• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL TIME TOKEN DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL TIME TOKEN DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL

TIME TOKEN

DALAM PENDEKATAN

SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

Erni Nuraeni

1

, Husen Windayana

2

, Jenuri

3

Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia.

Email: Nerni377@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika yang dilaksanakan kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berpusat pada guru, sehingga siswa memiliki ketergantungan kepada guru terutama dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Siswa kurang percaya diri apabila mendapat tugas untuk menyelesaikan permasalahan matematika berdasarkan hasil pemikirannya sendiri. Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan menerapkan model time token dalam pendekatan saintifik. Model time token

menghendaki pembelajaran yang melatih siswa agar memiliki keberanian dalam mengungkapkan gagasannya, sementara pendekatan saintifik menghendaki pembelajaran yang melibatkan aktifitas siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahi perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD pada gugus 40 di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan jenis desain

nonequivalen control group design. Sample dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA SDN Panyielukan 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VB SDN Panyileukan 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model

time token dalam pendekatan saintifik sebesar 0,72 nilai tersebut berada pada kategori tinggi, sementara kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional sebesar 0,48 nilai tersebut berada pada kategori sedang. Kemudian, dari hasil uji perbedaan rerata diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00, taraf signifikansi ini kurang dari 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.

Kata Kunci : Komunikasi Matematis, Pendekatan Saintifik, Model Time Token

1)Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101439 2)Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab

(2)

THE INFLUENCE OF TIME TOKEN IN SCIENTIFIC

APPROACHTO ELEMENTARY STUDENTS’ MATHEMATICS

COMMUNICATION ABILITY

Erni Nuraeni, Husen Windayana

1

, Jenuri

1

Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia.

Email: Nerni377@gmail.com

ABSTRACT

The research is based on the less of capability mathematical comunication of students. It’s caused by lesson of math is less involvement from student actively. The learning process is centered on teacher, thus student have dependence to teacher especially to solve math problem. The students is not confidance if get a task to solve a math question based on their result mind. Based on the problem, one of alternatif which useable is using time token model in scientific approach. Time token modelwish for the lesson drill the studdents in order that they get brave to express their opinion/concept, while scientific approch wish for lesson which involved student’s activity. The research purpose is to know the defference capability mathematical comunication of student which get the lesson by time token model in scientific approach and the students who got lesson conventionally. The population in this research was entire Elementary students of class V to Group 40 in Subdistrict of Panyileukan City of Bandung. The research method used was quasi experiment with type of design nonequivalent control group design. Sample in this research consists of two classess those were Class VA SDN Panyileukan 1 as an experimental class and class VB SDN Panyileukan 1 as a control class. Based on the result of data analysis, known that students’ mathematics communication ability gain learning with time token model in scientific approach was 0,72 the score included into high category, while students’ mathematic communication ability who got conventional learning was 0,48 the score in medium category. Then, from the average difference test gained significance score was 0,00, this significancy level less than 0,05, thus gained conclusion that difference of students’ mathematics communication ability gained learning by time token model in scientific approach with students who got conventional learning.

Keywords: Mathematics Communication, Scientific Approach, Time Token Model

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aspek yang tidak dapat ditiadakan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia disiapkan agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkup kehidupan secara tepat. Pendidikan berperan

mewadahi dan mengembangkan

berbagai potensi yang secara alami

terdapat dalam diri manusia. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang dituangkan dalam UU pasal 1 ayat 1 UU nomor 20 tahun 2003 yang berbunyi :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

(3)

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada umumnya pendidikan berlangsung secara formal dan secara informal. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan formal. Pendidikan yang dilaksanakan di SD terfokus pada keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik yakni keterampilan membaca, menulis dan berhitung. Keterampilan-keterampilan tersebut terdapat di dalam beberapa mata pelajaran yang berlaku di SD. Matematika merupakan mata pelajaran yang materinya terfokus pada keterampilan siswa dalam berhitung. Pembelajaran matematika menekankan siswa agar memiliki karakteristik yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta memiliki kemampuan berfikir secara objektif dan terbuka.

Pelaksanaan pembelajaran matematika di SD cenderung berpusat pada guru, siswa hanya menjadi objek yang pasif. Kebanyakan guru dalam memberikan pembelajaran matematika kurang membuat siswa berpikir kritis, kreatif serta mandiri, siswa terlihat kesulitan untuk mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Kebanyakan siswa merasa sangat sulit untuk dapat memahami materi yang ada pada pelajaran matematika. Berbagai kesulitan yang dialami siswa diperkirakan berkaitan dengan cara guru memberikan pengajaran di kelas yang kurang bervariasi.

Apabila tetap dibiarkan pembelajaran berada dalam alur konvensional yang tidak bervariasi, akan menyebabkan siswa kehilangan motivasi untuk belajar. Belajar dengan

hanya menerima informasi dari guru kurang bermakna bagi siswa. Sementara pembelajaran bermakna akan menyebabkan informasi yang di peroleh siswa dapat bertahan lama. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ausubel. Belajar bermakna merupakan kemampuan mengaitkan antara informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut pembelajaran haruslah pembelajaran yang aktif yakni pembelajaran yang dapat melibatkan aktifitas siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Acikgoz (dalam Ozkardez R. & Akinoglu O. 2007, hlm. 71):

The active learning is a learning process in which the learner takes the responsibility of his/her learning and s/he is given the opportunity to make decisions about various dimensions of the learning process and to perform self-regulation.

Pembelajaran aktif merupakan proses belajar dimana peserta didik memiliki tanggung jawab, memiliki

kesempatan untuk mengambil

keputusan dan melakukan pengaturan sendiri terhadap apa yang menjadi pilihannya dalam pembelajaran, tentu setelah siswa memahami materi yang

diberikan sebagai bentuk

keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan belajar. Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, pendekatan saintifik merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan. Pada hakikatnya, pendekatan saintifik mengharuskan siswa untuk berperilaku seperti layaknya seorang penemu kecil-kecilan. Pendekatan saintifik menjadikan pembelajaran lebih aktif dan cenderung tidak membosankan. Pembelajaran ini dapat membuat siswa

(4)

menemukan sendiri informasi-informasi yang belum diketahuinya. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik haruslah melibatkan keenam langkah yang ada pada pendekatan saintifik yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba, menganalisis data dan

menyimpulkan serta

mengkomunikasikan.

Selain itu, kemampuan komunikasi peserta didik menjadi sebuah permasalahan yang harus

diperhatikan. Keterampilan

berkomunikasi dimaksudkan untuk membekali siswa agar mampu berkomunikasi untuk berbagai tujuan secara jelas dan efektif, baik dalam hal berbicara, menulis, membaca, maupun menyimak. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi dapat membekali siswa agar mampu berkolaborasi dengan orang lain. Komunikasi merupakan kegiatan pengalihan pesan, apabila pesan yang dialihkan berisikan tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah maka komunikasi yang

dimaksud adalah komunikasi

matematis.

Berkaitan dengan permasalahan pada aspek komunikasi matematis, terdapat salah satu model kooperatif yang dapat dijadikan alternatif yakni model kooperatif tipe time token. Model time token merupakan model yang berorientasi pada aspek komunikasi yakni pada kemampuan

siswa dalam mengemukakan

ide/gagasan yang ada dalam pikirannya.

Pembelajaran aktif yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis siswa diharapkan dapat terlaksana dengan menerapkan pendekatan saintifik dan model time token dalam pembelajaran. Oleh karena

itu, pendekatan saintifik dengan model time token akan dipadukan. Keterpaduan antara pendekatan saintifik dengan model time token

terletak pada tahap

mengkomunikasikan pada pendekatan

saintifik. Agar kegiatan

mengkomunikasikan menjadi lebih spesifik dan terarah maka diterapkanlah ciri khas pada model time token dalam pelaksanaannya. Adapun ciri khas tersebut yakni siswa secara individu akan memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya di depan kelas, tetapi sebelumnya siswa harus menyerahkan kupon bicara sebagai syarat dimulainya aktivitas bicara siswa.

METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.

Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen dengan bentuk penelitian kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design). Jenis desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design. jenis desain ini menghendaki kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara acak atau random, Ruseffendi (2010, hlm. 52) mengemukakan bahwa “pada desain kelompok kontrol non-ekuivalen subjek tidak dikelompokan secara acak”. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri pada Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 yang berada di Gugus 40 Kecamatan Panyileukan. Sampel penelitian yang diambil adalah siswa-siswi kelas VA

(5)

dan VB di SD Negeri Panyileukan 1. Kelas VA SD Negeri Panyileukan 1

dijadikan sebagai kelompok

eksperimen yang akan dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model time token dalam pendekatan saintifik, sedangkan kelas VB SD Negeri Panyileukan 1 akan dijadikan sebagai kelompok kontrol yang akan melaksanakan kegiatan pembelajaran secara konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa soal berbentuk uraian yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Soal tersebut berisi empat indikator kemampuan

komunikasi matematis yang

dikemukakan oleh Sumarno (dalam Susilawati, 2012, hlm. 215) yaitu : 1) Menghubungkan benda nyata,

gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

Soal tes diberikan kepada siswa dalam bentuk soal pretest dan postest. Sementara instrumen non-tes berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip statistika. Analisis data yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat, kemudian pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji perbedaan rerata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Time

Token dalam Pendekatan Saintifik

terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Proses pembelajaran dengan menerapkan model time token dalam pendekatan saintifik dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pendekatan saintifik yang dimodifikasi dengan model time token. Pada kegiatan awal siswa dikondisikan agar siap mengikuti pembelajaran. Siswa dimotivasi oleh guru agar bersemangat selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan dilanjutkan dengan siswa diberikan apersepsi yakni guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Kemudian siswa menyimak

penyampaian tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kegiatan inti pembelajaran berlangsung sesuai dengan tahapan pendekatan saintifik. Tahap pertama yaitu tahap mengamati. Pada kegiatan ini guru memperlihatkan model bangun ruang, siswa mengamati model bangun ruang tersebut. Tahap kedua yaitu menanya, siswa bertanya jawab dengan guru berkenaan dengan bangun ruang yang diperlihatkan. Pertanyaan yang diajukan misalnya tentang benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupannya yang berbentuk seperti bangun ruang tersebut. Tahap ketiga yaitu menalar yang mana merupakan tahapan kemampuan siswa dalam mengelompokkan ide dan beragam peristiwa agar siswa dapat mengaitkan atau menemukan keterkaitan antara satu informasi dengan informasi yang lain. Kegiatan yang dilakukan yaitu guru membimbing siswa dalam mengaitkan benda nyata dengan gambar. Kemudian siswa diperintahkan untuk membuat 2 pertanyaan berkaitan

(6)

dengan yang ingin diketahui tentang bangun ruang. Melalui kegiatan ini apa yang ingin diketahui siswa menjadi lebih terfokus.

Tahap selanjutnya yaitu mencoba. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu siswa dibagi kedalam beberapa kelompok secara heterogen. Siswa dikondisikan untuk duduk bersama kelompoknya. Setiap kelompok siswa memperoleh Lembar Kerja Siswa (LKS) dari guru.

Siswa bersama kelompoknya

menyelesaikan tugas pada LKS sesuai dengan petunjuk kerjanya. Tahap selanjutnya yaitu menganalisis data dan menyimpulkan. Kegiatan yang dilaksanakan yakni siswa mengisi LKS dengan data-data yang diperolehnya dari gambar yang disajikan. Siswa bersama kelompoknya menganalisis gambar untuk memperoleh data-data berkenaan dengan gambar tersebut. Dari data-data yang telah diperoleh, siswa dapat menyimpulkan mengenai tujuan dari LKS yang mana merupakan tujuan pembelajaran pula misalnya mengenai sifat-sifat kubus.

Tahap yang terakhir yaitu

mengkomunikasikan. Dalam

pelaksanaannya, tahap ini akan dipadukan dengan prinsip pelaksanaan model time token yaitu siswa menyampaikan hasil diskusi bersama kelompoknya secara individu. Setiap siswa akan memperoleh kupon bicara dan setiap siswa memiliki hak yang

sama untuk menyampaikan

pemahamannya di depan kelas. Kegiatan seperti ini dapat meminimalisir siswa aktif yang cenderung mendominasi serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa yang cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu, setiap siswa akan berusaha untuk memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya ketika berdiskusi serta berusaha untuk mengasah pemahamannya agar ketika

mendapat giliran untuk menyampaikan di hadapan teman-temannya siswa tersebut telah siap dengan materinya. Kegiatan seperti ini akan menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa yang telah selesai berbicara diberikan apresiasi oleh guru.

Pada kegiatan akhir, siswa dikondisikan kembali ketempat duduknya masing-masing. Siswa mengerjakan soal evaluasi, sebagai upaya untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah diperoleh siswa. Kemudian siswa bersama guru membuat simpulan tentang materi yang telah dipelajari.

Ada beberapa kelemahan ada beberapa orang siswa yang menyampaikan pendapatnya dengan suara pelan sehingga kurang terdengar oleh siswa yang lain. siswa yang menyampaikan gagasan dengan suara pelan hanya terjadi pada beberapa orang siswa. Siswa tersebut adalah siswa yang cenderung pasif di dalam kelas. Oleh karena itu, ketika menyampaikan gagasan siswa tersebut tidak bisa dijauhi oleh guru. Tetapi hal ini hanya terjadi pada awal pelaksanaan pembelajaran saja. Pada pembelajaran berikutnya, perlahan-lahan siswa tersebut mulai berani mengungkapkan informasi yang telah diketahuinya dengan suara lantang. Selain itu, berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis, khusus untuk model time token kurang efektif apabila dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa terbilang banyak. Hal ini dikarenakan siswa guru akan kesulitan untuk mengendalikan keadaan. Selain itu, kelas dengan jumlah siswa banyak cenderung gaduh sehingga ketika pelaksanaan model time token dikhawatirkan suara satu orang siswa yang sedang berbicara tidak akan terdengar oleh siswa lainnya.

(7)

Proses Pelaksanaan Pembelajaran secara Konvensional terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan secara konvensional yakni materi langsung disampaikan oleh guru kepada siswa.

Kegaitan awal pembelajaran

dilaksanakan dengan guru

mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran melalui kegiatan berdo’a dan mendata kehadiran siswa. Selanjutnya siswa diberikan motivasi oleh guru yakni dengan memberikan tepuk semangat. Siswa membuat kesepakatan bersama guru mengenai peraturan yang harus dipatuhi siswa selama pembelajaran berlangsung. Termasuk konsekuensi yang harus diterima apabila siswa melakukan pelanggaran selama proses pembelajaran. Siswa diberikan apersepsi dengan bertanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada Kegiatan inti, siswa memperhatikan gambar kubus yang ditampilkan oleh guru. Kemudian, siswa bertanya jawab dengan guru berkenaan dengan bangun ruang, mislanya tentang benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupannya yang berbentuk seperti bangun ruang tersebut. Siswa menyimak penjelasan guru tentang bangun ruang. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk menggambar bangun ruang dan mencatat hal-hal yang telah guru sampaikan. Siswa diberi latihan soal untuk memeriksa pemahamannya terhadap materi yang telah disampaikan. Beberapa orang siswa diberi kesempatan untuk menuliskan jawaban di papan tulis. Siswa yang telah menuliskan jawabannya dipapan tulis diberikan

apresiasi oleh guru. Siswa dan guru menyamakan persepsi berdasarkan soal yang telah diselesaikan siswa. Pada kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal evaluasi. Setelah itu, siswa bersama guru membuat simpulan tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa dikondisikan untuk mengakhiri pembelajaran.

Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar yang Mendapatkan Pembelajaran dengan Menggunakan

Model Time Token dalam

Pendekatan Saintifik

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model time token dalam pendekatan saintifik dikelas eksperimen mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas V Sekolah Dasar.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, perolehan rata-rata skor pretest kelas eksperimen sebesar 39,09. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran dengan menggunakan model time token dalam pendekatan saintifik kemampuan

komunikasi matemtais siswa

mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata skor postest siswa yaitu sebebsar 82,56. Kemudian hasil uji gain kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata indeks gain sebesar 0,72 nilai tersebut berada pada rentang

x 0,71. Berdasarkan klasifikasi

interpretasi indeks gain, nilai tersebut berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, peningkatan kemampuan komunikasi matenatis siswa kelas eksperimen berada pada kategori tinggi.

(8)

39.09 39.84 82.56 68.72 0 20 40 60 80 100 Eksperimen Kontrol

Diagram Rata-rata Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Pretest Postest

Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar yang Mendapatkan Pembelajaran secara Konvensional

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa pembelajaran secara konvensional yang dilaksanakan di kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas V Sekolah Dasar.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, perolehan rata-rata skor pretest kelas kontrol sebesar 39,84 setelah siswa mendapat perlakuan

yakni dengan menerapkan

pembelajaran secara konvensional, kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata skor postest siswa yaitu sebesar 68,72. Kemudian hasil uji gain kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol diperoleh rata-rata indeks gain sebesar 0,48 nilai tersebut berada pada rentang 0,30 < x 0,70. Berdasarkan klasifikasi interpretasi gain nilai tersebut berada pada kategori sedang. Dengan demikian, peningkatan kemampuan komunikasi matenatis siswa pada kelas kontrol berada pada kategori sedang.

Peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa

berdasarkan perolehan skor rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara jelas diperlihatkan oleh diagram berikut ini.

Gambar 1

Diagram Perolehan Rata-rata Pretest dan postest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Berdasarkan diagram, terlihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang berbeda antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran dengan Model Time

Token dalam Pendekatan Saintifik

dengan Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran secara Konvensional

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data, terlihat bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini diketahui dari hasil uji perbedaan rerata yang dilakukan pada hasil postest siswa dikedua kelas. Tetapi sebelum dilakukan uji perbedaan rerata, data tersebut harus dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas data postest dengan bantuan software SPSS disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Hasil Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Eksperimen .939 32 .071

Kontrol .958 32 .235

Berdasarkan tabel 1, diketahui nilai signifikasi kelas eksperimen

(9)

sebesar 0,071 dan nilai signifikasi kelas kontrol sebesar 0,235. Nilai Signifikasi kedua kelas lebih besar dari taraf signifikasi yakni 0,05 sehingga diketahui bahwa data bearsal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah diketahui data berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas data postest dengan bantuan software SPSS disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Hasil Uji Homogenitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lavene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean 1.301 1 62 .258

Berdasarkan tabel 2, diketahui nilai signifikasi homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,258, nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikasi (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan variance antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol atau data berasal dari populasi yang homogen.

Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan berasal dari populasi yang homogen, selanjutnya akan dilakukan uji perbedaan rerata. Berikut tabel yang memperlihatkan hasil perolehan uji perbedaan rerata data postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bantuan software SPSS.

Tabel 1

Hasil Uji Perbedaan Rerata Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

t-test for Equality of Means

t Df S ig . ( 2 -ta iled ) Mea n Differ en ce S td . E rr o r Differ en ce H 0 Eq u a l va ria n ce s a ss u m ed 4 .9 3 6 62 .000 1 3 .8 4 4 2 .8 0 5 Dito la k

Berdasarkan tabel diketa Berdasarkan tabel tersebut diketahui nilai signifikansi kedua kelas yaitu 0.00. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari taraf signifikansi , maka H0 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara siswa kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik dan kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Artinya, setelah diberikan pembelajaran kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen berbeda dengan

kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan tersebut

mempengaruhi kemampuan

komunikasi matematis siswa pada kedua sample.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa setelah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model time token dalam pendekatan saintifik. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata indeks gain menunjukkan terdapat peningkatan sebesar 0,72. Berdasarkan klasifikasi interpretasi

(10)

gain, nilai tersebut berada pada kategori tinggi. Dengan demikian,

peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik berada pada kategori tinggi. 2. Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata indeks gain menunjukkan terdapat peningkatan sebesar 0,48. Berdasarkan klasifikasi interpretasi gain, nilai tersebut berada pada kategori sedang. Dengan demikian, peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang memperoleh

pembelajaran secara konvensional berada pada kategori sedang.

3. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hal ini terlihat dari hasil uji perbedaan rerata postest yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,00. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05. Berdasarkan hal ini diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model time token dalam pendekatan saintifik berbeda dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sisdiknas. Bandung : Fokusmedia.

Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran : isu-isu metodis dan paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Izzati, N. (2012). Peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa SMP melalui pendekatan pendidikan matematika realistik. (Desertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ozkardez, O. & Akinoglu, O. (2007).

The effects of problem-based active learning in science education on students’ academic achievement, attitude and concept learning, 3 (1), hlm.71-81. [Online]. Tersedia: http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED49 5669.pdf. (diakses pada tanggal 12 Januari 2014).

Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar penelitian pendidikan & bidang non-eksakta lainnya. Bandung : PT. Tarsito.

Sugiyono (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Susilawati, W. (2012). Belajar dan pembelajaran matematika. Bandung: CV. Insan Mandiri. Triasari, A. (2014). Pengaruh

pembelajaran dengan pendekatan scientific terhadap peningkatan

(11)

kemampuan abstraksi matematis siswa SMA. (Skripsi). Pendidikan Matematika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut [13], Jalak Bali di Hutan Tembeling, Nusa Penida paling sering menggunakan Pohon Kelapa untuk bertengger, mencari makan, dan sebagai tempat untuk berlindung

Analisis dilakukan terhadap data-data parameter operasi chiller seperti temperatur air masuk dan keluar mesin pendingin, kuat arus motor, kuat arus motor kompresor,

description to the messages written in the novel ‘The Scarlet letter’ by its author. Nathaniel Hawthorne to

3.7 Pengujian Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Ranting (ramulus) Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) (EERPT) dengan Metode Plantar tes Infra red (IR) 96 nm .... 4.2

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep

Hal ini berarti uang dari pidana denda yang dibayarkan oleh korporasi pelaku pembuangan limbah B3 harus disetor ke kas negara dan pencairanya untuk pemulihan lingkungan

[r]

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defesiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata