• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E BERMUATAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E BERMUATAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E

BERMUATAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

Ni Kadek Novitasari

1

, Ni Ketut Suarni

2

, Ni Wayan Rati

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

2

Jurusan Bimbingan Konseling, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: novitasari.kadek@yahoo.co.id

1

,

niketut.suarni@undiksha.ac.id

2

, niwayan.rati@undiksha.ac.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan

non equivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 135 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Kaliasem dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Temukus. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan intrumen tes pilihan ganda. Teknik analisis yang digunakan adalahanalisis statistik deskriptif dan statistik inferensial Uji-t (nilai thitung = 3,62 dan ttabel = 2,00, sehingga thitung> ttabel).Hasil analisis

Uji-t menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model siklus belajar 5E adalah 27,01sedangkan rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah21,50, sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: GLS, hasil belajar, siklus belajar.

Abstract

There present study aimed at the difference of science learning result between the students who learned with leaning cycle 5E model which contained school literacy movement and conventional model. The type of this study was quasi experimental research with non equivalent design post-test only control group design. The population of the study were 135 students of 4th grade elementary school in ClusterI, Banjar subdistrict, Buleleng district in the

school year 2016/2017. The sample of the study were the 4th grade students of SD Negeri 3

Kaliasem and the 4th grade students of SD Negeri 3 Temukus. The data were collected by

using instrument of multiple choice and analyzed by using descriptive statistical analysis and inferential statistic T-test(value thitung = 3,62 and ttabel = 2,00, so thitung> ttabel).The result of the

analysis shows that there were significant differences of science learning result between the group of students who were taught by using learning cycle 5E model which contained school literacy movement and the group of students who were taught by using conventional learning.Mean of Science’s learning result which is using learning cycle 5E model is 27,01,

(2)

2

meanwhile the using of conventional model is 21,50. So the result lead to the conclusion, there is a significant differences between Science’s learning result which is using learning cycle 5E model contained school literacy movement and Science’s learning result which is using conventional model.

Keywords: GLS, learning outcomes, learning cycle.

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, yaitu untuk menjamin

kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:2) pasal 1 menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Pendidikan menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar dapat menjawab tantangan kehidupan kedepannya. Pentingnya peran pendidikan menuntut

masyarakat agar selalu melakukan

pembangunan dan perbaikan serta

pembaharuan dalam bidang pendidikan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang diharapkan serta memiliki peradaban bangsa yang bermartabat dan cerdas. Sekolah dasar merupakan pendidikan formal pertama yang diperoleh oleh siswa, serta memiliki andil besar sebagai pondasi awal pengetahuan untuk kelanjutan pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar sudah seharusnya dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan

yang bermakna, sehingga mampu

memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pada tingkat pendidikan sekolah dasar diajarkan lima pengetahuan utama yang wajib dikuasai oleh siswa salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Mata pelajaran IPA di SD menjadi salah satu mata pelajaran yang berperan penting bagi siswa dalam pendidikan wawasan, keterampilan, dan sikap ilmiah dari sejak dini. Pendidikan IPA di SD pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan diantaranya adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menguasai pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Depdiknas, 2006).

Pendidikan IPA saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia yang sadar akan pentingnya alam sekitar bagi kehidupannya. Konsep-konsep IPA sangat berguna dan bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari. “Mata pelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah” (Samatowa, 2011:2). Hal tersebut

akan membantu mereka untuk

mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah juga dapat memberikan pengalaman secara langsung.

Proses pembelajaran di SD

diharapkan mampu menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan, memberi rasa aman, serta menumbuhkan minat dan

semangat bagi siswa pada saat

melaksanakan proses belajar sehingga dapat berpengaruh pada ketercapaian tujuan pembelajaran serta hasil belajar siswa. Hasil

(3)

3

belajar adalah “sejumlah pengalaman yang diperoleh dari siswa yang mencangkup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik” (Rusman, 2015:67). Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal maka proses pembelajaran akan tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, pada kenyataannya hasil belajar IPA siswa masih belum sesuai seperti yang diharapkan. Hal ini terbukti masih rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran IPA disekolah dasar. Rendahnya kualitas dan hasil pembelajaran IPA di SD dibuktikan dari hasil penelitian (Subagia, 2002) menunjukkan bahwa pembelajaran belum terfokus pada pemahaman sains, pengajaran didominasi oleh metode, dan belum banyak menyentuh objek lingkungan alam sebagai sumber belajar (hanya berorientasi pada buku paket).

Temuan-temuan dari penelitian ini

mengindikasikan bahwa kualitas proses dan hasil belajar IPA masih sangat rendah. Menurut Suastra (dalam Sugiantara, 2013: 2) rendahnya kualitas pembelajaran yang dihasilkan tidak terlepas dari berbagai faktor yang berperan dalam “raw input (siswa),

instrumental input (laboraturium, kurikulum, guru, dan lainnya), invironmental input

(lingkungan)”. Peran guru harus mampu mengorganisir dan mengelola potensi-potensi dalam pembelajaran, baik potensi raw input,

instrumental input , maupun potensi

invironmental input agar menjadi interaksi yang optimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa yaitu: pertama, pada saat proses mengajar lebih berorientasi pada buku pelajaran dan kurang memanfaatkan media pembelajaran di dalam menyampaikan materi

pelajaran, sehingga cenderung

menggunakan metode ceramah dalam

proses pembelajarannya. Guru juga

beranggapan bahwa dengan menerapkan

metode ceramah di dalam proses

pembelajaran akan lebih praktis, menghemat waktu, dan biaya. Kedua, kurangnya

pengetahuan mengenai model-model

pembelajaran inovatif yang dapat memotivasi siswa untuk secara aktif terlibat langsung di dalam membangun pengetahuan sendiri

berdasarkan pengalaman yang

dimilikinya.Ketiga, sulitnya menumbuhkan minat membaca pada siswa, jika hal ini terus menerus maka akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, terutama hasil belajar ranah kognitif.Hal tersebut tercermin pada nilai siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Mengacu pada permasalahan yang sedemikian kompleks menyebabkan hasil belajar IPA siswa menjadi rendah.Hal ini diperkuat dengan nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) dari beberapa siswa pada mata pelajaran IPA yang belum memenuhi criteria ketuntasan minimum (KKM).Diketahui bahwa rata-rata siswa berada pada rentangan 50-60.Rentangan tersebut masih di bawah 65.Jika dikoversikan terhadap PAP (Penilaian Acuan Patokan), rentangan tersebut berada pada kategori kurang.

Hasil wawancara dengan siswa kelas IV diperoleh informasi bahwa mata pelajaran IPA dikatakan sukar oleh siswa sehingga menyebabkan siswa malas dan bosan untuk mengikuti pembelajaran dan siswa tidak memahamii materi yang telah dikerjakan dalam kelompok dan masih banyak siswa berpikir “yang penting ngumpul” dalam mengerjakan tugas kelompok.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah menggunakan model pembelajaran pembelajaran Siklus Belajar 5E.Modell pembelajaran Siklus Belajar 5E adalah modell pembelajaran yang berorientasi pada teori piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi paham konstruktivisme. Penggunaan model Siklus Belajar 5E dalam pembelajaran didasarkan pada prinsip pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, pengetahuan tidak dapat dipindah dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus-menerus. Sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Guru membantu menyediakan sarana

(4)

4

dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar (Wena, 2009:170).

Menurut Larsbach (dalam Wena, 2009:171) siklus belajar terdiri dari lima tahap yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration), dan (e) evaluasi

(evaluation) dapat memudahkan siswa dalam

memahami suatu konsep yang diajarkan dan siswa dapat aktif di dalam proses pembelajaran. Karena siswa terlibat langsung di dalam proses pembelajaran melalui kegiatan bertanya dan diskusi kelompok yang terdapat di dalam tahapan siklus belajar 5E. Sehingga proses pembelajaran berlangsung secara kreatif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperolehnya. Selain itu, di dalam penerapan model ini akan dimuatkan suatu gerakan literasi sekolah.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan “sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui keterlibatan publik” (Faizah, dkk,

2016:2). GLS memperkuat gerakan

penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik.

Dari pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa minat membaca dan budaya membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran karena melalui kegiatan membaca siswa dapat termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Siklus Belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus I Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen.Disebut demikian karena tidak semua variabel yang muncul dapat dikontrol secara ketat. Rancangan kuasi eksperimen yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design. Penelitian melibatkan kelompok kontrol sebagai pembanding kelompok eksperimen.Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 135 siswa.Sampel ditentukan dengan teknik random sampling pada

anggota populasi yang dinyatakan

setara.Pengacakan dilakukan dengan

undian.Pengundian dilakukan sebanyak dua kali, yaitu (1) menentukan sampel, dan (2) menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji kesetaraan dengan Anava satu jalur dan dilakukan pengundian sebanyak dua kali, sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Kaliasem yang berjumlah 31 orang yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 3 Temukus yang berjumlah 30 orang yang digunakan sebagai kelompok kontrol.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada 2 jenis, yaitu variabel bebas dan terikat.Variabel bebas adalah modell pembelajaran siklus belajar 5E berbuatan gerakan literasi sekolah dan modell

pembelajaran konvensional.Modell

pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional diterapkan pada kelas

kontrol.Masing-masing pembelajaran

dilakukan sebanyak sembilan kali pertemuan yaitu delapan kali pembelajaran dan satu kali

(5)

5 post-test.Variabel terikat adalah hasil belajar IPA.Hasil belajar IPA diukur melalui post-test.

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan instrument berupa tes pilihan ganda.Hasil belajar IPA yang diukur adalah pada domain kognitif yang didasarkan pada Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl meliputi (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) menciptakan.

Uji validitas instrumen hasil belajar IPA meliputi uji validitas isi, uji validitas butir, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan daya beda butir tes. Setelah dilakukan validasi instrumen, dari 45 butir pernyataan pada tes hasil belajar IPA digunakan 35 butir pertanyaan.

Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dan inferensial.Analisis deskriptif yang dilakukan, meliputi menghitung nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, variansi, skor maksimum, dan skor minimum.Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik polygon. Rata-rata hitung yang

diperoleh kemudian dikategorikan

berdasarkan skala lima. Analisis inferensial yang dilakukan, meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis.uji prasyarat analisis yang dilakukan, meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji

normalitas dilakukan untuk mengetahui data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal.Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui kehomogenan variansi dari data hasil belajar IPA.Uji hipotesis menggunakan analisis uji-t dengan membandingkan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat.Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa prasyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Prasyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data harus berdistribusi normal, (2) data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus diuji terlebih dahulu dalam uji prasyarat analisis data.Uji prasyarat dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil analisis deskriptif data hasil

belajar IPA kelompok eksperimen

menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 27,01 kategori sangat tinggi. Pengukuran hasil belajar IPA kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 21,50 kategori sedang. Terlihat bahwa skor rata-rata pada kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata skor kelompok kontrol.Hal ini terlihat dari hasil analisis hasil deskriptif data hasil belajar IPA.Rangkuman hasil deskripsi data hasil belajar IPA pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel1.

Rangkuman Deskripsi Data Hasil Belajar IPA

Statistik Deskriptif Hasil Belajar IPA

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean 27,01 21,50 Median 28,70 21,30 Modus 31,34 20,50 Varians 38,981 32,557 Standar deviasi 6,24 5,70 Skor maksimum 34 33 Skor minimum 13 11

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 1, hasil belajar IPA menunjukkan

skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

(6)

6

skor rata-rata kelompok kontrol.Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor dan kecenderungan skor hasil belajar IPA yang diperoleh kedua kelompok. Rata-rata skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen adalah 27,01 berada pada kategori sangat tinggi. Sebaran data kelompok eksperimen merupakan kurva juling negatif.Artinya, sebagian besar skor siswa cenderung tinggi.Gambaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon pada Gambar 1.

Gambar 1.

Kurva Poligon Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Pada kelompok kontrol, rata-rata skor hasil belajar IPA pada kelompok kontrol adalah 21,50 berada pada kategori sedang. Sebaran data kelompok kontrol merupakan kurva juling positif.Artinya, sebagian besar skor siswa cenderung rendah.Gambaran data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon pada Gambar 2.

Gambar 2.

Kurva Poligon Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

Dengan demikian, hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol.Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Hasil uji prasyarat analisis pada uji normalitas sebaran data post-test dengan menggunakan rumus chi-kuadrat diperoleh x2hitung hasil post-test kelompok eksperimen

adalah 6,102 dan x2hitung hasil post-test

kelompok kontrol adalah 1,648 Sedangkan, x2tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3

adalah 7,815.Hal ini berarti x2hitung baik pada

kelompok kelas eksperimen maupun

kelompok kelas kontrol, lebih kecil dibadingkan x2tabelsehingga dapat

disimpulkan bahwa sebaran data di masing-masing kelompok berdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-f dengan kriteria apabila Fhitung< Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan

uji homogenitas varians antar kelompok kelas eksperimen dan kontrol, diketahui Fhitung

adalah 0,83. Sedangkan Ftabel dengan db

pembilang = 29, db penyebut = 30, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,78. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung< Ftabel. Hal ini

berarti, varians data hasil belajar IPA pada kelompok penelitian memiliki varians yang homogen.

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok kelas eksperimen dan kontrol bersifat normal dan homogen. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji-t untuk sampel independen (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol, diketahui nilai thitung sebesar 3,62 dan ttabel

dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,00 dengan derajat kebebasan adalah 59. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel),

sehingga H0 ditolak atau Ha diterima. Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini,

dipaparkan mengenai pengaruh model pembelajaran, yaitu model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi

(7)

7

sekolah dan pembelajaran konvensional terhadap percapaian hasil belajar IPA siswa kelas IV yang dilakukan pada SD di Gugus I Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng semester genap tahun pelajaran 2016/2017 dimana sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Kaliasem sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Temukus sebagai kelas kontrol.

Secara umum, hasil analisis data hasil belajar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dan kelompok siswa

yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional. Hasil tersebut didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah adalah 27,01 dan rata-rata skor hasil belajar siswa

yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional adalah 21,50. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh thitung =

3,62 dan ttabel = 2,00 untuk db = 59 pada taraf

signifikansi 5%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,62> 2,00)

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.Hal ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi

sekolahdan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran

konvensional. Perbedaan tersebut

menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolahberpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

Perbedaan kondisi pembelajaran pada kedua kelompok sudah tampak saat kelompok eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah cenderung aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal itu ditemukan pada tahapan kelima, guru memberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa sehingga membuat seluruh siswa bersiap untuk ditunjuk dan menjawab. Serangkaian pertanyaan yang guru berikan kepada siswa saat penggunaan model pembelajaran ini disebut siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi. Seluruh siswa bersiap untuk menerima pertanyaan dari guru terkait materi yang telah ia pelajari. Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional cenderung pasif. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang duduk diam mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Kemudian, ketika guru bertanya kepada

siswa, hanya beberapa siswa yang

mengacungkan tangannya untuk menjawab.

Temuan-temuan tersebut membuktikan

adanya pengaruh yang berbeda dari penggunaan kedua model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran.

Perbedaan kondisi pembelajaran dan hasil belajar pada kedua kelompok siswa dikarenakan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah lebih menekankan pada keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran dan keberanian dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mulai dari siswa menjawab serta mengemukakan pendapat. Hal tersebut dapat terlaksana melalui sintaks yang dimiliki oleh model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah. Sintaks model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah yang menunjukkan hal tersebut yaitu sebagai

(8)

8

berikut. Pada tahap pertama (Engagement), siswa terlihat termotivasi membangun konsep-konsep dalam dirinya melalui kegiatan literasi. Siswa yang awalnya tidak gemar membaca menjadi gemar membaca karena bacaan yang diberikan berupa cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran. Cerita yang diberikan pada setiap pertemuanpun berbeda-beda sehingga hal tersebut dapat membangkitkan pengetahuan awal siswa, apalagi cerita yang diberikan berisi tentang pengalaman sehari-hari siswa. Melalui kegiatan ini, siswa menjadi lebih antusias dan fokus untuk mengikuti proses pembelajaran.

Pada tahap kedua (Expolaration), siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi permasalahan yang diberikan melalui LKS dan mendiskusikan dalam kelompok. Dalam kegiatan kelompok siswa saling bertukar pikiran dan informasi tentang suatu topik permasalahan sesuai dengan pengetahuan awal siswa, melalui kegiatan kerja kelompok

ini dapat membantu siswa untuk

mengembangkan sikap demokratis dan saling menghargai pendapat serta dapat membiasakan siswa untuk bekerja sama, bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan. Keberhasilan pada tahapan ini

ditandai dengan kemampuan siswa

memberikan dan menjawab LKS yang telah diberikan pada tahap penjelasan.

Pada tahap ketiga (Explanation),

siswa diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dengan kelompoknya. Pada tahapan ini, guru dituntut untuk dapat mendorong siswa agar mampu menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri.

Pada tahap empat (Elaboration), siswa menerangkan konsep yang telah dipelajarinya. Guru memimpin jalannya

diskusi untuk menuntut siswa

mengaplikasikan konsep yang telah dimiliki kemudian siswa di minta untuk menganalisis dan mengurutkan gambar sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh guru.

Tahap terakhir (Evaluation), pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap penguasaan konsep yang telah dipelajari

siswa. Tes yang diberikan untuk

mengevaluasi hasil belajar IPA siswa, yaitu tes essay. Tahapan ini digunakan untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan siswa selama mengikuti pembelajaran dan memantau kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Implementasi siklus

belajar 5E dalam pembelajaran

menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase dimulai dari perencanaan (pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan (pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses bimbingan) sampai evaluasi. Ekfektifitas implementasi siklus belajar 5E diukur melalui observasi proses dan pemberian tes pada siswa.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Soebagio (dalam Suprijono, 2016) bahwa dengan model pembelajaran siklus belajar 5E memungkinkan peserta didik

menemukan konsep sendiri atau

memantapkan konsep yang dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan memberikan peluang untuk peserta didik menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada situasi baru. Dari pendapat

tersebut, dapat dipahami bahwa

pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan diskusi, menyampaikan konsep secara lisan, sehingga siswa menjadi aktif dan berani mengemukakan jawaban dan pendapat yang dimiliki.

Pengaruh model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi

sekolah memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar IPA dikarenakan model pembelajaran siklus belajar 5E memiliki keunggulan-keunggulan di dalamnya yang membuat siswa menjadi aktif dan berani dalam proses pembelajaran yang terjadi. Adapun keunggulan-keunggulan dari model pembelajaran siklus belajar 5E sesuai dengan pendapat Cohen dan Clough (dalam Suprijono, 2016) yakni dapat

(9)

9

membantu siswa mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka peroleh sebelumnya, memberi motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, membantu melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen, melatih siswa menyampaikan konsep secara lisan konsep yang telah dipelajari, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Temuan di atas sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Putriani (2016) yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar 5E berbantuan media grafisdan kelompok siswa

yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional. Penggunaan model pembelajaran siklus belajar 5E memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran

konvensional. Penggunaan model

pembelajaran siklus belajar 5E dalam proses pembelajaran telah menunjukkan hasil yang positif dan terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional. Perbedaan positif ini mampu terbentuk karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E ini lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelum-sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan Sugiantara (2013), yang menyebutkan bahwa penerapan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) 5E berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah lebih unggul dibandingkan model

pembelajaran konvensional dalam

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap di SD Gugus I Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian di atas,

dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi

sekolah dan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional terlihat dari angka signifikansi 3,62dengan nilai thitung sebesar 3,62 dan ttabel

sebesar 2,00. Artinya, thitung lebih besar dari

ttabel.dan rata-rata skor kelompok eksperimen

= 27,01 lebih besar dari rata-rata skor kelompok kontrol = 21,50 atau 27,01 > 21,50.

Dengan demikian, model

pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah berpengaruh terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Bagi guru, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah terhadap hasil belajar IPA siswa. untuk itu, para guru

hendaknya dapat menerapkan model

pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah sebagai alternative dalam membelajarkan siswa sehingga hasil belajar IPA siswa optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. (2) Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah dalam penelitian ini, diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran serta mampu

membangun pengetahuannya sendiri untuk mencapai hasil belajar yang optimal. (3) Bagi

kepala sekolah, hendaknya ikut

memperkenalkan dan memberikan dorongan bagi guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas

(10)

10

pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran siklus belajar 5E bermuatan gerakan literasi sekolah. (4) Bagi peneliti lain, hasil belajar IPA siswa dapat diteliti dalam penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar pada ranah kognitif. Hendaknya untuk memperoleh hasil belajar siswa yang lebih komperhensif dalam pembelajaran maka perlu diadakan penelitian sejenis yang tidak hanya menyelidiki hasil belajar pada ranah kognitif tetapi juga mencangkup ranah afektif dan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disertai Aplikasi Pelajaran IPA. Jakarta: Permendiknas No. 22 Tahun 2006.

Dwi, Ni Kadek Putriani. 2016. ”Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle

5E Berbantuan Media Grafis

Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana”. Jurnal Ilmiah PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD. Vol: 4 No. 1.

Faizah, Dewi Utama., dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Musfiroh, Tadkiroatun & Beniati Listyorini. 2016. “Konstruk Kompetensi Literasi untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah LITERA. Vol: 15 No. 1.

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu:Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Subagia, I Wayan., dkk. 2002.

Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Sains Sekolah Dasar dengan Pendekatan Stater Eksperimen (PSE); Studi pembelajaran sains untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

sains di sekolah dasar. Laporan

penelitian. Dibiayai oleh Proyek Peningkatan Kualitas SDM Ditjen Dikti. Lemlit IKIP Negeri Singaraja.

Sufyadi, Susanti. 2016. ”Buku Saku Gerakan

Literasi Sekolah”. Tersedia pada:

dikdasmen.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal, 10 Februari 2016. Sugiantara, I Pt. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Suprijono, Agus. 2016. Model-model

Pembelajaran Emansipatoris.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan Statistik ANOVA Mula Tidur 49 Uji Beda Rata-rata Tukey HSDo Mula Tidur 50 Uji Beda Rata-rata Tukey HSd Mula Tidur 51 Perhitungan Statistik ANOVA Lama Tidur 52 Uji

Menurut Purwanto (2003: 20) komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang bisa digunakan untuk

Ketentuan tersebut terdapat di dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 204 tentang Administrasi Pemerintahan: (a) Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan

Paragraf memiliki definisi yang bermacam-macam, mulai dari yang sederhana hingga yang cukup rumit.Para ahli bahasa merumuskan paragraf itu dengan teknik yang

Mikrokontroler atau disebut juga pengendali mikro adalah suatu IC ( Integrated Circuit ) dengan kepadatan yang sangat tinggi, dimana semua bagian yang diperlukan

Pengujian dilakukan pada jaringan syaraf tiruan yang telah dilatih terhadap 20 data baru (data rekam medis 9 faktor risiko penderita penyakit jantung dan orang sehat yang

Tanggung jawab Pelaku usaha atas pelanggaran terhadap JPH terkait hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi barang ; jaminan

MUHSON (serta PARNU dan KARTIJO yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya) yang semuanya tergabung dalam regu III Yon Arhanudse-6 yang di BKO kan ke Kodim 0502