commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban berdiri atas dasar SK Mendiknas RI Nomor: 08/D/O/2007 dengan memberikan ijin penyelenggaraan program studi-program studi baru. Sebelumnya, UNIROW merupakan Institut Keguruan dan ilmu Pendidikan PGRI (IKIP PGRI) Tuban. Program studi-program studi baru tersebut antara lain: Ilmu Politik, Ilmu Komunikasi, Ilmu Kelautan, Ilmu Perikanan, Teknik Industri, Teknik Informatika, Biologi dan Matematika, dan penggabungan IKIP PGRI dengan program studi PPKN, Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Pendidikan Biologi, Pendidikan Matematika, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Pendidikan Bahasa Inggris.
Letak kampus UNIROW berada di Jl Manunggal no 61 Tuban, merupakan perguruan tinggi terbesar dari empat perguruan tinggi yang ada di kota Tuban.
Program studi Ilmu Komunikasi sendiri memiliki 9 dosen tetap dan 12 dosen tidak tetap, dengan jumlah mahasiswa aktif secara keseluruhan sampai dengan bulan Juli tahun 2014 ini sebanyak 149 mahasiswa. Status program studi Ilmu komunikasi sudah terakreditasi dengan nilai C pada tahun 2013 yang lalu.
commit to user
66
B. Karakteristik Responden
1. Jumlah Responden Berdasarkan Tahun Masuk
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah seluruh mahasiswa aktif Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban tahun masuk 2009 – 2013. Jumlah mahasiswa aktif angkatan 2010 sebanyak 32 mahasiswa, angkatan 2011 sebanyak 37 mahasiswa, angkatan 2012 sebanyak 38 mahasiswa, dan angkatan 2013 sebanyak 42 mahasiswa. Gambaran umum responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam grafik 4. 1 sampai dengan 4.3.
Grafik 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Tahun Masuk
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Dari grafik 4.1 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2013 sebesar 42 mahasiswa (28%). Setiap tahun selalu ada mahasiswa yang mengundurkan diri dari angkatan sebelumnya, sehingga angkatan terlama memiliki mahasiswa aktif paling sedikit.
2010 21% 2011 25% 2012 26% 2013 28%
JUMLAH MAHASISWA
commit to user
67
2. Profil responden berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan oleh grafik 4.2 berikut ini:
Grafik 4.2
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Grafik 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berpartisipasi lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 77 (52%) mahasiswa dari 149 mahasiswa .
3. Profil Responden Berdasarkan Usia ditunjukkan oleh grafik 4.3 sebagai berikut:
Grafik 4.3
ProfilResponden Berdasarkan Usia
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Grafik 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia lebih dari 20 tahun, yaitu sebesar 114 mahasiswa (77%).
Laki-laki 48% Perempuan 52%
JENIS KELAMIN
< 20 thn 23% > 20 thn 77%USIA
commit to user
68
C. Deskripsi Variabel Penelitian
Penjabaran dari deskripsi variabel penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner yang disebarkan kepada responden sebagai obyek penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini yang mempengaruhi kecemasan komunikasi adalah pola komunikasi keluarga (X1), percaya diri
(X2), introversi (X3), dan harga diri (X4). Y1.1
1. Deskripsi Variabel Pola Komunikasi Keluarga (X1)
Adapun hasil penelitian terhadap jawaban kuesioner responden untuk variabel pola komunikasi keluarga yang terdiri dari 10 pertanyaan yang terbagi dalam 2 dimensi, yaitu socio-oriented (X1.1 - X1.5) dan
concept-oriented (X1.6 - X1.10), penulis sajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Jawaban Kuesioner Variabel Pola Komunikasi Keluarga
commit to user
69
Dari tabel di atas jika ditinjau dari dimensi socio-oriented yang menggambarkan pola komunikasi keluarga tertutup yang memiliki prosentase terbesar adalah jawaban dari variabel X1.2 (dari pertanyaan
“Orang tua saya mengatakan bahwa saya akan tahu lebih banyak hal ketika sudah dewasa”) dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 51,68%. Artinya bahwa sebagian besar orang tua mahasiswa memberikan pandangan bahwa ketika dewasa, anak-anak akan tahu banyak hal dengan sendirinya.
Sedangkan jika ditinjau dari dimensi concept-oriented yang menggambarkan pola komunikasi keluarga terbuka yang memiliki prosentase terbesar adalah jawaban dari variabel X1.6 (dari pertanyaan
“Orang tua saya mengatakan bahwa saya harus melihat permasalahan dari kedua sisi”) dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 46,98%.
commit to user
70
Tabel 2 Distribusi Jawaban Kuesioner Variabel Percaya Diri
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Dari data di atas jika ditinjau dari indikator percaya pada kemampuan diri sendiri (X2.1-X2.6) yang memiliki prosentase terbesar
adalah jawaban pada variabel X2.5 (dari pertanyaan “Saya percaya solusi
yang saya berikan akan membantu dalam menyelesaikan masalah teman saya”) dengan kategori “netral”, yaitu sebesar 53,69%. Hal ini
commit to user
71
menunjukkan bahwa pada diri mahasiswa masih terdapat keraguan akan kemampuan dirinya dalam membantu memecahkan permasalahan orang lain.
Sedangkan pada indikator bertindak mandiri dalam mengambil keputusan (X2.7 - X2.12) dari tabel di atas menunjukkan bahwa yang
memiliki prosentase terbesar adalah jawaban pada indikator X2.9 (dari
pertanyaan “Saya siap menerima resiko apapun jika keputusan yang saya ambil tidak membuahkan hasil yang memuaskan”) dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 57,72%. Artinya bahwa sebagian besar responden berani bertanggung jawab menerima resiko dari keputusan yang diambil tanpa menyalahkan orang lain.
Jika ditinjau dari indikator memiliki rasa positif terhadap diri sendiri (X2.13 - X2.18) dari tabel di atas yang menunjukkan prosentase
terbesar adalah jawaban pada indikator X2.18 (dari pertanyaan “Saya
ingin memiliki prestasi yang bisa dibanggakan agar dapat membahagiakan orang tua saya”) dengan kategori “sangat setuju”, yaitu sebesar 56, 38%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki keyakinan untuk membanggakan orang tua dengan prestasi yang diraihnya.
Jika ditinjau dari indikator berani mengungkapkan pendapat (X2.19 - X2.24) dari tabel di atas yang menunjukkan prosentase terbesar
adalah jawaban pada indikator X2.23 (dari pertanyaan “Saya merasa
commit to user
72
sebesar 52, 35%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa merasa nyaman untuk bertukar pendapat dengan temannya dalam memecahkan permasalahannya.
Tabel 3 Distribusi Jawaban Kuesioner Variabel Introversi
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Dari tabel di atas jika ditinjau dari indikator membatasi hubungan sosial (X3.2 X3.3, X3.4, X3.7) yang memiliki prosentase
terbesar adalah jawaban dari indikator X3.7 (dari pertanyaan “Saya
sangat tidak senang jika dilarang melakukan kontak sosial dengan banyak orang”) dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 46,98%. Artinya bahwa responden suka berteman dengan banyak orang tanpa melihat latar belakangnya.
Sedangkan jika ditinjau dari indikator penilaian terhadap diri sendiri (X3.1, X3.5, X3.6, X3.10) yang memiliki prosentase terbesar
commit to user
73
suasana pesta yang saya hadiri”) dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 46,98%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa suka bergaul dengan banyak orang.
Jika ditinjau dari indikator peran dalam kegiatan sosial (X3.8,
X3.9, X3.11) yang memiliki prosentase terbesar adalah jawaban dari
indikator X3.8 (dari pertanyaan “Saya biasanya yang berinisiatif dalam
berkenalan dengan orang lain”) dengan kategori “netral”, yaitu sebesar 46, 98%. Artinya, sebagian besar mahasiswa tidak selalu yang memiliki inisiatif dalam menjalin komunikasi dengan orang lain.
Sedangkan jika ditinjau dari indikator kepuasan dalam kegiatan sosial (X3.12) sebagian besar responden menjawab netral, yaitu sebesar
43,62%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa tidak selalu merasa puas ketika melakukan kegiatan sosial.
Tabel 4 Distribusi Jawaban Kuesioner Variabel Harga Diri
commit to user
74
Dari tabel di atas jika ditinjau dari indikator kepuasan terhadap diri sendiri (X4.1) maka sebesar 39,6% mahasiswa menjawab setuju,
artinya sebagian besar mahasiswa merasa puas terhadap dirinya sendiri. Jika ditinjau dari indikator penilaian terhadap diri sendiri (X4.2,
X4.6) yang memiliki prosentase terbesar adalah jawaban dari indikator
X4.2 (dari pertanyaan “Kadang-kadang saya merasa tidak bisa melakukan
apa-apa”) dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 38,93%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki harga diri yang rendah dalam melakukan sesuatu.
Jika ditinjau dari indikator kepercayaan diri (X4.3, X4.4) yang
memiliki prosentase terbesar adalah jawaban dari indikator X4.3 (dari
pertanyaan “Saya merasa bahwa saya memiliki sejumlah kualitas yang baik”) dengan kategori “setuju”, yaitu 45,64%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa masih memiliki kepercayaan diri yang baik terhadap kualitas dirinya.
Berdasarkan indikator kebanggaan diri (X4.5) jawaban terbesar
adalah kategori netral, yaitu sebesar 36,91%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa masih ragu terhadap kemampuan yang dimiliki, sehingga mempengaruhi kebanggaan terhadap diri sendiri.
Pada indikator keberhargaan diri (X4.7) jawaban terbesar ada
pada kategori “setuju” yaitu sebesar 53,02%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki rasa keberhargaan diri yang sama dengan orang lain.
commit to user
75
Sedangkan pada indikator rasa hormat (X4.8) dan sikap positif
terhadap diri sendiri (X4.10), jawaban terbesar ada pada kategori
“setuju”, yaitu 51,01%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa masih memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
Tabel 5 Distribusi Jawaban Kuesioner
Variabel Kecemasan Komunikasi Dalam Konteks Diskusi Kelompok
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Dari tabel di atas, variabel kecemasan komunikasi dalam konteks diskusi kelompok pada indikator ketidaksukaan dalam diskusi kelompok (Y1.1), jawaban terbesar adalah pada kategori “tidak setuju”,
yaitu sebesar 36,91%. Artinya bahwa lebih banyak mahasiswa yang menyukai diskusi kelompok daripada yang tidak menyukai.
Pada indikator kenyamanan dalam diskusi kelompok (Y1.2),
jawaban terbesar ada pada kategori “setuju”, yaitu sebesar 45,64%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa merasa nyaman saat turut berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
Sedangkan pada indikator perasaan ketika berada dalam diskusi kelompok (Y1.3 - Y1.6), prosentase jawaban terbesar adalah jawaban
commit to user
76
kelompok”), dengan kategori “setuju”, yaitu sebesar 50,34%. Artinya bahwa banyak mahasiswa yang menyukai diskusi kelompok.
Tabel 6 Distribusi Jawaban Kuesioner
Variabel Kecemasan Komunikasi Dalam Konteks Pertemuan
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Dari tabel di atas, pada variabel kecemasan komunikasi dalam konteks pertemuan/rapat pada indikator perasaan ketika berada dalam pertemuan/rapat (Y1.7 - Y1.9), prosentase terbesar adalah jawaban dari
indikator Y1.9 dengan kategori “netral”, yaitu sebesar 53,69%. Artinya
bahwa sebagian besar mahasiswa tidak selalu santai dan tenang ketika namanya dipanggil untuk mengekspresikan pendapatnya di dalam pertemuan/rapat.
Jika ditinjau dari indikator ketakutan ketika berada dalam pertemuan (Y1.10), jawaban terbesar adalah pada kategori “netral, yaitu
sebesar 44,30%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa tidak selalu takut untuk mengekspresikan diri dalam pertemuan.
Jika ditinjau dari indikator kenyamanan dalam pertemuan/rapat (Y1.11), jawaban terbesar ada pada kategori “netral”, yaitu sebesar
commit to user
77
40,27%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa tidak selalu nyaman ketika berkomunikasi pada pertemuan/rapat.
Sedangkan jika ditinjau dari indikator perasaan untuk menjawab pertanyaan pada pertemuan (Y1.12), jawaban terbesar ada pada kategori
“netral”, yaitu sebesar 52,35%. Artinya bahwa sebagian besar nahasiswa tidak selalu santai saat menjawab pertanyaan dalam pertemuan/rapat.
Tabel 7 Distribusi Jawaban Kuesioner
Variabel Kecemasan Komunikasi Dalam Konteks Percakapan
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Dari tabel di atas, pada variabel kecemasan komunikasi dalam konteks percakapan pada indikator perasaan ketika berkenalan ((Y1.13,
Y1.17) prosentase terbesar adalah jawaban pada indikator Y1.17 dengan
kategori “setuju”, yaitu sebesar 40,94%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa sangat santai ketika berbicara dengan kenalan baru.
Jika ditinjau dari indikator ketakutan ketika dalam percakapan (Y1.14, Y1.18) prosentase terbesar ada pada jawaban “setuju”, yaitu
sebesar 45,64%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa tidak merasa takut ketika berbicara dalam percakapan.
commit to user
78
Sedangkan jika ditinjau dari indikator perasaan ketika berbicara (Y1.15, Y1.16) prosentase terbesar terdapat pada jawaban indikator
Y1.16, yaitu sebesar 42,95%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa tidak selalu tenang dan santai ketika berkomunikasi dalam percakapan.
Tabel 8 Distribusi Jawaban Kuesioner
Variabel Kecemasan Komunikasi Dalam Konteks Berpidato
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Dari tabel di atas, pada variabel aprehensi komunikasi dalam konteks berpidato pada indikator ketakutan ketika dalam berpidato (Y1.19) jawaban terbesar ada pada kategori “netral”, yaitu sebesar
44,97%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa tidak selalu takut dalam menghadapi pidato.
Jika ditinjau dari indikator perasaan ketika berpidato (Y1.20,
Y1.21, Y1.22, Y1.24) prosentase terbesar terdapat pada jawaban Y1.21
pada kategori “netral”, yaitu sebesar 55,70%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa tidak selalu santai dalam memberikan sambutan.
Jika ditinjau dari indikator keyakinan ketika berpidato (Y1.23)
commit to user
79
Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa yakin bisa melakukan, ketika akan memberikan sambutan.
D. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah teknik korelasi
Product Moment, di mana instrumen dikatakan valid apabila nilai
koefisien korelasinya (r) . Dalam
penelitian ini uji validitas dilakukan secara pretest terhadap 30 responden dengan r tabel sebesar 0,361. Hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 9 Uji Validitas
No Item Koefisien Korelasi (r) Keputusan
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 0,705 0,653 0,810 0,730 0,806 0,445 0,451 0,373 0,578 0,845 0,775 0,747 0,563 0,676 0,873 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
commit to user
80 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 X2.15 X2.16 X2.17 X2.18 X2.19 X2.20 X2.21 X2.22 X2.23 X2.24 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X4.8 X4.9 X4.10 Y1.1 Y1.2 0,775 0,867 0,693 0,802 0,540 0,911 0,513 0,888 0,718 0,570 0,706 0,857 0,745 0,408 0,635 0,888 0,881 0,465 0,676 0,676 0,474 0,735 0,548 0,700 0,558 0,445 0,605 0,796 0,501 0,590 0,569 0,573 0,782 0,864 0,791 0,794 0,696 0,595 0,528 0,520 0,730 0,497 0,720 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Validcommit to user
81 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y1.13 Y1.14 Y1.15 Y1.16 Y1.17 Y1.18 Y1.19 Y1.20 Y1.21 Y1.22 Y1.23 Y1.24 0,574 0,727 0,659 0,722 0,727 0,889 0,369 0,554 0,473 0,868 0,517 0,702 0,811 0,821 0,659 0,480 0,522 0,451 0,446 0,589 0,772 0,563 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid ValidSumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Berdasarkan analisis data melalui program SPSS pada tabel di atas, ternyata semua instrumen memiliki nilai r > 0,361, sehingga bisa disimpulkan bahwa data yang digunakan adalah valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepercayaan minimal yang dapat diberikan terhadap kesungguhan jawaban yang diterima dari responden. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach di mana suatu instrumen dapat
commit to user
82
Tabel 10 Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Keputusan
Pola Komunikasi Keluarga (X1)
Percaya Diri (X2)
Introversi (X3)
Harga Diri (X4)
Aprehensi Komunikasi (Y)
0,842 0,956 0,842 0,871 0,934 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014
yang digunakan reliabel.
E. Uji Asumsi Klasik
Terdapat empat asumsi klasik yang melandasi asumsi analisa regresi dalam penelitian ini, yaitu tidak terjadinya multikolinearitas, tidak terjadinya heteroskedastisitas, normalitas, dan tidak terjadinya autokorelasi.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Jika terjadi multikolinearitas, salah satu dampaknya adalah pengaruh masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi atau sulit dibedakan. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas, cara mendeteksinya adalah dengan melihat nilai dari variance inflation factor
(VIF) dan nilai tolerance. Jika suatu model regresi mempunyai angka VIF melebihi angka 10 maka bisa disimpulkan ada multikolinearitas. Masalah
commit to user
83
multikolinearitas juga bisa dideteksi dengan melihat nilai tolerance. Jika nilai tolerance mendekati 0 maka diduga ada muktikolinearitas dan sebaliknya nilai tolerance semakin mendekati 1 maka diduga tidak ada multikolinearitas. Hasil perhitungan SPSS menunjukkan:
Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 POLAKOM .978 1.023 PD .877 1.140 INTROVERSI .930 1.075 HARGADIRI .861 1.162
a. Dependent Variable: CEMAS
Berdasarkan nilai VIF di atas, di mana nilainya berada di bawah angka 10 sehingga bisa dikatakan tidak ada masalah multikolinearitas. Begitu pula bila melihat nilai tolerance yang kesemuanya jauh di atas angka 0, maka diduga tidak terjadi masalah multikolinearitas.
2. Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Y.
commit to user
84
Terjadinya heteroskedastisitas jika titik-titik pada grafik membentuk pola tertentu atau teratur. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil perhitungan pada SPSS ditunjukkan oleh grafik berikut:
Berdasarkan grafik di atas, di mana titik-titik menyebar tidak jelas pada sumbu Y, maka bisa dikatakan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi masalah autokorelasi menggunakan metode Durbin-Watson
commit to user
85
(DW). Jika nilai DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. Jika nilai DW antara -2 sampai +2 maka tidak terjadi autokorelasi. Jika nilai DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Dalam perhitungan SPSS menunjukkan hasil sebagai berikut:
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .844a .712 .702 .3119 1.987
a. Predictors: (Constant), HARGADIRI_transformed, PD_transformed, POLAKOM_transformed, INTROVERSI_transformed
b. Dependent Variable: CEMAS_transformed
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,987 atau mendekati angka 2, sehingga bisa disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi masalah autokorelasi.
4. Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memiliki asumsi normalitas. Dari penghitungan SPSS menunjukkan hasil sebagai berikut:
commit to user
86
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, sehingga bisa dikatakan memenuhi asumsi normalitas.
F. Analisis Regresi Ganda
Dalam penelitian ini yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan komunikasi pada mahasiswa Ilmu Komunikasi Unirow Tuban termasuk dalam analisis multivariate. Analisis multivariat pada dasarnya adalah analisis untuk lebih dari dua variabel yang bersifat analisis dependensi yang berarti antar variabel saling berkaitan, di mana beberapa variabel berfungsi sebagai variabel bebas dan variabel terikat. Dari hasil analisis regresi antar variabel bebas (pola komunikasi keluarga, percaya
commit to user
87
diri, introversi, dan harga diri) dengan kecemasan komunikasi dengan taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11 Hasil Uji Regresi Ganda Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .844a .712 .702 3.119 1.987
a. Predictors: (Constant), HARGADIRI_transformed, PD_transformed, POLAKOM_transformed, INTROVERSI_transformed
b. Dependent Variable: CEMAS_transformed
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 26.279 8.373 3.139 .002 POLAKOM_transformed -.173 .082 -.173 -2.112 .036 PD_transformed -.036 .079 -.036 -.456 .649 INTROVERSI_transformed .344 .086 .344 4.007 .000 HARGADIRI_transformed -.156 .046 -.156 -2.054 .001
a. Dependent Variable: CEMAS_transformed
Dari data hasil perhitungan SPSS di atas dengan 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat, maka diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Persamaan regresi:
Y = 26,279 - 0,173X1 - 0,036X2 + 0,344X3 - 0,318X4 + e b. Interpretasi dari masing-masing data di atas:
i. Konstanta sebesar 26,279. Nilai ini menyatakan jika kondisi di mana variabel X1 (pola komunikasi keluarga), X2 (percaya diri), variabel X3
commit to user
88
(introversi) dan X4 (harga diri) dinyatakan tetap dan bernilai 0, maka
kecemasan komunikasi mahasiswa ilmu Komunikasi sebesar 26,279. ii. Koefisien regresi variabel X1 (pola komunikasi keluarga) sebesar
-0,173 menyatakan bahwa setiap perubahan penambahan 1 variabel pola komunikasi keluarga akan mempengaruhi kecemasan komunikasi sebesar -0,173. Besarnya nilai koefisien yang negatif memberikan arti bahwa faktor pola komunikasi keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
iii. Koefisien regresi variabel X2 (percaya diri) sebesar -0,036
menyatakan bahwa setiap perubahan penambahan 1 variabel percaya diri akan mempengaruhi kecemasan komunikasi sebesar -0,036. Nilai ini sangatlah kecil, bahkan hampir tidak berpengaruh. Besarnya nilai koefisien yang negatif memberikan arti bahwa faktor percaya diri mempunyai pengaruh negatif terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
iv. Koefisien regresi variabel X3 (introversi) sebesar 0,344 menyatakan
bahwa setiap perubahan penambahan 1 variabel introversi akan mempengaruhi kecemasan komunikasi sebesar 0,344. Besarnya nilai koefisien yang positif memberikan arti bahwa faktor introversi mempunyai pengaruh positif terhadap keccemasan komunikasi mahasiswa.
v. Koefisien regresi variabel X4 (harga diri) sebesar -0,156 menyatakan
commit to user
89
mempengaruhi kecemasan komunikasi sebesar -0,156. Besarnya nilai koefisien yang negatif memberikan arti bahwa faktor harga diri mempunyai pengaruh negatif terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
vi. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R yang menunjukkan korelasi berganda, yaitu faktor pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga diri berpengaruh terhadap Y (kecemasan komunikasi) dengan koefisien determinasi sebesar 0,844. Nilai R Square sebesar 0,712, nilai ini berarti sumbangan pengaruh variabel pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga diri secara bersama-sama terhadap kecemasan komunikasi sebesar 71,2%, sedangkan sisanya sebesar 28,8% dipengaruhi oleh variabel lain selain keempat faktor tersebut.
G. Uji Hipotesis 1. Uji F
Pengujian hipotesa atas seluruh variabel yang diteliti digunakan untuk membuktikan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat sebagaimana dinyatakan dalam model hipotesis. Adapun untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak yaitu dengan cara melihat hasil Fhitung dan signifikansinya.
a. Rumusan hipotesis:
commit to user
90
H0 : Pola komunikasi keluarga terbuka tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
Ha : Pola komunikasi keluarga terbuka berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
ii. Variabel percaya diri
H0 : Percaya diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa.
Ha : Percaya diri berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa. iii. Variabel Introversi
H0 : Introversi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa
Ha : Introversi berpengaruh positif secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa iv. Variabel harga diri
H0 : Harga diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa
Ha : Harga diri berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
commit to user
91
Untuk mengetahui tingkat signifikansi antara variabel X1, X2, X3, dan X4
terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa (Y) maka digunakan teknik analisis uji F atau F test.
Hasil pengujian menunjukkan:
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.803 4 10.951 15.134 .000b
Residual 104.197 144 .724
Total 148.000 148
a. Dependent Variable: CEMAS_transformed
b. Predictors: (Constant), HARGADIRI_transformed, PD_transformed, POLAKOM_transformed, INTROVERSI_transformed
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y (kecemasan
komunikasi) secara bersama-sama, karena Fhitung sebesar 15,134 dan
signifikansinya < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua Ha
diterima melalui F test ini.
b. Uji t
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa di antara variabel bebas yang paling dominan memberikan sumbangan terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang terdiri dari variabel X1, X2,
X3, dan X4 berpengaruh signifikan terhadap variabel kecemasan
komunikasi (Y) secara parsial diukur dengan nilai koefisien regresinya, baik berpengaruh signifikan positif maupun signifikan negatif. Untuk
commit to user
92
mengetahui pengaruh signifikan atau tidak, diukur dari nilai thitung dari
masing-masing variabel bebas beserta signifikansinya. Berdasarkan signifikansinya, jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika signifikansi
< 0,05 maka H0 ditolak. Pengaruh antara variabel bebas dan variabel
terikat dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh faktor pola komunikasi keluarga terhadap kecemasan komunikasi
i. Hipotesis yang diajukan:
H0 : Pola komunikasi keluarga terbuka tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
Ha : Pola komunikasi keluarga terbuka berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa.
ii.
iii. Uji dengan t test menghasilkan thitung sebesar -2,112 dengan
signifikansi sebesar 0,036.
iv. Kesimpulan: terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara variabel pola komunikasi keluarga terbuka dengan kecemasan komunikasi, sehingga semakin tinggi pola komunikasi keluarga terbuka semakin rendah kecemasan komunikasi mahasiswa. Jadi pada variabel pola komunikasi keluarga ini H0 ditolak dan Ha
commit to user
93
b. Pengaruh faktor percaya diri terhadap kecemasan komunikasi i. Hipotesis yang diajukan:
H0 : Percaya diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa.
Ha : Percaya diri berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa. ii.
iii. Uji dengan t test menghasilkan thitung sebesar -0,456 dengan
signifikansi sebesar 0,649.
iv. Kesimpulan: tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan komunikasi sehingga tidak sesuai dengan hipotesa. Jadi pada variabel percaya diri ini H0 diterima dan Ha ditolak.
c. Pengaruh faktor introversi terhadap kecemasan komunikasi i. Hipotesis yang diajukan:
H0 : Introversi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa
Ha : Introversi berpengaruh positif secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa ii.
iii. Uji dengan menggunakan t test menghasilkan thitung sebesar 4,007
dan signifikansi sebesar 0,000.
iv. Kesimpulan: terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap kecemasan komunikasi sehingga semakin tinggi introversi semakin
commit to user
94
tinggi kecemasan komunikasi. Jadi pada variabel introversi ini H0
ditolak dan Ha diterima.
d. Pengaruh faktor harga diri terhadap kecemasan komunikasi i. Hipotesis yang diajukan:
H0 : Harga diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa
Ha : Harga diri berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
kecemasan komunikasi mahasiswa ii.
iii. Uji dengan menggunakan t test menghasilkan thitung sebesar -2,054,
dengan signifikansi sebesar 0,001.
iv. Kesimpulan: terdapat pengaruh negatif yang signifikan terhadap kecemasan komunikasi, sehingga semakin tinggi harga diri maka semakin rendah kecemasan komunikasi mahasiswa. Jadi bisa dikatakan pada variabel harga diri ini H0 ditolak dan Ha diterima.
H. Tingkat Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unirow Tuban
Berdasarkan hasil perhitungan dengan formula penghitungan untuk mengukur kecemasan komunikasi atau aprehensi komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi di mana formula tersebut dibuat oleh McCroskey, maka diperoleh hasil skor sebagai berikut:
commit to user
95
Tabel 12 Tingkat Kecemasan Komunikasi Mahasiswa
Konteks Skor Rerata Skor Min Skor Maks
Goup Discussion 16 6 30
Meetings 17 6 30
Interpersonal 17 6 30
Public Speaking 17 6 30
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor rerata tingkat kecemasan mahasiswa yaitu 16 untuk konteks diskusi kelompok, 17 untuk konteks pertemuan, 17 untuk konteks percakapan, dan 17 untuk konteks berbicara di depan umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan komunikasi mahasiswa adalah tergolong sedang untuk semua konteks (dari skor terendah 6 dan skor tertinggi 30).
Sedangkan skor total untuk tingkat kecemasan dalam berbagai konteks diperoleh hasil sebesar 68. Dengan ketentuan skor di atas 80 tergolong kecemasan tingkat tinggi dan skor di bawah 51 tergolong kecemasan tingkat rendah, maka tingkat kecemasan komunikasi mahasiswa Ilmu Komunikasi Unirow Tuban dalam berbagai konteks tergolong sedang (moderate level of communication apprehension).
I. Pembahasan
1. Faktor Pola Komunikasi Keluarga Terbuka berpengaruh negatif terhadap kecemasan komunikasi mahasiswa
Berdasarkan hasil regresi ganda, pola komunikasi keluarga terbuka berpengaruh negatif terhadap kecemasan komunikasi, dengan
commit to user
96
koefisien regresi sebesar -0,173. Artinya bahwa setiap penurunan variabel pola komunikasi keluarga sebesar 1, maka variabel kecemasan komunikasi naik sebesar 0,173 atau 17,3%. Memang lingkungan keluarga berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan komunikasi pada anak. Seperti yang dikatakan oleh McCroskey bahwa aprehensi komunikasi itu muncul karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Banyaknya percakapan dengan anggota keluarga dan gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Keluarga dengan pola komunikasi yang terbuka cenderung menghasilkan anak-anak yang memiliki ketrampilan sosial yang lebih baik, ketrampilan memecahkan masalah, dan kemampuan dalam kepemimpinan. Sedangkan keluarga dengan pola komunikasinya yang tertutup cenderung menghindari konflik dalam diskusi. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan cenderung mengarah pada pola komunikasi terbuka (concept-orientation), sehingga jika pola komunikasi terbuka tinggi maka aprehensi komunikasi pada anak rendah.
2. Faktor Percaya Diri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kecemasan Komunikasi
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda, faktor percaya diri menghasilkan koefisien regresi sebesar -0,036 yang menunjukkan pengaruh negatif yang sangat kecil atau hampir tidak ada pengaruhnya. Artinya bahwa setiap kenaikan variabel percaya diri sebesar 1, maka
commit to user
97
kecemasan komunikasi turun sebesar 0,036, atau 3,6%. Hal ini bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Jalaluddin Rahmat, bahwa tidak semua ketakutan atau kecemasan berkomunikasi disebabkan kurangnya percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor yang ada yang paling menentukan adalah percaya diri. Kurangnya percaya diri bisa memunculkan adanya aprehensi komunikasi. Tetapi dalam penelitian ini justru percaya diri memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap kecemasan komunikasi. Hal ini menggambarkan bahwa rasa percaya diri yang dimiliki mahasiswa Ilmu Komunikasi Unirow hanya sebatas percaya diri dalam memandang kemampuan sendiri, percaya diri dalam menilai positif diri sendiri, bukan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Reni Winarni tentang hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi di depan umum pada mahasiswa menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi. Perbedaan hasil ini bisa saja terjadi. Hal ini disebabkan karena perbedaaan budaya di tempat yang berbeda. Budaya percaya diri pada mahasiswa di kota-kota besar bisa saja berpengaruh terhadap keberaniannya mengungkapkan pendapatnya di depan umum, tetapi budaya percaya diri pada mahasiswa Unirow yang sebagian besar adalah masyarakat pesisir tidak berpengaruh terhadap keberaniannya mengungkapkan pendapat di depan umum. Seperti diketahui
commit to user
98
masyarakat pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat agraris. Perasaan mudah cemas dan biasa menghadapi ketidakpastian akan mempengaruhi cara berkomunikasinya. Percaya diri yang ada pada mahasiswa Ilmu Komunikasi Unirow hanya sebatas percaya diri dalam memandang kemampuan sendiri, percaya diri dalam menilai positif diri sendiri, bukan percaya diri dalam mengungkapkan pendapat.
3. Faktor Introversi berpengaruh positif terhadap Kecemasan Komunikasi Berdasarkan hasil perhitungan regresi ganda, faktor introversi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kecemasan komunikasi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,344. Artinya bahwa setiap kenaikan variabel introversi sebesar 1, maka variabel kecemasan komunikasi juga mengalami kenaikan sebesar 0,344 atau 34,4%. Menurut Eysenck, perilaku introvert memiliki karakteristik watak yang tenang, pendiam, suka menyendiri, suka termenung, dan menghindari resiko. Juga tidak mudah untuk mengawali sebuah pertemanan karena hal itu akan menguras energi dan lebih menyukai satu atau dua sahabat dekat meskipun mereka mampu mengenal banyak orang, karena bagi mereka yang terpenting bukanlah kuantitas teman yang mereka miliki tetapi lebih kepada kualitas atau ‘kedalaman’ hubungan yang mereka bangun.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebesar 46,98% mahasiswa Ilmu Komunikasi tidak selalu memiliki inisatif dalam
commit to user
99
menjalin komunikasi dengan orang lain. Hal ini memberikan kontribusi terhadap ketidakinginan mahasiswa untuk berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal.
4. Faktor Harga Diri berpengaruh negatif terhadap kecemasan komunikasi
Berdasarkan perhitungan regresi ganda, variabel harga diri menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,156. Artinya bahwa setiap kenaikan variabel harga diri sebesar 1, maka variabel kecemasan komunikasi turun sebesar 0,156 atau 15,6%. Hal ini menunjukkan pengaruh negatif harga diri terhadap kecemasan komunikasi.
Harga diri merupakan satu bagian dari sindrom ketidakinginan untuk berkomunikasi, karena individu yang mempunyai harga diri yang rendah akan merasa khawatir orang lain memberi reaksi negatif kepadanya. Akibatnya, ia kurang termotivasi untuk berkomunikasi karena ia merasa tidak bisa untuk melakukannya. Seseorang yang memiliki harga diri rendah cenderung menjadi pendiam dan menunjukkan gejala-gejala kecemasan, yaitu gugup, sakit kepala, mudah tersinggung, canggung, merasa tidak aman, menarik diri, bahkan mengalami gangguan emosi.
5. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kecemasan komunikasi bisa diketahui melalui uji statistik analisis regresi linier sederhana dengan membandingkan nilai B (unstandardized beta) pada variabel mana yang paling besar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa:
commit to user
100
Tabel 13 Hasil Uji Regresi Sederhana
Variabel B Sig
Pola Komunikasi Keluarga Percaya Diri Introversi Harga Diri 0,109 0,003 0,483 0,423 0,185 0,974 0,000 0,000
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui bahwa variabel introversi memiliki nilai B (unstandardized beta) terbesar, yaitu sebesar 0,483 dengan sangat signifikan. Dengan demikian, faktor yang paling dominan mempengaruhi kecemasan komunikasi mahasiswa Ilmu komunikasi Unirow Tuban adalah faktor introversi.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unirow Tuban yang sebagian besar berasal dari daerah pesisir memiliki karakteristik yang mudah cemas, sebagian temperamental di mana hal tersebut bisa mempengaruhi cara mereka berkomunikasi. Dalam berinteraksi sosial mereka hanya sebagai pendengar dan jarang melakukan menyela pendapat di tengah-tengah pembicaraan. Mereka menjadi aktif jika tertarik dengan topik pembicaraan dan menguasai topik tersebut. Dalam konteks diskusi kelompok, mahasiswa menyukai dan merasa nyaman ketika berdiskusi. Hal ini juga dibuktikan dari skor tingkat kecemasan komunikasi mahasiswa sebesar 16 untuk konteks diskusi kelompok. Tetapi dalam konteks pertemuan atau rapat, mereka tidak selalu santai dan tenang ketika diminta untuk mengekspresikan pendapatnya.