• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian, Standar Auditing dan Jenis-jenis Audit

1. Pengertian Auditing

Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pembahasan selanjutnya akan berorientasi pada bidang auditing sesuai dengan judul penelitian ini.

Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh pakar auditing, antara lain:

Pengertian Auditing adalah “jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan.” (Sukrisno Agoes, 2012 : 41)

Menurut Arens, Alvin . A (2011 : 4) yang diterjemahkan oleh Desti Fitriani adalah sebagai berikut:

Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kinerja yang telah ditetapkan.Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

(2)

Sedangkan menurut Amin widjaja Tunggal (2012 : 1) adalah sebagai berikut:

“Auditing merupakan suatu proses yang sistematis. Auditing merupakan pendekatan yang logis, mempunyai maksud dan terstruktur untuk pengambilan keputusan”.

2. Standar Auditing

Menurut Messier, Glover, Prawitt (2006 : 49) yang diterjemahkan oleh Nuri Hinduan adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

(3)

2) Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

2) Laporan auditor harus menunjukan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat dberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

(4)

laporan keuangan harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

3. Jenis – jenis Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2004 : 9) adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standar Pengendalian Mutu.

b. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang Independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa

(5)

apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha diperusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan, dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya.

B. Kualitas Audit

Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audit.

Moizer (1986) dalam Nungky (2011) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Sedangkan Christiawan (2005) mengungkapkan, kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu independensi dan kompetensi.

Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor akan baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan materi keuangan klien (DeAngelo, 1981 dalam

(6)

Baotham et al., 2009). Audit kualitas telah didefinisikan dalam berbagai cara. Beberapa definisi tentang kualitas audit meliputi 1) Probabilitas bahwa auditor akan baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan keuangan yang material, 2) Probabilitas bahwa auditor tidak akan mengeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian untuk laporan yang mengandung kesalahan material (Lee et al, 1999 dalam Baotham et al., 2009), 3) Ketepatan pelaporan informasi auditor (Davidson dan Neu, 1993), dan 4) Mengukur kemampuan audit untuk mengurangi kebisingan dan bias dan meningkatkan ketelitian dalam data akuntansi (Wallace, 1980 dalam Baotham et al., 2009).

C. Sikap Profesionalisme

Profesionalisme ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu, dll) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang professional.

Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.

(7)

mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang professional. Kualiti profesionalisme didukung oleh ciri-ciri sebagai berikut: keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal, meningkatkan dan memelihara imej profesion, keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampilannya, mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion.

Komitmen profesional dapat didefinisikan sebagai: (1) Sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, (2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi, (3) Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam profesi (Setiana, 2006). Rosnidah (2010) dalam penelitannya menyatakan profesionalisme dan independensi akuntan inspektorat yang makin tinggi cenderung menghasilkan audit yang makin berkualitas. Dan penelitian ini dikuatkan oleh penelitian Setiawan (2011) yang menyatakan profesionalisme yang berpengaruh terhadap kualitas audit menunjukkan suatu fenomena bahwa suatu sikap auditor yang profesional dalam melaksanakan tugasnya akan mampu memberikan nilai tambah untuk dapat meningkatkan kualitas audit. Dengan hasil penelitian dari Rosnidah (2010), Setiawan (2011) serta Hidayat (2011) dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi seorang auditor untuk dimiliki dalam melakukan tugasnya sebagai auditor dan dalam meningkatkan kualitas audit.

(8)

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2013 : 321) Skeptisime profesional adalah kewajban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan skeptisisme profesional, sepanjang periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan. Beberapa petunjuk ringkas mengenai kewaspadaan profesional dalam menghadapi kemungkinan kecurangan, sebagai berikut :

1. Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan

2. Sikap berpikir yang senantiasa mempertanyakan

3. Waspada

4. Terapkan kehati-hatian

D. Obyektifitas

Semakin objektif seorang auditor dalam pekerjaannya, maka kualitas audit yang dihasilkan juga baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah et al. (2009), Ahmad et al. (2011), Sari (2011), Al Matarneh (2011), dan Ayuningtyas dan Pamudji (2012). Namun tidak sejalan dengan penelitian Helen (2013) yang juga meneliti pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil audit. penelitian ini melakukan studi kasus pada auditor di wilayah Jakarta Barat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pengalaman kerja, integritas dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit,

(9)

sedangkan independensi dan obyektifitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Objektivitas adalah (1) Unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk menyatakan kenyataan sebagaimana adanya, terlepas dari kepentingan pribadi yang melekat pada fakta yang dihadapinya. (2) Ketepatan yang di dukung oleh bukti-bukti yang meyakinkan yang dapat diperiksa oleh akuntan yang tidak memihak. Auditor yang objektif adalah yang secara jujur mempertimbangkan fakta seperti apa adanya, dan memberi pendapat berdasarkan fakta yang seperti apa adanya tersebut. Objektifitas lebih banyak bersumber dalam diri auditor sendiri. Dalam auditing sikap ini merupakan sikap ketidakberpihakkan dalam pelaksanaan seluruh jasa-jasa professional (Islahuzzaman, 2012 : 290).

Amin Widjaja Tunggal (2012 : 203) menyatakan objektifitas memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Tidak berpartisipasi dalam setiap aktifitas atau mempunyai hubungan yang dapat memihak atau dianggap memihak terhadap pertimbangan mereka yang tidak memihak.

b. Auditor internal tidak akan menerima apapun yang dapat mempengaruhi atau dianggap mempengaruhi pertimbangan professional (professional judgement) mereka.

c. Auditor internal harus mengungkapkan semua faktor yang mereka ketahui, yang jika tidak diungkapkan dapat menilai aktifitas pelaporan yang ditelaah.

(10)

Auditor didalam menjalankan tugasnya harus dapat mempertahankan objektifitas. Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan mempetahankan objektifitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi (Siti dan Ely, 2010 : 52).

E. Etika Auditor

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral. Dalam arti sempit, etika berarti prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat atau berperilaku. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Hal ini di dukung oleh Suraida (2005) yang menyebutkan bahwa etika berbicara mengenai nilai dan norma moral menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Pengertian etika menurut Islahuzzaman (2012 : 139) adalah seperangkat prinsip atau nilai-nilai moral yang mengindikasikan bagaimana seseorang harus bertingkah laku. Etika professional adalah sekumpulan prinsip atau nilai moral yang dikeluarkan oleh organisasi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi

(11)

masyarakat. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis agar hasil audit yang dilakukan oleh auditor berkualitas.

Berikut adalah enam etika utama menurut Josephson Institut terkait dengan perilaku etis: (1) Dapat Dipercaya, (2) Rasa Hormat, (3) Tanggung Jawab, (4) Kewajaran, (5) Kepedulian, (6) Kewarganegaraan.

Menurut Prinsip Dasar (SPAP,2011), seksi 100 setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasaretika profesi dibawah ini:

a. Prinsip Integritas

Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. b. Prinsip Objektifitas

Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektifitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.

c. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional (professional competence and due care)

Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa professional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan.

(12)

d. Prinsip kerahasiaan

Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku.

e. Prinsip perilaku professional

Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

F. Penelitian Terdahulu

Telah banyak yang melakukan penelitian, untuk melihat bagaimana pengaruh terhadap kualitas audit. Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pnelitian ini diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.1

No Tahun Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. 2010 Alim dalam Baiq Pengaruh Kompetensi, independensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit Dalam penelitiannya membuktikan kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan interaksi

(13)

kompetensi dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit 2. 2009 Kitta Pengaruh Keahlian, Independensi, dan Etika Terhadap Kualitas Auditor pada Inspektorat Provinsi Maluku Utara hasil penelitiannya menggambarkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh meningkatkan kualitas audit, idealisme orientasi etika auditor tidak menguatkan atau melemahkan hubungan antara kompetensi dengan kualitas audit 3. 2011 Moizer dalam Nungky Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektiftas, Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit Menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan 4. 2005 Christiawan Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Mengungkapkan, kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu independensi dan kompetensi 5. 2012 Ayuningtyas dan Pamudji Pengaruh Kompetensi, Objektifitas, Independensi dan Kinerja Auditor Internal Terhadap Hasil dari penelitian ini menunjukkan objektifitas, integritas, dan kompetensi

(14)

Kualitas Audit pada BRI Inspektorat Makassar berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit, sedangkan pengalaman kerja dan independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit 6. 2013 Helen Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Audit Dalam penelitiannya membuktikan pengalaman kerja, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit, sedangkan independensi dan obyektifitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit G. Kerangka Pemikiran

Dalam menunjang kualitas audit yang baik, terdapat faktor-faktor pemicunya yaitu diantaranya sikap profesionalisme, obyektifitas dan etika auditor. Keberhasilan dalam mengaudit laporan keuangan tidak lepas dari faktor-faktor tersebut, sehingga auditor mendapatkan hasil yang baik dalam menjalankan tugasnya. Sikap profesionalisme menunjukan kesungguhan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Obyektifitas menunjukkan bahwa data

(15)

yang disajikan auditor merupakan data yang sebagaimana adanya. Etika auditor menunjukkan kode etik profesi yang mengatur perilaku angkutan publik dalam menjalankan praktik profesinya.

Berdasarkan pemaparan diatas, berikut ini digambarkan kerangka pemikiran teoritisnya:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sikap Profesionalisme Obyektifitas Etika Auditor Kualitas Audit

(16)

H. Pengembangan Hipotesis

Adapun kerangka pemikiran atas penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Sikap Profesionalisme terhadap Kualitas Audit

Auditor merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai seorang yang professional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran. Oleh karena itu cukup beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap profesionalisme. Sebagai profesional, auditor mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Profesionalisme merupakan suatu keahlian dan mempunyai kualifikasi tertentu dan berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya (Tjiptohadi 1996 dalam Khikmah, 2005).

H1 : Sikap Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.

2. Pengaruh Obyektifitas Auditor terhadap Kualitas Audit

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektifitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. (Sukrisno Agoes, 2004 :43)

Hasil penelitian terdahulu oleh Al Matarneh (2011), Sukriah et al. (2009), Yusnita (2009), Ahmad et al. (2011), Irawati (2011), Sari (2011),

(17)

dan Kharismatuti (2012) menunjukkan bahwa kompetensi, objektivitas, independensi, dan kinerja mempunyai hubungan positif dengan kinerja. H2 : Obyektifitas berpengaruh terhadap kualitas audit.

3. Pengaruh Etika Auditor terhadap Kualitas Audit

Di sisi lain etika refleksi diartikan sebagai pemikiran atau filsafat moral, yaitu manusia berpikir atau merenung mengenai apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan dan bagaimana manusia berperilaku pada situasi kongkrit. Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Etika bertujuan membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009) menunjukkan kode etik berpengaruh terhadap kualitas audit. Demikian pula Sari (2011) etika berpengaruh terhadap kualitas audit.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran Sikap Profesionalisme Obyektifitas Etika Auditor  Kualitas Audit

Referensi

Dokumen terkait

Suatu strategi promosi harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan misalnya jumlah dana yang tersedia untuk melaksanakan strategi tersebut, jenis produk yang dihasilkan serta

Dalam perkuliahan ini dibahas tentang konsep-konsep dasar, landasan, tujuan, kajian, dan proses pembelajaran pendidikan IPS di persekolahan. Perkuliahan juga

[r]

Telah dibahas juga oleh Rudhito (2011) tentang matriks atas aljabar Max-Plus interval, graf dalam aljabar Max-Plus interval serta nilai eigen dan vektor eigen matriks atas

[r]

the scope of lhc legislative fra111cwork of thcfr rcspcclivc countries. \V.IIEREAS, The comrnun i ョャ」ョセウエ@ or both coun I rics m the cvolulio11 of the

(a) a Memorial presented simultaneously by each of the Parties not later than 12 months after the notification of this Special Agreement to the Registry of the Court;.. (b) a

Surakarta, 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh lingkungan pergaulan remaja dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kradenan;