• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2014 INFLASI 0,24 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2014 INFLASI 0,24 PERSEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 07/Juli/3510/Th.I, 04 Agustus 2014

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/

I

NFLASI

B

ANYUWANGI

J

ULI

2014

I

NFLASI

0,24

PERSEN

 Pada bulan Juli 2014 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,24 persen lebih rendah dari inflasi Jawa Timur sebesar 0,48 persen dan inflasi Nasional sebesar 0,93 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 0,99 persen disusul Sumenep sebesar 0,89 persen, Kediri sebesar 0,73 persen, Madiun sebesar 0,61 persen, Malang sebesar 0,49 persen, Surabaya sebesar 0,42 persen, Jember sebesar 0,41 persen dan paling rendah Banyuwangi sebesar 0,24 persen.

 Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok kesehatan sebesar 0,57 persen, kelompok sandang sebesar 0,55 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,54 persen, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,26 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 0,18 persen dan kelompok bahan makanan sebesar 0,02 persen.

 Komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi adalah beras, lamuru, tongkol, minyak goring, daging sapi, emas perhiasan, daging ayam kampong, kacang panjang, papaya, tahu mentah, rempela hati ayam, pisang, tarif listrik, lemari pakaian, cumi-cumi, sawi hijau, telur ayam ras, angkutan, bayam, lele. Sementara komoditas penghambat inflasi adalah cabe rawit, bawang putih, apel, daging ayam ras, tomat sayur, jeruk, kacang panjang, wortel, cabe merah, teri, ketimun, bawang merah.

 Laju inflasi tahun kalender (Desember 2013 - Juli 2014) Banyuwangi mencapai 2,24 persen lebih rendah dari Jawa Timur sebesar 2,66 persen, demikian halnya laju inflasi year on year (Juli 2014 terhadap Juli 2013) Banyuwangi sebesar 2,15 persen lebih rendah dari Jawa Timur sebesar 4,01 persen.

 Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, laju inflasi kalender bulan Juli 2014 tertinggi berasal dari kota Surabaya 2,79 persen, disusul Sumenep 2,73 persen, Madiun 2,62 persen, Probolinggo 2,60 persen, Malang 2,56 persen, Kediri 2,40 persen, Jember 2,30 persen, Banyuwangi 2,24 persen.

 Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, laju inflasi year on year tertinggi berasal dari kota Probolinggo sebesar 4,45 persen, Surabaya 4,28 persen, Malang 4,03 persen, Kediri 4,03 persen, Jember 3,55 persen, Madiun 3,53 persen, Sumenep 3,31 persen, Banyuwangi 2,15 persen

(2)

1. Inflasi Banyuwangi

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Dari hasil pemantauan harga pada bulan Juli 2014 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,24 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,59 pada bulan Juni 2014 menjadi 112,86 pada bulan Juli 2014. Inflasi bulan Juli 2014 dipicu oleh kelompok

bahan

makanan dengan

andil/kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,0038 persen, disusul kelompok makanan jadi (andil 0,0252 persen), kelompok perumahan (andil 0,0903 persen), kelompok sandang (andil 0,0441 persen), kelompok kesehatan (andil 0,0214 persen), kelompok transport (andil 0,0497 persen) sebagaimana gambar 1.

Kontribusi terbesar inflasi Juli 2014 berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang memberikan andil inflasi sebesar 0,0903 persen dari subkelompok perlengkapan rumah tangga dengan sumbangan (andil) inflasi sebesar 0,0431 persen. Subkelompok ini terdiri dari komoditas perabot dan perlengkapan rumah tangga seperti kasur, lemari pakaian, lemari makanan, tempat tidur, magic com. Disusul subkelompok bahan bakar, penerangan dan

air dengan sumbangan inflasi sebesar 0,0262 persen komoditas tarif listrik. Sementara subkelompok penyelenggaraan rumah tangga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,021

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 ANDIL INFLASI (%) 0,0038 0,0252 0,0903 0,0441 0,0214 0,0497 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Transpor 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045 Andil Inflasi (%) 0,0262 0,0431 0,021

Bhn Bakar, Penerangan, Air

Perlengkapan Ruta

Penyelenggaraan Ruta

Gambar 1.

Andil Inflasi Kelompok Pengeluaran Bulan Juli 2014

Gambar 2.

Andil Inflasi Kel. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

(3)

persen dari komoditi pembasmi nyamuk spray, pembersih lantai, pengharum/pelembut, sabun cream deterjen.

Meski kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi terkecil yakni sebesar 0,0038 persen, tetapi beras sebagai salah satu komoditas bahan makanan ternyata memberikan sumbangan inflasi terbesar sebesar 0,3045 persen. Kondisi ini terjadi karena beras merupakan komoditas primer yang banyak dikonsumsi masyarakat sehingga perkembangan harga beras akan sangat berdampak pada perkembangan inflasi.

Kenaikan harga beras tidak bisa dibendung pasca berakhirnya musim panen raya bulan maret-april 2014 dan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi beras terutama beras dengan kualitas enak/punel.

Pasca melambungnya harga cabe rawit hingga diatas Rp. 60.000,- per kg pada beberapa bulan lalu, sejak bulan Mei 2014 komoditas cabe rawit mengalami penurunan harga. Komoditas cabe merah dan bawang putih juga mengalami hal yang sama, dimana rata-rata bulan Juli 2014 terjadi penurunan harga dibanding bulan sebelumnya masing-masing sebesar minus 30,6 persen (cabe rawit), minus 4,39 persen (cabe merah) dan minus 16,54 persen (bawang putih). Hal ini akibat ketersediaan barang di pasar sudah sangat tercukupi dibanding permintaan.

Meningkatnya konsumsi daging sapi dan ayam kampung terutama saat menjelang lebaran memicu kenaikan harga daging sapi sebesar 3,12 persen (andil 0,04 persen) dan daging ayam kampung sebesar 4,95 persen (andil 0,03 persen). Sebaliknya untuk daging ayam ras, ternyata terjadi penurunan harga dan menghambat laju inflasi sebesar minus 0,0101 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0252 persen, yang berasal dari komoditas gula pasir dengan sumbangan inflasi sebesar 0,0015 persen.

Sumbangan inflasi berikutnya berasal dari kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0497 persen, dan komoditas utama sebagai penyumbang inflasi terbesar kelompok ini adalah angkutan dalam kota, angkutan antar kota, angkutan udara, tarip kereta api dan

(4)

tarip kendaraan travel. Tingginya kebutuhan akan jasa transportasi untuk mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri (H-7) dan pasca Hari Raya Idul Fitri (H+7) sangat mempengaruhi kenaikan harga di kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan.

Komoditas kereta api merupakan moda transportasi yang paling banyak diminati konsumen karena disamping ekonomis, moda tersebut bebas dari kemacetan lalu lintas. Banyaknya jumlah orang yang mudik dengan kereta disebabkan karena kepadatan lalu lintas darat di jalur utara dan selatan jawa, selain itu juga terjadi kerusakan di beberapa jembatan di jalur pantai utara jawa.

IHK Juli 2013 IHK Desember 2013 IHK Juni 2014 IHK Juli 2014 Andil Inflasi Juli 2014 % Perubahan thd Juni 2014 Tingkat Inflasi Tahun Kalender 2014 Tingkat Inflasi Year on Year 20142) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) UMUM 110,48 110,39 112,59 112,86 0,2345 0,24 2,24 2,15 1 Bahan Makanan 125,48 125,48 128,28 128,30 0,0038 0,02 2.25 2,25

2 Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau 105,71 105,71 105,96 106,15 0,0252 0,18 0,42 0,42

3 Perumahan, Air, Listrik,

Gas, dan Bahan Bakar 102,92 103,88 106,41 106,98 0,0903 0,54 2,98 3,94

4 Sandang 102,95 103,02 109,71 110,31 0,0441 0,55 7,08 7,15

5 Kesehatan 101,39 101,39 102,64 103,22 0,0214 0,57 1,80 1,80

6 Pendidikan, Rekreasi,

dan Olah raga 100,20 100,20 101,07 101,07 0,0000 0,00 0,87 0,87

7 Transpor, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan 109,01 107,62 109,02 109,30 0,0497 0,26 1,56 0,27

1) Persentase perubahan IHK bulan Juli 2014 terhadap IHK bulan Juni 2014 2) Persentase perubahan IHK bulan Juli 2014 terhadap IHK bulan Juli 2013

Tabe l 1. Andil dan Tingkat Inflas i Juli 2014, Inflas i Tahun Kale nde r 2014 dan Inflas i Ye ar on Ye ar me nurut Ke lompok Pe nge luaran (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

(1)

2. Inflasi 8 Kota di Jawa Timur

Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, pada bulan Juli 2014, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 0,99 persen, diikuti Sumenep sebesar sebesar 0,89 persen, Kediri sebesar 0,73 persen, Madiun sebesar 0,61 persen, Malang sebesar 0,49 persen, Surabaya sebesar 0,42 persen, Jember sebesar 0,41 persen, dan inflasi terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 0,24 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar di Jawa Timur adalah daging sapi, beras, emas perhiasan, angkutan antar kota, tarip listrik, daging ayam ras, tarip kereta api, kendaraan carter/rental, rokok kretek filter dan tarip kendaraan travel.

(5)

Gambar 3.

Inflasi 8 Kota dan Jawa Timur Bulan Juli 2014

Gambar 4.

Inflasi Kumulatif 8 Kota dan Jawa Timur ( Bulan Juli 2013 - Juli 2014)

Untuk kumulatif inflasi sampai dengan Bulan Juli 2014, Kota Surabaya menduduki peringkat pertama dengan kumulatif inflasi sebesar 2,79 persen, diikuti Sumenep sebesar 2,73 persen, Madiun sebesar 2,62 persen, Probolinggo sebesar 2,60 persen, Malang sebesar 2,56 persen, Kediri sebesar 2,40 persen, Jember sebesar 2,30 persen, dan kumulatif inflasi terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 2,24 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.

Gambar 5.

Inflasi Year On Year 8 Kota dan Jawa Timur ( Bulan Juli 2013 - Juli 2014)

Dilihat dari inflasi year-on-year (Juli 2014 terhadap Juli 2013), Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 4,01 persen. Dari 8 kota, inflasi y-o-y tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 4,45 persen, diikuti Surabaya sebesar 4,28 persen, Malang sebesar 4,03 persen, Kediri sebesar 4.03 persen, Jember sebesar 3,55 persen, Madiun sebesar 3,53 persen, Sumenep sebesar 3,31 persen dan inflasi kumulatif terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 2,15 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Inflasi 0,41 0,24 0,89 0,73 0,49 0,99 0,61 0,42 0,48 Jember Banyuwangi Sumenep Kediri Malang Probolinggo

Madiun Inflasi Kumulatif

2,30 2,24 2,73 2,40 2,56 2,60 2,62 2,79 2,66 Jember Banyuwangi Sumenep Kediri Malang Probolinggo Madiun Year On Year 3,55 2,15 3,31 4,03 4,03 4,45 3,53 4,28 4,01 Jember Banyuwangi Sumenep Kediri Malang Probolinggo Madiun Surabaya Jatim

Gambar

Tabe l 1. Andil dan Tingkat Inflas i Juli 2014, Inflas i Tahun Kale nde r 2014 dan Inflas i Ye ar on  Ye ar me nurut Ke lompok Pe nge luaran (2012=100)

Referensi

Dokumen terkait

1 főre eső nettó jövedelem 1000 lakosra vetített szellemi álláskeresők száma 1000 lakosra számított éttermek, büfék száma 1000 lakosra vetített

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Lab Dalam Kepingan (LDK) Berbasis Kertas Untuk Penentuan Kadar Asam Urat, Protein, dan pH

أطخ باتج نأ لاؤسلا ناك نإو رفصلا وباسحف ( 0 .) نٌترم رابتخلاا يطعت , يدعبلا رابتخلااو يلبقلا رابتخلاا نيعي. رابتخلاااّمأو تاملكلا نٌمتخ ةبعل ةقيرطب

Bagunan Raad van Justitie yang dibangun atas rancangan Van Raders dengan menggunakan gaya Indische Empire Style memiliki makna sebagai simbol kekuasaan dan

Untuk Indonesia, berdasarkan fakta bahwa pertumbuhan penduduk setiap periode selalu mengalami perubahan, maka jelas bahwa Indonesia tidak tepat jika didekati dengan model

Temuan penelitian khusus ditemukan perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan model pembelajaran kooperatif tipe

Angket dengan menggunakan skala Likert pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap modul sains-islam pada materi gerak lurus yang

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ISLAMIC