• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri - KRISTIANINGRUM BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri - KRISTIANINGRUM BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengobatan Sendiri

Pengobatan sendiri adalah penggunaan setiap zat yang dikemas dan dijual di masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit, tanpa resep atau nasihat dokter (Supardi, 1997: 26). Pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat untuk menjaga kesehatannya sendiri, hal tersebut merupakan bagian dari upaya masyarakat untuk menjaga kesehatannya sendiri, hal tersebut merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan kesehatan. Dalam sistem penyelenggaraan kesehatan, pengobatan sendiri menjadi upaya pertama yang dilakukan masyarakat sebelum ketingkat selanjutnya yaitu konsultasi medik professional, konsultasi spesialistik, dan konsultasi super spesialistik (Sukasediati, 1996: 21-28). Pada umumnya pengobatan sendiri dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan yang dapat dikenali sendiri, antara lain: sakit kepala/pusing, demam, batuk, pilek, nyeri sendi, nyeri otot, sakit gigi, mual/muntah, dan luka ringan. Keluhan-keluhan tersebut umumnya merupakan gejala-gejala penyakit sederhana yang bisa sembuh sendiri dalam waktu singkat. Karena itu biasanya pengobatan sendiri hanya dilakukan dalam waktu terbatas, lebih kurang 3-4 hari (Sukasediati, 1996: 21-28).

Pengobatan sendiri mempunyai beberapa ciri pokok umum, diantaranya adalah (Sukasediati, 1996: 21-28).):

a. Sangat dipengaruhi oleh adat, kebiasaan, tradisi, dan kepercayaan yang mempengaruhi perilaku seseorang.

b. Dipengaruhi faktor sosial politik dan tingkat pendidikan. c. Dilakukan sewaktu-waktu manakala dibutuhkan.

d. Berada di luar kerangka kerja medik profesional.

e. Modelnya bervariasi dan dilakukan oleh semua kelompok masyarakat. Ada beberapa faktor yang berperan pada tindakan pengobatan sendiri di masyarakat. Faktor tersebut antara lain (Sukasediati, 1996: 21-28):

(2)

a. Persepsi sakit.

Persepsi sakit menentukan kapan seseorang mengabil keputusan untuk melakukan pengobatan. Seseorang bisa merasa sakit ketika orang tersebut tidak bisa bangun dari tempat tidur, tetapi orang lain dapat merasa sakit maskipun masih bisa bekerja.

b. Ketersediaan informasi tentang obat.

Ketersediaan informasi tentang obat menentukan keputusan pemilihan obat. Sumber informasi yang sampai ke masyarakat sebagian besar berasal dari media elektronik, sebagian lagi dari sesama masyarakat, dan sumber-sumber lain seperti petugas kesehatan.

c. Ketersediaan obat di masyarakat.

Ketersediaan obat di masyarakat merupakan faktor penentu yang memungkinkan masyarakat mendapatkan dan menggunakan obat. Obat yang digunakan oleh masyarakat biasanya diperoleh di warung, kios, toko obat, apotek, dan tempat lain.

d. Sumber informasi cara pemakaian obat.

Sumber informasi cara pemakaian obat dapat diperoleh dari kemasan, brosur/insert yang menyertai obat, atau menanyai langsung kepada petugas di apotek, penjaga toko, dan toko obat.

Informasi yang didapat mayarakat dalam melakukan pengobatan sendiri.Untuk dapat melakukan swamedikasi yang tepat dan bertanggung jawab, terlebih dahulu masyarakat harus melakukan swadiagnosisi yang tepat terhadap penyakit yang diderita. Beberapa faktor yang mempengaruhi swadiagnosis dari masyarakat, yaitu:

1. Informasi dari media cetak, TV, Radio, Iklan. 2. Informasi/ masukan dari teman, famili dah ahlinya. 3. Pengalaman dengan penyakit yang dideritanya.

4. Pengalaman konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelumnya. 5. Preserpsi tentang tingkat keparahan yang diderita.

(3)

Adapun berbagai macam resiko yang dapat ditimbulkan dari tindakan pengobatan sendiiri sangat beraneka ragam anatra lain dapat berupa:

1. Tidak mengenali keseriusan gangguan.

Kekurang telitian si penderita dalam mengenali keseriusan gangguan atau keluhan-keluhan dapat dinilai secara salah bahkan mungkin tidak tahu dan tidak mengenali, sehingga upaya dengan pengobatan sendiri dapat memperhebat penyakitnya apabila penggunaan obat-obat tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama, sehingga kemudian perlu memeriksa diri ke dokter, tidak sering pasien disalahkan karena terlambat membawanya berobat (Tan dan Rahardja, 1993:1). 2. Penggunaan kurang tepat.

Dalam pengobatan sendiri sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan penderita dalam mengkonsumsi obat sebagai contoh:kurang tepat dosis, takaran, waktu mengkonsumsi obat dan lamanya penggunaan obat tersebut (Tan dan Rahardja,1993:1).

Ada beberapa gejala berbahaya yang tidak boleh diobati sendiri karena gejala ini menunjukan adanya penyakit yang berbahaya dan serius:

a. Demamdiatas 400 C yang bertahan lebih dari 2-3 hari disertai gejala lainnya.

b. Keluarnyalendir atau darah yang luar biasa dari vagina. c. Borokyang tidak mau sembuh.

d. Buangair besar atau kecil dengan darah atau adanya perubahan konsistensi tinja.

e. Diare ataumuntah yang hebat.

f. Terjadinya setiap perubahan pada tahi lalat atau kutil g. Rasa nyeri atau susah buang air kecil.

h. Rasa nyeri atau sulit menelan.

(4)

Ada beberapa keluhan-keluhan ringan yang boleh diobati sendiri misalnya apabila terkena flu, salesma, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, nyeri punggung dan nyeri otot (Tan dan Rahardja, 1993:2).

B. Obat

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.47/MENKES/SK/II/1993, obat didefinisikan sebagai bahan atau panduan bahan atau paduan bahan yang dapat mempengaruhi sistem fisiologi dan keadaan patologi dalam rangka diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi (Depkes RI, 1983).

Pemerintah menggolongkan obat menjadi empat golongan untuk mengawasi penggunaan obat dan menjaga keamanan penggunanya. Empat golongan tersebut adalah (Anief, 1991: 62-71):

a. Obat Bebas

Obat bebas yaitu golongan obat yang dalam penggunaannya tidak membahayakan dan dapat diperoleh di apotek, toko obat, dan pedagang obat berijin tanpa menggunakan resep dokter. Dan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2380/A/SK/VI/83 tertanggal 15 Juni 1983 yang mengharuskan pabrik farmasi meberikan tanda lingkaran hijau ditepi berwarna hitam untuk obat bebas (Tan dan Raharja, 1993: 6-9).

b. Obat Bebas Terbatas (Obat terdaftar W = Waarschuwing = Peringatan) Obat bebas terbatas adalah obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi zat berkhasiat dan harus ada peringatan. Obat bebas terbatas dapat diperoleh atas resep dokter di apotek, toko obat, pedagang eceran obat berijin dalam bungkus asli yang ditandai dengan tanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam, disamping itu ada tanda peringatan salah satu dari P. No.1, P. No.2, P. No.3, P. No.4, P. No.5, dan P. No.6.

c. Obat Keras (Obat terdaftar G = Gevaarlijk = Berbahaya)

(5)

ditandai dengan lingkaran merah dan huruf K dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obatan yang termasuk golongan ini antara lain zat-zat antibiotika, obat-obat sulfa, hormon-hormon, antihistamin untuk pemakaian dalam, dan semua obat suntik.

d. Obat Narkotika (Obat daftar O = Opium = Obat bius)

Untuk memperoleh obat narkotika harus menggunakan resep dokter dan apotek wajib melapor jumlah dan macamnya. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah obat yang mempunyai khasiat membius dan dapat menimbulkan ketagihan. Obat tersebut antara lain berupa candu dan beberapa turunan morfin, sediaan folia coca, kokain, herba canabis, serta narkotik sintetik modern.

C. Apotek

Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Anonim, 2004).

Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktifitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan.

D. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat yang baik didukung dengan diaplikasikan sistem informasi obat yang baik. Sistem informasi obat dan pengobatan adalah kumpulan informasi obat maupun pengobatan yang dapat diandalkan ketepatannya sehingga mudah diambil dan dimanfaatkan pada saat dibutuhkan.

(6)

keputusan dalam memberikan informasi, serta dapat meningkatkan pengetahuan penerima informasi obat tentang produk farmasi yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan obat yang tidak rasional.

Menurut Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hal pasien. Informasi yang diperlukan oleh pasien paling tidak mencakup dua hal, yaitu informasi mengenai jenis penyakit dan pengobatannya serta informasi tentang obat yang diberikan oleh pasien.

Pelayanan informasi obat adalah suatu kegiatan untuk memberikan pelayanan informasi obat yang akurat dan objektif dalam hubungannya dengan perawatan pasien. Pelayanan Informasi Obat berperan sangat penting dalam upaya menunjang budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional. Unit ini dituntut untuk dapat menjadi sumber terpercaya bagi para pengelola dan pengguna obat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan lebih mantap. Yang dapat mengajukan pertanyaan adalah seluruh pengelola dan pengguna obat, yaitu: dokter, apoteker, asisten apoteker, dan perawat. Langkah awal di dalam pelaksanaannya adalah menyiapkan sumber daya menusia yang akan menanganinya.

E. Kualitas Informasi Obat

Adanya panduan baku peayanan informasi obat yang harus disampaikan kepada pasien ketika proses interaksi berlangsung, baik yang disusun oleh organisasi profesi maupun oleh pemerintah menyebabkan adanya parameter standar yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan informasi obat yang diselenggarakan oleh apotek.

1. Dimesi kualitas pemberian obat

a. Tangible

(7)

harapan konsumen menjadi tinggi, tetapi tidak menyebabkan harapan yang terlalu tinggi.

b. Reliability

Dimensi yang mengukur keandalan perusahaan (apotek) dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Aspek dalam dimensi ini adalah kemampuan apotek dalam memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh apotek mampu meberikan pelayanan yang akurat atau tidak eror.

c. Responsiveness

Dimensi ini diukur dari harapan konsumen terhadap kecepatan pelayanan yang akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Dalam bahasa ekonomi adalah “scare resources”. Waktu adalah uang yang harus digunakan secara bijak, itulah sebabnya konsumen tidak puas apabila waktunya terbuang percuma karena sudah kehilangan kesempatan lain untuk memperoleh sumber uang. Sama seperti dimensi pelayanan lainnya maka kepuasan terhadap dimensi responsive adalah berdasarkan persepsi bukan aktualnya. Pelayanan yang responsive atau tanggap juga sangat dipengaruhi olah sikap front line staf dan sering kali ditentukan pelayanan melalui telepon.

d. Assurance

Demensi kualitas yang berhubungan dsengan kemampuan perusahaan dan perilaku front line staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan pada para pelanggannya. Ada empat aspek dalam dimensi ini: keramahan, kompetensi, kredibilitas, dan keamanan.

e. Empaty

(8)

2. Dimesi kualitas pemberian obat

Peaturan pemerintah No. 25 tahun 1980 yang salah satu tujuan pokoknya adalah agar para pengelola apotek dapat mengelola informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya maupun masyarakat. Beberapa pustaka yang diterbitkan oleh Institusi Non Pemerintah seperti jurnal maupun majalah farmasi dapat ditemukan kajian-kajian tentang beberapa hal yang perlu diinformasikan kepada konsumen kesehatan (pasien).

F. Perilaku Konsumen dan Motif Pembelian

Perilaku konsumen dalam pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor budaya yang meliputi peran budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling mendasar. Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut adalah usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian, dan konsep diri pembeli. Pilihan produk oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva, hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau menabung. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor psikologi yang terdiri dari motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan, dan pendirian (Kotler, 1997: 153-161).

(9)

Motif pembelian dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu: a. Motif produk

Motif produk yaitu pengaruh atau pertimbangan yang mendorong atau membuat orang membeli barang tertentu. Motif produk ada dua jenis, yaitu:

1. Motif produk emosional, yaitu pengaruh atau pertimbangan yang bersifat emosional seperti sugesti, angan-angan, gambar yang indah, meniru mereka yang terhormat/terkenal, perasaan bangga, agar kelihatan dari orang lain.

2. Motif produk rasional atau ekonomis, yaitu pengaruh dan pertimbangan yang masuk akal, misalnya awet, bermutu, ekonomis, dan mudah.

b. Motif petronas

Motif petronas adalah pengaruh atau pertimbangan yang mendorong atau membuat orang membeli dari penjual tertentu.

G. Tinjauan Penyakit Flu

(10)

1. Flu merupakan suatu penyakit yang self-limiting, di mana bila tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain, maka setelah empat sampai tujuh hari penyakit akan sembuh sendiri. Karena itu, tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa pengobatan meliputi antara lain :

2. Beristirahat dua sampai tiga hari, mengurangi kegiatan fisik yang berlebihan

3. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin

4. Banyak minum air, teh, dan sari buah akan mengurangi rasa kering ditenggorokan, mengencerkan dahak, dan membantu menurunkan demam 5. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di

Referensi

Dokumen terkait

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Pada kawasan tersebut terjadi genangan setinggi sekitar 40–60 cm dengan lama genangan 4-8 jam yang diakibatkan air dari saluran

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana

Sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh perseratus) dari total jumlah

Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum serentak tahun 2019 baik Pemilihan eksekutif Maupun Pemilihan Legislatif, Pelanggaran Pemilihan Umum (Pemilu) tidak hanya

Dari Hasil wawancara, gejala masalah utama kinerja yang dapat diidentifikasikan dari beberapa hal yaitu : (1) Masih ada karyawan yang kurang bertanggung