• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Kebijakan Pengawasan Peredaran Antimikroba di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2. Kebijakan Pengawasan Peredaran Antimikroba di Indonesia"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Ratna Irawati

Badan Pengawas Obat dan Makanan

Disampaikan pada acara Dies Natalis FK UGM

(2)

2

OUTLINE

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

PERAN BPOM DALAM

PENGAWASAN OBAT

(3)
(4)

Badan POM

NAWACITA Meningkatkan Kualitas Hidup

dan

Kesejahteraan Masyarakat

Indonesia

Badan POM berkomitmen untuk menyukseskan program Nawacita antara lain yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia

Bentuk kongkrit dukungan tersebut dituangkan dalam suatu visi dan misi serta

peran strategis Badan POM sebagai panduan dalam melakukan pengawasan obat dan makanan

Badan POM memerlukan dukungan dari stake holder lain untuk dapat

(5)

5

1. Meningkatkan sistem

pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan

jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

(6)

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (SISPOM)

Ø  Pengaturan Regulasi dan Standarisasi

Ø  Penilaian Keamanan, Khasiat/Manfaat dan Mutu Produk sebelum Beredar

Ø  Pengawasan Produk di Peredaran

Ø  Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Ø  Mengembangkan Jejaring Nasional dan Internasional

Ø Peningkatan Kesadaran dan Pengetahuan tentang Kualitas Produk dan Cara Penggunaan Produk yang Rasional

Ø Pengawasan Sendiri dalam Memilih dan Menggunakan Produk yang Terjamin Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan

Ø Melaporkan Efek Samping

Ø  Menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar SeOap

Bentuk Penyimpangan dari Standar Mutu dapat dideteksi Sejak awal

Ø  Menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk

memasOkan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya

Ø  Menjamin Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Produk

Ø  Melakukan Monitoring Efek Samping

Ø  Melakukan Penanganan Keluhan

Ø  Melakukan Penarikan Produk TMS

KONSUMEN CERDAS, KRITIS, DAPAT MELINDUNGI DIRI

SENDIRI

(7)

KONDISI SAAT INI

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN

Maraknya produk impor •Perubahan gaya hidup •Kemajuan teknologi (iklan

online/ dokter online)

Pengadaan obat secara besar-besaran à JKN

PERUBAHAN

LINGKUNGAN STRATEGIS?

Perubahan global

Harapan masyarakat dan suprastruktur Komitmen Indonesia

Lembaga dunia yang berpengaruh

Obat Palsu/ Ilegal /

substandard marak

beredar

KONDISI YANG DIHARAPKAN?

BPOM yang mampu mengawal keamanan, mutu dan khasiat/ manfaat OM beredar

Produsen/pelaku usaha yang bertanggung jawab

Masyarakat yang berdaya untuk melindungi diri

Inspection Laboratory

MASYARAKAT

Keamanan, mutu, khasiat/manfaat Obat

dan makanan meningkat

Kesehatan masyarakat meningkat

Daya saing OM nasional meningkat

Kondisi penggunaan antimikroba : •  Poli farmasi dalam resep

•  Peresepan antimikrobaa secara berlebihan/ tdk rasional

•  Pemberian antimikroba tanpa uji sensitivitas kuman (kultur bakteri)

•  Makin tinggi resistensi terhadap antimikroba •  Pasien lalai menghabiskan antimikroba •  Penggunaan antimikroba pada pakan ternak

(8)
(9)

WORLD HEALTH ASSEMBLY (WHA) MENETAPKAN RENCANA

AKSI GLOBAL TERHADAP RESISTENSI ANTIMIKROBA PADA BULAN MEI 2015

TUJUAN

1.meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antimikroba melalui komunikasi, pendidikan dan pelatihan yang efektif;     

2.memperkuat pengetahuan terkait pengawasan dan penelitian;    3.mengurangi kejadian infeksi melalui tindakan sanitasi, kebersihan dan pencegahan infeksi yang efektif;     

4.mengoptimalkan penggunaan obat antimikroba dalam kesehatan manusia dan hewan;

5.mengembangkan investasi berkelanjutan yang mempertimbangkan kebutuhan semua negara dan meningkatkan investasi dalam obat-obatan baru, alat diagnostik, vaksin dan intervensi lainnya.

(10)

10

WHO Worldwide country situation analysis: response to antimicrobial resistance (tahun 2015) in ASEAN

11 (sebelas) negara ASEAN telah memiliki data surveilans resistensi anHmikroba.

(11)

- RESISTENSI ANTIMIKROBA (dampak serius)  - membahayakan kesehatan masyarakat

- menimbulkan pengobatan kurang efektif - risiko efek samping

- tingginya biaya pengobatan

- di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan à residu antimikroba termakan manusia.

(12)

Profil Kesehatan di Indonesia tahun 2015

Penyebab kematian di Indonesia antara lain: - Influenza dan pneumonia (10,1%)

- Penyakit paru-paru (5,1%) - TBC (4,9%)

Penyakit menular di Indonesia :

- Sekitar 700.000 orang hidup dengan HIV - Sekitar 35.000 orang meninggal karena AIDS - 324.600 kasus TB pada tahun 2015

(termasuk pasien baru dan kambuh).

- 10.000 kematian setiap tahunnya dikaitkan dengan malaria

(13)

Data Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

AnHmikroba di Indonesia tahun 2016

13

(14)
(15)

15

Dasar Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen 2. Undang-undang Republik

(16)

16

Dasar Hukum

3.  Permenkes No. 34/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit (pasal 1, 9A,9B,9C).

4.  Permenkes Nomor 8 / 2015 Tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.

5.  Permenkes No. 35 / 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek (pasal 1, 9A,9B,9C.

6.  Permenkes No. 36 / 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas (pasal 1, 8A,8B,8C).

7.  Permenkes No. 2406 / 2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan antimikroba.

8.  Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik.

(17)

Pengawasan proses produksi &

penerapannya sesuai CPOB thd IF yang akan memproduksi Antibiotika •Penilaian keamanan, khasiat

Antibiotika (Data Non-Klinik, efikasi

klinik, epidemiologi ) dan mutu obat

(kesesuaian dg standar mutu BBO,

pengembangan farmasetika, proses produksi, produk obat) ;

Evaluasi uji BA/BE untuk

kesetaraan mutu Antibiotika generik dengan Antibiotika innovator;

inspeksi uji klinik

Penilaian penandaan dan promosi

Pengawasan CPOB, CDOB (Inspeksi sarana produksi, distribusi dan pelayanan Antibiotika);

Pengawasan mutu beredar (sampling dan pengujian); •Pengawasan aspek keamanan

Antibiotika beredar (pharmacovigilance); •Pengawasan terhadap

penandaan dan promosi Antibiotika beredar.

PRE MARKET

POST MARKET

Peran Badan POM dalam Pencegahan

Resistensi

AnHbioHk merupakan kelas

terapi yang mendapatkan proporsi sampling

paling besar dalam prioritas sampling Badan

(18)

STRATEGI BADAN POM DALAM

PENGAWASAN OBAT

1. REGULASI

2. EDUKASI

3. MANAJERIAL

(19)

1. STRATEGI REGULASI

Menyusun pedoman/standar pengawasan mutu obat (termasuk antimikroba).

Contoh: Farmakope Indonesia, Cara Pembuatan Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat yang Baik

Implementasi Sistem Surat Keterangan Impor (SKI) melalui Indonesia National Single Window (INSW)

Menyusun peraturan/legislasi:

1) Peraturan Kepala Badan POM No. HK. 03.1.23.12.11.10690 tahun 2011 tentang Penerapan Farmakovigilans bagi Industri Farmasi.

(20)

Tahap

Pengembangan

Tahap

Persetujuan Izin Edar

Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

Melindungi hak dan keamanan subjek UK dan data kredibel

(Good Clinical

Practice/Cara Uji

Klinik yang Baik)

Bukti

kemanfaatan

Pengetahuan terhadap profil efek samping dan keamanan

Konfirmasi terhadap mutu, efikasi dan keamanan Metoda analisis

Good

(21)

PENILAIAN KHASIAT KEAMANAN OBAT

Pertimbangan khusus terkait resistensi obat 1. Penilaian Data Non-klinik

Data mekanisme resitensi in vitro termasuk potensi resistensi silang

Data prevalensi resistensi dengan studi epidemiologi

2. Penilaian Data Efikasi Klinik

Data farmakokinetik/farmakodinamik pada manusia dapat digunakan untuk prediksi resistensi bakteri selama terapi

3. Epidemiologi

Resiko terjadinya resistensi bakteri yang prematur terhadap antibakteri

(22)

Industri Farmasi

Distributor, RS, Apotek, IFP, hingga konsumen (sesuai level

penarikan yang diperintahkan) Hasil sampling

dan pengujian

Sistem

Kewaspadaan Cepat (rapid alert system)

Hasil verifikasi terhadap

keluhan konsumen

Hasil kajian terhadap

keamanan dan khasiat obat

Temuan hasil inspeksi

Deteksi risiko oleh pemilik izin edar terhadap keamanan, khasiat, dan mutu obat beredar

Deteksi Obat TMS:

Monitor/ verif ikasi

di

1.  Hasil penarikan dan pemusnahan Obat TMS

2. Tindakan perbaikan & pencegahan (CAPA)

Surat Perintah Penarikan

Obat TMS

(23)

CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

Good Distribution Practices (GDP)

Cara distribusi/penyaluran obat dan/ atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan

penggunaannya.

(Permenkes 1148/2011)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

That part of quality assurance that ensures that the quality of a

pharmaceutical

product is maintained by means of

adequate control of numerous activities which occur during the distribution process as well as providing a tool to

secure the distribution system from

counterfeits,

unapproved, illegally imported, stolen,

=

CDOB

Manajemen

Mutu Organisasi, Manajemen

Inspeksi Diri Keluhan,

Palsu Recall & Retur

Transportasi

Kontrak

(24)

2. STRATEGI EDUKASI

Pedoman GN POPA (Gerakan Nasional Peduli Obat dan

Pangan Aman)

Pemberian Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat

Sosialisasi regulasi kepada asosiasi profesi (IAI) untuk meningkatkan tanggung jawab apoteker di sarana pelayanan kesehatan

terhadap penggunaan

(25)

Tenaga

& Yankes

Apoteker

Tenaga Teknis Kefarmasian

Obat

Bahan Obat

Obat Tradisional

Kosmetika Industri

PBF Apotek

IFRS, Pkm, Klinik dll

Toko Obat, Toko

Kemkes, Dinkes,

Badan POM, GPFI, GP Jamu, Perkosmi, PPAK, GP

Kosmindo

(26)

3. STRATEGI MANAJERIAL

Sistem Pusat Kewaspadaan Penanggulangan Keamanan Obat (PKPKO)

Tujuan: merupakan Komunikasi Risiko Melalui Rapid Alert System aspek keamanan obat beredar dalam rangka respon cepat badan POM kepada Stakeholder (rancangan Perka BPOM)

Membangun sistem lintas program dan lintas sektoral untuk mengkoordinasikan kebijakan pengawasan obat (Kemkes, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, asosiasi pelaku usaha, asosiasi profesi tenaga kesehatan)

(27)

KERJASAMA BPOM DG KEMENKES UNTUK PROGRAM ATM

Program TB (2015 - sekarang) :

- khusus obat TB MDR baru Bedaquiline, menggunakan Sistem sentinel PV dg metode Cohort Event Monitoring (CEM) - Untuk TB MDR lainnya dg metode Active Surveilance Drug

Monitoring (ASDM) - 2017

- Melakukan supervisi terhadap 5 RS sebagai pilot project - Melakukan pengkajian Lap PV dg Tim Ahli

Program Malaria (2016)

- Melakukan supervisi terhadap RS di daerah endemi - Melakukan pengkajian Lap PV dg Tim Ahli

Program AIDS/HIV (2017) - Melakukan penjajagan PV

- Supervisi di daerah endemi (Papua, Batam, Bali)

(28)
(29)

TINDAK LANJUT

Sinergi dengan pemangku kepentingan dalam:

A. melakukan pemetaan terhadap bakteri yang resisten antimikroba pada manusia, hewan, pakan ternak.

B. Penyusunan data base mikrobiologi nasional (data sensitivitas dan resisten terhadap antimikroba)

C. Penyusunan database penggunaan antimikroba nasional di sarana pelayanan kesehatan

D. Memantau pengendalian dan penanganan kasus infeksi baru, termasuk dalam manajemen risiko

(30)

v  Pengawasan peredaran antimikroba tidak hanya tugas BPOM, tetapi juga melibatkan instansi lain a.l Kemenkes dan semua stakeholder (produsen, distributor, tenaga kesehatan, masyarakat).

v  Peran aktif dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya diperlukan

untuk mengawasi penggunaan antimikroba agar tepat dan rasional dalam mencegah resistensi obat.

v  BPOM memiliki peran strategis dalam menjamin mutu / khasiat /

keamanan Obat dan Makanan serta mendukung peningkatan Daya Saing.

v  Industri Farmasi dan sarana Distribusi memegang peranan penting

dalam menjamin mutu obat, karena itu implementasi CPOB dan CDOB harus dimonitoring secara berkelanjutan.

(31)

v  Penandaan pada label obat antimikroba, harus mencantumkan:

Ø  Informasi indikasi, aturan pakai, dan klim keamanan

Ø  Cara Penyimpanan obat dan batas kedaluwarsa

Ø  Penandaan khusus: merupakan golongan obat keras dan

mencantumkan klim 䇾Harus dengan resep dokter䇿

v  Setiap efek samping yang timbul akibat penggunaan obat

(32)

Thank You

TERIMA KASIH

@ halobpom@pom.go.id; www.pom.go.id; @bpom_ri; FB: Bpom RI, Contact Centre 1500533

Referensi

Dokumen terkait

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemenuhan persayaratan bakal calon Anggota DPRD Kabupaten sebagaimana

Di dalam bab ini terdapat tinjauan pustaka yang menguraikan tentang hasil perancangan yang telah dilakukan oleh orang lain sebelumnya tentang teori-teori yang

atau mesin dalam menghasilkan produk. Quality biasa digunakan untuk melihat.. apakah produk telah sesuai dengan standar yang ditetapkan ataukah belum, dalam artian produk

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan anggota keluarga dengan perilaku deteksi dini kanker serviks metode

Sedangkan pihak swasta yang terlibat pada umumnya lebih tertarik untuk menghasilkan Menurut Pasal 1 angka 3 Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Dengan kemampuannya ini, maka koral selain memiliki tingkat produktivitas yang tinggi juga berpotensi sebagai media untuk menahan gerak dan lajunya gelombang (Weber,

Pendampingan program dilakukan selama 2 bulan. Pendampingan ini dilakukan dua minggu sekali. Kendala yang ditemukan di lapangan adalah cuaca yang tidak menentu

Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) (2005) memberikan panduan mengenai proses rekrutmen, seleksi, dan bagaima- na mempekerjakan guru dalam pengem-