Bapepam LK 0315
PT BANK CAPITAL INDONESIA Tbk
LAPORAN KEUANGAN
PERIODE 31 MARET 2015 (TIDAK DIAUDIT)
31 DESEMBER 2014 ( DIAUDIT)
DAN
Daftar Isi
Halaman
Surat Pernyataan Direksi
Laporan Posisi Keuangan 1-2
Laporan Laba Rugi Komprehensif 3
Laporan Perubahan Ekuitas 4
Laporan Arus Kas 5
Catatan Atas Laporan Keuangan 6-72
Catatan 31 Maret 2015 31 Desem ber 2014
ASET
Kas 2,3,32,33,34 57,106 39,991
Giro pada Bank Indonesia 2,4,32,33,34 900,589 775,440
Giro pada bank lain 2,5,32,33,34 182,209 39,659
Penem patan pada Bank Indonesia
dan bank lain 2,6,33,34 1,247,883 1,501,346
Efek-efek
Setelah dikurangi cadangan kerugian
penurunan nilai sebesar Rp nihil pada tanggal
31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 2,7,32,33,34 1,925,160 1,917,531
Kredit
Setelah dikurangi cadangan kerugian
penurunan nilai sebesar Rp 7.911 pada tanggal 31 Maret 2015 dan Rp. 7.897 pada tanggal
31 Desember 2014 2,8,32,33,34
Pihak berelasi 31 3,890 3,900
Pihak ketiga 5,257,023 4,726,020
Jum lah kredit 5,260,913 4,729,920
Pendapatan bunga yang m asih akan diterim a 2,9,33,34 31,787 30,036
Aset tetap
Setelah dikurangi akumulasi penyusutan
sebesar Rp 74.328 pada tanggal 31 Maret 2015
dan Rp. 72.159 pada tanggal 31 Desember 2014 2,10,20 182,206 179,384
Aset pajak tangguhan - bersih 2 4,237 4,237
Aset lain-lain 2,11,32,33,34 517,396 34,232
JUMLAH ASET 10,309,486 9,251,776
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.
Catatan 31 Maret 2015 31 Desem ber 2014
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas segera 2,12,32,33,34 19,260 11,510
Sim panan dari nasabah
Pihak berelasi 31 8,256 9,385
Pihak ketiga 2,13,32,33,34 8,992,572 8,102,896
Jum lah sim panan dari nasabah 9,000,828 8,112,281
Sim panan dari bank lain 2,14,32,33,34 17,453 101,768
Utang pajak 2,15 20,286 18,879
Beban m asih harus dibayar
dan liabilitas lain-lain 2,16,33,34 35,807 22,454
Liabilitas im balan pasca kerja 2,17 10,691 10,691
Modal pinjam an 193,720
-Jum lah Liabilitas 9,298,045 8,277,583
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 100
(nilai penuh) per saham
Modal dasar - 17.500.000.000 saham pd tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 Modal ditempatkan dan disetor - masing-masing
6.397.916.116 saham pada tanggal 31 Maret 2015 dan
6.397.416.110 pada tanggal 31 Desember 2014 18 639,792 639,742
Tam bahan m odal disetor - bersih 19 9,058 9,058
Kerugian yang belum direalisasi atas efek-efek dalam kelom pok tersedia
untuk dijual 2 1,537 (11,206)
Surplus revaluasi 2,20 39,911 39,911
Saldo laba (Kuasi reorganisasi pada tanggal 31 Maret 2007)
Telah ditentukan penggunaannya 21 29,311 29,311
Belum ditentukan penggunaannya 291,832 267,377
Jumlah Ekuitas 1,011,441 974,193
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 10,309,486 9,251,776
P E N D A P A T A N D A N B E B A N O P E R A S IO N A L P e nda pa t a n B unga
B unga 2,23 248,572 168,157 P ro visi dan ko misi 2,24 1,347 1,504 J um la h P e nda pa t a n B unga 249,919 169,661 B e ba n B unga
B eban bunga dan pembiayaan lainnya 2,25 192,534 123,235 P e nda pa t a n B unga - be rs ih 57,385 46,426 P e ngha s ila n O pe ra s io na l La innya
Keuntungan atas transaksi efek-efek
yang diperdagangkan - bersih 18,929 7,732 Lain-lain 2,26 4,054 802 J um la h P e ngha s ila n O pe ra s io na l La innya 22,983 8,534 C a da nga n k e rugia n pe nuruna n nila i
a t a s a s e t k e ua nga n 2,8,29 14 353
B e ba n O pe ra s io na l La innya 2
Umum dan administrasi 27 18,059 12,319 Gaji dan tunjangan 28 25,249 16,773 Kerugian (keuntungan) penjualan efek-efek - bersih 3,249 373 Kerugian (keuntungan) selisih kurs mata uang asing-bersih 674 1,644 J um la h B e ba n O pe ra s io na l La innya 47,231 31,109 LA B A O P E R A S IO N A L B E R S IH 33,123 23,498 P E N G H A S ILA N D A N B E B A N
N O N - O P E R A S IO N A L
P enghasilan no n-o perasio nal 2 7 46 B eban no n-o perasio nal (595) (141) P enghasilan no n-o perasio nal - bersih (588) (95) LA B A S E B E LUM P A J A K P E N G H A S ILA N 32,535 23,403
B E B A N P A J A K P E N G H A S ILA N 2
Kini (8,134) (5,851) Tangguhan - -B eban P ajak P enghasilan - -B ersih (8,134) (5,851)
LA B A B E R S IH 2 4 ,4 0 1 17 ,5 5 2
La ba Ko m pre he ns if La in - Keuntungan (kerugian) atas perubahan
nilai wajar dari efek-efek dalam kelo mpo k
tersedia untuk dijual 12,743 (1,153) P endapatan ko mprehensif lain 12 ,7 4 3 ( 1,15 3 ) J UM LA H LA B A KO M P R E H E N S IF 3 7 ,14 4 16 ,3 9 9
LA B A P E R S A H A M ( nila i pe nuh) 2,30
Dasar 3.81 3.56
Dilusian
-Lihat Catatan atas Lapo ran Keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lapo ran keuangan.
( Ker ug i an) yang B el um D i r eal i sasi at as
M o d al Ef ek d al am
D i t emp at kan d an T amb ahan Kel o mp o k T er sed i a Sur p l us T el ah D i t ent ukan B el um D i t ent ukan
C at at an D i set o r M o d al D i set o r unt uk D i j ual R eval uasi Peng g unaannya Peng g unaannya Juml ah Ekui t as
Sal d o p er 0 1 Januar i 2 0 14 6 3 9 , 74 2 9 , 0 58 ( 4 , 0 4 9 ) 4 2 , 2 16 2 3 , 8 11 19 5, 6 12 9 0 6 , 3 9 0
Laba bersih - - - - - 17,552 17,552
Kerugian yang belum direalisasi
at as ef ek yang t ersedia unt uk dijual 20 - - (1,153) - - - (1,153)
Sal d o p er 3 1 M ar et 2 0 14 6 3 9 , 74 2 9 , 0 58 ( 5, 2 0 2 ) 4 2 , 2 16 2 3 , 8 11 2 13 , 16 4 9 2 2 , 78 9
Sal d o p er 0 1 Januar i 2 0 14 6 3 9 , 74 2 9 , 0 58 ( 4 , 0 4 9 ) 4 2 , 2 16 2 3 , 8 11 19 5, 6 12 9 0 6 , 3 9 0
Laba bersih - - - - - 74,530 74,530
Kerugian yang belum direalisasi
at as ef ek yang t ersedia unt uk dijual - - (7,157) - - - (7,157)
Surplus Revaluasi 20 - - - 430 - - 430
Selisih penyusut an nilai revaluasi
dan nilai perolehan 20 - - - (2,735) - 2,735
-Cadangan umum 21 - - - - 5,500 ( 5, 50 0 )
-Sal d o p er 3 1 D esemb er 2 0 14 6 3 9 , 74 2 9 , 0 58 ( 11, 2 0 6 ) 3 9 , 9 11 2 9 , 3 11 2 6 7, 3 77 9 74 , 19 3
Sal d o p er 0 1 Januar i 2 0 15 6 3 9 , 74 2 9 , 0 58 ( 11, 2 0 6 ) 3 9 , 9 11 2 9 , 3 11 2 6 7, 3 77 9 74 , 19 3
Pelaksanaan waran menjadi saham 1b 50 - - - - - 50
Laba bersih - - - - - 24,401 24,401
Kerugian yang belum direalisasi
at as ef ek yang t ersedia unt uk dijual - - 12,743 - - - 12,743
Reklasif ikasi modal - - - - - 54 54
Sal d o p er 3 0 Sep t emb er 2 0 14 6 3 9 , 79 2 9 , 0 58 1, 53 7 3 9 , 9 11 2 9 , 3 11 2 9 1, 8 3 2 1, 0 11, 4 4 1 Sal d o Lab a
A R US KA S D A R I A KT IV IT A S O P E R A S I
P enerimaan bunga, pro visi dan ko misi 248,168 169,202 P embayaran bunga (194,152) (120,176) P embayaran beban umum dan administrasi 122,727 (11,504) P embayaran beban tenaga kerja dan tunjangan (25,249) (16,773) P enerimaan o perasio nal lainnya 22,983 8,534 P embayaran o perasio nal lainnya 3,923 (2,017) P enerimaan no n-o perasio nal 7 46 P embayaran no n-o perasio nal (595) (141) P embayaran beban pajak penghasilan (7,405) (5,499) A rus Ka s S e be lum P e ruba ha n A s e t
da n Lia bilit a s O pe ra s i 17 0 ,4 0 7 2 1,6 7 2
P enurunan (kenaikan) aset o perasi :
P enempatan pada B I dan B ank lainnya 18,883 -Efek-efek 7,834 67,405 Kredit (531,008) (55,499) A set lain-lain (450,752) (21,331) Kenaikan (penurunan) liabilitas o perasi:
Simpanan dari nasabah 888,547 158,117 Simpanan dari bank lain (84,315) 63,985 Utang pajak 678 1,509 Liabilitas lain-lain 19,016 25,832 Ka s B e rs ih D iguna k a n unt uk A k t iv it a s
O pe ra s i 3 9 ,2 9 0 2 6 1,6 9 0
A R US KA S D A R I A KT IV IT A S IN V E S T A S I
P ero lehan aset tetap (8,425) (10,079) Hasil penjualan aset tetap - 24 A rus Ka s B e rs ih D iguna k a n unt uk
A k t iv it a s Inv e s t a s i ( 8 ,4 2 5 ) ( 10 ,0 5 5 ) A R US KA S D A R I A KT IF IT A S P E N D A N A A N P elaksanaan waran 50 -A rus Ka s B e rs ih D ipe ro le h da ri A k t iv it a s P e nda na a n 5 0 -P E N UR UN A N B E R S IH KA S D A N S E T A R A KA S 3 0 ,9 15 2 5 1,6 3 5 KA S D A N S E T A R A KA S A WA L T A H UN 2 ,3 3 7 ,9 8 9 1,6 5 5 ,5 4 5 KA S D A N S E T A R A KA S A KH IR P E R IO D E 2 ,3 6 8 ,9 0 4 1,9 0 7 ,18 0 Ka s da n s e t a ra k a s t e rdiri da ri: Kas 57,106 29,723 Giro pada B ank Indo nesia 900,589 456,057 Giro pada bank lain 182,209 175,400 P enempatan pada B ank Indo nesia - B ank lainnya
jatuh tempo dalam 3 bulan 1,229,000 1,246,000
J um la h 2 ,3 6 8 ,9 0 4 1,9 0 7 ,18 0
Lihat Catatan atas Lapo ran Keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lapo ran keuangan.
1. UMUM
a. Pendirian dan Informasi Umum
PT Bank Capital Indonesia Tbk ("Bank") didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 139 tanggal 20 April 1989 yang kemudian diubah dengan Akta Perubahan No. 58 tanggal 3 Mei 1989, keduanya dibuat di hadapan Nyonya Siti Pertiwi Henny Shidki, S.H., Notaris di Jakarta dengan nama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia. Akta Pendirian tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) dengan Surat Keputusan No. C2- 4773.HT.01.01.TH.89 tanggal 27 Mei 1989 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 45 tanggal 5 Juni 1990, Tambahan No. 1995/1990. Nama Bank telah diubah menjadi PT Bank Capital Indonesia berdasarkan Akta Notaris No. 1 tanggal 1 September 2004 yang dibuat dihadapan Sri Hasmiarti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan nama tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-24209.HT.01.04.TH-2.2004 tanggal 29 September 2004 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 101 tanggal 17 Desember 2004, Tambahan No. 12246.
Anggaran dasar Bank telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dituangkan dalam Akta No. 259 tanggal 26 September 2014 dari Eliwaty Tjitra, S.H., Notaris di Jakarta, penambahan direksi baru. Akta perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-37333.40.22.2014 tanggal 23 Oktober 2014. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan ini, perubahan tersebut belum diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Bank telah beroperasi secara komersial sejak tahun 1989. Bank adalah sebuah bank umum devisa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1199/ KMK.013/1989 tanggal 25 Oktober1989 dan Surat Bank Indonesia No. 22/946/UPPS/PSD tanggal 26 Desember 1989.
Pemegang saham pengendali Bank adalah Danny Nugroho melalui kepemilikan langsung sebesar 28.23% dan melalui Inigo Investments Ltd sebesar 15,75% dan Zen Gem Investments Limited sebesar 10,16%. Persentase kepemilikan Danny Nugroho pada Inigo Investment Ltd dan Zen Gem Investments masing-masing sebesar 100%.
Kantor pusat Bank beralamat di Sona Topas Tower Lantai 12, Jl. Jendral Sudirman Kav. 26, Jakarta Selatan. Bank memiliki 1 (satu) kantor pusat operasional, 2 (dua) kantor cabang, 33 (tiga puluh tiga) kantor cabang pembantu, dan 10 (sepuluh) kantor kas.
b. Penawaran Umum Saham Bank Penawaran Umum Saham
Sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan pada tanggal 13 Juli 2007, yang dituangkan dalam Akta No. 60 tanggal 17 Juli 2007 dari Eliwaty Tjitra, S.H., Notaris di Jakarta yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. W7-07975.HT.01.04-TH.2007 tanggal 17 Juli 2007 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 08 tanggal 25 Januari 2008 tambahan No. 821/2008, para pemegang saham Bank telah menyetujui untuk melakukan penawaran umum saham kepada masyarakat. Sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 17 Juli 2007, maka pada tanggal 1 Oktober 2007 telah dilakukan penjatahan saham dimana saham yang dikeluarkan dan ditawarkan kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 100 (nilai penuh) per lembar saham dan harga penawaran Rp 150 (nilai penuh) per lembar saham dimana saham-saham tersebut telah didaftarkan di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), yang dituangkan dalam akta No. 62 tanggal 10 Oktober 2007 dari Eliwaty Tjitra, S.H., Notaris di Jakarta dan surat Ketua Bapepam-LK No. S4776/BL/2007 tanggal 20 September 2007.
b. Penawaran Umum Saham (lanjutan)
Para pemegang saham Bank telah menyetujui untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I disertai dengan penerbitan Waran dalam rangka Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 24 Juni 2009, dan telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK melalui Surat Keputusannya No. S-5535/BL/2009 tanggal 24 Juni 2009. Dalam penawaran ini dikeluarkan saham baru Perseroan sebanyak 3.021.764.416 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 100 (nilai penuh) setiap saham. Setiap pemegang 1 (satu) Saham Biasa Atas Nama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham mempunyai hak untuk membeli 2 (dua) saham biasa dengan harga Rp 101 (nilai penuh) per saham. Bank secara bersamaan menerbitkan sebanyak 503.627.403 lembar Waran Seri I yang menyertai seluruh saham hasil pelaksanaan HMETD dengan nilai nominal sebesar Rp 100 (nilai penuh) setiap saham. Sejumlah 18.206.033 lembar saham telah diterbitkan sehubungan dengan pelaksanaan waran tersebut.
Para pemegang saham Bank telah menyetujui untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas II disertai dengan penerbitan Waran dalam rangka Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 25 September 2013, dan telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK melalui Surat Keputusannya No. S-276/D.04/2013 tanggal 24 September 2013. Dalam penawaran ini dikeluarkan saham baru Bank sebanyak 1.846.563.453 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 100 (nilai penuh) setiap saham. Setiap pemegang 537 (lima ratus tiga puluh tujuh) Saham Biasa Atas Nama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham mempunyai hak untuk membeli 236 (dua ratus tiga puluh enam) saham biasa dengan harga Rp 102 (nilai penuh) per saham.
Bank secara bersamaan menerbitkan sebanyak 1.470.411.587 lembar Waran Seri II yang menyertai seluruh saham hasil pelaksanaan HMETD dengan nilai nominal sebesar Rp 100 (nilai penuh) setiap saham. Untuk setiap 54 (lima puluh empat) saham pelaksanaan HMETD tersebut melekat 43 (empat puluh tiga) Waran Seri II yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham Bank dan/atau pemegang HMETD yang melaksanakan haknya.
Waran Seri II adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham yang bernilai nominal Rp 100 (nilai penuh) yang dapat dilaksanakan selama periode pelaksanaan Waran selama 5 (lima) tahun yaitu mulai tanggal 23 April 2014 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2018 dimana setiap pemegang 1 (satu) Waran berhak untuk membeli 1 (satu) saham Bank. Saham hasil pelaksanaan HMETD dan hasil pelaksanaan Waran Seri II yang ditawarkan melalui Penawaran Umum Terbatas II ini seluruhnya merupakan saham yang dikeluarkan dari Portepel Bank dan akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
Jumlah saham Bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sebanyak 6.397.416.110 lembar saham pada tanggal tahun 2014. Sedangkan jumlah Waran Seri II sebanyak 1.470.411.587 lembar pada tahun 2014.
Penawaran Umum Obligasi
Pada tanggal 31 Desember 2014, Bank memperoleh pernyataan efektif dari OJK dengan surat No. S-583/D.04/2014 untuk melakukan penawaran umum Obligasi Subordinasi Bank Capital I Tahun 2014 kepada masyarakat dengan nilai nominal sebesar Rp. 200.000. Pada tanggal 14 Januari 2015, seluruh obligasi tersebut telah dicatat pada Bursa Efek Indonesia.
c. Dewan Komisaris dan Direksi dan Karyawan
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Bank pada tanggal 31 Maret 2015, 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
31 Maret 2015 31 Desember 2014
Komisaris Utama Danny Nugroho 1) Danny Nugroho 1)
Komisaris Independen Amrih Masjhuri 2) Amrih Masjhuri 2)
Isbandiono 3) Isbandiono 3)
Direktur Utama Wahyu Dwi Aji 4) Wahyu Dwi Aji 4)
Direktur merangkap Direktur Kepatuhan Maxen Bastian Nggadas 5) Maxen Bastian Nggadas 5)
Direktur Operasional Gunarto Hanafi 6) Gunarto Hanafi 6)
Direktur Komersial Gatot Wahyu Djatmiko 7) Gatot Wahyu Djatmiko 7)
1. UMUM (lanjutan)
c. Dewan Komisaris dan Direksi dan Karyawan (lanjutan) 1) Berdasarkan persetujuan BI No. 6/69/DGS/DPIP/Rahasia
2) Berdasarkan persetujuan BI No. 11/59/GBI/DPIP/Rahasia 3) Berdasarkan persetujuan BI No. 14/118b/GBI/DPIP/Rahasla 4) Berdasarkan persetujuan OJK No. SR-173/D.03/2014 5) Berdasarkan persetujuan BI No. 14/118a/GBI/DPIP/Rahasia 6) Berdasarkan persetujuan OJK No. SR-56/D.03/2015 7) Berdasarkan persetujuan BI No. 14/151/GBI/DPIP/Rahasia 8) Berdasarkan persetujuan OJK No. SR-155/D.03/2014
Ruang lingkup wewenang Direktur utama mencakup funding dan business development, Direktur merangkap
Direktur Kepatuhan mencakup bidang kepatuhan, legal, dan manajemen risiko, Direktur Operasional mencakup
bidang teknologi informasi, akuntansi, operasional dalam negeri dan general affair, Direktur Komersial
mencakup bidang kredit sedang Direktur Treasury mencakup treasury, operasional internasional dan financial
institution.
Susunan Komite Audit Bank masing-masing pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 berdasarkan Surat Keputusan Bank Capital No. SK/DIR/082/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012, No. SK/054/BCI/DIR/VI/11 tanggal 1 Juni 2011 yang telah sesuai dengan peraturan Bapepam - LK No. IX.I.5 adalah sebagai berikut:
31 Maret 2015 31 Desember 2014
Ketua Isbandiono Isbandiono
Anggota Budi Zainal Arifin Budi Zainal Arifin
Alfanur HR Alfanur HR
Susunan Corporate Secretary dan Ketua Satuan Kerja Audit Internal pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31
Desember 2014 adalah sebagai berikut:
31 Maret 2015 31 Desember 2014
Corporate Secretary Maxen Bastian Nggadas Maxen Bastian Nggadas
Ketua Satuan Kerja Audit Internal Gunarto Hanafi *) Gunarto Hanafi
*) Berdasarkan Akta No. 259 tanggal 26 September 2014 dari Eliwaty Tjitra, SH., Notaris di Jakarta, Bpk. Gunarto Hanafi telah ditunjuk sebagai Direktur Operasional.
Jumlah karyawan Bank pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah 783 dan 716 karyawan (tidak diaudit).
2. IKTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING
a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan dan Pernyataan Kepatuhan
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia yang mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI), Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2008 dan Peraturan No. VIII.G.7 tentang “Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan”yang terdapat dalam Lampiran Keputusan Ketua Bapepam LK No. KEP-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012.
Kebijakan akuntansi telah diterapkan konsisten untuk laporan keuangan pada tanggal yang berakhir 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014, kecuali di bawah ini dinyatakan lain sesuai Standar Akuntansi Keuangan di
a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan dan Pernyataan Kepatuhan (lanjutan)
Laporan keuangan, kecuali untuk laporan arus kas disusun berdasarkan metode akrual (accrual basis). Mata uang
pelaporan yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan adalah Rupiah (Rp), yang juga merupakan
mata uang fungsional Bank, dimana dasar pengukurannya adalah konsep biaya historis (historical cost), kecuali
untuk beberapa akun yang diukur berdasarkan penjelasan kebijakan akuntansi dari akun yang bersangkutan.
Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung yang dimodifikasi dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain dan penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan sejak tanggal perolehan, sepanjang tidak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima serta tidak dibatasi penggunaannya.
Seluruh angka dalam laporan keuangan ini, kecuali dinyatakan secara khusus, dibulatkan menjadi dan disajikan dalam jutaan Rupiah yang terdekat.
b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) Baru dan Revisi
Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan
Standar baru yang relevan dengan Bank yang mulai berlaku efektif tanggal 1 Januari 2014 adalah ISAK 28, “Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas”.
ISAK 28 ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan.
Standar telah diterbitkan tapi belum diterapkan
Standar-standar baru dan revisi yang relevan dengan Bank yang berlaku mulai efektif tanggal 1 Januari 2015 adalah sebagai berikut:
PSAK 1 (Revisi 2013), “Penyajian Laporan Keuangan”. PSAK 24 (Revisi 2013), “Imbalan Kerja”.
PSAK 46 (Revisi 2014), “Pajak Penghasilan”. PSAK 48 (Revisi 2014), “Penurunan Nilai Aset”.
PSAK 50 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Penyajian”.
PSAK 55 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. PSAK 60 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.
PSAK 67, “Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain”. PSAK 68, “Pengukuran Nilai Wajar”.
ISAK 26 (Revisi 2014), Penilaian Ulang Derivatif Melekat”.
Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar-standar tersebut terhadap laporan keuangan.
c. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi dan Asumsi
Dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, dibutuhkan pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi.
Pertimbangan
Pertimbangan berikut ini dibuat oleh manajemen dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi Bank yang memberikan pengaruh paling signifikan atas jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.
2. IKTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) c. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi dan Asumsi (lanjutan)
Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan
Bank menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan apakah definisi yang ditetapkan PSAK No. 55 (Revisi 2011) dipenuhi.
Estimasi dan asumsi
Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada tanggal pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun/periode berikutnya, diungkapkan di bawah ini. Bank mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan, mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi diluar kendali Bank. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.
Nilai wajar dari instrumen keuangan
Jika nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan yang tercatat dalam laporan posisi keuangan tidak dapat diperoleh dari pasar aktif, nilai wajar ditentukan dari beberapa teknik penilaian termasuk model matematika yang menggunakan estimasi dan asumsi, seperti teknik penilaian analisa arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga pasar yang berlaku.
Cadangan kerugian penurunan nilai atas kredit
Bank melakukan penelaahan atas kredit pada setiap tanggal laporan untuk melakukan penilaian atas cadangan
penurunan nilai yang telah dicatat. Pertimbangan manajemen diperlukan untuk melakukan estimasi atas jumlah
dan waktuarus kas dalam menentukan tingkat cadangan yang dibutuhkan. Provisi spesifik ini dievaluasi kembali
dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan kerugian penurunan nilai. Nilai tercatat dari kredit Bank sebelum cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp. 5.268.824 dan Rp 4.729.920. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 8.
Aset pajak tangguhan
Aset pajak tangguhan diakui atas jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang
sebagai akibat perbedaan temporer yang dapat dikurangkan. Pertimbangan manajemen diperlukan untuk
menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang bisa diakui, berdasarkna waktu dan tingkat laba fiskal di masa
mendatang sejalan dengan strategi rencana perpajakan ke depan. Nilai tercatat atas estimasi aset pajak tangguhan Bank pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp 4.237.
Liabilitas imbalan pasca kerja
Liabilitas imbalan pasca kerja ditentukan berdasarkan perhitungan dari aktuarial. Perhitungan aktuaria mengunakan asumsi-asumsi seperti tingkat diskonto, tingkat pengembalian investasi, tingkat kenaikan gaji, tingkat kematian, tingkat pengunduran diri dan lain-lain. Nilai tercatat atas estimasi liabilitas imbalan kerja Bank pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp 10.691. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 17.
c. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimasi dan asumsi (lanjutan)
Penyusutan aset tetap
Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 4 sampai dengan 20 tahun. Ini adalah umur yang secara umum diharapkan dalam industri dimana Bank menjalankan bisnisnya. Perubahan tingkat pemakaian dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya beban penyusutan masa depan mungkin direvisi. Nilai tercatat bersih atas aset tetap Bank pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp. 182.206 dan Rp 179.384. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 10.
d. Transaksi Dengan Pihak-pihak Berelasi Suatu pihak dianggap berelasi dengan Bank jika:
a) Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan Bank jika orang tersebut:
i. memiliki pengendalian atau pengendalian bersama Bank
ii. memiliki pengaruh signifikan atas Bank; atau;
iii. merupakan personil manajemen kunci Bank;
b) Suatu entitas berelasi dengan Bank jika memenuhi salah satu hal berikut:
i. entitas dan Bank adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas
anak dan entitas anak berikutnya saling berelasi dengan entitas lainnya).
ii. satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).
iii. kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama
iv. satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi
dari entitas ketiga
v. entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu
Bank atau entitas yang terkait dengan Bank.
vi. entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a).
vii. orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau
merupakan personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
Transaksi dengan pihak-pihak berelasi dilakukan berdasarkan persyaratan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dimana kondisinya mungkin tidak sama jika transaksi tersebut dilakukan dengan pihak ketiga.
Seluruh transaksi dan saldo yang material dengan pihak-pihak berelasi dijelaskan pada
Catatan 31.
e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk Klasifikasi, Pengakuan dan Pengukuran
Sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, Bank mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, jika dan hanya jika, Bank menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrument tersebut.
2. IKTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan)
Klasifikasi, Pengakuan dan Pengukuran (lanjutan)
Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama.
Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi.
Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.
Metode suku bunga efektif (“EIR”) adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan.
Pada saat menghitung EIR, Bank mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari EIR.
Instrumen keuangan dikelompokkan sebagai berikut:
A. Aset Keuangan
(1) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diklasifikasikan kedalam dua sub-kategori sebagai berikut:
- Aset keuangan dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama
untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat.
- Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika telah memenuhi kriteria tertentu.
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada laporan posisi keuangan pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga.
Bank mengklasifikasikan efek-efek yang diperdagangkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan) A. Aset Keuangan (lanjutan)
(2) Pinjaman yang diberikan dan piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Bank mengklasifikasikan kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, kredit, pendapatan bunga yang masih akan diterima dan tagihan kepada pihak ketiga di dalam aset lain-lain sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang.
(3) Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Bank menjual atau mereklasifikasi aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut
harus direklasifikasi menjadi aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual (tainting rule).
Setelah pengukuran awal, aset keuangan ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, setelah dikurangi cadangan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.
Bank tidak memiliki aset keuangan dalam kategori ini.
(4) Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi pasar.
4. IKTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan)
A. Aset Keuangan (lanjutan)
(4) Aset keuangan tersedia untuk dijual (lanjutan)
Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari surat berharga utang tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan dan laporan perubahan ekuitas.
Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Jika Bank memiliki lebih dari satu jenis surat berharga yang sama, maka diterapkan dasar metode identifikasi khusus. Bunga yang diperoleh dari aset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Bank mengklasifikasikan efek-efek sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual.
B. Liabilitas Keuangan
(1) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila liabilitas tersebut merupakan hasil dari aktivitas perdagangan, atau jika Bank memilih untuk menetapkan liabilitas keuangan tersebut dalam kategori ini. Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Bank tidak memiliki liabilitas keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
(2) Liabilitas Keuangan yang Diukur Pada Biaya Perolehan Diamortisasi
Kategori ini merupakan liabilitas keuangan yang tidak dimiliki untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, jika subtansi perjanjian kontraktual mengharuskan Bank untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika liabilitas tersebut tidak diselesaikan melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan.
Komponen instrumen keuangan yang diterbitkan yang terdiri dari komponen liabilitas dan komponen ekuita (jika ada) harus dipisahkan, dimana komponen ekuitas merupakan bagian residual dari keseluruhan instrumen keuangan setelah dikurangi nilai wajar komponen liabilitas pada tanggal penerbitan. Setelah pengakuan awal, komponen liabilitas diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif.
e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan) B. Liabilitas Keuangan (lanjutan)
(2) Liabilitas Keuangan yang Diukur Pada Biaya Perolehan Diamortisasi (lanjutan)
Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) berdasarkan suku bunga efektif atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Bank mengklasifikasikan liabilitas segera, simpanan dari nasabah, simpanan dari bank lain, biaya masih harus dibayar dan liabilitas lainnya sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Penentuan Nilai Wajar
Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal laporan posisi keuangan adalah
berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk
posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia,
maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), dan perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi.
Saling Hapus Aset dan Liabilitas Keuangan
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. Kesepakatan induk untuk menyelesaikan secara neto (master netting
agreements) tidak dapat dijadikan dasar untuk menyajikan saling hapus antara aset dan liabilitas yang terkait dalam laporan posisi keuangan.
Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan
Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:
a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;
b. Bank tetap memiliki hak untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut, namun juga menanggung liabilitas kontraktual untuk membayar kepada pihak ketiga atas arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa adanya penundaan yang signifikan berdasarkan suatu kesepakatan; atau
c. Bank telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara
substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.
6. IKTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan)
Ketika Bank telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Bank.
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa.
Reklasifikasi Instrumen Keuangan
Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke klasifikasi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan.
Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasikan aset keuangan dari kategori dimiliki hingga jatuh tempo. Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo (selain dari kondisi spesifik tententu), maka seluruh aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasi menjadi aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Selanjutnya, Bank tidak diperkenankan mengklasifikasi aset keuangan sebagai aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo selama dua tahun.
Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya dan pada saat itu keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas diakui pada laporan laba rugi komprehensif.
Penurunan Nilai Aset Keuangan
Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Bank menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai. Aset keuangan yang dievaluasi penurunan nilainya dihitung secara individual dan kolektif serta cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk masing-masing untuk kelompok individual dan kolektif tersebut.
Suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai, aset keuangan yang dievaluasi penurunan nilainya dihitung secara individual dan kolektif serta cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk masing-masing untuk kelompok individual dan kolektif tersebut, jika dan hanya jika, terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal dari suatu aset (suatu kejadian yang merugikan) dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan dari aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi dengan andal. Bukti mengenai penurunan nilai meliputi indikasi bahwa peminjam atau kelompok peminjam mengalami kesulitan keuangan secara signifikan, gagal dalam melakukan pembayaran bunga atau pokok, kemungkinan akan mengalami kebangkrutan atau reorganisasi keuangan lainnya dan terdapat hasil observasi data yang mengindikasikan terdapat penurunan nilai pada estimasi arus kas masa depan, seperti perubahan kondisi ekonomi yang berhubungan dengan gagal bayar.
e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan) Penurunan Nilai Aset Keuangan (lanjutan)
(1) Aset Keuangan pada Biaya Perolehan Diamortisasi
Bank pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual dan kerugian penurunan nilai tersebut tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang dilaporkan pada biaya amortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun penurunan nilai dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi komprehensif.
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai kolektif atas kredit, Bank telah menerapkan Surat Edaran No. 11/33/DPNP yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang mengatur mengenai estimasi penurunan nilai kolektif kredit dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik. Bagi bank yang belum memiliki data kerugian historis yang memadai, untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit secara kolektif sesuai dengan persyaratan dalam PSAK No. 55 (Revisi 2011) dan PAPI, maka pembentukan cadangan
kerugian penurunan nilai dapat menggunakan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum”. Jika dalam periode selanjutnya, nilai dari kerugian menurun karena adanya suatu kejadian setelah kerugian diakui, pengakuan kerugian yang sebelumnya harus dipulihkan. Pemulihan ini diakui dalam laporan laba rugi, dengan syarat nilai tercatat aset pada tanggal pemulihan tidak melebihi biaya perolehan diamortisasinya. Sejak tanggal 1 Januari 2012, Bank memakai data kerugian historis untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit secara kolektif sesuai dengan PSAK. Data historis yang digunakan adalah data kerugian historis yang ada dalam Bank sesuai kelompok kredit yang mempunyai tingkat risiko kredit yang sama.
(2) Aset Keuangan yang Dikelompokan dalam Tersedia untuk Dijual
Dalam hal instrumen ekuitas di kelompokkan dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar yang signifikan dan berkelanjutan dibawah biaya perolehannya. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Kerugian penurunan nilai instrumen ekuitas tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi. Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui pada laba rugi komprehensif lainnya.
3. IKTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) e. Instrumen Keuangan Selain Sukuk (lanjutan)
Penurunan Nilai Aset Keuangan (lanjutan)
(2) Aset Keuangan yang Dikelompokan dalam Tersedia untuk Dijual (lanjutan)
Dalam hal instrumen utang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Jika pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif.
f. Instrumen pada Sukuk Pengakuan dan Pengukuran
Sesuai dengan PSAK 110, “Akuntansi Sukuk”, sebelum pengakuan awal, Bank menentukan klasifikasi investasi pada sukuk berdasarkan tujuan investasi Bank. Klasifikasi dalam investasi sukuk dikelompokkan sebagai berikut:
(1) Biaya Perolehan
Apabila investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual dan terdapat persyaratan kontraktual dalam menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau hasilnya.
Pada saat pengukuran awal, investasi dicatat sebesar biaya perolehan dan biaya perolehan ini termasuk biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, investasi sukuk ini diukur pada nilai perolehan yang diamortisasi selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal diamortsasi secara garis lurus selama jangka waktu instrumen sukuk.
Jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka Bank mengukur jumlah terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan lebih kecil daripada jumlah tercatat, maka Bank mengakui rugi penurunan nilai. Jumlah terpulihkan merupakan jumlah yang akan diperoleh dari pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya.
Bank tidak memiliki instrumen pada sukuk dalam kategori ini.
(2) Nilai Wajar
Nilai wajar investasi ditentukan dengan mengacu pada urutan sebagai berikut:
- koutasi harga di pasar aktif, atau
- harga yang terjadi dari transaksi terkini jika tidak ada kuotasi harga di pasar aktif, atau
- nilai wajar instrumen sejenis jika tidak ada kuotasi harga di pasar aktif dan tidak ada harga yang terjadi
dari transaksi terkini.
Pada saat pengakuan awal, investasi sukuk dalam klasifikasi ini dicatat sebesar harga perolehan, namun harga perolehan tersebut tidak termasuk biaya transaksi.
Setelah pengakuan awal, investasi diakui pada nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Bank memiliki instrumen pada sukuk dalam kategori ini, berupa obligasi korporasi syariah dan obligasi pemerintah syariah.
f. Instrumen pada Sukuk (lanjutan) Penyajian
Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara neto dalam laporan laba rugi komprehensif.
Reklasifikasi
Bank tidak dapat mengubah klasifikasi investasi, kecuali perubahan tujuan model usaha. Model usaha yang bertujuan untuk memperoleh arus kas kontraktual didasarkan pada tujuan investasi yang ditentukan oleh Bank. Arus kas kontraktual yang dimaksud adalah arus kas bagi hasil dan pokok dari sukuk mudharabah atau arus kas
imbalan (consideration ujrah) dari sukuk ijarah. Setelah pengakuan awal, jika aktual berbeda dengan tujuan
investasi yang telah ditetapkan, maka Bank menelaah kembali konsistensi tujuan investasinya.
g. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Giro pada Bank Indonesia disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif dan giro pada bank lain disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).
Giro Wajib Minimum
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia mengenai Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, Bank diwajibkan untuk menempatkan sejumlah persentase tertentu atas simpanan nasabah pada Bank Indonesia.
h. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif dan penempatan pada bank lain disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).
i. Efek-efek
Efek-efek terdiri dari SBI, obligasi pemerintah, obligasi korporasi, reksadana, surat utang jangka menengah, efek beragun asset dan wesel tagih.
Efek-efek pada saat pengakuan awal diukur sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan efek-efek dan selanjutnya pengukuran dilakukan berdasarkan klasifikasi efek-efek ke dalam kelompok aset keuangan tertentu dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).
j. Kredit
Kredit dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai (catatan 2e).
Kredit dijamin dengan agunan yang berupa deposito berjangka, tabungan, giro, emas, tanah dan bangunan, kendaraan, mesin dan peralatan, persediaan, piutang dagang atau saham yang diikat dengan hak tanggungan, atau surat kuasa untuk menjual dan jaminan lain yang umumnya diterima oleh Bank. Nilai agunan yang diterima Bank cukup menutupi kerugian yang timbul akibat tidak tertagihnya kredit.
j. Kredit (lanjutan)
Restrukturisasi kredit meliputi modifikasi persyaratan kredit, konversi kredit menjadi saham atau instrument keuangan lainnya dan/atau kombinasi keduanya.
Kredit yang direstrukturisasi disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi atau nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi. Kerugian akibat selisih antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi diakui sebagai laba/rugi. Setelah restrukturisasi, semua penerimaan kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru dicatat sebagai pengembalian pokok kredit yang diberikan dan pendapatan bunga sesuai dengan syarat-syarat restrukturisasi.
k. Aset Tetap
Berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2007), dalam mengukur aset tetap, Bank dapat menggunakan model revaluasi (revaluation model) atau model biaya (cost model).
Aset tetap disajikan pada nilai revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasian. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal pelaporan. Tanah tidak disusutkan.
Kenaikan yang berasal dari revaluasi , tanah, bangunan dan prasarana, inventaris kantor, peralatan kantor dan kendaraan tersebut dikreditkan ke pendapatan komprehensif lainnya dan terakumulasi di surplus revaluasi pada bagian ekuitas, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan laba rugi, dalam hal ini, kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif.
Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi aset tetap yang dibebankan dalam laporan laba rugi apabila penurunan tersebut melebihi saldo akun surplus revaluasi aset tetap yang berasal dari revaluasi sebelumnya, jika ada.
Penyusutan atas nilai revaluasian aset tetap dibebankan ke laporan laba rugi. Bila kemudian aset tetap yang telah direvaluasi dijual atau dihentikan penggunaannya, saldo surplus tersisa dipindahkan langsung ke saldo laba. Bagian dari surplus revaluasi yang merupakan selisih atas penyusutan berdasarkan nilai revaluasian dan nilai perolehan dipindahkan ke saldo laba.
Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Tahun
Bangunan dan prasaranan 10 - 20
Inventaris dan perlengkapan kantor 4
Perlengkapan kantor 4
Kendaraan 4 - 8
Manajemen menelaah setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan untuk memastikan bahwa nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan telah diterapkan secara konsisten sesuai dengan ekspektasi pola manfaat ekonomis dari aset tersebut. Revaluasi aset tetap akan dilakukan secara periodik selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun sekali.
Beban pemeliharaan dan perbaikan debebankan pada laba rugi pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemingkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Sesuai dengan ISAK No. 25 "Hak Tanah", biaya-biaya legal yang terjadi sehubungan dengan perolehan hak atas tanah untuk pertama kalinya dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan atas tanah sedangkan biaya-biaya untuk perpanjangan akan diakui sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi sepanjang periode hak atas tanah atau umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek.
Aset dalam penyelesaian merupakan aset yang masih dalam proses penyelesaian dan belum siap untuk digunakan, serta dimaksudkan untuk dipergunakan dalam kegiatan usaha. Aset ini dicatat sebesar biaya yang telah dikeluarkan.
l. Tagihan Akseptasi
Tagihan akseptasi dinyatakan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. (Catatan 2e).
m. Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method).
n. Liabilitas segera
Liabilitas segera dicatat pada saat timbulnya liabilitas atau diterima perintah dari pemberi amanat, baik dari masyarakat maupun dari bank lain.
Liabilitas segera disajikan sebesar jumlah liabilitas bank dan diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Kebijakan akuntansi untuk liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dijelaskan pada Catatan 2e.
o. Simpanan dari Nasabah
Giro merupakan dana nasabah yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui cek, atau dengan cara pemindahbukuan dengan bilyet giro atau sarana perintah pembayaran lainnya.
Tabungan merupakan dana nasabah yang bisa ditarik setiap saat berdasarkan persyaratan tertentu yang disepakati bersama.
Deposito berjangka merupakan simpanan nasabah yang dapat ditarik dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara nasabah dengan Bank.
Pada saat pengakuan awal simpanan dari nasabah diukur sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 2e).
p. Simpanan dari Bank Lain
Simpanan dari bank lain terdiri dari liabilitas terhadap bank lain, dalam bentuk giro, deposito berjangka dan interbank call money.
Pada saat pengakuan awal simpanan dari bank lain diukur sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 2e).
q. Imbalan Pasca Kerja
Bank menghitung dan mencatat imbalan pasca-kerja atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 (UU No. 13/2003). Imbalan pasca-kerja merupakan manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun.
Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini
yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa
lalu yang telah menjadi hak karyawan dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laporan laba rugi komprehensif periode berjalan. Beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan dan keuntungan atau kerugian aktuarial diamortisasi selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan.
r. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas Aset Non keuangan dan Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi
Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai aset non keuangan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/658/DPNP/IDnP tanggal 23 Desember 2011. Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian atas aset non produktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi. Namun, Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
PSAK 48 mengenai “Penurunan Nilai Aset” mensyaratkan manajemen Bank untuk menelaah nilai aset untuk setiap penurunan dan penghapusan ke nilai wajar jika keadaan menunjukkan bahwa nilai tercatat tidak bisa diperoleh kembali. Di lain pihak, pemulihan kerugian penurunan nilai diakui apabila terdapat indikasi bahwa penurunan nilai tersebut tidak lagi terjadi. Penurunan (pemulihan) nilai aset diakui sebagai beban (pendapatan) pada laba rugi komprehensif periode berjalan.
Nilai tercatat aset ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Setiap rugi penurunan atau pemulihan nilai diakui pada laporan laba rugi komprehensif periode berjalan.
s. Pendapatan dan Beban Bunga
Pendapatan dan beban bunga diakui dalam laporan laba rugi komprehensif menggunakan metode suku bunga efektif. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran dan penerimaan kas di masa datang selama masa perkiraan umur dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat) untuk memperoleh nilai tercatat dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Bank mengestimasikan arus kas di masa datang dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tetapi tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa mendatang.