3.1 Arah Kebijakan Dan Strategi Nasional
3.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA
YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan
dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang
masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas
kebijakan.
Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019)
ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di
berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk
memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap
sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun
2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya
saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya
melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya
kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya
penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga
akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.
Gambar 3.1
Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
3.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka
menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang
kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden
(Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka
panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis
untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia
agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai
kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja
perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan
yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan
masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur
perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni
bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia
serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar
sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan
antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan
nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan
2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung
peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman
harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang
tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah
satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas
nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik),
menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan
nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang
seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran
kerjasama Pemerintah-Swasta.
Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak
terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan
dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.
Adapun sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam
RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0
persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk
Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan
prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang
mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada
tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan.
3.2 Arah Kebijakan Dan Strategi Ditjen Cipta Karya 3.2.1 Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta
Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab
Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan,
Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya
adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan
tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan
drainase lingkungan serta persampahan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan
drainase lingkungan serta persampahan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan
drainase lingkungan serta persampahan;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan,
Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun
sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta
memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan
Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan
pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur
Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk
dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam
penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas
dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk
dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan
melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya untuk
bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama
pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya
lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan
(Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan
strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat
penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam
bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis,
supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat
dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas
pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga
melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan
Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan
pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur
untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan
kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan
Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang terbangun. Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan
pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang
mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk
tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu
bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Tabel 3.1
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu
diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan
(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun
sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.
Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung
pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS
merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan
yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan
peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019
telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan
antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah
dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap
maritim.
3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus
diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIIJM kabupaten/
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi, dan/atau,
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten, dan/atau,
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas
batas dengan negara tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau,
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
i. Pertahanan dan keamanan,
a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan
industri sistem pertahanan, atau,
c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau
laut lepas.
ii. Pertumbuhan ekonomi,
a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi nasional,
c) Memiliki potensi ekspor, didukung jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi,
d) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
e) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan
nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau,
g) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
iii. Sosial dan budaya
a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
atau budaya nasional,
b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta
c) Merupakan asset nasional atau internasional yang harus
dilindungi dan dilestarikan,
d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,
atau;
f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala
nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya
alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga
atom dan nuklir;
b) Memiliki sumber daya alam strategis nasional;
c) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa;
d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir,
atau;
e) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayat
b) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang
setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro,
e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
g) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Tabel 3.2
Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN di
Provinsi Aceh
NO PROVINSI PKN PKW
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh Lhokseumawe Sabang, Banda
Aceh, Takengon, Meulaboh
3.4 Arahan Strategi Nasional
3.4.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa
kepentingan, yaitu:
a. Pertahanan dan keamanan;
b. Pertumbuhan ekonomi;
c. Sosial dan budaya;
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3.4.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. PenetapanPKSN dilakukan
berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai
berikut:
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;
b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang
internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;
c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya;
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Adapun daftar
lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
3.4.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau
PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan
berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi;
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau
kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
telah dipaparkan pada bab sebelumnya.
3.5 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
3.5.1 Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Adapun visi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah “Terwujudnya Penataan Ruang Wilayah Kabupaten yang produktif, seimbang, lestari dan berkeadilan demi kesejahteraan dan kedaulatan masyarakat
dengan bertumpu pada sektor unggulan yang maju dan berkelanjutan.”
Sementara Misi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah:
a. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong
pertumbuhan, sekaligus mengurangi kesenjangan antar kawasan;
b. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
c. Mewujudkan pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan berkeadilan
dalam upaya mencegah pemborosan dan penurunan kualitas ruang
serta mengurangi resiko bencana alam;
d. Mewujudkan terciptanya tata kelola pemanfaatan ruang dan legalitas
dalam kegiatan usaha serta mendorong peluang investasi produktif ;
e. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan
perdesaan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
lebih produktif dan mandiri serta berdaya saing tinggi;
Adapun Tujuan Penataan ruang wilayah Kabupaten Aceh Selatan
bertujuan untuk “Mewujudkan ruang Kabupaten yang aman, nyaman,
produktif, berkeadilan dan berkelanjutan dengan memperhatikan Sumber
Daya Manusia serta keterpaduan dalam penggunaan Sumber Daya Alam
Kemudian Kebijakan dari tata ruang adalah sebagai berikut :
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah
Kabupaten .
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pemantapan, perlindungan dan pengembalian fungsi kawasan
lindung untuk menjaga kelestarian lingkungan, sumber daya alam
dan sumber daya buatan;
b. Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan
dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah
lingkungan;
c. penataan lahan pertanian lahan basah;
d. pengembangan wisata potensial ramah lingkungan dan ramah
budaya;
e. penataan lahan hutan;
f. penataan lahan perkebunan;
g. pengembangan pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan
sesuai potensi lestari;
h. pengembangan sektor industri, peternakan, dan perdagangan
yang mendukung agrobisnis;
i. pengembangan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan
pengembangan sektor agrobisnis, pariwisata dan permukiman;
j. pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas
untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka perwujudan
tujuan penataan ruang yang berimbang, berbasis konservasi
serta mitigasi kebencanaan;
k. pengembangan pemanfaatan sumberdaya alam dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan;
strategis kawasan dalam penataan ruang.
n. Penataan fungsi kawasan untuk kepentinganpertahanan
dan keamanan negara.
Strategi Penataan Ruang adalah sebagai berikut :
(1) Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) ditetapkan strategi
penataan ruang wilayah Kabupaten.
(2) Strategi untuk pemantapan, perlindungan dan pengembalian fungsi
kawasan lindung untuk menjaga kelestarian lingkungan, sumber
daya alam dan sumber daya buatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah
fungsi;
b. memantapkan tata batas kawasan lindung dan kawasan
budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan
ruang dan investasi;
c. menyusun dan melaksanakan program konservasi lingkungan,
terutama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ;
d. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian
kerusakan dan pencemaran lingkungan;
e. meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pengelolaan
umber daya keanekaragaman hayati;
(3) Strategi untuk peningkatan produktivitas wilayah melalui
intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan
pengelolaan yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (2) huruf b dengan strategi sebagai berikut:
a. meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan
kehutanan melalui intensifikasi lahan;
c. meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi
peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan
bernilai ekonomi tinggi;
d. meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan
sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitas sertifikasi
yang dibutuhkan;
e. meningkatkan investasi komoditas unggulan.
(4) Strategi penataan lahan pertanian lahan basah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c, meliputi:
a. mengembangkan kawasan agropolitan;
b. memelihara dan menumbuhkembangkan ketahanan dan
kedaulatan pangan; dan
c. menetapkan kawasan strategis lumbung padi.
(5) Strategi pengembangan wisata potensial yang ramah lingkungan
dan ramah budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
huruf d, meliputi:
a. mengembangkan ekowisata, agrowisata, wisata budaya, dan jasa
lingkungan;
b. mengoptimalkan wisata unggulan wilayah Utara Kabupaten ;
c. mengoptimalkan wisata unggulan wilayah Selatan Kabupaten; dan
d. mengembangkan sistem informasi, promosi, sarana dan
prasarana untuk mendukung pengembangan sektor
pariwisata.
(6) Strategi penataan lahan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (2) huruf e, meliputi:
a. merehabilitasi lahan kritis;
b. mengoptimalkan industri hasil hutan;
c. mengembangkan hasil hutan bukan kayu;
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf f, meliputi:
a. Menetapkan dan memantapkan batas perkebunan besar;
b. Menetapkan dan mengembangkan kawasan perkebunan pada
wilayah yang memiliki lahan dengan tingkat kesesuaian optimal
dan prospektif bagi pengembangan tanaman perkebunan;
c. mengintensifikasi dan diversifikasi komoditas hasil perkebunan;
dan mengembangkan fungsi kawasan perkebunan
secara terpadu dengan peternakan dan pertanian
lahan kering.
(8) Strategi untuk pengembangan pemanfaatan potensi perikanan dan
kelautan sesuai potensi lestari sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (2) huruf g, meliputi:
a. mengoptimalkan pemanfaatan perikanan tangkap, budidaya
laut, air payau, dan air tawar;
b. meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana perikanan dan
kelautan;
c. mengembangkan industri pengolahan ikan; dan
d. mengembangkan Kawasan Minapolitan.
(9) Strategi untuk pengembangan sektor industri, peternakan, dan
perdagangan yang mendukung agrobisnis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf h, meliputi:
a. mengembangkan industri kecil, dan menengah;
b. mengembangkan kawasan peruntukan industri;
c. mengembangkan daerah potensial peternakan;
d. merevitalisasi dan mengembangkan prasarana perdagangan dan
pasar modern;
e. memantapkan peran dan meningkatkan kegiatan perdagangan
tradisional; dan
(10) Strategi untuk pengembangan pengembangan kawasan perkotaan
d an kawasan perdesaan dan pengembangan sektor agrobisnis,
pariwisata dan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2) huruf i, meliputi:
a. menetapkan sistem hirarki pelayanan dan pusat pertumbuhan;
b. pemerataan dan pengembangan permukiman di PKL, PKLp dan
PPK;
c. mengembangkan permukiman perkotaan dan perdesaan
sesuai daya dukung lahan (kemampuan dan kesesuaian lahan).
d. mendorong pertumbuhan PPL;
e. mendorong terwujudnya kawasan perkotaan melalui
peningkatan fasilitas pelayanan yang sesuai; dan
f. mendorong berkembangnya pusat pelayanan berdaya saing
eksternal.
g. meningkatkan kualitas pelayanan dan prasarana untuk
mendukung akses layanan antar kawasan perkotaan, antara
kawasan perkotaan dan perdesaan serta antara kawasan
perkotaan dengan pusat pengembangan agrobisnis;
h. mengarahkan dan meningkatkan peran perkotaan melalui PKL,
PKLp dan PPK sebagai pusat pertumbuhan wilayah sesuai
hierarki masing-masing;
i. mengarahkan pertumbuhan perkotaan ke arah dalam
deliniasi kawasan perkotaan dan mengarahkan pembangunan
fisik ke arah vertikal.
j. mengembangkan kawasan perdesaan sebagai kawasan
penghasil komoditas sektor ekonomi sebagai aset utama
kegiatan agrobisnis;
k. meningkatkan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pelayanan
untuk intensitas kegiatan perekonomian di kawasan perdesaan
menambah kegiatan pendukung yang tidak merubah keaslian
objek;
n. menata objek dan destinasi wisata di kabupaten;
o. penyediaan infrastruktur dan fasilitas pelayanan di kawasan objek
wisata.
(11) Strategi untuk pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang
berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka
perwujudan tujuan penataan ruang yang berimbang, berbasis
konservasi serta mitigasi kebencanaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf j, meliputi :
a. membangun prasarana dan sarana transportasi yang
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara
signifikan dan berimbang;
b. mengembangkan infrastruktur penghubung simpul kegiatan
ekonomi produksi;
c. meningkatkan status dan kualitas jalan;
d. meningkatkan tipe terminal selaras hirarki kota;
e. pembangunan transportasi kereta api secara terpadu;
f. mengembangkan infrastruktur bandara;
g. mengaktifkan kembali dermaga penyeberangan sungai;
h. mengoptimalkan dermaga penyeberangan;
i. menyediakan energi dan telekomunikasi;
j. menyediakan jaringan prasarana sumber daya air;
k. mengembangkan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan
lainnya;
l. menyediakan sarana prasarana persampahan dan
meningkatkansistem pengelolaan;
m. mengembangkan dan menyediakan air bersih sesuai potensi air
baku;
o. menyediakan sarana dan prasarana jalur evakuasi;
p. menyediakan sistem pengolahan air limbah ramah lingkungan;
q. memantapkan pengendalian dan normalisasi sungai;
r. mengembangkan drainase pada daerah rentan banjir;
s. meningkatkan investasi komoditas unggulan;
t. menyediakan infrastruktur pada pusat kegiatan dan kawasan
perbatasan;
u. menyediakan infrastruktur skala pelayanan perdesaan di pusat
desa;
v. menyusunan program dan membangun berbagai perangkat
keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti
tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman
lainnya.
(12) Strategi untuk pengembangan pemanfaatan sumberdaya alam
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8 ayat
(2) huruf k, meliputi:
a. moratorium dan survei teknis terhadap potensi pertambangan
setiap kecamatan;
b. memanfaatkan dan mengelola sumber daya mineral ramah
lingkungan;
c. memanfaatkan potensi energi;
d. merehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam;
e. melakukan gerakan penanaman pohon dan penghijauan
lingkungan;
f. mewujudkan partisipasi masyarakat pada kegiatan konservasi
dan pemeliharaan lingkungan (sumber daya alam);
g. mengendalikan perkembangan jaringan jalan arteri primer;
kota-j. menyediakan check dam, embung, dan dam penahan; dan
k. melengkapi industri dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) atau sesuai skala kegiatannya.
(13) Strategi untuk mitigasi bencana dan adaptasi untuk penanganan
bencana sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (2) huruf l,
meliputi:
a. mengidentifikasi dan menetapkan wilayah rawan bencana alam;
dan
b. mengantisipasi bencana dengan membangun bangunan
tahan gempa dan membangun sistem penanggulangan
bencana yang berbasis masyarakat.
(14) Strategi untuk pengembangan kawasan strategis untuk mendukung
kesejahteraan wilayah serta keterpaduan pembangunan nilai
strategis kawasan dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8 ayat (2) huruf m, meliputi:
a. mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan strategis
untuk mendukung keterpaduan pembangunan nilai strategis
kawasan;
b. menetapkan dan memantapkan fungsi dan deliniasi kawasan
strategis;
c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam
dan di sekitar kawasan strategis pertumbuhan ekonomi;
d. meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana wilayah
penunjang kegiatan ekonomi;
e. mengembangkan kawasan untuk pendayagunaan sumber
daya alam secara berkelanjutan dengan memanfaatkan dan
mengembangkan teknologi di dalamnya; dan
f. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
keselamatan masyarakat.
(15) Strategi untuk penataan fungsi kawasan untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud pada
Pasal 8 ayat (2) huruf n, meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan
fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam
dan di sekitar kawasan fungsi pertahanan dan keamanan;
c. menjaga dan memelihara aset pertahanan dan keamanan; dan
d. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya
tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan, sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan
kawasan budi daya terbangun.
3.6 Arahan Pembangunan Jangka Menengah Daerah 3.6.1 Visi dan Misi Pembangunan
Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Aceh Selatan periode
2013-2018 adalah “Membangun kembali kebesaran Aceh Selatan dengan
terwujudnya masyarakat yang islami, sehat, cerdas, makmur, damai dan bermartabat”.
Pernyataan visi tersebut dilandasi pada nilai-nilai luhur yang melekat di
dalam perilaku kehidupan keseharian masyarakat Kabupaten Aceh Selatan yaitu “Pubuet Suroh Peuji’oh Teugah”.
Dimana Kabupaten Aceh Selatan pada awal abad ke - 20 pernah menjadi salah
satu pusat pendidikan agama islam Nusantara khususnya Aceh serta pusat
perdagangan rempah-rempah di pesisir barat-selatan Aceh. Sedangkan misi
pembanguna jangka menengah Kabupaten Aceh Selatan periode 2013-2018
Islam secara kaffah dan memperkuat kebudayaan Aceh yang berlandaskan
agama Islam;
2. Memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih;
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan
dan kesehatan masyarakat;
4. Membangun dan memperluas infrastruktur dasar daerah sekaligus menata
Kota Tapaktuan sebagai Ibu Kota Kabupaten Aceh Selatan agar menjadi
lebih baik dan memenuhi standar pariwisata nasional;
5. Mendukung aktivitas kaum perempuan dan mendorong peningkatan peran
generasi muda dalam pembangunan daerah, serta menghidupkan kembali
berbagai aktivitas olah raga untuk meningkatkan prestasi
6. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan meningkatkan produktivitas ekonomi
daerah untuk mewujudkan kemandirian ekonomi lokal;
3.6.2 Prioritas Pembangunan
Berdasarkan strategi dan Arah Kebijakan pembangunan Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2013 – 2018 dalam rangka pencapaian misi pembangunan daerah
maka diimplementasikan ke dalam tujuh prioritas pembangunan daerah yaitu :
1. Agama dan syariat islam.
2. Reformasi birokrasi dan pelayanan publik.
3. Ekonomi kerakyatan dan pengelolaan sumber daya alam.
4. Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olahraga serta Budaya.
5. Sumber daya manusia yang fokus pada peningkatan mutu pendidikan dan
kesehatan.
6. Penanggulangan bencana, infrastruktur dan pengelolaan energi.
7. Penataan Kota Tapaktuan.
Penetapan rencana program prioritas ini bertujuan untuk memudahkan
penetapan kebutuhan pendanaan pembangunan Kabupaten Aceh Selatan untuk
Gambar 3.2