• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN PETA KONSEP BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN PETA KONSEP BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL

TWO STAY TWO STRAY

BERBANTUAN

PETA KONSEP BERPENGARUH TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA KELAS V

Ni Luh putu Yaspita Dewi

1

, D. B. Kt. Ngr. Semara Putra

2

, I. B. Gd. Surya Abadi

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: yaspitabebek@yahoo.co.id

1

,ngurahsemara@yahoo.com

2

,

suryaabadi31@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu yaitu “Nonequivalent Control Group Design” dengan memberikan pre test sebelum pemberian treatment dan post test sesudah pemberian treatment. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 180 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik

random sampling sehingga diperoleh sampel. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 1 Tampaksiring sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD N 6 Tampaksiring sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan menggunakan tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung > ttabel yaitu 4,14 > 2,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif

Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep adalah 81,54 sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional adalah 77,04 Setelah memenuhi tahap uji prasyarat dan hipotesis, data hasil pre test kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan normalisasi gain score dengan post test kelompok eksperimen dan kontrol, berdasarkan analisis normalisasi gain score kelompok eksperimen termasuk dalam kategori sedang sebesar 0,51 sedangkan kelompok kontrol juga termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci : model pembelajaran Two Stay Two Stray, peta konsep, hasil belajar IPA

Abstract

This research was perpused knowing the significantly deferences a result of science learning between student that learned by Cooperatif Learning Model Two Stay Two Stray helping map concept with student which used convensional learning at elementary school student at 2th cluster Tampaksiring subdistrict 2013/2014 academic year. Using design of research was appearance experiment design”Nonequivalent Control Group Design at this pre test before giving the treatment and post test after giving the treatment. The population of that research were of all the elementary school student 2th cluster Tampaksiring subdistrict

(2)

2013/2014 academic year with 180 students. Taking the sample using random sampling technique. In this research take the sample from elementary school student grade V N 1 Tampaksiring as a experiment class and elementary school student from grade V N 6 Tampaksiring as a control class. Collecting the data was using objectif test. The data analyse used uji-t based on the analyse result uji-t is getting thitung > ttabel that 4,14 > 2,00 was Ho refused and Ha was received. The level point experiment the class that used cooperatif Two Stay Two Stray model helped by map concept was 81,54 while the level point at a control class who was using convensional learning was 77,04 after done test step of prerequisite and hypothesis. The data result of pre-test from group experiment class and control class done a normality gain score with post test on the group of experiment and control class, based on the normality analysis gain score the group of experiment class going in medium category was 0,51 that the control class was the same going in medium category this was 0,41. So the conclusion was that the model cooperatif Two Stay Two Stray learning helped by concept map influenced to the study result science for elementary school student 2th cluster Tampaksiring subdistrict 2013/2014 academic year.

Keywords : learning Two Stay Two Stray model, map concept, science learning outcomes

PENDAHULUAN

Dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa (Sagala, 2012:1). Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Jadi pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi dewasa. Sehubungan dengan hal tersebut dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik.

Peranan guru dalam proses pembelajaran ini yaitu guru memiliki wewenang untuk mengatur dan menentukan proses pembelajaran sehingga nantinya siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya menjadi lebih berkualitas. Salah satunya

proses belajar mengajar lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan terutama pada pelajaran IPA.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:153). Sesuai dengan definisi tersebut dapat dimaknai bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia, sehingga pada dasarnya belajar ilmu pengetahuan alam sama dengan memahami diri sendiri dan lingkungan. Namun pada kenyataanya mata pelajaran IPA masih dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang cukup sulit. Hal ini karena guru hanya memberikan hafalan bukan mengajak siswa untuk menemukan suatu konsep untuk dipahami. Selama ini diketahui khususnya di sekolah dasar pembelajaran masih bersifat teacher centered yaitu proses pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang baik dan tidak dapat

(3)

mengembangkan kemampuannya, padahal seharusnya pembelajaran di sekolah dasar hendaknya memberikan kebebasan kepada siswa untuk berekspresi, berinovasi atau yang sering disebut student centered, guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa apabila siswa mengalami suatu kesulitan dalam belajar.

Demikian pula yang terjadi di SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V di SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring pada tanggal 4 Desember 2013, Guru masih cenderung menerapkan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selalu atau sering dipergunakan dalam kelas, dan hanya menekankan menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Sebagian besar proses pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa tidak berperan secara aktif. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa jauh dari harapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diinginkan terutama pada pelajaran IPA, hasil belajar siswa dikatakan tuntas bila memenuhi KKM yaitu 70. Hal ini terjadi karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton tanpa ada variasi yang akan membangkitkan semangat dan motivasi siswa.

Untuk itu dibutuhkannya inovasi yang nantinya dapat menumbuhkan minat belajar siswa terutama pada pelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan harapan memberikan dampak dalam pencapaian hasil belajar siswa. Sehingga perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya Nur dan Wikandri (dalam Trianto, 2010:143). Agar diketahui seberapa besar perubahan yang bisa dicapi oleh peserta didik, maka diperlukannya suatu penelitian. Salah satu inovasi yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu menggunakan model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif yaitu model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray.

Model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Dalam setiap kelompok terdiri dari empat orang, dimana dua orang bertugas menjadi tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain, sedangkan dua orang tetap tinggal di kelompoknya masing-masing Spencer Kagan (dalam Komalasari, 2010:69). Kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran ini adalah dapat memberikan keaktifan, karena semua siswa memiliki peran atau aturan main, siswa berani mengemukaan pendapat karena, pada saat proses berbagi, adanya penyampaian informasi, menambah kekompakkan dan rasa percaya diri karena, permasalahan yang diberikan kepada setiap kelompok memungkinkan permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dengan adanya kerja sama dan memberikan kesempatan untuk mencari informasi dari kelompok lain, sehingga minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan. Jadi model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara utuh, sehingga siswa dapat berekspresi, berinovasi atau yang sering disebut student centered. Selain itu untuk membangkitkan pengetahuan siswa diperlukan suatu pengetahuan yang dapat mengkaitkan bahan-bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal menurut Ausubel (dalam Trianto, 2010:157) adalah menggaris bawahi ide-ide utama dalam suatu situasi pembelajaran yang baru dan mengaitkan ide-ide baru tersebut dengan pengetahuan yang telah ada pada pelajar. Salah satunya yaitu pemetaan konsep menurut Martin (dalam Trianto, 2010:157) merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, bahwa model pembelajaran kooperatif diduga memiliki pengaruh terhadap hasil belajar, begitu juga pemanfaatan peta konsep (concept

(4)

mapping) dalam pembelajaran yang memiliki unsur visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Two Stay Two Stray Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD gugus II Kecamatan Tampaksiring pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep terhadap hasil belajar IPA siswa, dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dan variable terikatnya adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus II Kecamatan Tampaksiring.

Penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eskperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat maka desain eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperiment) tipe “Nonequivalent Control Group Design”

(Sugiyono, 2012: 79). Dimana pre-test

dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa terhadap pembelajaran yang akan diberikan. Hal ini didukung oleh pendapat Dantes (2012:116) yang menyatakan bahwa pemberian pre-test biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi/penyetaraan kelompok. Sedangkan post-test akan diberikan pada akhir penelitian. Jadi desain penelitian eksperimen yang dilakukan yaitu dengan memberikan pre-test terlebih dahulu sebelum diberikan treatment atau perlakuan kepada kedua kelompok siswa, untuk post-test dilakukan setelah pemberian treatment atau perlakuan. Dan untuk mengetahui peningkatan

pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari dapat diketahui dari normalisasi nilai pre-test yang sudah diperoleh dari kedua kelompok eksperimen dan kontol, dengan nilai post-test yang juga dilakukan oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi (normalized gain score). Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dati tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaaan dan pengakhiran eksperimen.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD gugus II Kecamatan Tampaksiring yang berjumlah 180 orang. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling

(Sugiyono, 2012 : 124). Individu sebagai anggota sampel tidak di acak melainkan kelas yang diacak. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengacak kelas. Sehingga berdasarkan teknik pengambilan sampel yang telah dilalui, didapatkan dua SD yaitu, SDN 1 Tampaksiring dan SDN 6 Tampaksiring.

Selain berdasarkan informasi dari kepala sekolah yang mengemukakan bahwa kelas yang digunakan sebagai sampel telah setara, agar lebih meyakinkan bahwa kedua sampel setara maka dilakukan uji kesetaraan antara kedua kelas yang menjadi sampel. Penyetaraan dilakukan dengan menggunakan hasil pre-tast pada mata pelajaran IPA. Skor hasil pre-test tersebut kemudian digunakan sebagai data dalam melakukan penyetaraan dengan menggunakan rumus uji-t kesetaraan. Penggunaan uji-t untuk menguji kesetaraan sampel harus memenuhi prasyarat statistik parametrik, yaitu data harus berdistribusi normal dan homogen. Data hasil pre-test telah memenuhi persyaratan yaitu uji normal dari SDN 1 Tampaksiring sebesar 7,746 dan SDN 6 Tampaksiring sebesar 3,420 pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5)= 11,07 ini berarti

sebaran data berdistribusi normal, karena X2tabel>X2hit maka Ho diterima (gagal

ditolak). Sedangkan uji homogen diperoleh sebesar 1,187 pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang (38) dan db

(5)

penyebut (37) adalah 1,72 ini berarti Fhit <

Ftabel, maka Ho diterima (gagal ditolak)

maka dikatagorikan homogen. Data dilanjutkan untuk menghitung uji-t kesetaraan, hasil yang diperoleh yaitu 1,40 dengan taraf signifikan 5%, dk=39+38-2 (75) adalah 2,000. Ini berarti thit<ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak)

berarti data dalam keadaan setara. Sehingga dapat dilakukan pengundian ulang kedua sampel untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasil pengundian menetapkan bahwa SDN 1 Tampaksiring berjumlah 39 orang sebagai kelompok eksperimen dan SDN 6 Tampaksiring berjumlah 38 orang sebagai kelompok kontrol.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model Two Stay Two Stray

berbantuan peta konsep yang diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA, yang berkaitan dengan aspek intelektual atau ranah kognitif siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring tahun Ajaran 2013/2014.

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif. Bentuk tes yaitu pilihan ganda biasa dengan satu jawaban benar. Tes yang diberikan akan mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap mata pelajaran IPA yang telah dilalui. Cara memberikan skor dalam tes ini digunakan rumus S = R, (Arikunto, 2010:172). Tes pilihan ganda dalam penelitian ini terbatas hanya pada pokok bahasan menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model saja. Dan tes ini digunakan dua kali, pertama pada saat pemberian

pret-test atau sebelum diberikan treatment

dan pada saat pemberian post-test atau sesudah pemberian treatment. Sebelum tes dapat dilaksanakan terlebih dahulu tes harus memenuhi syarat validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas.

Sebelum dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan deskripsi data. Data yang digunakan adalah data mentah yaitu data yang belum diolah atau dianalisis. Yang disajikan dalam bentuk tabel/daftar, diagram/grafik untuk memperjelas dalam mencari ukuran tendensi sentral (mean atau rerata, median atau nilai tengah, dan modus) dan ukuran disperse (penyebaran) : rentangan, simpangan (deviasi), simpangan baku, dan varians. Teknik analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dan data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data. Uji prasyarat meliputi dua bagian yaitu uji normalitas menggunakan rumus Chi-Square dan uji homogenitas menggunakan uji F varians, setelah memenuhi uji prasyarat, selanjutnya dapat melanjutkan hipotesis yaitu menggunakan teknik analisis statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis dari data hasil nilai post-test untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan hsil belajar IPA, dengan menguunakan rumus uji t ( t-test).

Dan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai materi yang telah diepelajari dapat diketahui dari normalisasi gain yaitu, nilai pre-test yang diperoleh dari kedua kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan normalisasi gain score dengan nilai post-test dari kedua kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan rumus

normalized gain score. Skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dan skor gain maksimal. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimal yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Dengan rumus (Suma, 2003:3-4) untuk mengkaitkan kualitas hasil belajar IPA

(6)

siswa kelas V SD gugus II kecamatan Tampaksiring dapat dilihat berdasarkan skor gain ternormalisasi dengan klasifikasi

g>0,70 dalam kategori tinggi, 0,30<g≤0,70

dalam kategori sedang, dan g≤0,30 dalam

kategori rendah (Fauziah,2010:4).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah diberikan perlakuan yang berbeda sebanyak 6 kali pada kelas eksperimen dan kontrol, maka data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelas eksperimen adalah siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep pada siswa kelas V SDN 1 tampaksiring, sedangkan kelas kontrol adalah siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN 6 Tampaksiring. Data hasil penelitian yang dipaparkan adalah rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, varian, minimum, dan maksimum dari data nilai post-test hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Tampaksiring dan siswa kelas V SDN 6 Tampaksiring yang dikerjakan dengan bantuan program pengolah angka Microsoft Office Excel 2007.

Berdasarkan hasil analisis kelompok eksperimen yaitu SDN 1 Tampaksiring memiliki rata-rata nilai (mean) sebesar 81,54, standar deviasi sebesar 4,85, varian sebesar 23,56, median sebesar 82,5, modus sebesar 82,5, nilai minimum sebesar 72,5, dan nilai maksimum sebesar 90. Sedangkan hasil analisis nilai pada kelompok kontrol yaitu SDN 6 Tampaksiring memiliki rata-rata nilai (mean) sebesar 77,04, standar deviasi sebesar 4,68, varian sebesar 21,91, median sebesar 77,5, modus sebesar 77,5, nilai minimum sebesar 67,5, dan nilai maksimum sebesar 87,5.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep memiliki nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 1

Tampaksiring dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep diperoleh nilai tertinggi yaitu sebesar 90 dan nilai terendah sebesar 72,5. Rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 81,54, modusnya 82,5 dan median sebesar 82,5. Distribusi frekuensi nilai kelas eksperimen juga disajikan dalam bentuk tabel dan grafik diagram. Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 1 Tampaksiring dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep yang mencapai di atas KKM sebanyak 100% (39 orang), ini dilihat berdasarkan pada KKM yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 70.

Sedangkan nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 6 Tampaksiring

dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional diperoleh nilai tertinggi yaitu sebesar 87,5 dan nilai terendah sebesar 67,5. Rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 77,04 modusnya 77,5 dan median sebesar 77,5. Dan pengelompokkan distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 6 Tampaksiring dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yang mencapai sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 7,89% (3 orang), di bawah KKM sebanyak 5,26% (2 orang), dan di atas KKM sebanyak 86,84% (33 orang), ini dilihat berdasarkan pada KKM yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 70.

Berdasarkan tabel frekuensi relatif yang telah dipaparkan, maka diperoleh nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 1 Tampaksiring yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep yaitu, nilai hasil belajar IPA siswa yang mencapai di atas KKM sebanyak 100% (39 orang), sedangkan untuk nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 6 Tampaksiring yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional yaitu, nilai hasil belajar IPA siswa yang mencapai sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak

(7)

7,89% (3 orang), di bawah KKM sebanyak 5,26% (2 orang), dan di atas KKM sebanyak 86,84% (33 orang).

Ini menunjukkan bahwa lebih banyak hasil belajar IPA siswa dengan kategori nilai sangat baik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Ini disebabkan karena model ini merupakan salah satu model yang dapat mempengaruhi motivasi siswa, karena pada model ini proses pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri permasalahan yang diberikan oleh guru, dengan kelompok yang telah dibentuk secara heterogen. Dan setiap kelompok mendapatkan tugas masing-masing untuk berpencar, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan, yaitu dengan cara saling berbagi dan memberikan informasi kepada semua kelompok. Selain itu dengan berbantuan peta konsep akan membuat siswa belajar lebih bermakana dengan menyajikan materi dan informasi sebagai gambaran materi yang akan disampaikan sebelum siswa diberikan permasalahan, karena peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu siswa dalam mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Sedangkan pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang suasana kelasnya cenderung

teacher-centered dan murid harus duduk hanya mendengarkan guru sehingga suasana kelas menjadi membosankan.

Uji prasyarat yaitu terdiri dari dua, yang pertama uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data hasil belajar IPA siswa dalam keadaan berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian adalah dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasannya (dk) = (k-1). Dan jika χ2hitung < χ2(α,k-1), maka Ho diterima (gagal ditolak) yang berarti

sebaran data berdistribusi normal. Dengan mengetahui kelas interval, frekuensi observasi (f0) dan frekuensi empirik (fe)

dari data nilai post test hasil belajar IPA

siswa kelas V di SDN 1 Tampaksiring pada kelas erksperimen dan SDN 6 Tampaksiring pada kelas kontrol, maka diperoleh Chi- Square.

Dari tabel kerja data nilai post-test

SDN 1 Tampaksiring diperoleh X2hit = = 7,186 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel =

X2(0,05;5) = 11,07. Karena X2tabel > X2hit maka H0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti

sebaran data nilai post test IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Dan dari tabel kerja data post test SDN 6 Tampaksiring diperoleh X2hit = = 8,860 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05;5) = 11,07. Karena X2tabel > X2hit maka H0 diterima

(gagal ditolak). Ini berarti sebaran data nilai post test IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji prasyarat kedua yaitu uji homogen dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,075 sedangkan Ftabel pada

taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 38 dan db penyebut = 37 adalah 1,72. Ini berarti Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima

dan Ha ditolak. Ini berarti varian data hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen yaitu dalam hal ini SDN 1 Tampaksiring dan kelompok kontrol SDN 6 Tampaksiring sama atau homogen.

Hipotesis diuji menggunakan teknik analisis uji-t. Hasil uji prasyarat yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa data hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena telah memenuhi prasyarat, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung<ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka HOditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan

taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%.

HO menyatakan bahwa tidak

(8)

belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model Two Stay Two Stray

berbantuan peta konsep dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan

melalui model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatn Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014. Dari hasil analisis uji hipotesis yang dilaksanakan diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data dari nilai post-test dipeoleh thitung sebesar

4,14. Dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 75 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung > ttabel

maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014.

Setelah melaksanakan uji prasyarat dan hipotesis, tahap selanjutnya yaitu menganalisis hasil nilai pret-test dan

post-test dengan rumus normalisasi gain score maka diperoleh data gain score

siswa berdasarkan hasil pemberian pret-test dan post-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kelompok eksperimen memiliki rata-rata pret-test

sebesar 62,12 dan rata-rata post-test

sebesar 81,54 dari perhitungan gain ternormalisasi kelompok eksperimen memperoleh gain sebesar 19,42 sedangkan <g> sebesar 0,51 ini menunjukkan kelompok eksperimen dikategorikan sedang, sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata pret-test sebesar 61,18 dan rata-rata post-test

sebesar 77,04 dari perhitungan gain ternormalisasi kelompok kontrol memperoleh gain sebesar 15,82 sedangkan <g> sebesar 0,41 ini menunjukkan kelompok kontrol juga dikategorikan dalam kriteria sedang.

Hasil nilai post-test yang diperoleh siswa kelas V SD N 1 Tampaksiring menunjukkan adanya keunggulan, yang dilihat pada rata-rata siswa sebesar 81,54. Dari 39 siswa yang menjadi sampel pada kelas eksperimen, nilai hasil belajar IPA siswa yang mencapai di atas KKM sebanyak 100% (39 orang). Sedangkan pada kelas kontrol pada kelas V SD N 6 Tampaksiring nilai rata-rata yang diperoleh 77,04. Jika dikategorikan dari 38 orang siswa yang menjadi sampel pada kelas kontrol, nilai hasil belajar IPA siswa yang mencapai sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 7,89% (3 orang), di bawah KKM sebanyak 5,26% (2 orang), dan di atas KKM sebanyak 86,84% (33 orang).

Adanya perbedaan hasil nilai terjadi karena adanya perlakuan yang berbeda dari kedua sampel, kelas kesperimen diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan dengan pembelajaran konvensional.

Selain itu perbedaan hasil belajar IPA juga terlihat pada hasil dari data post-test

yang dianalisis uji t sehingga diperoleh

No Sampel N Dk S2 thitung ttabel Status

1 Kelompok eksperimen 39 75 81,54 23,56 4,14 2,000 Ho ditolak 2 Kelompok Kontrol 38 77,04 21,91

(9)

thitung ≥ ttabel pada taraf signifikansi 5% dan

dk = 75, yaitu thitung = 4,14 ≥ ttabel = 2,000.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

berbantuan peta konsep dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Maka dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014.

Dan dari hasil perhitungan gain ternormalisasi diperoleh nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh skor gain sebesar 0,51 yang berarti termasuk kategori sedang, sedangkan kelompok kontrol memperoleh skor gain 0,41 yang juga berarti termasuk dalam kategori sedang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmayasa (2013) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

berbantuan media gambar untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 1 Manukaya, Tampaksiring Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn. Dan diperkuat oleh hasil penelitian dari Rahayu (2014) pengaruh pembelajaran TSTS

berbantuan power point terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Gugus II Kecamatan Kuta Badung Tahun pelajaran 2013/2014 yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil belajar PKn.

PENUTUP

Dari paparan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. (1)

Berdasarkan hasil analisis data nilai post-test hasil belajar IPA perhitungan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 81,54 dari 39 siswa, yang mencapai di atas KKM sebanyak 100% (39 orang). (2) Berdasarkan hasil analisis data nilai post-test hasil belajar IPA perhitungan rata-rata kelompok kotrol sebesar 77,04 dari 38 siswa, yang mencapai sama dengan KKM sebanyak 7,89% (3 orang), di bawah KKM sebanyak 5,26% (2 orang), dan di atas KKM sebanyak 86,84% (33 orang). (3) Dari perhitungan hasil data post-test yang dianalisis dengan uji-t pada hasil dan pembahasan, diperoleh thitung sebesar 4,14

dan ttabel sebesar 2,000. Maka diperoleh

thitung > ttabel (4,14 > 2,000). Yang berarti

terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

berbantuan peta konsep dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014. Dan dari perhitungan gain skor ternormalisasi kelompok eksperimen termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,51 sedangkan kelompok kontrol termasuk dalam kategori yang sama yaitu sedang sebesar 0,41.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan maka dapat diajukan saran (1) hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu, para guru hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berfasilitas berbantuan peta konsep sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama mata pelajaran IPA, (2) sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai terutama media dan alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal, (3)

(10)

materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada pokok bahasan menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model saja. Untuk itu agar mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda, peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan kesebelas. Jakarta : PT Bumi Akasara.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offest.

Fauziah, Ana. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi React Jurnal (Hal 4).

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta. Suma, Ketut. 2003. Efektivitas Pembelajaran Berbasis dalam Peningkatan Penguasaan Konten dan Penalaran Calon Guru Jurnal

(Hal 3-4)

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler futsal terhadap perilaku sosial dan kebugaran jasmani di SMP Negeri 3 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pada pengamatan polong hampa didapatkan bahwa rata-rata tidak berbeda nyata dimana rata-rata tertinggi didapatkan pada perlakuan varietas Detam 1 bila dibandingkan

Meskipun bersifat indikatif, analisis ini menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi dalam belanja rumah tangga per siswa relatif kecil, khususnya untuk tingkat sekolah dasar,

Saran praktikan bagi pengembangan SMA Negeri 1 Ungaran adalah perlu adanya sebuah lab sejarah untuk menunjang pembelajaran sejarah dan dalam jangka waktu ke depan SMA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kartasura pada pembelajaran biologi mengalami peningkatan melalui penerapan

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pergantian Jaringan Pipa Dalam Kota Nunukan Tahap I , dimana perusahaan saudara termasuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah e – Business berbasis website yang bertujuan untuk mempermudah proses promosi dan

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa Perangkat Lunak yang digunakan untuk Sistem Pencacah Radiasi ini dapat digunakan dengan baik, walaupun dalam hal ini masih