• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYOAL PROFESIONALISME GURU PROFESIONAL: SEBUAH TELAAH KRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENYOAL PROFESIONALISME GURU PROFESIONAL: SEBUAH TELAAH KRITIS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MENYOAL PROFESIONALISME GURU PROFESIONAL: SEBUAH TELAAH KRITIS

Amru Almu’tasim STIT Uluw iyah Mojoker to e-mail: amr u.dosen@yahoo.com

Abstr act: Teacher is a designation for the position, position and pr ofession for someone w ho devoted himself in the field of education thr ough educational inter action patt er ned, for mal, and systematic (Sur ya, 1998). Histor ically pr ofessor ship connote uplifted ser vices (noblest vocation). They named the child paedagogos or w aiter s, w aitr esses humanizing honor able man, or man of human beings (gogos humanities). Gur u is one of the human component in the teaching-lear ning pr ocess, w hich had a r ole in the for mation of human r esour ces business potent ial in development . Ther efor e, teacher s must be someone w ho can 'digugu' and 'imitated'. Teacher s must par ticipate actively and putting his position as pr ofessionals, in accor dance w ith the demands of the gr ow ing community.

Keywords: pr ofessionalism, pr ofessional teacher

Abstrak: ‘Gur u’ adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan pr ofesi bagi seseor ang yang mengabdikan dir inya dalam bidang pendidikan melalui inter aksi edukatif secar a ter pola, for mal, dan sistematis (Sur ya, 1998). Secara histor is jabatan gur u mengandung ar ti pelayanan yang luhur (noblest vocation). Mer eka disebut dengan paedagogos atau pelayan anak, pelayan ter hor mat yang memanusiakan manusia, atau abdi manusia (gogos humanior a). Gur u adalah salah satu komponen manusiaw i dalam pr oses belajar -mengajar , yang ikut ber per an dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan. Oleh kar ena itu, gur u har uslah sosok yang dapat ‘digugu’ dan ‘ditir u’. Gur u har us ber per an ser ta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga pr ofesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin ber kembang.

Kata-Kata Kunci: Pr ofesionalisme, Gur u Pr ofesional

Pendahuluan

(2)

seseor ang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan kar ena or ang ter sebut mer asa ter panggil untuk menjabat peker jaan itu. Pr ofesi ialah sebutan kepada suatu jabatan at au peker jaan yang membutuhkan keahlian atau per syar atan khusus ter tentu (Sur ya, 1998). Hal ini mengandung ar ti bahw a suatu jabatan atau peker jaan yang disebut pr ofesi tidak dapat dipegang oleh sembar ang or ang, akan tetapi memer lukan suatu per siapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.

Mengenai istilah pr ofesi ini Ever ett Hughes menjelaskan bahw a istilah pr ofesi mer upakan simbol dar i suatu peker jaan dan selanjutnya menjadi peker jaan itu sendir i. (Chandler , 1960). Sedangkan istilah ‘pr ofesionalisasi’ dapat diar tikan sebagai suatu pr oses menuju kepada per w ujudan dan peningkatan pr ofesi dalam mencapai suatu kr iter ia yang sesuai dengan standar yang telah diper siapkan (Sur ya, 1998). Dengan pr ofesionalisasi, maka gur u secar a ber tahap dihar apkan akan mencapai suatu der ajat kr iter ia pr ofesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Makna Guru Sebagai Profesi

‘Gur u’ adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan pr ofesi bagi seseor ang yang mengabdikan dir inya dalam bidang pendidikan melalui inter aksi edukatif secar a ter pola, for mal, dan sistematis (Sur ya, 1998). Menur ut UU RI No. 14 Tahun 2005 (Undang-Undang Tentang Gur u dan Dosen) gur u adalah pendidik pr ofesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengar ahkan, melatih, menilai, an mengevaluasi peser ta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan for mal, pendidikan dasar , dan pendidikan menengah. (Supar lan, 2006).

(3)

keluar ga, maupun di masyar akat. Di sekolah ia ber per an sebagai per ancang dan pengelola pembelajar an, penilai hasil pembelajar an sisw a, pengar ah pembelajar an, dan sebagai pembimbing sisw a. Di dalam keluar ga gur u ber per an sebagai pendidik keluar ga (family educat or). Sedangkan di masyar akat gur u ber per an sebagai pembina masyar akat (social developer), pendior ong masyar akat (social mot ivat or), pembahar u masyar akat (social innovat or), dan sebagai agen masyar akat (social agent). Gur u yang pr ofesional ialah gur u yang dapat memainkan semua per anan itu secar a baik dan benar .

Ciri-Cir i Gur u sebagai Profesi

Chandler menjelaskan cir i suatu pr ofesi yang dikutip dar i suatu publikasi yang dikeluar kan oleh Br it ish Inst it ut e of Management. Di situ Chandler mencoba mengemukakan dan mener apkan cir i-cir i pr ofesi itu dalam bidang pendidikan bagi par a gur u sebagai ber ikut :

a. Mengutamakan layanan sosial, lebih dar i kepentingan pr ibadi.

b. Mempunyai status yang tinggi.

c. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan

mendidik).

d. Memiliki kegiatan intelektual.

e. Memiliki hak untuk memper oleh standar d kualifikasi

pr ofessional.

f. Mempunyai kode etik pr ofesi yang ditentukan oleh or ganisasi

pr ofesi.

Selanjutnya Westby dan Gibson mengemukakan cir i-cir i kepr ofesian di bidang pendidikan sebagai ber ikut :

a. Diakui oleh masyar akat dan layanan yang diber ikan hanya

diker jakan oleh peker ja yang dikategor ikan sebagai suatu pr ofesi.

b. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai

landasan dar i sejumlah teknik dan pr osedur yang unik.

c. Diper lukan per siapan yang sengaja dan sistematis sebelum

or ang itu dapat melaksanakan peker jaan pr ofesional.

d. Memiliki mekanisme untuk menyar ing sehingga or ang yang

(4)

e. Memiliki or ganisasi pr ofesional untuk meningkatkan layanan

pada masyar akat.

Selain beber apa cir i di atas Pidar ta (1997) menambahkan bahw a cir i pr ofesi, yakni:

a. Pilihan ter hadap jabatan itu didasar i oleh motivasi yang kuat dan mer upakan panggilan hidup gur u ber sangkutan.

b. Mempunyai otonomi dalam ber tindak ketika melayani klien. c. Tidak mengadver tensikan keahliannya untuk mendapatkan

klien.

Bila diper hatikan cir i-cir i pr ofesi ter sebut di atas tampak baw a pr ofesi pendidik tidak mungkin dapat dikenakan kepada sembar ang or ang yang dipandang oleh masyar akat umum sebagai pendidik.

Mendidik adalah membuatkan kesempatan dan menciptakan situasi yang kondusif agar anak-anak sebagai subjek ber kembang sendiri. Mendidik adalah suatu upaya membuat anak-anak mau dan dapat belajar atas dor ongan dir i sendiri untuk mengembangkan bakat, pr ibadi, dan potensi-potensi lainnya secar a optimal. Ber ar ti mendidik memusatkan dir i pada upaya pengembangan afeksi anak-anak, sesudah itu bar ulah pada pengembangan kognisi dan keter ampilannya. Pengembangan afeksi yang positif ter hadap belajar , mer upakan kunci keber hasilan belajar ber ikutnya, ter masuk keber hasilan dalam mer aih pr estasi kognisi dan keter ampilan. Bila afeksi anak sudah ber kembang secar a positif ter hadap belajar , maka gur u, dosen, or ang tua, maupun anggota masyar akat tidak per lu ber susah payah membina mer eka agar r ajin belajar . Apapun yang ter jadi mer eka akan belajar ter us untuk mencapai cita-cita.

(5)

Guru yang Profesional

Sebelum kita membahas seor ang gur u itu dikatakan pr ofesional atau tidak maka kita har us memahami apa makna sebenar nya dar i kata pr ofesional itu sendir i, pada umumnya or ang member i ar ti sempit pada penger tian pr ofesional. Pr ofesional ser ing diar tikan sebagai suatu keter ampilan teknis yang dimilki seseor ang, misalnya seor ang gur u, dia bar u dikatakan pr ofesional bila gur u itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal pr ofesional itu mempunyai makna yang lebih luas dar i sekedar ber kualitas tinggi dalam hal teknis. Sur ya (1998) ber pendapat bahw a pr ofesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang or ang yang menyandang suatu pr ofesi dan sebutan tentang penampilan seseor ang dalam mew ujudkan unjuk ker ja sesuai dengan pr ofesinya. Penyandangan dan penampilan ‘pr ofesional’ ini telahmendapat pengakuan baik secar a for mal maupun infor mal. Sedang dalam Undang-Undang gur u dan dan dosen yang sampai saat ini masih ter us menjalani pr oses per baikan yang diper lukan, di situ disebutkan bahw a pr ofesional adalah peker jaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseor ang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memer lukan keahlian, kemahir an, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau nor ma ter tentu ser ta memer lukan pendidikan pr ofesi.

Gur u pr ofesional akan ter cer min dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugasnya yang ditandai tiga dimensi, yaitu :

1. Exper t

2. Rasa tanggungjaw ab 3. Rasa kesejaw atan

Ahli (Exper t)

(6)

gur u mampu menunjukkan otonominya baik sebagai pr ibadi ataupun sebagai pemangku pr ofesi.

Memiliki Rasa Tanggungjawab

Gur u pr ofesional har us menguasai apa yang disajikan dan ber tanggungjaw ab (account abilit y) atas semua yang diajar kan. Ia ber tanggungjaw ab atas segala tingkah lakunya. Penger tian ber tanggungjaw ab menur ut teor i ilmu mendidik mengandung ar ti bahw a seseor ang mampu member i per tanggungjaw aban dan kesediaan untuk dimintai per tanggungjaw aban. Tanggung jaw ab yang mempunyai makna multidimensional ini ber ar ti ber tanggung jaw ab ter hadap diri sendir i, ter hadap sisw a, ter hadap or ang tua, lingkungan sekitar nya, masyar akat, bangsa, negar a, sesama manusia, agama, dan yang akhir nya ber tanggungjaw ab ter hadap Tuhan Yang Maha Esa. Tangung jaw ab pr ibadi ter cer min dar i kemampuan mew ujudkan dir inya sebagai pr ibadi yang mandiri dan menghar gai ser ta mengembangkan dir inya. Tangungjaw ab sosial diw ujudkan melalui kompetensi gur u dalam memahami dir inya sebagai bagian yang tak ter pisahkan dar i lingkungan sosial, ser ta memiliki kemampuan inter aktif yang efektif. Tanggung jaw ab spir itual dan mor al diw ujudkan melalui penampilan gur u sebagai makhluk yan ber agama, yang per ilakunya senantiasa tidak menyimpang dar i nor ma agama dan mor al.

Memiliki Rasa Kesejawatan

Rasa kesejaw atan adalah satu per w ujudan solidar itas keber samaan sesama gur u sebagai sumber dinamika keber samaan dalam mencapai tujuan ber sama. Salah satu tugas dar i or ganisasi pr ofesi ini (baca: PGRI) ialah menciptakan r asa kesejaw atan sehingga ada r asa aman dan per lindungan jabatan. PGRI mempunyai fungsi sebagai w adah keber samaan r asa kesejaw atan par a anggota dalam:

1) Mew ujudkan keber adaannya di lingkungan masyar akat 2) Memper juangkan segala aspir asi dan kepentingannya suatu pr ofesi

(7)

5) Meningkatkan kualitas kesejahter aan

6) Mengembangkan kualitas pr ibadi dan pr ofesi

Dengan adanya or ganisasi pr ofesi, setiap anggota mendapat per lindungan dalam mew ujudkan pr ofesionalitasnya secar a lebih ter ar ah dan efektif dalam suasana r asa aman yang kondusif. PGRI mer upakan w adah per juangan hak-hak azasi gur u sebagai peker ja. PGRI ber fungsi untuk melakukan ber bagai upaya dalam mew ujudkan hak asasi gur u sebagai peker ja, ter utama dalam kaitan dengan kesejahter aan. Gur u sebagai kelompok tenaga ker ja pr ofesional memer lukan jaminan yang pasti baik yang menyangkut hukum, kesejahter aan, hak-hak pr ibadi dan w ar ga negar a dalam mew ujudkan kiner janya. Dalam konsep yang lebih luas, kesejahter aan mempunyai makna sebagai suatu kondisi kehidupan yang utuh, seimbang, dan w ajar . Per w ujudan kesejahter aan secar a utuh ditopang oleh lima pilar yaitu: (1) imbalan jasa, (3) r asa aman, (3) hubungan antar pr ibadi, (4) kondisi ker ja, dan (5) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan kar ir dan pr ibadi.

Semangat kesejaw atan per lu dikembangkan agar har kat dan mar tabat gur u dijunjung tinggi baik oleh kor ps gur u sendiri maupun masyar akat pada umumnya. Selain itu supaya penghar gaan dan per lindungan ter hadap jabatan gur u sesuai dengan tanggungjaw ab yang dilimpahkan pada mer eka.

Paradigma Kategori Guru Profesional

Par adigma memiliki dua makna, yaitu: per t ama per tanyaan yang ter us mener us diper tanyakan atau per tanyaan yang selalu ber ulang. Kedua par adigma mer upakan suatu model analisis. Gur u dalam konteks pemahaman tentang hakekat manusia yaitu manusia sebagai ciptaan tuhan punya kemungkinan untuk ber kembang, ser ta manusia memiliki identitas seperti identitas individual, mor al dan sosial

(8)

mampu mengambil keputusan ser ta membuat r encana yang disesuaikan dengan kondisi sisw a, situasi, w aw asannya sendir i, nilai, ser ta komitmennya (Zumw alt, 1989) Ia har us mampu membaca situasi (seper ti kar akter istik sisw a, r uang, w aktu, sar ana/ fasilitas, per kembangan dalam dunia pembelajar an) dan kemudian menyesuaikan r encananya dengan situasi yang akan dihadapi. Pada bagian ini akan dijelaskan beber apa pr ototipe sebagian besar gur u yang ada. Glickman (1981) mengemukakan bahw a seor ang gur u umumnya mempunyai dua kemampuan dasar , yaitu ber pikir abstr ak dan tingkat komitmen dar i par a gur u, hal itu dipakai oleh Glickman untuk model menganalisis kategor i gur u, yaitu:

1. Tingkat Ber pikir Abstr ak

Setiap gur u punya kompeten, yaitu tingkat ber pikir abstr ak kr eatif dan imajinatif. Beber apa penelitian telah membuktikan bahw a r iset yang dilakukan oleh Har vey (1966), Hunt dan Joyce (1967) menunjukkan bahw a gur u yang tingkat per kembangan kognitifnya tinggi akan ber pikir lebih abstr ak imajinatif, kr eatif dan demokr atis. Mer eka akan lebih fleksibel dalam melakukan tugasnya. Adapun penger tian ber pikir abstr ak dan imajinatif adalah kemampuan untuk memindahkan konsep, visualisasi, mengidentifikasi dan mengumpulkan data. Ber ikut ini matrik yang ber isi tentang r incian ber pikir abstr ak, yaitu :

Tabel 15.1 : Tingkat Ber pikir Abstr ak

Yang Rendah Yang Tinggi

1. Bingung bila

menghadapi masalah 2. Tidak mengetahui car a

ber tindak bila

menghadapi masalah 3. Selalu ber kata saya tidak

bisa, tolonglah saya

1. Dalam menghadapi

masalah selalu dapat mencar i alter natif

2. Dapat menggunakan

beber apa alter natif dalam memecahkan masalah

(9)

2. Tingkat Komitmen

Yang dimaksud dengan komitmen adalah kecender ungan dalam dir i seseor ang untuk mer asa ter libat aktif dengan penuh r asa tanggungjaw ab, dan dalam komitmen ter cakup usaha dan dor ongan serta w aktu yang cukup banyak. (Glickman, 1981). Komitmen dan kepedulian dapat timbul bila ada cinta ter hadap tugas dan panggilan gur u, w alaupun pada saat masuk pendidikan gur u masih mer asa belum ter panggil, tapi keter panggilan itu dapat dibina, dipupuk melalui pr oses pembentukan pr ofesi.

Per ilaku gur u yang punya komitmen dapat digambar kan sebagai ber ikut :

Tabel 15.2 : Tingkat Komitmen

Rendah Tinggi

1. Kur ang mempedulikan masalah-masalah sisw a

2. Kur ang menyediakan

w aktu dan tenaga untuk memikir kan masalah

yang ber hubungan

dengan tugasnya.

3. Hanya mempedulikan

tugas r utin

4. Kur ang mempedulikan tugas pokok.

1. Punya kepedulian untuk sisw a dan r ekan sejaw at

2. Selalu menyediakan

w aktu yang cukup untuk membantu sisw a

3. Dapat mempedulikan

r ekan sejaw at dan atasan langsung

4. Selalu mempedulikan

tugas pokok

(10)

Gambar 15.1 : Pr ototipe gur u

Dar i Gambar 15.1 di atas ada empat (4) pr ototype gur u, yakni: 1. Pr ototipe gur u pada sisi I disebut gur u pr ofesional, A+K+ 2. Pr ototipe gur u pada sisi II disebut gur u yang tukang kr itik,

A+K-

3. Pr ototipe gur u pada sisi III disebut gur u yang selalu sibuk, A-K+

4. Pr ototipe gur u pada sisi IV disebut gur u yang acuh tak acuh, A-K-

Kr iter ia tipe gur u-gur u di atas dapat dijelaskan sebagai ber ikut :

1. Gur u yang pr ofesional (A+K+)

Tingkat abstr aknya tinggi (baca A+)

- Dalam menghadapi masalah selalu dapat mencar i pemecahan alter natif.

- Dapat menggener alisasi ber bagai alter natif dalam ber bagai masalah.

Guru Profesional A+K+

I Guru Yang Suka Kritik

A+K-II

Guru Yang Terlalu Sibuk A-K+

III Guru Yang Acuh Tak Acuh

A-K-IV

(11)

Tingkat Komitmen tinggi (baca K+)

- Punya kepedulian untuk sisw a dan r ekan sejaw at.

- Selalu menyediakan w aktu dan tenaga yang cukup untuk membantu sisw a.

- Dapat mempedulikan r ekan sejaw at dan atasan langsung - Selalu mempedulikan tugas pokok.

2. Gur u yang suka kr itik (A+K-)

Tingkat abstr aknya tinggi (baca A+)

- Dalam menghadapi masalah selalu dapat mencar i pemecahan alter natif

- Dapat menganalisis ber bagai alter natif dalam memecahkan masalah.

Tingkat komitmen r endah (baca K-)

- Kur ang mempedulikan masalah-masalah sisw a

- Kur ang menyediakan w aktu dan tenaga untuk memikir kan masalah yang ber hubungan dengan tugasnya

- Hanya mempedulikan tugas-tugas r utin - Kur ang mempedulikan tugas-tugas pokok

3. Gur u yang ter lalu sibuk (A-K+)

Tingkat abstr aknya r endah (baca A-) - Bingung bila menghadapi masalah

- Tidak mengetahui car a ber tindak yang tepat bila menghadapi masalah

- Selalu ber kata saya tidak mampu, tolonglah saya Tingkat komitmen tinggi (baca K+)

- Punya kepedulian untuk sisw a dan r ekan sejaw at

- Selalu menyediakan w aktu dan tenaga yang cukup untuk membantu sisw a

(12)

Tingkat abstr aknya r endah (baca A-) - Bingung bila menghadapi masalah

- Tidak mengetahui car a ber tindak bila menghadapi masalah - Selalu ber kata saya tidak bisa, tolonglah saya

Tingkat komitmen r endah (baca K-)

- Kur ang mempedulikan masalah-masalah sisw a

- Kur ang menyediakan w aktu dan tenaga untuk memikir kana masalah yang ber hubungan dengan tugasnya.

- Hanya mempedulikan tugas r utin - Kur ang mempedulikan tugas pokok.

Demikianlah, pengetahuan tentang pr ototipe gur u di atas akan membantu kita untuk mer ancang pr ogr am pembinaan dan pengembangan pr ofesi gur u ke tingkat pencapaian tujuan yang pr ofesional, sekaligus mengukur sampai di mana jenis tipe gur u yang sekar ang kita miliki.

Kode Etik Pendidik

Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dar i pr ofesi pendidik. Ar tinya setiap pendidik yang pr ofessional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik. Pidar ta (1997) mengemukakan kode etik pendidik sebagai ber ikut:

5. Ber iman dan ber takw a kepada Tuhan Yang Maha Esa. 6. Setia pada Pancasila, UUD 1945, dan negar a.

7. Menjunjung tinggi har kat dan mar tabat peser ta didik.

8. Ber bakti kepada peser ta didik dalam membantu mer eka mengembangkan dir i.

9. Ber sikap ilmiah dan menjunjung tinggi pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni sebagai w ahana dalam pengembangan peser ta didik.

10. Lebih mengutamakan tugas pokok dan atau tugas negar a lainnya dar ipada tugas sampingan.

(13)

12. Dalam beker ja ber pegang teguh kepada kebudayaan nasional dan ilmu pendidikan.

13. Menjadi teladan dalam ber per ilaku. 14. Ber pr akar sa.

15. Memiliki sifat kepemimpinan.

16. Menciptakan suasana belajar atau studi yang kondusif.

17. Memelihar a kehar monisan per gaulan dan komunikasi ser ta beker ja sama dengan baik dalam pendidikan.

18. Mengadakan ker jasama dengan or ang tua sisw a dan tokoh-tokoh masyar akat.

19. Taat kepada per atur an per undang-undangan dan kedinasan. 20. Mengembangkan pr ofesi secar a kontinu.

21. Secar a ber sama-sama memelihar a dan meningkatkan mutu or ganisasi pr ofesi.

Kode etik pendidik dapat pula diambil dar i pendapat Imam al-Ghazali (dalam Uhbiyati, 1998) yang menasihati par a pendidik Islam agar memiliki kode etik sebagai ber ikut:

1. Kasih sayang ter hadap mur id-mur idnya.

2. Tidak menghar apkan balas jasa ataupun ucapan ter ima kasih, tetapi mengajar untuk maksud mencar i ker idhaan Allah dan mendekatkan dir i kepada-Nya.

3. Mencegah mur id dar i akhlak yang tidak baik.

4. Tidak menimbulkan r asa benci pada dir i sisw a ter hadap suatu cabang ilmu yang lain.

5. Seor ang gur u har us mengamalkan ilmunya dan tidak ber lainan kata dengan per buatannya.

Abdur r ahman An-Nahlaw i (1989) menambahkan kode etik yang har us dimiliki pendidik, adalah:

1. Tingkah laku dan pola pikir gur u ber sifat r abbani. 2. Ikhlas, jujur , adil, dan sabar .

(14)

4. Mampu mengelola sisw a, tegas dalam ber tindak ser ta meletakkan ber bagai per kar a secar a pr opor sional.

5. Tanggap ter hadap ber bagai kondisi dan per kembangan dunia yang mempengar uhi jiw a, keyakinan dan pola ber pikir angkatan muda.

Dar i ur aian di atas dapat diketahui bahw a ada sebagian butir kode etik sudah ter laksana, dan sebagian lain pelaksanaannya belum baik atau bahkan belum ter laksana sama sekali. Sebab itu per lu dipikir kan upaya mengatasi hambatan yang menyebabkan sejunlah butir kode etik pendidik tidak ter laksana dengan baik. Upaya peningkatan pelaksanaan kode etik pendidik tersebut, dalam gar is besar nya dapat dilakukan sebagai ber ikut:

1. Par a pendidik diber i kesempatan seluas-luasnya, selama mer eka mampu, untuk studi lebih lanjut ke S1, S2, atau S3. Dengan menimba ilmu lebih banyak dihar apkan dapat meningkatkan sikap dan pr ibadinya sebagai pendidik.

2. Membangun per pustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum memiliki per pustakaan. Per pustakaan ini diper siapkan untuk pendidik yang tidak sempat studi lebih lanjut. 3. Meningkatkan kesejahter aan par a pendidik. Hal ini dapat diatasi

dengan memper hatikan system upah yang baik, yakni: Upah dapatlah memenuhi standar fisik minimum, upah har us adil, Upah har us meningkat, dan upah har us mengikat.

4. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahter aan par a pendidik, ker jasama lembaga pendidikan dengan or ang tua dan tokoh-tokoh masyar akat per lu ditingkatkan.

5. Fungsi DP3 per lu dibenahi dan ditingkatkan.

6. Selain dengan DP3, pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan mengintensifkan pengaw asan.

(15)

Pengembangan Profesi Guru

Ada beber apa car a dan tempat untuk mengembangkan pr ofesi gur u (pendidik), antar a lain:

22. Dengan belajar sendir i di r umah (otodidak). Jalan ini bisa ditempuh dengan memiliki per pustakaan pribadi di r umah. Buku-buku hsr ud dibaca dengan ter atur tidak hanya dipakai pajangan untuk menunjukkan pr estise sebagai sar jana, master ataupun doctor .

23. Belajar di per pustakaan khusus untuk pendidik atau di per pustakaan umum.

24. Dengan car a membentuk per satuan pendidik sebidang studi atau yang ber spesialisasi sama dan melakukan tukar pikir an atau ber diskusi dalam kelompoknya masing-masing. Hal ini bisa dilakukan melalui Musyaw ar ah Gur u Mata Pelajar an (MGMP) atau Kelompok Ker ja Gur u (KKG), dan lain-lain.

25. Mengikuti per temuan-per temuan ilmiah di manapun per temuan itu diadakan selama masih dapat dijangkau oleh pendidik. Per temuan ilmiah itu misalnya, cer amah ilmiah, halaqoh-halaqoh, seminar , semiloka, diskusi ilmiah, simposium, pelatihan, dan lain-lain.

26. Belajar secar a for mal di lembaga-lembaga pendidikan baik di dalam neger i maupun di luar neger i. Studi lanjut itu bias ditingkat S1, S2, atau S3. Aatau dapat juga dalam w aktu pendek satu sampai enam bulan untuk mendalami bidang studi ter tentu yang disahkan dengan pember ian ser tifikat.

27. Mengikuti per temuan-per temuan or ganisasi pr ofesi pendidikan. 28. Ikut mengambil bagian dalam kompetisi-kompetisi ilmiah. Seper ti

kompetisi untuk mendapatkan dana penelitian dar i pemer intah pusat, kompetisi pengabdian masyar akat, kompetisi desain bangunan, kompetisi pemikir an inovatif, dan lain-lain.

(16)

1. Membaca buku, jur nal, majalah, disket, compact disk (CD), ter utama yang ber kenaan dengan mater i-mater i bar u yang ditekuni dan car a-car a mendidik bar u.

2. Mer ingkas isi bacaan. Ringkasan ini ber manfaat untuk memudahkan mengingat sebab disusun atas pemahaman sendir i dengan sistematika sendir i pula. Di samping itu r inkasan ini menghindar kan pendidik untuk selalu membaca banyak, sebab sangat sulit mengingat sesuatu dengan satu kali baca.

3. Membuat makalah, yaitu mengemukakan ide bar u yang didukung oleh infor masi-infor masi ilmiah. Manfaat membuat makalah adalah belajar menyusun pikir an secar a ter atur dalam bentuk tulisan ser ta belajar r ajin mengumpulkan infor masi dan memadukannya dengan ide bar u sehingga menjadi tulisan yang enak dibaca dengan isi yang menar ik.

4. Melakukan penelitian, baik penelitian per pustakaan (libr ar y r esear ch), labor ator ium (labor at or ium r esear ch), maupun penelitian lapangan (field r esear ch).

5. Membuat ar tikel hasil penelitian atau ar tikel pemikir an inovatif. Ar tikel ini adalah untuk konsumsi majalah atau jur nal ilmiah. Hasil penelitian yang baik adalah bila ia dikomunikasikan lew at ar tikel, agar dapat dimanfaatkan oleh banyak or ang.

6. Menulis buku ilmiah baik untuk sekolah maupun per gur uan tinggi. Penulisan buku ini per lu digalakkan sejak aw al agar i lmu pengetahuan tumbuh di Indonesia.

7. Mengaplikasikan ilmu untuk kepentingan masyar akat umum atau mengadakan pengabdian kepada masyar akat.

Kesimpulan

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakar ta: Rineka Cipta.

Al-Abr asyi, M. Athiyah. 1974. Dasar -dasar Hukum Pendidikan Islam. Ter j. Bustami A. Ghani dan Johar Bahr y. Jakar ta: Bulan Bintang. Anshar i, H.M Hafi. 1982. Pengant ar Ilmu Pendidikan. Jember : Media

Pr ess.

Ar ifin dan Aminuddin Rosyad. 1998. Dasar -dasar Kependidikan. Jakar ta: Dir jen Bimbaga Islam Depag RI.

Ar ifin, M. 2003. Ilmu Per bandingan Pendidikan. Jakar ta: Golden Ter ayon Pr ess.

Bar nadib, Imam Sutar i. 1984. Pengant ar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakar ta: IKIP Yogyakar ta.

Blazely, Lloyd D. et. al. 1997. Science St udy. Jakar ta: The Japan Gr ant Foundation.

Callahan, Joseph F. and Leonar d H. Clar k. 1983. Foundat ions od Educat ion. New Yor k: McMillan Publishing Co., Inc.

Coombs, P.M. 1970. The Wor ld Educat ional Cr isis, a Syst em Analysis. New Yor k: Oxfor d Univer sity Pr ess. (Elective A-4. Innotech, Manila, 1979)

Dar ajat, Zakiyah (et.al). 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakar ta: Bumi Aksar a.

Depar temen Agama RI. 2003. Memahami Par adigma Bar u Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas. Jakar ta: Depag RI. _____. 1992. Al Qur ’an dan Ter jemahnya. Semar ang: PT. Tanjung Mas

Inti.

Depar temen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajar an Tunt as. Jakar ta: Dir jen Dikdasmen Depdiknas.

Djumhur dan Danasupar ta. 1974. Sejar ah Pendidikan. Bandung: CV. Ilmu.

(19)

Ekosusilo, Madyo. 1985. Dasar -dasar Pendidikan. Semar ang: Effuar Publishing.

Elsbr ee, Willar d S., H.J. McNally and R. Winn. 1959. Element ar y School Administ r at ion and Super vision. New Yor k: Amer ican Book Company.

Hadi, Soedama. 1983. Pendidikan Nasional dan Pengembangan Masyar akat. Yogyakar ta: IKIP Sanata Dhar ma.

Hadiyanto. 2004. Mencar i sososk Desent r alisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakar ta: Rineka Cipta.

Hanison, Elmer . 1955. The Foundat ion of Moder n Educat ion. USA: Rinehar t.

Idr is, Zahar a. 1987. Dasar -dasar Kependidikan I. Padang: Angkasa Raya. Ihsan, Fuad. 2003. Dasar -dasar Kependidikan. Jakar ta: Rineka Cipta. Immegar t, Glenn L. and Fr ancis J. Pilecki. 1972. In Intr oduct ion t o

Syst ems for The Educat ional Administ r at or. Califor nia: Addison Wesly Publishing Company.

Indr akusuma, Amir Daien. 1976. Pengant ar Ilmu Pendidikan. Sur abaya: Usaha Nasional.

Jamaludin. 2002. Pembelajar an yang Efekt if: Fakt or -fakt or yang Mempengar uhi Pr est asi Siswa. Jakar ta: Depatemen Agama RI. Kindr et, L.W. 1957. School Public Relat ion. New Yor k: Pr entice Hal.

Kusr ahayu, Ninuk. 2006. Hand Out Pengant ar Ilmu Pendidikan. Univer sitas Wijaya Kusuma, Sur abaya.

Lamber t, L.T. 1998. Building Leader ship Capacit y in School. Vir ginia: ASCD.

Lester D. Cr ow & Alice D. Cr ow . 1960. Int r oduct ion t o Educat ion. New Yor k: Amer ican Book Company.

Lodge, Ruper t C. 1947. Philosophy of Educat ion. New Yor k: Har per & Br other .

Manan, Ibr ahim. 1988. Dasar -dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakar ta: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan.

Mar imba, Ahmad D. 1980. Pengant ar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’ar if.

(20)

Mead, Mar gar et. 1955. Cult ur al Pat t er n and Technical Change. New Yor k: Unesco.

Mulyasa, Enco. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Pr ofesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakar ya.

_____. 2006. Menjadi Gur u Pr ofesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakar ya.

_____. 2006. Kur ikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakar ya.

Pidar ta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakar ta: Rineka Cipta. Pur w anto, M. Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teor et is dan Pr akt is.

Bandung: PT Remaja Rosda Kar ya.

_____. 1996. Administ r asi Pendidikan. Jakar ta: Mutiar a Sumber Widya. _____. 1985. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Kar ya.

Rir in Afidah. 2007. Dasar -dasar Ilmu Pendidikan. Tanpa Pener bit. Saher tian, Piet A. 1994. Pr ofil Pendidik Pr ofesional. Yogjakar ta: Andi

Offset.

Saleh, Abdur r ahman. 1980. Didakt ik Pendidikan Agama. Jakar ta: Bulan Bintang.

Samani, Muchlas. 2000. Kecakapan Hidup: Melalui Pendekat an Ber basis Luas. Sur abaya: Sw a Bina Qualita UNESA.

Sar diman, AM. 2006. Int er aksi dan Mot ivasi Belajar Mengajar. Jakar ta: PT Raja Gr afindo Per sada.

Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto. 1080. Pengant ar Oper asional Administ r asi Pendidikan. Sur abaya: Usaha Nasional.

Sujanto, Agus. 1980. Psikologi Per kembangan. Jakar ta: Aksar a Bar u. Sur ya, M. 1998. Bimbingan dan Konseling. Jakar ta: Depdikbud.

Sur yosubr oto, B. 1983. Beber apa Aspek Dasar -dasar Kependidikan. Jakar ta: PT Bina Aksar a.

Syam, Noor (et.al). 1987. Pengant ar Dasar -dasar Kependidikan. Sur abaya: Usaha Nasional.

Tim Dosen FKIP UNS. 1984. Dasar -dasar Pendidikan. Sur akar ta: Univer sitas Sebelas Mar et.

(21)

Tim Dosen IKIP Sur abaya. 1996. Pengant ar Pendidikan Bagian I. Sur abaya: Unesa Univer sity Pr ess.

Uhbiyati, Nur . 1997. Ilmu Pendidikan Islam I dan II. Bandung: Pustaka Setia.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Amandemen. 2006. Sur abaya: Kar ya Utama.

Vaizey, John. 1974. Pendidikan di Dunia Moder n. Jakar ta: Gunung Agung.

Yunus, Mahmud. 1995. Sejar ah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakar ta: Mutiar a Sumber Widya.

Zanti Ar bi, Sutan. 1988. Pengant ar Kepada Filsafat Pendidikan. Jakar ta: Dep. P & K Ditjen PT P2LPTK.

(22)

Gambar

Tabel 15.2 : Tingkat Komitmen
Gambar 15.1 : Prototipe guru

Referensi

Dokumen terkait

Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Pembuatan/Pengembangan Persuteraan Alam Di Wilayah Kerja BP DAS Sampean

032 Banabungi - Lipu ” sesuai dengan Perpres 54 Tahun 2010 dan perubahannya Perpres Nomor 4 Tahun 2015, maka perusahaan saudara kami undang untuk mengikuti tahapan Pembuktian

Dengan ini kami mengundang saudara sebagai calon penyedia jasa untuk menghadiri Klarifikasi dan Negosiasi Harga pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Penanggulangan dan Mitigasi

[r]

Sehubungan telah dilaksanakannya evaluasi terhadap data kualifikasi yang masuk pada paket Pekerjaan Penyusunan AMDAL Pembuatan Embung Penampungan Air Baku (Lelang Ulang),

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik

13 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia.. PENILAIAN KHASIAT

[r]