BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian
1. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam– macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
2. Pneumonia adalah peradangan paru yang sering terjadi pada bayi dan masa anak-anak, Pneumonia secara alami dapat dibagi menjadi tiga :Pneumonia lobaris, Pneumonia lobularis (broncopneumonia) dan Pneumonia interstitialis (Whaley & Wong, 2000).
3. Broncopneumonia berasal dari kata broncus dan pneumonia berarti cabang tenggorokan yang merupakan lanjutan dari tracea dan pneumonia berarti peradangan pada jaringan paru – paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Arif Mansjoer,2000).
Kesimpulan broncopnemonia adalah suatu peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengenai jaringan paru – paru juga pada cabang tenggorokan yamg biasa menyerang pada bayi dan anak – anak.
B. Anatomi Fisiologi 1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir, yaitu rongga hidung, pharinx, larinx, trachea dan bagian
paru-paru yang berfungsi melakukan pertukan gas-gas antara udara dan darah. Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu :
a. Saluran pernafasan bagian atas, terdiri dari :
1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara paranalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
2) Pharinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannaya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farinx),di belakang mulut (oro farinx) dan di belakang farinx (farinx laringeal).
b. Saluran pernafasan bagian bawah, terdiri dari:
1) Larinx (tenggorokan) terletak , di depan bagian terrendah parinx yang memisahkanna dari kolumna veterbra, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebra sarvikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.
2) Trachea (batang tenggorokan)yang kuranh lebih 9 cm panjangnya trachae berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian verterbra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebralis tirakalis kelima, mempunyai stuktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Broncus kanan lebih pendek,lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lebih lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten, yang mudah masuk ke dalam cabang utama bronchus kanan. Kalau udara salah jalan,maka tidak dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir vertical
maka lebih memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan karena arahnya vertical. Cabang utama broncus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segman lobus,kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang dinamakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm.Bronchiolus tidak di perkuat oleh cicin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah,semua saluran udara di bawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Di luar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempt pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiolus respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central yang mengandung jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronkialis, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lopus oleh visula interloaris. Paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Kemudian lobus tersebut dibagi lagi menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronkus paru-paru kanan dibagi menjadi 10 segmen, sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9 segmen. Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia biasanya hanya terbatas pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada dua macam: pleura parietal yang melapisi rongga toraks sedangkan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara pleura pariental dan pleura visceral terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sam lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan toraks dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas yang saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu sama lain, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah begitu saja hal yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru dan toraks. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru-paru kalau terserang penyakit, pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk kedalam rongga pleura menyebabkan paru-paru tertekan atau
kolaps. Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang membuat dasar rongga toraks dan memisahkan dari rongga abdomen. (Pearce, Evelin 1987).
GAMBAR PARU-PARU
2. Fisiologi
a. Pernafasan Paru-paru (Pernafasan Pulmoner)
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas O2 dan CO2 pada pernafasan melalui paru-paru / pernafasan eksternal, O2 di pungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas O2 masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan O2 dari darah, darah menembus darah ini dan di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan O2 mmHg dan pada tingkatan Hb 95 % jenuh O2.
Di dalam paru-paru, CO2 salah satu buangan metabolisme menembus membran kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner/ pernafasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung O2 masuk keseluruh tubuh, CO2 dari seluruh tubuh maruk paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah yang bisa dicapai untuk semua bagaian.
4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dari pada O2.
b. Pernafasan Jaringan (pernafasan interna)
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung O2 dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,
darah mengeluarkan O2 ke dalam jaringan, mengambil CO2 untuk di bawa keparu-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
c. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml – 5000 ml (4,5 – 5 L). udara diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 % ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
Pada seorang laki-laki normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan (3 - 4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit paru-paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongerti paru-paru) dan pada kelemahan otot pernafasan.
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan inpuls yang di salurkan melalui saraf spiralis ke otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis).
1). Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit. 2). Pengendalian secara kimia
pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : frekuaensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan, pusat pernapasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, CO2 adalah preduksi asam dan metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang yang bekerja atas otot pernapasan.
e. Kecepatan pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pria, pernapasan secara normal maka ekprirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit Bayi baru lahir : 30-40 x/ menit 12 bulan : 30 x/ menit 2-5 tahun : 24 x/ menit Orang dewasa : 10-20 x/ menit
Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertikal. Kenaikan iga-iga
dan sterum, yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkoskalis, meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara di tarik masuk ke dalam saluran, udara, otot interkostal eksterna diberi peransebagai otot tambahan hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara di paksa oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat elastis paru-paru itu gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sterum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alas nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
f. Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen O2
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut O2 dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada O2 untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkanya selama kebih dari 4 menit dapat mengakibatkan kerisakan pada otak yang tidak dapat di perbaiki dan biasanya pasien meninggal.
Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastik dan menjadi lemas. Tetapi hanya penyediaan O2 hanya bekurang, maka pasien menjadi kacau pikiran,ia menderita anoxia serebralis.
Hal ini pada orang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, di dalam tank dan ruang kebal uap,O2 yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi O2 untuk prnafasan atau tidak dipindahkan ke udara yang normal maka mereka akan meninggal karena anoxemia / anoxia atau hypoxemia / hypoxia.
Bila O2 di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang dan menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga, lengan dan kaki pasien maenjadi kebiru-biruan ata sianosis (Evelyn, Pearce, 1987).
C. Etiologi
Beberapa penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan protozoa, pneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas.
1. Bakteri gram positif
a. Steptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b. Straphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokumial).
2. Bakteri gram negatif
a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi pada anak – anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, tracheostomi dan infeksi salauran kemih).
3. Bakteri anaerob (masuk aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).
4. Bakteri alypical (insiden mengingat pada usia lanjut,perokok dan kronis). (Whaley & wong, 1995; Soeparman, 1991) D. Pathofisiologi
Proses terjadinya bronchopneumonia hasilnya kuman pathogen masuk ke mukus jalan nafas, kuman tersebut berkembang baik di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mokusilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hiperkresi mucus dan merangsang batuk, mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli lain, keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vascular dan penurunan darah kapiler
Oedema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektais dan kolap alveoli. Sebagai tambahan proses pneumonia menyebabkan gangguan pentilasi okulasi partial pada alveoli dan bronchi, akan menurunkan tekanan oksigen arteri, darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoxemia arteri.
Sistem sistemik panas karena infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogeneus pyrogen, bila zat ini terbawa aliran darah hingga
sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat laju atau kecepatan metabolisme pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan tachicardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melaui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
E. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi fraktus respiratris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40% C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar di buat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat di duga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. (ngastiyah,2005).
Biasanya pendeita bronchopneumonia mengalami serangan seperti :terdapat suara rochi, muntah, anoreksia, diare dan sakit perut.(Whaley and Wong, 1995; Soeparman, 1991)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 1997).
G. Penatalaksanaan Klinis 1. Oksigen 1-2 Hter/ menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimuali makan enternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor muskosilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
( Arif Mansjoer,2000)
H. Pengkajian Fokus 1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi:Nama, Umur, jenis Kelamin, dan pekerjaan. b. Keluhan utama
Saat dikaji basanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada sekret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronkitis ini mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap
tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernafasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekles, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kimia dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan tatapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok.
f. Pola pengkajian 1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya: asbes debu batubara, romo katun, serbuk gergaji)
Penggunaan O2 pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu, retraksi vaso supra klatikula, melebarkan hidung.
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barrel), gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : Krekles lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkaan pada ekstrimitas bawah
Peningkatan frekuensi jantung/ tadikardi berat, disritmia.
Distensi vena leher (penyakit berat) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada)
Warna kulit/ membran mukosa: normal atau abu-abu/ sianosis, kuku tubuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan animea.
3) Makanan/ cairan
Gejala : Mual/ muntah
Nafsu makan buruk/ anareksia (emfisima)
Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan.
Peningkatan berat badan menunjukkan edema Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomigali.
4) Aktifitas/ istirahat
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terghadap aktifitas/ istirahat.
Tanda : Keletihan
Gelisah/ insomnia
Kelemahan umum/ kehilangan masa otot 5) Intergritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko Tanda : Perubahan pola hidup
Ansietas, ketakutan, peka rangsang. 6) Higiene
Gejala :Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari-hari.
Tanda :Kebersihan buruk, bau badan. 7) Keamanan
Gejala :Riwayat alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor lingkungan.
g. Pengkajian tumbuh kembang pada anak usia 16 bulan 1. Fisik
Pertumbuhan mantap pada tinggi dan berat badan lingkar kepala 48 cm, berat badan 11 Kg tinggi badan 78,7 cm
2. Motorik kasar
Berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak usia 13 bulan), memanjat tangga, berlutut tanpa sokongan, tidak dapat berjalan sekitar sudut atau berhenti tiba-tiba tanpa kehilangan keseimbangan, memilih posisi berdiri tanpa sokongan, tidak dapat melempar bola tanpa jatuh.
3. Motorik halus
Secara spontan menjatuhkan obyek ke lantai, membangun menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam satu tangan, melepaskan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit, mencoret-coret secara spontan, menggunakan cangkir dengan baik tetapi memutarkan sendok.
4. Sensori
Mampu mengidentifikasi bentuk geometric, menempatkan obyek bulat ke dalam lubang yang tepat, penglihatan binokular berkembang baik, menunjukkan intens dan lama minat dalam gambar
Menggunakan ekspresi jargon mengatakan empat sampai enam kata, termasuk nama-nama “meminta” obyek dengan menunjukkannya, memahami perintah sederhana, dapat menggunakan gerakan berjabat tangan untuk mengatakan “ tidak”, menggunakan “tidak” meskipun menyetujui permintaan
6. Sosialisasi
Mentoleransi perpisahan dari orang tua, kurang mungkin untuk takut pada orang asing, mulai meniru orang tua, seperti membersihkan rumah (menyapu, mengelap, melipat pakaian), makan sendiri dengan menggunakan cangkir tertutup dan sedikit tumpah, dapat membuang botol, mengatur sendok tetapi memutarnya ke dekat mulut, mecium dan memeluk orang tua, dapat mencium gambar dalam buku, ekpresif emosi, memiliki tempertantrum.
( Whaley and Wong, 2004 ). 2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik, fototoraks, pada foto toraks
bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terkihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
Laboratorium, gambaran darah tepi menunjukkan
leukositosis,dapat mencapai 15.000 - 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman pentebab dapat dibiak dari usapan tenggorok, dan
mungkin juga dari darah.urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminoria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin. Analisis gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2. (Ngastiyah,1997:41)
I. PATHWAYS
Kuman masuk saluran nafas
Proses peradangan Pengaruh gaya gravitasi
Bersihan jalan nafas hipersekresi mucus Kuman sampai di bronchus -peningkatan spitulum
-batuk
Resiko nutrisi kurang Terjadi proses peradangan dari kebutuhan pada bronchus dan alveoli -Mual, muntah,nafsu
makan turun, BB turun
Resti infeksi Dinding alveoli meradang
Suhu tubuh naik
metabolisme naik
Menekan ujung saraf Oedema paru
Gangguan rasa nyaman Paru-paru mengeras -Nyeri dada kiri
Produksi cairan surfuktumturun
Atelectasus dan kolap alveoli Peningkatan kerja
otot pernafasan Suplai O2 keparu-paru kurang
Kebutuhan O2 dalam otot Gangguan pertukatan gas
Intoleransi aktifitas Hypoxemia -Kelemahan
-Sesak nafas saat aktifitas Hypoxia
Kematian
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi peningkatan produksi sputum.
3. Gangguan rasa nyaman :nyeri,berhubungan dengan inflamasi paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum,ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan proses infeksi hipersekresi mucus.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama. (Whaley and Wong, 1995)
J. Fokus Intervensi Dan Rasionalnya
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler.
Tujuan : Memperbaiki ventilasi dan oksigenasi.
Kriteria hasil : Bunyi nafas bersih,GDA normal,tidak ada distress pernafasan.
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada /indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ mengigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
c. Kaji status mental
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral. d. Awasi frekuensi jantung/ irama
Rasional : Takikardi biasanya sebagai akibat demam / dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hepoksemia
e. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyaman untuk menurunkan demam dan menggigil.
Rasional : Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan menganggu oksiogenasi seluler. f. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan tehnik relaksasi dan
terlalu senggang.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk perbaikan infeksi.
g. Tinggikan kepala dan anjurkan untuk mengubah posisi nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan napas, Takefektif) h. Kolaborasi : Awasi GDA/ Nadi.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan napas, Takefektif) i. Berikan terapi oksigenasi dengan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru. Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan paO2 diatas 60 mmHg. Oksigen deiberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Jalan napas efektif.
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih, jalan napas bersih, pernapasan normal. Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital setiap 2 sampai 4 jam.
Rasional : Takpnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada atau cairan paru.
b. Ajarkan untuk batuk efektif.
Rasional : Penuruna aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat
juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan
mengi terdengar pad inspirasi atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi.
c. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-par/ jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkankan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
d. Lakukan postural drainage sesuai program.
Rasional : Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
e. Beri posisi yang nyaman (meninggikan bagian kepala) dan ubah posisi tidur sedikitnya setiap 2 jam sekali.
Rasional : Alat untuk mengeluarkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/ menekan pernafasan
f. Berikan terapi antibiotik sesuai program
Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial atau menyebabkan aksudat alveolar/ kerusakan. Koordinasi pengobatan/ jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri, berhubungan dengan inflamasi parankim baru
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang/ hilang
Kriteria Hasil : Rasa nyeri berkurang/ hilang, tampak rileks, dapat istirahat dan aktifitas dengan baik.
Intervensi
a. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas dengan skala nyeri 1-10. Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada
pneumonia, juga dapat timbulkomplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
b. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
c. Berikan tindakan perhatian, misalnya mengajak bicara, membaca dll. Rasional : Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut
dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapa analgesik.
d. Bantu pasien dalam tekhnik relaksasi.
Rasional : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
e. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi
Rasional : Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istirahat umum. 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Kriteria hasil :Menunjukkan peningkatantoleransi terhadap aktifitas
Tanda vital dalam rentang normal Intervensi
a. Evaluasi respons terhadap aktifitas.
Rasional : Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batsi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat/ tidur.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik , menghemat energi untuk penyerabuhab pembatasan aktifitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktifitas dan perbaikan kegagalan pernafasan
d. Bantu aktifitas perawatan aktifitas dari yang diperlukan.
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses infeksi hipersekresi mucus
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan Mempertahankan/ Meningkatkan berat badan Intervensi
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual dan muntah.
Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah. b. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
c. Hidangkan makan dalam porsi yang menarik.
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan dari pasien dan dapat menurunkan mual.
Rasional : Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahmya tahana terhadap infeksi, dan atau lambatnya respon terhadap terapi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadakuatan pertahanan tubuh
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Mencegah/ menurunkan resiko infeksi. Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Selama periode waktu ini, potensi komplikasi fatal (hipotensi/ Syok) dapat terjadi.
b. Anjurkan pasien pada waktu batuk mengeluarkan skret (misalnya mengeluarkan pengeluaran dari pada menelannya dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau).
Rasional : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan atau membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi skunder.
Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran/ tambahan infeksi. Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
d. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota keluarga, sahabat karib dan teman.
Rasional : Menurunkan pemejanan terhadap pathogen infeksi lain. e. Tingkatkan masukan nutrisi yang adekuat, dorong keseimbangan
istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.
Rasional : Tergantung pada tie infeksi, respon terhadap antibiotik, kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi, tekhnik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi lain. f. Kolaborasi mikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/
darah
Rasional : Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia. Kombinasi antiviral dan anti jamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.