkat kepala. Duduk pada kursi tinggi dengan punggung tegak. Terguling dari telungkup ke terlentang. Bila digendong dalam posisi berdiri , membebankan hampir semua berat badan. Memegang tangan tidak ada lagi.

Motorik halus : Mengamankan objek yang jatuh . Menjatuhkan satu kotak bila kotak lain diberikan . Menggengam dan memanipulasi objek kecil. Memegang botol. Menggenggam kaki dan menarik ke mulut.

Sensori : Menyesuaikan postur untuk melihat objek . Lebih menyukai rangsang visual yang komplek. Dapat melokalisasikan bunyi yang dibuat diatas telinga. Akan memalingkan kepala pada sisi, kemudian melihat ke bawah.

Vokalisasi : Memulai menyebutkan bunyi – bunyian. Mengoceh menyerupai ungkapan satu suku kata ma, mu, da, di, hi. Memvokalisasi terhadap mainanan, bayangan cermin. Menikmati mendengarkan suara sendiri (penguatan diri). Sosialisasi : Mengenali orang tua, mulai takut pada orang asing,

memegang tangan untuk mengambil. Mempunyai kesukaan dan ketidaksukaan pasti. Sedang mendengarkan langkah kaki. Tertawa bila kepala disembunyikan di handuk. Mencari

(22)

sejenak objek yang dijatuhkan (mulai memetapkan objek). Sering berubah alam perasaan dari menangis menjadi tertawa dengan sedikit atau tanpa propokasi.

g. Usia 7 bulan

Fisik : Pertumbuhan gigi insisi tengah atas.

Motorik kasar : Bila terlentang secara spontan mengangkat kepala dari meja. Duduk menyandar ke depan dengan kedua tangan. Bila telungkup membebankan berat badan pada 1 tangan. Duduk tegak sebentar. Membebankan seluruh berat badan pada kaki. Bila digendong dalam posisi berdiri, melonjat secara aktif.

Motorik halus : Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain. Mempunyai pendekatan unidextrous dan menggenggam. Memegang kedua kotak lebih dari sebentar. Membanting kotak kemeja. Menggaruk pada objek kecil.

Sensori : Dapat memfiksasi objek yang sangat kecil. Berespon terhadap nama sendiri, melokasisasi bunyi dengan memalingkan kepala pada lengkungan. Mulai menyadari kedalaman dan ruang. Mempunyai kesukaan rasa.

Vokalisasi : Menghasilkan bunyi vocal menggabungkan suku kata baba, dada, kaka. Melokalisasikan empat bunyi vocal berbeda. “bicara” bila orang lain berbicara.

(23)

Sosialisasi : Meningkatkan rasa takut pada orang asing, menunjukkan tanda kekhawatiran bila orang tua menghilang. Meniru tindakan dan bunyi sederhana. Mencoba untuk mencari perhatian dengan batuk atau mendengkur. Bermain cilupba. Menunjukkan ketidaksukaan makanan dengan mempertahankan bibirnya tetap tertutup, menunjukkan keagresifan dalam menggigit dan mengunyah, menunjukkan harapan respon terhadap pengulangan rangsang.

h. Usia 8 bulan

Fisik : Mulai menunjukkan pola yang teratur dalam eliminasi kandung kemih dan devekasi. Reflek parasut muncul.

Motorik kasar : Duduk dengan mantap tanpa sokongan. Membebankan berat badan pada kaki dengan segera bila disokong, dapat berdiri berpegangan pada perabot. Menyesuaikan postur untuk meraih objek.

Motorik halus : Mulai menggenggam jari telunjuk, jari keempat dan kelima terhadap bagian tungkat bawah. Melepaskan objek sesuai keinginan. Membunyikan bel dengan tujuan. Memegang 2 kotak dan menginginkan kotak ke 3. Mengamankan objek dengan menarik. Meraih secara mantap permainan yang ada di luar jangkauan.

(24)

Sensori : -

Vokalisasi : Membuat bunyi konsongan bunyi t, d dan w. mendengarkan secara selektif kata-kata yang dikenakan. Mengungkapkan tanda penekanan dan emosi, menggabungkan suku kata seperti kata seperti dada, tetapi tidak menunjukkan artinya. Sosialisasi : Meningkatkan ansietas terhadap kehilangan orang tua, ibu

dan rasa takut dan orang asing. Berespon terhadap kata tidak. Tidak menyukai pakaian, penggantian popok.

i. Usia 9 bulan

Fisik : Pertumbuhan gigi insisi lateral atas mulai terjadi pada tangan dan lutut.

Motorik kasar : Creeps on hand and knees. Duduk dengan mantap di lantai untuk waktu lama (10 menit) mengatasi keseimbangan dalam bersandar ke depan tetapi tidak dapat melakukannya bila bersandar ke samping. Menarik badan ke posisi berdiri dan berdiri berpegangan pada perabot.

Motorik halus : Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, menggenggam kasar, menyukai menggunakan tangan dengan dominan mulai terlihat. Menggenggam kotak ke 3, membandingkan 2 kotak membawanya.

Sensori : Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara diagonal dan secara langsung terhadap bunyi dan persepsi dalam meningkat

(25)

Vokalisasi : Berespon terhadap perintah verbal sederhana, memahami “no-no”.

Sosialisasi : Orang tua (biasanya ibu) makin penting untuk pencariannya. Menunjukkan peningkatan minat dalam menyenangkan orang tua. Mulai menunjukkan rasa takut terhadap pergi tidur dan menjadi sendiri, menempatkan tangan di depan wajah untuk menghindari di cuci wajah (Wong, 2003).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto thorak : Terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus.

b. Laboratorium : Peningkatan leokosit 15000 - 40000 mm. LED meningkat. c. Urin : Biasanya warna lebih tua, mungkin albumineuria ringan

karena suhu yang naik sedikit thorak hialin.

d. Darah : Menunjukan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO2

(26)

I. Pathway

Kuman masuk dalam saluran nafas Proses peradangan Hipersekresi mucus Resiko tinggi nutrisi <

dr kebutuhan - Mual alveoli meradang

Dinding alveoli meradang Oedema paru Paru-paru mengeras Produksi cairan surfaktan turun Atelestasis dan kolap alveoli Suplai O2 ke paru-paru kurang Gangguan pertukaran gas Hypoxemia Hipoksida Kematian Pengaruh gaya gravitasi Kuman sampai di bronkus Terjadi proses peradangan di bronkus dan alveoli

Resiko tinggi infeksi

Suhu tubuh naik metabolisme naik Evoporasi (keringat berlebih) Gg pemenuhan cairan Resiko tinggi kekurangan volume cairan Akumulasi sputum di jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak efektif Pola nafas tidak

efektif

Menekan ujung syaraf

Gangguan rasa nyaman - Nyeri dada kiri

PeK kerja otot pernafasan

Kebutuhan O2 dalam otot

Intoleransi aktifitas - Kelemahan

- Sesak nafas saat aktifitas

(27)

J. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan, penurunan ekspansi paru (akumulasi cairan atau udara) (Wong, 2000).

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum (Wong, 2000).

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler (Doengoes, 2000).

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama, terhadap organisme penyebab infeksi (Doengoes, 2000).

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (Wong, 2000).

6. Gangguan rasa nyaman, nyeri, berhubungan dengan inflamasi parenkim paru (Doengoes, 2000).

7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses infeksi hipersekresi mucus (Doengoes, 2000).

8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, kehilangan cairan tak kasat mata karena takipnea, dan masukan cairan yang kurang (Nursalam, 2005).

K. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peradangan, penurunan ekspansi paru (akumulasi cairan atau udara).

(28)

Kriteria Hasil : tidak terjadi sianosis dan tanda gejala hipoksia Intervensi Keperawatan dan Rasonal :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dipsnea dan terjadi peningkatan kerja napas, kedalaman bernafas bervariasi tergantung derajat gagal nafas ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan nyeri dada, pleuritik.

b. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, mengi, gesekan pleura.

Rasional : Bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas obstruksi. c. Tempatkan pada posisi yang nyaman (gerakan kepala sedikitnya 30 derajat).

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu mendapatkan ventilisasi maksimum yang efisien.

d. Berikan oksigen sesuai resep atau yang dibutuhkan

Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

e. Periksa posisi anak sesering mungkin untuk memastikan anak tidak tengkurap. Rasional : Untuk menghindari tekanan pada diagfragma

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.

(29)

Kriteria Hasil :

- Jalan nafas menjadi bersih

- Nafas ringan, pernafasan dalam batas normal Intervensi Keperawatan dan Rasional :

a. Posisikan anak dengan posisi tubuh yang sesuai

Rasional : Untuk memberikan ruang kepada paru-paru untuk bernafas dan meningkatkan pertukaran gas, begitu juga untuk mencegah penambahan secret (datar atau posisi semipraside; untuk bayi tidak menimbulkan bahaya bagi pernafasan, supine atau posisi berbaring menyamping untuk tidur).

b. Pengurangan secret dari saluran nafas jika dibutuhkan

Rasional : Pengurangan secret akan membantu keefektifan jalan nafas

c. Posisi terlentang dengan kepala pada posisi “menghirup” dengan posisi leher rendah memanjang dan hidung mengarah ke langit-langit

Rasional : Membantu kelancaran jalan nafas d. Hindari adanya tekanan berlebih pada leher

Rasional : Adanya tekanan pada lehar akan mempersempit jalan nafas. e. Bantu sang anak untuk mengeluarkan sputum

Rasional : Membersihkan jalan nafas dari spuntum f. Lakukan fisioterapi dada

Rasional : Untuk membantu mengeluarkan spuntum g. Lakukan manajemen rasa sakit yang sesuai

Rasional : Mengurangi rasa sakit dan memberikan rasa nyaman h. Hindari tes tenggorokan dan kultur pada suspek piglotitis

(30)

Rasional : Akan menyebabkan jalan nafas terganggu i. Bantu anak membelat daerah yang terluka / cidera

Rasional : Untuk efek fisioterapi dada dan batuk yang maksimal

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler

Tujuan : Memperbaiki ventilasi dan oksigenasi Kriteria Hasil :

- Bunyi nafas bersih, GDA normal, tidak ada distress pernafasan Intervensi Keperawatan dan Rasional :

a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas

Rasional : Manifestasikan distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlihatan paru dan status kesehatan umum.

b. Observasi warna kulit, membran sentral (sirkumoral)

Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam atau menggigil. Namun Sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.

c. Kaji status mental

Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral. d. Awasi frekuensi jantung atau irama

(31)

Rasional : takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi tidak dapat sebagai respon terhadap hipoksemia .

e. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil.

Rasional : Demam tinggi (umum pada pneumonia bacteria dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.

f. Pertahankan istirahat tidur dan dorong menggunakan teknik relaksasi dan terlalu senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

g. Tinggikan kepala dan anjurkan untuk sering mengubah posisi nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK : bersihan jalan nafas, tak efektif).

h. Kolaborasi : awasi GDA atau nadi

Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru. i. Berikan therapi oksigenasi dengan sesuai indikasi

Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan pada di atas 60 mmHg. Oksigenasi diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

(32)

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama, terhadap organisme penyebab infeksi.

Tujuan : Tidak adanya tanda-tanda infeksi sekunder.

Kriteria Hasil : Anak memperlihatkan tanda-tanda berkurangnya symptom infeksi.

Intervensi Keperawatan dan Rasional :

a. Pertahankan lingkungan bebas hama, gunakan kateter penghisap yang steril dan dicuci dengan tangan yang bersih

Rasional: Memimalkan penyebaran bakteri atau virus

b. Pengisolasian anak seperti yang telah dijelaskan untuk mencegah penyebaran infeksi

c. Berikan antibiotik sesuai resep

Rasional: Untuk mencegah atau mengobati infeksi

d. Berikan diet bergizi sesuai kesukaan dan kemampuan anak

Rasonal: Untuk mengasumsikannya agar membangun pertahanan alami tubuh.

e. Anjurkan untuk melakukan fisioterapi dada

Rasional: Untuk membantu mengeluarkan spuntum. f. Menggunakan tindakan pencegahan standar

Rasional: Untuk mencegah penyebaran atau tambahan infeksi. g. Ajari anak-anak disertai stimulasi tentang metode perlindungan

Rasional: Untuk mencegah penyebaran infeksi (seperti mencuci tangan, membuang tissue bila telah digunakan).

(33)

h. Usahakan untuk menjauhkan bayi dan anak kecil dari pegangan tangan dan barang-barang yang berada dalam daerah kontaminasi.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan : Mempertahankan tingkat energi dan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria Hasil :

- Anak bermain dan terlelap dengan cepat, dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan umur dan kemampuan (tentukan)

- Anak tidak memperlihatkan tanda-tanda meningkatnya kesulitan nafas - Anak tahan dengan aktifitas yang meningkat.

Intervensi Keperawatan dan Rasional : a. Evaluasi tingkat ketahanan fisik anak

Rasional : Identifikasi kemampuan klien untuk memudahkan pilihan intervensi.

b. Evaluasi respons terhadap aktivitas

Rasional : Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

c. Berikan periode istirahat dan tidur sesuai dengan usia dan kondisi

Rasional : Untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

(34)

Rasional : Menurunkan stress dan ransangan berlebih, meningkatkan istirahat.

6. Gangguan rasa nyaman, nyeri, berhubungan dengan inflamasi parenkim paru Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil : Rasa nyeri berkurang atau hilang, tampak rileks, dapat istirahat dan aktivitas dengan baik.

Intervensi Keperawatan dan Rasional :

a. Kaji karakteristik nyeri, lokasi intensitas dengan skala nyeri 1-10

Rasioal : Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokardilis.

b. Monitor tanda-tanda vital

Rasioal : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah istirahat.

c. Berikan tindakan perhatian misalnya mengajak bicara, membaca, dll.

Rasioal : Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.

d. Bantu pasien dalam teknik relaksasi

Rasioal : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.

(35)

Rasioal : Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif paroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum.

7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses infeksi hipersekresi mucus .

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : Mempertahankan dan meningkatkan berat badan. Intervensi Keperawatan dan Rasional :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual dan muntah

Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah. b. Berikan makan porsi kecil tapi sering

Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

c. Hidangkan makan dalam porsi yang menarik

Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

d. Evaluasi status nutrisi, ukur BB normal.

Rasional : Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau normal, alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan atau lambatnya respon terhadap terapi.

(36)

8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, kehilangan cairan tak kasat mata karena takipnea, dan masukan cairan yang kurang .

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan.

Kriteria Hasil : Tidak terdapat tanda dan gejala dehidrasi. Intervensi Keperawatan dan Rasional :

a. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan Rasional: Input dan output seimbang b. Catat secara akurat intake dan output

Rasional: Untuk mengetahui balance cairan

c. Kaji dan catat tanda-tanda vital serta gejala kekurangan cairan

Rasional: Untuk mengetahui secara dini akan adanya tanda gejala kekurangan cairan.

d. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan

Rasonal: Untuk menjaga kebersihan mulut dan mnghilangkan bau yang menimbulkan mual muntah.

e. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan output serta dalam mengenali tanda dan gejala kekuangan volume cairan. Rasional: melibatkan keluarga dalam memberikan tindakan

f. Ciptakan situasi yang nyaman.

Gambar

Gambar Anatomi Saluran Pernafasan

Referensi

Dokumen terkait

Pada diagram di atas terlihat bahwa akronim Kaur merupakan bentuk kependekan dari Kepala urusan Proses pembentukannya terbentuk melalui pengekalan hurf

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

Bila tv masih tidak menyala berarti kerusakan ada pada bagian horizontal, coba ukur transistor yang berada pada pendingin dekat flyback, mengukurnya sama seperti mengukur

Kapolres Purworejo AKBP satrio Wibowo, SIK melalui Kapolsek Banyuurip AKP Rahmad Efendi mengatakan, penangkap tersangka berawal sewaktu Unit Reskrim melakukan

Keragaan genetik Taura Syndrome Virus (TSV) yang telah menginfeksi udang vanname (L. vannamei) dan udang windu (P. monodon) pada tingkat medium tidak berbeda atau dapat dikatakan

Dekomposisi kain ialah !uatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh data%data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi

Berdasarkan aspek penilaian tersebut yang menarik perhatian penulis adalah mengenai kriteria penilaian waktu penyelesaian uji kompetensi praktik kejuruan, dalam