• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTAMADYA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTAMADYA BANDUNG."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTAMADYA BANDUNG

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh: Nurul Fajar

1009668

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTAMADYA BANDUNG” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, 1 September 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTAMADYA BANDUNG

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Dr. Yahya Sudarya, M.Pd. NIP. 195212121975011002

Pembimbing II

Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd NIP.197009291998022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Abstrak

Mutu pendidikan, sangat dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah dan organisasi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan. Salah satu faktor yang penting dalam pencapaian pendidikan yang bermutu adalah kinerja mengajar para guru. Kinerja mengajar guru dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya kepemimpinan kepala sekolah yang dalam penelitian ini difokuskan pada kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru dalam mengajar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah Se-Kotamadya Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, melalui teknik analisis data korelasional dan regresi dengan menggunakan statistik parametrik. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung yang berjumlah 208 orang, dengan sampel penelitian berjumlah 68 orang guru. Dari hasil analisis data diketahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru, pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru, serta pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung berkriteria kuat. Kesimpulannya, kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru berpengaruh kuat terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

(5)

Abstract

Education quality is influenced with the success or failure of the educational process which has been developed by goverment, social organizations and religious organizations that concern in the education. One of the important factor in the achievement of quality education is the teaching performance of teachers. Teacher's teaching performance can be measured by several indicators, including the principal's leadership in this research focused on the principal visionary leadership and motivation of teachers in teaching.

The purpose of this study is to describe the influence of the principal visionary leadership and motivation of teachers to the teacher's teaching performance SMP Muhammadiyah in Bandung municipality.

The method used is descriptive analysis with a quantitative approach, through the technique of correlation and regression analysis of the data using parametric statistics. Data retrieved by using the questionnaire. Population in this research is the teachers of SMP Muhammadiyah in Bandung Municipality amounting to 208 people, with 68 people total sample of teachers. From the analysis of the data found the principal visionary leadership influence on the performance of teachers to teach, influence work motivation of teachers to teaching performance of teachers, as well as the influence of the principal visionary leadership and motivation of teachers to the teacher's teaching performance of SMP Muhammadiyah Bandung Municipality have strong criteria. In conclusion, the principal visionary leadership and motivation of teachers strongly affected the teacher's teaching performance of SMP Muhammadiyah Bandung municipality.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Manfaat Penelitian ... 12

E. Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA. KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 14

A.Kajian Pustaka ... 14

1. Kinerja Mengajar Guru ... 14

a. Definisi Kinerja ... 14

b. Konsep Kinerja Mengajar Guru ... 15

c. Dimensi dan Indikator Kinerja Mengajar Guru ... 17

(7)

2. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... 21

a. Teori Kepemimpinan ... 21

b. Konsep Visi ... 22

c. Konsep Kepemimpinan Visioner ... 23

d. Ciri-ciri Pemimpin Visioner ... 24

e. Peran Pemimpin Visioner ... 27

f. Langkah-langkah Menjadi Pemimpin Visioner ... 30

3. Motivasi Kerja Guru ... 32

a. Pengertian Motivasi ... 32

b. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Motivasi ... 34

c. Azas\ Motivasi ... 35

d. Teknik Motivasi ... 36

e. Teori Motivasi ... 36

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 42

g. Model Pengukuran Motivasi ... 43

B. Kerangka Pemikiran ... 44

C.Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 47

1. Lokasi Penelitian ... 47

2. Populasi ... 47

3. Sampel ... 48

B. Metode Penelitian ... 50

C.Definisi Operasional ... 51

1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 51

2. Variabel Motivasi KerjaGuru (X2) ... 51

3. Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 51

D.Instrumen Penelitian ... 52

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 55

(8)

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 61

F. Teknik Pengumpulan Data ... 63

1. Teknik Angket ... 63

2. Studi Dokumentasi ... 64

G.Analisis Data ... 64

1. Analisis Data Deskriptif ... 64

2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 65

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86

A.Hasil Penelitian ... 86

1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 67

a. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) ... 67

b. Motivasi Kerja Guru (X2) ... 69

c. Kinerja Mengajar Guru (X3)... 72

2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 75

a. Uji Normalitas Data ... 76

b. Uji Linieritas ... 77

3. Pengujian Hipotesis ... 78

a. Analisis Korelasi ... 78

1) Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 78

2) Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 80

3) Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 81

b. Analisis Regresi ... 83

(9)

2) Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Kinerja

Mengajar Guru (Y) ... 85

3) Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 86

4. Interpretasi Hasil Analisis ... 90

B. Pembahasan ... 91

1. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung ... 92

2. Motivasi Kerja Guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung ... 97

3. Kinerja Mengajar Guru ... 99

4. Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung ... 105

5. Pengaruh Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung ... 108

6. Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Muhammadiayh se-Kotamadya Bandung ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

A.Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Alamat dan Jumlah Guru SMP Muhammadiyah di Kotamadya Bandung .... 47

3.2 Penyebaran Sampel ... 49

3.3 Kisi-Kisi Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... 52

3.4 Kisi-Kisi Motivasi Kerja Guru ... 53

3.5 Kisi-Kisi Kinerja Mengajar Guru ... 54

3.6 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Variabel X1 ... 57

3.7 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Variabel X2 ... 58

3.8 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Variabel Y ... 60

3.9 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Variabel X1 ... 61

3.10 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Variabel X2 ... 62

3.11 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Variabel Y ... 62

3.12 Kriteria dan Penafsiran ... 65

3.13 Tolak Ukur Koefesien Korelasi ... 66

4.1 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel X1 ... 67

4.2 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel X2 ... 70

4.3 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Y ... 73

4.4 Hasil Uji Normalitas ... 76

4.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 76

4.6 Hasil Uji Linieritas X1 terhadap Y ... 77

4.7 Hasil Uji Linieritas X2 terhadap Y ... 77

4.8 Hasil Uji Korelasi X1 terhadap Y ... 78

4.9 Hasil Uji Korelasi X2 terhadap Y ... 80

4.10 Hasil Uji Korelasi X1 dan X2 terhadap Y ... 81

4.11 Hasil Uji Regresi X1 terhadap Y (Coefficientsa ) ... 83

4.12 Hasil Uji Regresi X2 terhadap Y(Coefficientsa ) ... 85

4.13 Hasil Uji Regresi X1 dan X2 terhadap Y (Coefficientsa) ... 87

4.14 Hasil Uji Regresi X1 dan X2 terhadap Y(ANOVA) ... 89

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 9

2.1 Kerangka Pemikiran ... 45

4.1 Struktur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y ... 91

4.2 Kecenderungan Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... 93

4.3 Kecenderungan Umum Motivasi Kerja Guru ... 98

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan telah Penelitian ... 119 2. Kisi-Kisi Instrumen dan Kuesioner Penelitian ... 120

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah dan organisasi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan. Selain upaya pemerintah membuat lembaga pendidikan yang berkelanjutan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi, banyak pula organisasi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan yang membuat lembaga pendidikan baik yang mengacu kurikulum pemerintah maupun setarap dengan itu yang pada intinya mempunyai misi yang sama yaitu meningkatkan kualitas masyarakat melalui pendidikan.

Salah satu organisasi soasial keagamaan yang berjuang dalam pendidikan adalah Muhammadiyah. Organisasi keagamaan yang telah berdiri sejak tahun 1912 ini aktif dalam proses pendidikan. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di Muhammadiyah tentunya memiliki andil yang besar dalam mencetak kualitas pendidikan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah amal usaha dalam bidang pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Dalam laporan Muktamar Ke-46 Muhammadiyah di Yogyakarta, jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai perguruan tinggi (PT) sebagai berikut:

TK/Bustanul Athfal 4.623 unit, PAUD (6.723), SD/MI (2.257), SMP/MTs (1.748), SMA/MA (747), SMK (399), Mu‟allimin/Mu‟allimat (7), pondok

pesantren (101), madrasah diniyah (347), sekolah luar biasa (15), dan perguruan tinggi (172).

(14)

sekolah tersebut secara keseluruhan belum berada pada peringkat A. Sebagaimana data dari Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008:

Tabel 1.1

Hasil Akreditasi SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung

No. Nama sekolah Peringkat Akreditasi

1. SMP Muhammadiyah 1 B

2. SMP Muhammadiyah 2 B

3. SMP Muhammadiyah 3 A

4. SMP Muhammadiyah 4 C

5. SMP Muhammadiyah 5 B

6. SMP Muhammadiyah 6 A

7. SMP Muhammadiyah 7 B

8. SMP Muhammadiyah 8 A

9. SMP Muhammadiyah 9 A

10. SMP Muhammadiyah 10 A

Dari data tersebut dapat disimpulkan berdasarkan tingkat akreditasi, terdapat beberapa SMP Muhammadiyah yang masih berakreditasi B bahkan C. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan mutu sekolah. Peningkatan mutu sekolah dapat dilakukan salah satunya dengan cara meningkatkan mutu komponen pesekolahan seperti yang tercakup dalam delapan komponen akreditasi sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, meliputi:

1. Standar Isi, [Permendiknas No. 22/2006] 2. Standar Proses, [Permendiknas No. 41/2007]

3. Standar Kompetensi Lulusan, [Permendiknas No. 23/2006]

(15)

5. Standar Sarana dan Prasarana [Permendiknas 24/2007] 6. Standar Pengelolaan, [Permendiknas 19/2007]

7. Standar Pembiayaan, [Peraturan Pemerintah. 48/2008] 8. Standar Penilaian Pendidikan. [Permendiknas 20/2007]

Untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim (2007:56), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan: 1)

kepemimpinan kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat, 2) siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa, 3) guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya serta pelatihan, 4). kurikulum; adanya kurikulum yang ajeg/tetap tetapi dinamis, dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal, 5) jaringan kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja.

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Aaunurrahman (2009:187-195) dalam mencapai mutu sekolah selain di tentukan oleh siswa itu sendiri juga turut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada diluar siswa yaitu: 1) faktor guru: Kehadiran guru masih menempati posisis penting, meskipun di

tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah keduinia pendidikan 2) lingkungan sosial ( termasuk teman sebaya) Sebagai makhluk sosial, maka setiap

(16)

dengan baik, ruang perpustakaan, tersedianya fasilitas kelas, buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar merupakan komponen yang penting yang mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut, salah satu faktor yang penting dan mempengaruhi mutu pendidikan adalah faktor guru, di samping faktor kepemimpinan, siswa, kurikulum, lingkungan, sarana dan prasarana, serta

sinergisitas baik internal maupun eksternal di lembaga pendidikan.

Menjadi keharusan bagi lembaga-lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Muhammadiyah agar ditopang dengan kinerja guru yang baik. Hal ini sejalan dengan yang dituliskan Mulyasa (2003: 140) “Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah kinerja guru”.

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu cermin peningkatan mutu pendidikan di sekolah adalah prestasi guru dalam meningkatkan mutu lulusan yang produktif, dengan semangat kinerja mengajar guru yang tinggi akan menciptakan lulusan dengan kualitas yang baik.

Guru berperan sangat penting dan menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran. Dalam konteks administrasi pendidikan, Suhardan dan Nugraha suharto (2010: 10-13) menyatakan guru merupakan bagian dari sumber daya manusia (SDM) yang menentukan keberhasilan lembaga pendidikan. Karena berdasarkan fungsi guru dan tenaga kependidikan diantaranya: 1) guru sebagai agen perubahan 2) pemimpin dan pendukung nilai-nilai sosial 3) sebagai fasilitator 4) penanggung jawab hasil belajar 5) tenaga kependidikan yang menjadi

suri tauladan 6) bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalitas kerja 6) menjunjung tinggi kode etik profesional.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, guru bermutu menjadi variabel penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu. Udin Syaefudin Sa‟ud (2008:54)

(17)

Meningkatkan mutu pendidikan dalam lembaga persekolahan sangatlah sulit jika tidak diiringi dengan peningkatan kinerja guru. Winarno Surakhmad dalam Dadang Suhardan (2010:85) menuliskan bahwa „usaha meningkatkan kualitas pendidikan tanpa prioritas perbaikan kualitas guru bukan saja bertentangan dengan akal sehat tetapi juga suatu kemustahilan‟.

Apabila merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, terdiri dari delapan standar, yang meliputi: ”(1). Standar isi; (2) Standar proses; (3) Standar kompetensi lulusan; Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) Standar sarana dan prasarana; (6) Standar pengelolaan; (7) Standar pembiayaan dan (8) Standar penilaian”. Berdasarkan standar-standar tersebut, maka penyelenggaraaan pendidikan selayaknya diselenggarakan secara baik. Guru sebagai bagian dari standar pendidik dan kependidikan merupakan komponen yang penting dalam proses belajar mengajar, hal ini karena guru sebagai unsur yang langsung berhadapan dengan sisiwa yang bertanggung jawab berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap para siswa. Guru merupakan sosok suri tauladan. Sehingga sikap kepribadiannya harus selalu dijaga dengan baik. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemandirian dalam kegiatan pendidikan baik dalam organisasi sekolah tempat dia mengajar dan bergaul dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah, sehingga sebutan guru yang disematkan pada seseorang haruslah dijaga dengan baik. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya. Gurulah komponen yang sangat penting dalam proses persekolahan karena sebagai orang yang langsung berhadapan dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Guru dituntut untuk selalu berupaya dalam proses pendidikan sekolah agar dalam menjalankan tugasnya mampu kreatif dan inovatif.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) menyatakan bahwa:

(18)

kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang meliputi: 1) kompetensi pedagogik 2) kompetensi kepribadian 3) kompetensi sosial 4) kompetensi profesional.

Kompetensi yang disyaratkan dalam permendiknas di atas tentunya menjadi acuan dalam upaya meningkatkan kinerja guru sebagai alah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Untuk meningkatkan kinerja guru telah dilakukan sertifikasi oleh pemerintah dengan melakukan sertifikasi guru. Meskipun hasilnya belum bermutu, tetapi paling tidak sudah ada upaya konkret yang dilakukan terhadap peningkatan profesionalisme guru. (Mulyasa 2013: 37).

Tuntutan dalam peningkatan kualitas pendidikan berimplikasi pada perlunya guru yang berkualitas pula. Apabila dalam sekolah terdapat guru-guru yang tidak berperan sebagaimana mestinya akan menimbulkan proses pendidikan yang selalu ketinggalan. Lulusan yang dihasilkan tidak berkualitas. Siswa hanya menyelesaikan haknya untuk belajar sedangkan guru hanya melaksanakan kewajibannya untuk mengajar tanpa disertai dengan niatan yang sungguh-sungguh

dalam mengajar. Sehingga keburukan kinerja guru akan berimbas pada mutu pendidikan. Lembaga sekolah tempat dia mengajar tidak lagi dipercaya oleh masyarakat. Padahal dengan kinerja guru yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik.

Davis (2007:276) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) faktor individu yang teriri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang, serta demografi 2) faktor psikologis; persepsi, attitude, personality, motivasi, dan pembelajaran 3) faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job desain.

(19)

komponen yang penting yang dapat meningkatkan kualitas persekolahan melalui fungsi dan perannya. Oleh karena itu diperlukan kepala sekolah yang berkompetensi. Berdasarkan Permendiknas No. 13 tahun 2007 disyaratkan lima kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisidan kompetensi sosial.

Kompetensi kepala sekolah dalam penelitian ini, dijabarkan pada

kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan dan mengkomunikasikan program kerja serta tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang sekolah, mengelola perubahan, dan membuat inovasi. Sehingga kepemimpinan kepala sekolah difokuskan dalam visionary leadership. Sedangkan faktor psikologis yaitu motivasi kerja yang berupa dorongan yang terdapat pada pribadi guru dalam bekerja untuk mencapai tujuan sekolah, dikaji melalui pengaruh instrinsik dan ekstrinsik.

Kepala sekolah seharusnya mempunyai visi yang akan memposisikan dirinya dengan tepat dan mampu menyehatkan lingkungan sekolah. Kepala sekolah yang bervisi ke depan mampu membuat inovasi dan perubahan terhadap para guru agar lebih mengingkat dalam kinerjanya. Perumusan strategi dan kebijakan yang tidak hanya memperhitungkan aspek kebutuhan saat itu, namun juga orientasi masa yang akan datang merupakan hal yang penting dalam perkembangan organisasi sekolah.

Istilah visionary leadership atau kepemimpinan visioner merupakan kepemimpinan yang menuntut agar pemimpin dapat lebih berperan dalam menentukan arah masa depan dengan visi yang jelas dan perencanaan yang matang. Kepemimpinan visioner menurut Robbins (2003: 473) “Kemampuan

menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik tentang masa depan organisasi atau unit organisasi yang terus tumbuh dan meningkat dibanding saat ini”. Komariah dan Triatna (2010: 82) mengemukakan kepemimpinan visioner adalah:

(20)

diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen secara personal.

Sesuai dengan indikator dalam kepemimpinan visioner, diharapkan kepala sekolah mampu mendorong para guru agar senantiasa meningkatkan kinerjanya dalam kerangka visi yang telah dibuat. Komunikasi yang terjalin dengan baik selalu diupayakan agar terjadi sharring untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepala

sekolah sebagai pimpinan dituntut mampu merencanakan program untuk keberlangsungan sekolah. Baik rencana yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Perkembangan zaman yang terus terjadi merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut, Hidayah (2012: 32-33) keberhasilan sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya, baik mutu akademik maupun non akademik sangat tergantung pada kepala madrasah/sekolah untuk memimpin dengan visi. Sehingga dengan perannya sebagai pemimpin visioner dapat meningkatkan mutu sekolah, salah satunya dengan peningkatan kualitas guru, Namun jika kepala sekolah tidak mempunyai visi ke depan maka akan menghambat perkembangan kreativitas guru. Dalam proses mengajar, guru hanya mengajar sesuai dengan tugasnya saja dalam mengajar, mereka tidak mempunyai target yang jelas sebagai hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Untuk memperkuat pembuktian dan sebagai landasan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru sekolah, telah dilakukan penelitian oleh Ni Luh Putu Puji Astuti (2008: 865-868) tentang pengujian terhadap hubungan tipe kepemimpinan kepala sekolah serta motivasi kerja guru dalam kaitanya dengan kinerja guru sekolah. Dari hasil penelitian tersebut

diketahui bahwa kepemimpinan berperan dan mempunyai hubungan dengan kinerja mengajar di sekolah secara signifikan.

(21)

Suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang yang dapat dikembangkan sendiri atau sejumlah kekutan luar yang berkisar pada imbalan moneter dan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif maupun negative tergantung pada situasi dan kondisi yang ersangkutan, kekuatan potensial tersebut adalah keinginan, kebutuhan dan perasaan takut.

Motivasi dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan tugas dengan sempurna dan dapat mengatasi segala bentuk kesulitan ditengah kondisi yang sedang mengalami depresi.

Baik atau tidaknya seorang guru mengajar tentunya ada faktor motivasi yang berada dalam guru tersebut, beguitu pentingnya faktor motivasi guru seperti disamapaikan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2004: 61):

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.

Pernyatan tersebut, mengindikasikan bahwa keberadaan motivasi kerja guru merupakan hal yang penting. Guru yang bekerja tanpa motivasi kerja akan menghambat tujuan sekolah dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Penelitian tentang motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja, seperti yang telah dilakukan oleh Ida Iriani (2010: 561-569) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel X1 dan X2 yang merupakan motivasi instrinsik dan ekstrinsik dan X3 disiplin kerja masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai pada kantor dinas pendidikan Kabupaten Sambas.

(22)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kualitas pendidikan tercermin dalam mutu sekolah. Keberadaan tingkat akreditasi sekolah-sekolah Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung belum pada tarap memuaskan, hal ini dapat dilihat dari data yang disampaikan oleh Badan

Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 yang menyatakan hanya lima sekolah yang terakreditasi A, yaitu SMP Muhammadiyah 3, 6, 8, 9, 10 sedangkan SMP Muhammadiyah 1, 2, 5, 7 terakreditasi B dan SMP Muhammadiyah 4 terakreditasi C.

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu sekolah, maka diperlukan kinerja guru yang baik. Salah satu caranya dengan melakukan penilaian kinerja guru, yang kemudian dicari jalan keluar untuk menentukan langkah-langkah yang dapat memperbaiki kinerja guru. Priatna dan Tito Sukamto (2013: 6) menyatakan penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi: 1)untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan,atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah 2) untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan, yang relevan dengan fungsi sekolah atau madrasah yang dilakuknnya pada tahun tersebut.

Berdasarkan survey di lapangan, terdapati beberapa hal yang masih belum optimal yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru di SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung, diantaranya: 1) guru masih belum optimal dalam

mengembangkan metode pembelajaran yang variatif 2) proses belajar mengajar kurang didukung dengan alat peraga atau fasilitas pengajar 3) evaluasi

(23)

Dari beberapa kendala serta kekurangan yang dapat menurunkan kinerja guru tersebut, perlu kiranya segera ditangani karena dengan lebih meningkatkan kinerja guru, sehingga mutu pendidikan akan tercapai lebih baik.

Kepemimpinan dan motivasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Davis (2007:276) yang menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Faktor individu yang terdiri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang, serta demografi

2. Faktor psikologis; persepsi, attitude, personality, motivasi, dan pembelajaran 3. Faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan,

penghargaan, struktur dan job desain.

Berikut bagan dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, yang meliputi pengaruh individu, pengaruh organisasi dan psikologis terhadap kinerja:

Gambar 1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Berdasarkan gambar diatas terdapat motivasi sebagai faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kinerja. Penelitian terhadap pengaruh motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja, seperti yang telah dilakukan oleh Ida Iriani (2010: 561-569) yang menyatakan bahwa motivasi baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik sangat berpengaruh terhadap kinerja. Jika motivasi kerja tinggi, maka kinerja pegawai tersebut akan lebih baik.

(24)

Faktor kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah memegang peranan penting dalam peningktan kinerja guru. Berdasarkan hasil penelitian Ni Luh Putu Puji Astuti (2008: 865-868) diperoleh hasil jika kepemimpinan kepala sekolah berjalan dengan baik serta motivasi kerja guru berada pada kategori tinggi, maka kinerja guru akan baik pula.

Kepemimpinan visioner kepala sekolah merupakan salah satu model

kepemimpinan dalam pendidikan yang relevan dengan tuntutan school based

management juga sesuai dengan kultur Muhammadiyah sebagai pembaharu

menuntut agar kepala sekolah mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, kepala sekolah menjadi pemimpin dalam perubahan, mampu mempengaruhi dan member arahan dan dorongan agar guru dalam merumuskan, mengajar serta menetapkan target yang akan dicapai sesuai dengan visi sekolah. Sedangkan motivasi dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan tugas dengan sempurna dan dapat mengatasi segala bentuk kesulitan ditengah kondisi yang sedang mengalami depresi.

Berdasarkan hal tersebut, kepemimpinan visioner dan motivasi kerja harus mampu berperan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru. Apabila kinerja mengajar guru terlaksana dengan baik, maka kualitas pendidikan yang berada di Muhammadiyah khususnya dan kualitas pendidikan nasional secara umum dapat tercapai.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi penelitian, maka peneliti merumuskan masalah

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan visioner kepala sekolah SMP Muhammadiyah

se-Kotamadya Bandung?

2. Bagaimana motivasi kerja guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung?

(25)

4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar

guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung?

6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah

se-Kotamadya Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan tersebuta, maka peneliti membagi tujuan ke dalam, tujuan umum, yaitu untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

Tujuan khusus yang ingin dicapai peneliti diantaranya agar dapat mendeskripsikan dan menganalisis:

1. Kepemimpinan visioner kepala sekolah SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

2. Motivasi kerja guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung. 3. Kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung. 4. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap kinerja mengajar

guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

5. Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

6. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru

terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna secara teoritis maupun praktis, yaitu:

(26)

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat dan membuktikan teori-teori yang telah ada,khususnya pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru, dan diharapkan dapat berkontribusi pada perkembangan keilmuan administrasi pendidikan, sebagai referensi dalam penelitian yang sejenis.

2. Secara Praktis,

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada peneliti tentang pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru. Selain itu juga diharapkan menjadi masukan bagi para guru dan kepala sekolah khususnya yang berada di SMP Muhammadiyah se-Kotamadya kota Bandung dan organisasi Muhammadiyah secara luas agar dalam proses proses belajar mengajar tercipta sikap profesionalitas guru yang ditunjukkan dengan kinerja yang baik dalam mengajar; guru mampu memaksimalkan sarana dan prasarana, guru mampu mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa yang semakin kompleks, serta peningkatan kualitas kepala sekolah dapat menjadi pemimpin yang bervisi baik dalam meningkatkan kualitas guru. Sehingga hasil yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

E. Struktur Organisasi Tesis

Agar lebih tersusun secara sistematis, maka dalam penulisan tesis ini, penulis menyusun sitematika penulisan meliputi:

Bab I: Pendahuluan. Berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur

organisasi tesis

Bab II: Terdiri dari Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis.

(27)

Bab III: Metode Penelitian. Pada bagian ini, berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Yang dibahas dalam bab ini adalah keseluruhan data dari hasil observasi dan kuesioner. Pemaparan hasil pengolahan data berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan serta pemaparan

mengenai hasil analisis data yang dilakukan. Hasil analisis ini kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan permasalahan penelitian.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan waktu dan tempat sasaran yang digunakan

dalam penelitian. Tempat yang ditetapkan dalam melakukan kajian penelitian dengan judul “ Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru” adalah di SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung.

2. Populasi

Arikunto (2010: 173) menyatakan populasi merupakan “keseluruhan subjek

penelitian”. Sugiyono (2008:117) memberikan pengertian populasi adalah

“Wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Nazir (2003:53) menyatakan bahwa “Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan akhir suatu penelitian”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau subjek, yang berada pada suatu wilayah tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru yang berada di tempat yang diteliti. Berikut data SMP

(29)

Tabel 3.1

Alamat dan Jumlah Guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung

No Sekolah Alamat Jumlah Guru

1. SMP Muhammadiyah 1 Jl. Banteng Dalam No. 6 Bandung 40262

20

2. SMP Muhammadiyah 2 Jl. Raya Cilember Gg. Bunisugih Cicendo

20

3. SMP Muhammadiyah 3 Jl. PHH Mustofa No. 90/209 Bandung 40125

24

4. SMP Muhammadiyah 4 Jl. Andir RI Winata No 316 A/79 Bandung 40183

16

5. SMP Muhammadiyah 5 Jl. Sari Wates Raya No. 6 Antapani 40292

16

6. SMP Muhammadiyah 6 Jl. Sukagalih Gg. H. Gojali No. 134 Bandung 40162

25

7. SMP Muhammadiyah 7 Jl. Leuwi Panjang No. 24 Gg. Kebon Kelapa 40234

17

8. SMP Muhammadiyah 8 Jl. Kadipaten Raya No. 4-6 Antapani 40291

20

9. SMP Muhammadiyah 9 Jl. Sumber Sari No. 104 Cisaranten Kulon Arcamanik 40293

22

10. SMP Muhammadiyah 10 Jl. A.H. Nasution No. 168 Ujung Berung 40614

28

Jumlah 208

3. Sampel

(30)

Arikunto (2010: 177) menuliskan mengenai banyaknya subjek yang diambil maka peneliti mempertimbangkan hal-hal berikut: a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena menyangkut jumlah data yang akan diambil c) resiko penelitian.

Oleh karena sampel yang akan diambil dari sepuluh SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung, maka peneliti mengambil sampel guru dengan

pertimbangan yang disebutkan di atas.

Jumlah populasi guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Solvin dalam Riduwan (2005:65) sebagai berikut.

Keterangan: n = jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presesi atau penyimpangan terhadap populasi

Dalam penelitian sosial besarnya presesi biasanya antara 5% sampai dengan 10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presesi 10% sehingga diperoleh nilai n sebagai berikut:

Jadi jumlah sampel penelitian ini setelah dibulatkan menjadi sebanyak 68 orang. Sehingga responden yang dijadikan sampel peneltian sebanyak 68 orang. Apabila diprosentasekan, maka jumlah sampel tersebut adalah 68/208 x 100% = 32,7%

(31)

Tabel 3.2 : Penyebaran Sampel

No Sekolah Jumlah

Populasi

Sampel 32,7 %

Jumlah

Sampel

1. SMP Muhammadiyah 1 20 6,54 7

2. SMP Muhammadiyah 2 20 6,54 7

3. SMP Muhammadiyah 3 24 7,84 8

4. SMP Muhammadiyah 4 16 5,23 5

5. SMP Muhammadiyah 5 16 5,23 5

6. SMP Muhammadiyah 6 25 8,18 8

7. SMP Muhammadiyah 7 17 5,56 6

8. SMP Muhammadiyah 8 20 6,54 7

9. SMP Muhammadiyah 9 22 7,2 7

10. SMP Muhammadiyah 10 28 9,16 9

Jumlah 208 68,02 68

Berdasarkan perhitungan mengenai jumlah keterwakilan guru pada tiap sekolah, maka yang menjadi jumlah sampel penelitian ini sebanyak 68 orang. Penentuan responden tersebut didasarkan pada klasifikasi sebagai berikut: 1) latar belakang sarjana (S1) 2) Masa kerja minimal 5 tahun.

Sebagai pembanding sampel yang diuji apakah memberi jawaban sesuai dengan fakta, maka selain menggunakan sampel guru-guru sebagai data primer dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian responden dengan mengambil semua kepala sekolah SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung yang berjumlah 10 orang. Selanjutnya data tersebut akan digunakan sebagai data sekunder, hal ini berdasarkan terdapatnya sampel kembar atau double sample.

(32)

jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel pertama”.

B. Metode Penelitian

Penelitian merupakan pekerjaan yang bersifat ilmiah, sehingga dalam penelitian ini dilatarbelakangi dengan metode ilmiah, dengan cara

mengumpulkan, menyusun dan menganalisis data yang terkumpul sehingga diperoleh makna yang sebenarnya. Metode yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yang ditunjang dengan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian deskriptif yaitu metode yang digunakan dengan cara menganalisa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. dengan penelitian deskriptif, diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populai yang diteliti.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian menjelaskan variabel yang diteliti.. Definisi operasional yang diteliti meliputi:

1. Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

Kepemimpinan visioner kepala sekolah menekankan pada sikap pemimpin yang mampu melihat situasi yang akan terjadi di masa mendatang, ia membuat kebijakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau konsumen, mampu

memecahkan masalah yang meliputi peluang, hambatan dan tantangannya, bervisi baik dan mampu mengkomunikasikannya. Ia berani mengambil resiko untuk

(33)

2. Variabel Motivasi KerjaGuru (X2)

Motivasi kerja guru merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu tindakan untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan dimana dia berada melalui usaha untuk memaksimalkan tugasnya dalam mengajar. Ada beberapa pendorong guru sehingga ia akan termotivasi dalam bekerja. Dorongan-dorongan tersebut bisa berasal dari dalam yang meliputi: 1.) kemajuan dalam berkarier 2.) keinginan

untuk berprestasi 3.) pengakuan orang lain 4.) Mempunyai rasa tanggung jawab 5.) Mendapatkan kepuaan kerja dan yang berasal dari luar berupa: 1.) Pengawasan kepala sekolah 2.) Gaji yang diterima 3.) Sekolah 4.) Kebijakan organisasi sekolah 5.) Situasi dan kondisi lingkungan sekolah

3. Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

Kinerja mengajar guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam malakukan tugas mengajar dengan baik untuk mencapai tujuan. Sehingga kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kinerja mengajar dapat dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kinerja mengajar guru dapat dilihat dari : 1.) perencanakan pembelajaran, 2.) proses pembelajaran, 3. evaluasi pembelajaran

D. Instrumen Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data melalui kuesioner dan wawancara. Instrumen dalam menyusun kuesioner ini

menggunakan skala. “Skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu” (Sugiyono,

2008:93). Jadi dengan skala ini peneliti ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan visioner kepala sekolah, Motivasi kerja guru, dan kinerja mengajar guru pada SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung .

(34)

(SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian bobot berturut-turut, untuk pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5. Responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Isi kuesioner disesuaikan dengan teori yang melandasi penelitian.

Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian untuk dijadikan landasan dalam menyusun butir pernyataan:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah

Variabel Sub Variabel Indikator No item

Kepemimpinan

Mampu melihat peluang 10, 11, 12

Bekerjasama dengan lingkungan luar sekolah

13, 14, 15

3. Sebagai pelatih Berpengaruh dalam aktivitas

(35)

sebagai agen perubahan

Beradaptasi terhadap perubahan

25,26,

Mampu berinovasi 27, 28

Membuat perubahan yang besar

29,30

Tabel 3. 4

Kisi-Kisi Motivasi Kerja Guru

Variabel Sub

1. Intrinsik Kemajuan dalam berkarier 1, 2, 3

Dorongan untuk berprestasi 4, 5, 6

Pengakuan orang lain 7, 8, 9

Tanggung jawab dalam bekerja

2. Ekstrinsik Adanya pengawasan atau supervisi

Organisasi tempat bekerja 22-24

Kebijakan organisasi 25-27

Situasi dan kondisi lingkungan organisasi

(36)

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Kinerja Mengajar Guru

Variabel Sub Variabel Indikator No

item

(37)

E. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun diuji-cobakan terlebih dahulu untuk menguji kesahihan instrumen penelitian terhadap guru-guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung dengan mengambil sampel. Uji coba instrumen dilakukan dengan langkah-langkah: (a) membagikan angket pada guru, (b) memberikan keterangan tentang cara pengisian angket, (c) para guru

melakukan pengisian angket, dan (d) setelah guru selesai mengisi angket, segera dikumpulkan kembali.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi dalam angket penelitian. Selanjutnya untuk memperoleh butir pernyataan agar valid dan reliabel dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. 1) Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 211). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep (konstruk teori) yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk pengujian ini digunakan SPSS 18.0

Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Jika r (korelasi) dengan item tersebut valid.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X dan variabel Y.

(38)

√[ ]

Keterangan:

n = Jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y X = Jumlah skor tiap butir

Y = Jumlah skor total

X2 = Jumlah skor X dikuadratkan

Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan

Langkah selanjutnya dengan cara dihitung dengan uji t atau uji signifikansi. Uji ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variable Y. Uji signifikasi ini dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi n = Banyak populasi

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), dengan keputusan, jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung < ttabel

berarti tidak valid.

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Variabel X1

Item Pertanyaan r hitung r tabel α = 0,05 n = 30

Keputusan

Item 1 .745 > 0.361 Valid

Item 2 .984 > 0.361 Valid

Item 3 .700 > 0.361 Valid

Item 4 .622 > 0.361 Valid

(39)

Item 6 .715 > 0.361 Valid

Item 7 .565 > 0.361 Valid

Item 8 .505 > 0.361 Valid

Item 9 .802 > 0.361 Valid

Item 10 .553 > 0.361 Valid

Item 11 .901 > 0.361 Valid

Item 12 .288 > 0.361 Tidak valid

Item 13 .772 > 0.361 Valid

Item 14 .677 > 0.361 Valid

Item 15 .895 > 0.361 Valid

Item 16 .548 > 0.361 Valid

Item 17 .448 > 0.361 Valid

Item 18 .984 > 0.361 Valid

Item 19 .788 > 0.361 Valid

Item 20 .984 > 0.361 Valid

Item 21 .673 > 0.361 Valid

Item 22 .984 > 0.361 Valid

Item 23 .617 > 0.361 Valid

Item 24 .751 > 0.361 Valid

Item 25 .673 > 0.361 Valid

Item 26 .800 > 0.361 Valid

Item 27 .945 > 0.361 Valid

Item 28 .945 > 0.361 Valid

Item 29 .927 > 0.361 Valid

Item 30 .478 > 0.361 Valid

(40)

correlation dan hal ini dapat dinyatakan bahwa 30 item instrumen untuk variabel

X1 tersebut dinyatakan valid, dan ada satu item yang tidak valid.

Pada item yang tidak valid, peneliti melakukan perbaikan sehingga item tersebut menjadi valid dan layak menjadi instrument penelitian.

Tabel 3.7

Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Variabel X2

Item Pertanyaan r hitung

r tabel

α = 0,05 n = 30 Keputusan

Item 1 .966 >0.361 Valid

Item 2 .583 >0.361 Valid

Item 3 .490 >0.361 Valid

Item 4 .602 >0.361 Valid

Item 5 .865 >0.361 Valid

Item 6 .678 >0.361 Valid

Item 7 .689 >0.361 Valid

Item 8 .735 >0.361 Valid

Item 9 .846 >0.361 Valid

Item 10 .651 >0.361 Valid

Item 11 .966 >0.361 Valid

Item 12 .616 >0.361 Valid

Item 13 .565 >0.361 Valid

Item 14 .755 >0.361 Valid

Item 15 .837 >0.361 Valid

Item 16 .966 >0.361 Valid

Item 17 .755 >0.361 Valid

Item 18 .889 >0.361 Valid

Item 19 .966 >0.361 Valid

Item 20 .837 >0.361 Valid

(41)

Item 22 .585 >0.361 Valid

Item 23 .837 >0.361 Valid

Item 24 .601 >0.361 Valid

Item 25 .585 >0.361 Valid

Item 26 .608 >0.361 Valid

Item 27 .837 >0.361 Valid

Item 28 .755 >0.361 Valid

Item 29 .837 >0.361 Valid

Item 30 .604 >0.361 Valid

Berdasarkan hasil uji coba dengan bantuan SPSS versi 18.0 dapat dilihat bahwa untuk instrumen variabel X2 (Motivasi kerja guru) memiliki nilai di atas 0,361 yang dapat dilihat dari kolom corrected item-total correlation dan hal ini dapat dinyatakan bahwa 30 item instrumen untuk variabel X2 tersebut dinyatakan valid dengan keputusan dapat digunakan.

Tabel 3.8

Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Variabel Y

Item Pertanyaan

r hitung r tabel

α = 0,05 n = 30 Keputusan

Item 1 .854 >0.361 Valid

Item 2 .914 >0.361 Valid

Item 3 .759 >0.361 Valid

Item 4 .854 >0.361 Valid

Item 5 .775 >0.361 Valid

Item 6 .432 >0.361 Valid

Item 7 .699 >0.361 Valid

Item 8 .742 >0.361 Valid

(42)

Item 10 .667 >0.361 Valid

Item 11 .902 >0.361 Valid

Item 12 .854 >0.361 Valid

Item 13 .569 >0.361 Valid

Item 14 .968 >0.361 Valid

Item 15 .880 >0.361 Valid

Item 16 .880 >0.361 Valid

Item 17 .725 >0.361 Valid

Item 18 .880 >0.361 Valid

Item 19 .635 >0.361 Valid

Item 20 .677 >0.361 Valid

Item 21 .699 >0.361 Valid

Item 22 .677 >0.361 Valid

Item 23 .880 >0.361 Valid

Item 24 .681 >0.361 Valid

Item 25 .642 >0.361 Valid

Item 26 .968 >0.361 Valid

Item 27 .880 >0.361 Valid

Item 28 .728 >0.361 Valid

Item 29 .880 >0.361 Valid

Item 30 .642 >0.361 Valid

Berdasarkan hasil uji coba dengan bantuan SPSS versi 18.0 dapat dilihat bahwa untuk instrumen variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) dinyatakan valid yaitu berada di atas 0,361, yang dapat dilihat dari kolom corrected item-total

(43)

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik.

Tabel 3.9

Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Variabel X1 Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.971 30

Jika nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) > 0,361 maka instrumen memiliki reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain instrumen adalah reliabel atau terpercaya.

(44)

Tabel 3.10

(Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Variabel X2) Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.972 30

Pada variabel X2, nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0,972 > 0,361 maka kesimpulannya instrumen yang diuji tersebut adalah reliabel.

Tabel 3.11

Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Variabel Y Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

(45)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

.982 30

Pada variabel Y, nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0,982 > 0,361, maka kesimpulannya instrumen yang diuji tersebut adalah reliabel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Nazir (2003:328) mengatakan bahwa “Teknik pengumpulan data merupakan

alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian”. “Data ialah bahan mentah yang perlu diolah, sehingga menghasilakan informasi atau keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif yang menunjukkan fakta” (Riduwan, 2005:106). Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan focus penelitian yang diteliti. Maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Teknik Angket

(46)

Langkah-langkah pengumpulan data melalui teknik angket:

1. Menyusun kisi-kisi instrumen berdasar pada teori yang berhubungan dengan variabel dan indikatornya.

2. Menyusun butir-butir instrumen

3. Menguji validitas dan reliabilitas butir instrument

4. Menyeleksi butir soal berdasarkan validitas dan reliabilitasnya

2. Studi Dokumentasi

Mengumpulkan data-data yang relevan dengan penelitian dan mencatatnya, merupakan langkah untuk menjadi sumber masukan dalam melengkapi data-data yang diteliti. Studi Dokumentasi diajukan untuk memperoleh data langsung dari instansi atau lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan yang releven.

G. Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan menyebarkan angket atau kuesioner, setiap variabel angket teridiri dari :

1. Variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah 2. Variabel motivasi kerja guru

3. Variabel kinerja mengajar guru

Langkah-langkah pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada

masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS),

dengan rumus:

Keterangan:

(47)

X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)

N = jumlah responden

Hasil kali perhitungan dikonsultasikan dengan tabel 6 kriteria dan penafsiran seperti dibawah ini:

Tabel 3.12 Kriteria dan Penafsiran

Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria

4,01 – 5,00 Selalu Sangat tinggi

3,01 – 4,00 Sering Tinggi

2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup

1,01 – 2,00 Jarang Rendah

0,01 – 1,00 Tidak pernah Sangat rendah

2. Pengujian Persyaratan Analisis 1) Uji Normalitas Distribusi Data

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran data dari setiap variabel apakah normal atau tidak. Untuk uji Normalitas Data ini menggunakan

Test of Normality Kolmogorov-smirnov dengan menggunakan bantuan komputer SPSS for Windows Versi 18.0. Kriteria pengujian ini, jika nila sig atau

signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. 2) Uji homogenitas Data

(48)

3) Uji Linieritas Data

Uji linieritas dilihat pada nilai signifikan dari deviation of linierity untuk X1 terhadap Y dan X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikansi > 0.05, maka dapat disimpulkan hubungannya linier. Kriteria pengujiannya jika Fhitung Ftabel, maka variabel yang dihubungkan berpola linier.

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk membantu menganalisis data dalam pengujian hipotesis ini dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 18.0. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 0,05. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Analisis Regresi Ganda.

Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja Guru (X2) secara bersama-sama terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y).Persamaan yang digunakan Ỹ=a+b1X1+b2X2

Keterangan :

Ỹ = Subyek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu prediksi yang menentukan nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) Variabel Y

(49)

Tabel 3.13

(Tolak Ukur Koefisien Korelasi)

Nilai Koefisien Kriteria

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kepemimpinan visioner kepala sekolah SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung berdasarkan hasil dari dimensi-dimensi kepemimpinan

visioner kepala sekolah yang meliputi: kemampuan dalam menentukan arah organisasi, kemampuan kepala sekolah sebagai juru bicara, sebagai pelatih, kemampuan dalam mengantisipasi masa mendatang pada SMP Muhammadiyah se-Kotamamadya Bandung secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi. Hanya pada dimensi penentu dalam organisasi perlu dimaksimalkan lagi, karena berada pada rata-rata yang paling rendah.

Motivasi kerja guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berdasarkan terlaksananya dengan baik dimensi motivasi kerja guru yang meliputi motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik meliputi: 1.) dorongan untuk mendapatkan kemajuan dalam berkarier 2.) dorongan untuk berprestasi 3.) pengakuan orang lain 4.) tanggung jawab dalam bekerja 5.) mendapatkan kepuasan. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu: 1.) adanya pengawasan atau supervisi 2.) gaji atau honorarium yang diperoleh 3.) organisasi tempat bekerja 4.) kebijakan organisasi 5.) serta situasi dan kondisi dalam lingkungan organisasi. Berdasarkan skor rata-rata motivasi Instrinsik lebih besar daripada motivasi ekstrinsik. Pada motivasi instrinsik skor rata-rata dimensi motivasi guru untuk memperoleh pengakuan masih rendah jika dibandingkan dengan dimensi yang lainnya. Sedangkan

berdasarkan motivasi ekstrinsik, beberapa dimensi yang masih kurang memuaskan, meskipun secara rata-rata sangat tinggi, namun masih relatif rendah

dibandingkan dimensi-dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi tersebut antara lain pengawasan atau supervisi, Kebijakan organisasi dan situasi dan lingkungan organisasi.

(51)

dimensi-dimensi kinerja mengajar guru yang meliputi: Dimensi merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, pada SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung sudah berjalan dengan sangat baik. Pada dimensi evaluasi pembelajaran merupakan skor rata-rata yang paling rendah. Kepemimpinan visioner kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung. Hal ini

berdasarkan hasil penelitian yang berada pada kategori kuat.

Motivasi kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung. berdasarkan hasil penelitian yang berada pada kategori kuat.

Kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pengaruh kepemiminan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru berada pada kategori kuat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan diantaranya sebagai berikut:

1. Kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam dimensi penentu arah organisasi harus lebih ditingkatkan lagi. Meskipun berkategori sangat tinggi, namun merupakan dimensi dengan skor rata-rata paling rendah. Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan kemampuannya dalam menentukan arah organisasi, dengan cara kepala sekolah harus tetap mengutamakan

organisasi sekolah yang dipimpinnya dari pada keperluan-keperluan lain yang dapat mengganggu kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah harus terus

mengkoordinasikan program kerja dengan para guru. Hal ini dimaksudkan agar program kerja, visi misi, metode, serta hal-hal yang berhubungan dengan upaya peningkatan mutu sekolah dapat direalisasikan dengan baik.

(52)

organisasi, serta situasi dan kondisi lingkungan organisasi perlu ditingkatkan dengan cara supervisi kepala sekolah terhadap aktivitas mengajar para guru, misalnya kepala sekolah mengadakan visitasi ke kelas-kelas baik secara resmi masuk ruangan kelas maupun memantau aktivitas belajar mengajar di luar kelas ditingkatkan. Terhadap dimensi menyelaraskan kebijakan, sebaiknya perlu pemberian kebijakan yang sesuai dengan kondisi para guru. Misalnya

mengadakan kebijakan agar para guru memahami IT, dengan diikuti dengan penyediaan fasilitas pendukung. Tuntutan agar peningkatan kinerja guru sebaiknya disertai dengan penghargaan terhadap kinerjanya misalnya meningkatkan honorarium. Pada dimensi situasi dan kondisi sekolah, sebaiknya pihak sekolah ataupun Muhammadiyah terus mengusahakan pengadaan lingkungan yang nyaman dan efektif bagi pembelajaran. Sebagai contohnya agar mengusahakan ruangan kelas supaya tidak dipakai secara bersama baik antara SD dan SMP maupun SMP dan SMA.

3. Pada variabel kinerja mengajar guru yang perlu manjadi perhatian dalam proses belajar mengajar adalah penggunaan alat bantu atau alat peraga. Hendaknya pihak sekolah dapat memfasilitasi alat bantu atau alat peraga tersebut, sehingga dharapkan pembelajaran akan terlaksana lebih variatif dan tidak membosankan. Pada dimensi evaluasi pembelajaran, pengevaluasian terhadap siswa perlu ditingkatkan lagi. Perbaikan dan pengayaan bagi para siswa sehingga secara keseluruhan siswa dapat memahami materi yang telah diberikan dengan hasil evaluasi yang bernilai baik . Sebagai langkah yang konkret, guru harus selalu mengevaluasi tentang kemajuan siswa secara berkala. Evaluasi ini bisa dilakukan sebelum saat sedang berlangsung

pembelajaran maupun setelah selesai. Jika hasil mengajar kurang optimal, misalnya nilai banyak yang di bawah rata-rata, maka perlu dikembangkan

(53)

didalamnya terdapat siswa yang sudah menguasai materi yang akan menjadi pementor.

4. Bagi para peneliti yang akan meneliti tentang kinerja mengajar guru yang berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru, hendaknya mengkaji secara mendalam menganai permasalahan di atas, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Akreditasi SMP Muhammadiyah se-Kotamadya Bandung
Gambar 1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Tabel 3.1
Tabel 3.2 : Penyebaran Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

visioner, dan gaya komunikasi kepala sekolah serta komitmen guru terhadapa. praktek perilaku keorganisasian- kewarganegaraan (Organizational

Dalam upaya meningkatkan produktivitasnya sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kepemimpinan visioner kepala sekolah dan iklim organisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dalam menentukan arah organisasi, memahami keinginan masyarakat atau konsumen, berpengaruh dalam aktivitas dan menjadi

Kepemimpinan visioner suatu lembaga atau perusahaan, khsusunya seorang kepala sekolah akan mudah untuk membawa lembaga pendidikan ke masa depan yang lebih baik

Dalam penelitian ini ada 4 rumusan masalah yaitu 1.Bagaimanakah peran kepemimpinan visioner kepala SMA Negeri 1 Menggala dalam perannya sebagai penentu arah dalam

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIK SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG.. U niversitas Pendidikan Indonesia |

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CICALENGKA.. Universitas

Keberhasilan pencapaian visi misi dan tujuan sekolah banyak ditentukan oleh unsur kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan