1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah melakukan berbagai program bantuan yang berupa pengembangan modal fisik (infrastruktur), bantuan kredit, dan pembangunan modal manusia (human capital). Dalam proses pembangunan perekonomian sendiri, modal sosial (sosial capital) memiliki peran penting. Modal sosial dapat berbentuk kepercayaan (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jaringan (networking). Modal sosial yang berupa kepercayaan, dapat mengurangi biaya transaksi. Modal sosial yang berupa kerja sama, dapat membuat transaksi-transaksi ekonomi menjadi lebih mudah. Begitupun dengan modal sosial berupa jaringan. Putnam (2001) berpendapat bahwa, ide pokok dari modal sosial adalah jaringan dan norma yang mempunyai nilai saling terkait. Ini memungkinkan seseorang yang mengikuti jaringan sosial akan mendapatkan manfaat dari jaringan yang diikutinya. Hal ini dapat diartikan bahwa, modal sosial dapat menjadi salah satu input bagi pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu negara.
Coleman (1988) mengidentifikasi tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial. Pertama, kewajiban dan harapan yang timbul dari rasa kepercayaan dalam lingkungan sosial. Rasa kepercayaan menimbulkan harapan dan juga kewajiban dalam lingkungan sosial. Pilar kedua modal sosial menurut
2 Coleman(1988) adalah pentingnya arus informasi yang lancar di dalam struktur sosial, untuk mendorong berkembangnya kegiatan dalam masyarakat. Arus informasi yang tidak lancar, cenderung menyebabkan seseorang menjadi tidak tahu sehingga tidak berani melakukan sesuatu. Pilar ketiga adalah norma-norma yang harus ditaati dengan sanksi yang jelas dan efektif.
Fukuyama (1995) dengan tegas menyatakan, belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal sosial. Namun hal tersebut hanyalah norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Kepercayaan ini merupakan harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para anggotanya. Putnam (1995) menyatakan bahwa modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial, yaitu jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif, untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Modal sosial dapat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan seseorang.
Hubungan antara modal sosial dengan kesehatan mental pernah diteliti oleh Kawachi dan Berkman (2001). Jaringan sosial mempunyai pengaruh penting dalam kesehatan psikologis seseorang. Partisipasi dalam jaringan sosial dapat memengaruhi kesehatan psikologis, karena membuat anggotanya memperoleh bimbingan normatif tentang perilaku kesehatan yang relevan, seperti perilaku merokok dan olahraga teratur yang nantinya berpengaruh terhadap kesehatan mental. Akses terhadap informasi kesehatan juga lebih mudah didapatkan, ketika
3 seseorang mengikuti jaringan sosial. Keikutsertaan dalam jaringan sosial juga mengakibatkan keadaan psikologis menjadi lebih baik, karena merasa memiliki tujuan yang sama, kenyamanan, dan pengakuan diri. Partisipasi dalam organisasi kemasyarakatan, keterlibatan dalam jaringan sosial, meningkatkan kemungkinan mengakses berbagai bentuk dukungan yang pada gilirannya dapat mencegah dari rasa stres. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Mekanisme Hubungan Jaringan Sosial dengan Kesehatan Mental, Sumber: Kawachi dan Berkman (2001:460)
Selain mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, modal sosial juga berpengaruh terhadap kesejahteraan. Wetterberg (2005) menemukan bahwa semakin banyak jumlah ikatan sosial yang diikuti, maka dapat meningkatkan potensi untuk mendapatkan sumber daya lebih banyak. Sebagai contoh, keikutsertaan dalam keanggotaan PKK dapat meningkatkan potensi lebih besar untuk mendapatkan bantuan jika ada program bantuan dari Pemerintah. Hal ini
Jaringan Sosial
Pengaruh Sosial Posisi afektif (emosi) positif
Respon
Neuroendocrine
Promosi kebiasaan hidup sehat (contoh: latihan, olahraga)
4 tentunya dapat berpengaruh pada kesejahteraan rumah tangga. Keikutsertaan dalam organisasi masyarakat yang dimandatkan Pemerintah seperti PKK, Dasawisma, Karang Taruna, Lembaga Masyarakat Desa (LMD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan akses bantuan dari Pemerintah.
Penemuan Wetterberg tentang modal sosial ini sejalan dengan Grootaert (1999). Modal sosial dapat meningkatkan akses kredit yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan. Hal ini karena dengan mengikuti partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, dapat dengan lebih mudah mendapatkan informasi termasuk informasi kredit. Modal sosial meningkatkan kesejahteraan melalui kemudahan mendapatkan informasi, mengurangi biaya transaksi dan memfasilitasi keputusan kolektif (Grootaert, 1999).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution et al. (2014), jaringan sosial seseorang membantu dalam mendapatkan lebih banyak informasi. Manfaat lain jaringan sosial dapat memengaruhi akses terhadap kredit, atau faktor lain yang meningkatkan produktivitas rumah tangga. Rumah tangga yang kurang
produktif akan cenderung berinteraksi dengan rumah tangga yang lebih produktif, untuk menambah sumber daya (misalkan informasi) dalam upaya peningkatan produktivitas. Dengan kata lain, rumah tangga lebih produktif dapat bekerja sama dengan rumah tangga yang kurang produktif, untuk meningkatkan produktivitas secara bersama-sama.
Di Indonesia, bentuk modal sosial sangat beragam. Dari yang berbentuk formal seperti, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), perkumpulan
5 ibu-ibu (PKK), karang taruna, dharmawanita, dan dasawisma, sedangkan yang berbentuk informal misalnya seperti arisan. Interaksi hubungan manusia yang berbentuk rasa saling percaya (trust), kerjasama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) inilah, yang diduga mempunyai peran dalam kesejahteraan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah modal sosial yang terdiri dari rasa saling percaya, kerja sama dan jejaring sosial mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan di Indonesia.
1.2Keaslian Penelitian
Penelitian tentang modal sosial telah dilakukan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Modal sosial pada awalnya banyak dibahas oleh ahli dari ilmu sosiologi dan politik, namun kemudian modal sosial juga dikaitkan dengan
ekonomi, misalnya dalam hal peran modal sosial terhadap kesejahteraan ekonomi individu.
Grotaert (1999) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara modal sosial dengan kesejahteraan rumah tangga. Fokusnya adalah pada keanggotaan mengikuti kegiatan kemasyarakatan, di mana berpengaruh terhadap kesejahteraan dan konsumsi. Rumah tangga yang memiliki modal sosial yang tinggi, memiliki pengeluaran per kapita yang lebih tinggi, memiliki lebih banyak aset, memiliki lebih banyak tabungan, dan mempunyai kemudahan akses yang lebih baik dalam pinjaman. Grootaert (1999) menggunakan data LLI (Level Local Institution) tahun 1996 dengan sampel Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.
6 Wetterberg (2005) melakukan penelitian tentang Crisis, Social Ties and Household Welfare: Testing Social Capital Theory with Evidence from Indonesia. Wetterberg (2005) menggunakan data LLI (Level Local Institution) tahun 1996 dengan sampel Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Variabel dependen yang digunakan adalah pengeluaran rumah tangga, bantuan komunitas, dan bantuan pemerintah. Variabel independen yang digunakan adalah modal sosial yang terdiri dari keanggotaan dalam jaringan, keanggotaan dalam organisasi, dan keanggotaan mandat organisasi. Selain modal sosial, variabel independen lain yang digunakan adalah variabel kontrol yang berupa jumlah anggota rumah tangga, kepala rumah tangga perempuan, pendidikan kepala rumah tangga, dan rumah tangga petani. Dalam penelitiannya, Wetterberg (2005) menemukan bahwa dampak dari berbagai macam ikatan sosial (social ties) dapat membantu dalam mengakses sumber daya. Peran dari organisasi yang dibentuk berdasarkan amanat dari Pemerintah (mandatory group), menunjukkan peran efektif dalam mengakses bantuan Pemerintah.
Tampubolon (2007) menginvestigasi efek dari krisis seperti krisis finansial
di Asia dalam kaitannya dengan akses dan distribusi kesehatan, dan bagaimana modal sosial yang merupakan sumber daya yang dimiliki baik orang kaya maupun orang miskin menjembatani hubungan ini. Dengan menggunakan data dari IFLS, menunjukkan adanya keuntungan dalam keikutsertaan komunitas sosial. Orang yang mengikuti organisasi/komunitas sosial, mempunyai efek positif dalam hal kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan di masa krisis.
7 Begazo (2006) mempunyai hasil penelitian yang berbeda dengan Tampubolon. Dalam penelitiannya tentang Better Together or Not? Community Participation, Consumption Smooting and Household Head Employment in Indonesia, menemukan bahwa partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, tidak membantu rumah tangga meringankan shock pada saat krisis ekonomi tahun 1998. Hal ini dikarenakan masyarakat mempunyai keterbatasan kapasitas dalam mengamankan pengeluaran selama krisis.
Penelitian Begazo (2006) menganalisis apakah partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, baik itu formal maupun informal, dapat membantu rumah tangga di Indonesia dalam mengatasi dampak krisis ekonomi tahun 1998. Penelitian ini menggunakan IFLS (Indonesia Family Life Survey) tahun 1997 dan 2000, untuk mengetahui dampak dari krisis terhadap kesejahteraan rumah tangga. Hasil empiris menunjukkan bahwa partisipasi dalam kegiatan masyarakat, tidak berpengaruh pada kemampuan rumah tangga untuk mengamankan pengeluaran pada saat krisis. Efek dari krisis yang sangat besar tampaknya menjadi alasan mengapa modal sosial tidak dapat membantu rumah tangga pada saat krisis.
Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka penelitian kali ini memiliki perbedaan yaitu adanya unsur baru dalam variabel modal sosial, terkait pengukuran kepercayaan (trust)untuk kasus di Indonesia. Seperti telah dijelaskan oleh Fukuyama (2001) bahwa belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu, otomatis menjadi modal sosial, namun hal tersebut hanyalah norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Selain itu, yang
8 membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam hal lokasi penelitian dan periode penelitian. Penelitian sebelumnya hanya mengambil tiga sampel wilayah penelitian yaitu Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan penelitian ini menggunakan data yang mewakili lebih besar masyarakat Indonesia dengan periode tahun 2007 dan 2014, yang diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Berbagai penelitian tersebut, terangkum dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Penelitian Empiris Sebelumnya
No Penelitian Data Metode Variabel Temuan 1 Grootaert (1999) 1.LLI (Level Local Institution) tahun 1996 2.Jambi, Jawa Tengah, NTT Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS (Instrument Variabel) Dependen: Pengeluaran rumah tangga per kapita Independen: 1. Modal Sosial: Jumlah keanggotaan dalam perkumpulan, indeks heterogenitas, kehadiran dalam pertemuan, indeks partisipasi dalam pengambilan keputusan, nilai kontribusi secara tunai, orientasi komunitas 2. Modal Insani: pendidikan 3. Aset 4. Karakteristik rumah tangga 5. Karakteristik wilayah Modal sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga. Rumah tangga yang memiliki modal sosial yang tinggi memiliki pengeluaran per kapita yang tinggi, lebih banyak aset, tabungan dan kemudahan akses dalam pinjaman.
9 Tabel 1.1 Lanjutan 2 Wetterberg (2005) 1.LLI(Level Local Institution) tahun 1996 dan 2000 2.Jambi, Jawa Tengah dan NTT Regresi berganda (Multiple regression) dan regresi logit (logit regression) Dependen: 1. Pengeluaran
rumah tangga per kapita 2. Bantuan komunitas 3. Bantuan Pemerintah Independen: Modal sosial: Keanggotaan dalam jaringan, keanggotaan dalam organisasi, keanggotaan dalam organisasi yang dimandatkan Pemerintah, jaringan eksternal (grup dengan anggota di luar lingkungannya) Kontrol: 1.Jumlah anggota keluarga(House hold size) 2.Kepala rumah tangga perempuan 3.Pendidikan kepala rumah tangga 4.Rumah tangga yang pekerjaan utamanya petani 5.Tipe shock
1. Individu yang lebih banyak mengikuti ikatan sosial (social ties) mempunyai akses yang lebih baik dalam mengakses sumber daya.
2. Peran dari organisasi yang diamanatkan Pemerintah (PKK, LMD, LKMD, Karang Taruna, RT/RW) berperan efektif dalam mengakses bantuan Pemerintah. 3 Tampubolon (2007) IFLS gelombang 1 (1993), IFLS gelombang 2 (1997 & 1998), IFLS gelombang 3 (2000) Linear panel regression Dependen: Kunjungan rawat jalan (visit to outpatient care) Independen: 1. Modal sosial: kohesi sosial, jumlah keanggotaan menjadi relawan 2. Laki –laki 3. Umur 4. Pendidikan 5. Bekerja 6. Kota 7. Konsumsi per kapita Keikutsertaan dalam komunitas sosial, mempunyai efek positif dalam hal kemudahan akses terhadap kesehatan di masa krisis.
10 Tabel 1.1 Lanjutan 4 Begazo et al. (2006) IFLS gelombang 2 (1997) dan IFLS gelombang 3 (2000) Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS (IV) Dependen: 1. Pengeluaran rumah tangga 2. Probabilitas kepala rumah tangga mendapatkan pekerjaan Independen: 1. Partisipasi a. Formal: LKMD, RT/RW, PKK, Siskamling, Gotong royong, Posyandu b. Informal:Arisan Kontrol: 1. Karakteristik rumah tangga: householdsize, Kepemilikan rumah, jumlah anak, pendidikan anggota keluarga 2. Karakteristik kepala rumah tangga:umur,wa nita, pendidikan 3. Perubahan income 4. Urban/ Rural Partisipasi tidak membantu rumah tangga meringankan shock krisis ekonomi tahun 1998, dikarenakan komunitas mempunyai keterbatasan kapasitas dalam
mengamankan
pengeluaran selama krisis.
5 Narayan dan Pritchett (1999) The Social Capital and Poverty Survey (SCPS) and Human Resource Development Survey (HRDS) di pedesaan Tanzania Ordinary Least Square (OLS) dan IV Dependen: Pendapatan rumah tangga (income) Independen: 1. Modal Sosial: Keanggotaan dalam grup, karakteristik grup, nilai-nilai dan sikap individu 2. Ukuran rumah tangga 3. Rata- rata sekolah laki-laki dan perempuan dewasa (di atas 20 tahun) 4. Aset
5. Pekerjaan utama petani
6. Jarak pada pasar
Modal sosial berdampak secara signifikan terhadap besarnya pendapatan rumah tangga pedesaan di Tanzania.
11 Tabel 1.1 Lanjutan 6 Gomez dan Santor (2001) Data peminjam yang melakukan pinjaman pada Calmeadow Metrofund (organisasi keuangan mikro nonprofit terbesar Kanada) antara tahun 1994 dan 1998. Ordinary Least Square (OLS) dan IV Dependen: Pendapatan bersih (net earning) Independen: 1. Modal sosial: keanggotaan dalam organisasi, koneksi bisnis, pengetahuan tentang lingkungan, 2. Modal insani 3. Karakteristik lingkungan 4. Demografi dan karakteristik bisnis
Modal sosial (hubungan sosial yang memfasilitasi aksi individu) sangat penting bagi keberhasilan microentrepreneurial. Modal sosial merupakan penentu positif dari laba wirausaha. 7 Adepoju dan Oni (2012) Data primer dari 300 rumah tangga di Barat Daya pedesaan Nigeria (Ekiti dan Oyo states)
Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS Dependen: Pengeluaran rumah tangga per kapita Independen: 1. Modal sosial: jumlah keanggotaan dalam perkumpulan, indeks heterogenitas, indeks kehadiran dalam pertemuan, nilai kontribusi secara tunai, kontribusi kerja, indeks pengambilan keputusan, indeks agregat modal sosial 2. Modal insani kepala rumahtangga: lama pendidikan 3. Aset: luas lahan
pertanian, perlengkapan pertanian 4. Karakteristik kepala rumah tangga 5. Jarak dari desa
ke kota terdekat
1. Modal sosial dalam hal ini indeks pengambilan keputusan dan kehadiran dalam pertemuan secara signifikan positif berpengaruh kesejahteraan rumah tangga.
2. Usia responden, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, ukuran rumah tangga (HHsize) dan status pertanian (kepemilikan lahan) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga.
12 Tabel 1.1 Lanjutan
8 Wang et al. (2015)
The Pearl River Delta Economic Zone (PRDEZ) -Guangzhou, Shenzhen, Zhuhai, and
Dongguan-Order logit Dependen: Upah Independen: 1. Modal sosial : ikatan modal sosial (dummy informasi lowongan dari teman/kerabat), bridging modal sosial (dummy hubungan dengan pekerja lain) 2. Karakteristik rumah tangga: gender,umur, status pernikahan 3. Karakteristik modal insani: pendidikan, training, pengalaman bekerja 4. Dummy wilayah 5. Dummy status kesehatan
Modal sosial baik bonding modal sosial maupun bridging modal sosial memiliki efek positif pada upah tetapi bridging memiliki efek yang lebih signifikan. Hubungan persahabatan antara pendatang (migrant) dan pekerja lokal dapat membantu migrant meningkatkan probabilitas upah lebih tinggi sebesar 6,4%. Migrant yang pekerjaannya
diperkenalkan oleh teman atau kerabat memiliki probabilitas penghasilan 1,6% lebih tinggi. Perbedaan gender dalam modal sosial mempunyai efek pada upah.
09 Setyastuti (2014) IFLS gelombang 3 (2000) dan IFLS gelombang 4 (2007) Ordinary Least Square (OLS) Dependen: Perubahan pengeluaran per kapita rumah tangga tahun 2000-2007 Independen: 1. Modal sosial: Partisipasi masyarakat baik formal maupun informal 2. Variabel kontrol: pengeluaran tahun 2000, aset tahun 2000, urban, jumlah anak, pendidikan, provinsi, agama
Adanya hubungan positif signifikan antara besarnya perubahan modal sosial terhadap perubahan pengeluaran per kapita masyarakat.
13 Tabel 1.1 Lanjutan 10 Nasution et al. (2014) Data BPS yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2012 dan Pendataan Potensi Desa (PODES) tahun 2011 Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS Dependen: Pengeluaran per kapita rumah tangga pedesaan Independen: 1. Modal sosial: partisipasi, jejaring dan pengambilan keputusan dalam kelompok 2. Modal insani: pendidikan kepala rumah tangga 3. Aset: status kepemilikan rumah, luas lantai, listrik 4. Karakteristik rumahtangga: jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, umur, status pernikahan, lapangan usaha pertanian 5. Infrastruktur desa: pasar
Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tanggapedesaan (yang diukur dari pengeluaran per kapita). Rumah tangga yang berpartisipasi dalam organisasi
kemasyarakatan memiliki pengeluaran per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak menjadi anggota dalam organisasi
kemasyarakatan.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti mengidentifikasi bahwa modal sosial yang terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan kerja sama diduga mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan. Namun demikian, penelitian yang berkenaan dengan tema tersebut masih sangat jarang dilakukan untuk kasus di Indonesia yang mempunyai karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi yang berbeda dengan negara lain, sehingga dapat memberikan implikasi yang berbeda juga. Hal ini terutama
14 berkaitan dengan konsep kesejahteraan yang tidak hanya dipengaruhi oleh modal fisik (capital) dan modal manusia (human capital). Selain itu, keunikan modal sosial masyarakat Indonesia yang berbeda dengan karakteristik modal sosial di negara-negara lain merupakan study gap yang menarik untuk diteliti. Lebih jauh, meskipun berbagai program telah dijalankan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia lewat peningkatan modal kapital dan modal manusia (human capital), namun kesejahteraan masyarakat Indonesia masih rendah, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan negara-negara lain dengan latar belakang sosio-ekonomi yang hampir sama. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh modal sosial terhadap kesejahteraan menjadi penting untuk dianalisis, sebagai salah satu masukan pembangunan yang dapat menjelaskan kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
1.4Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan di Indonesia?
2. Berapa besarnya pengaruh modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia?
15 1.5Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis hubungan modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia.
2. Menganalisis besarnya pengaruh modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia.
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Memperkaya pengetahuan di bidang ekonomika pembangunan secara umum,
dan kesejahteraan masyarakat secara khusus, terkait dengan hubungan antara modal sosial berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan di Indonesia. 2. Pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan individu dan
masyarakat pada umumnya yang berkaitan dengan modal sosial, berupa rasa saling percaya (trust), kerja sama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network) terhadap kesejahteraan, di mana peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya difokuskan kepada peningkatan modal kapital dan modal manusia terhadap kesejahteraan masyarakat.
3. Penelitian-penelitian selanjutnya untuk mengembangkan hasil penelitian ini
lebih lanjut untuk kepentingan pendidikan, pembangunan, dan pengambilan keputusan.
16 1.7Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I. Pendahuluan, yang menguraikan secara ringkas latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II. Landasan Teori, yang membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan modal sosial dan kesejahteraan. Selain itu, juga membahas mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hubungan modal sosial dan kesejahteraan yang telah dilakukan sebelumnya. Bab III. Metode Penelitian, yang menguraikan secara ringkas tentang metode pengumpulan data, definisi operasional variabel yang digunakan, serta metode analisis data yang digunakan. Bab IV. Hasil dan Analisis, yang menguraikan secara mendalam tentang hasil analisis berdasarkan olah data yang telah dilakukan, apakah modal sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan di Indonesia dan berapa besar pengaruhnya. Bab V. Simpulan dan Saran, yang menguraikan simpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini akan disampaikan juga keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga dapat dijadikan
acuan bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tema modal sosial.