• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

Paskalia Novianti Chandra Ayudya Sari 802009080

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Abstrak

Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMK Tekhnologi dan Industri Kristen Salatiga.Populasi penelitian ini adalah siswa SMK kelas X KRISTEN Salatiga berjumlah60 orang. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah teknik

sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala perilaku asertif dan skala penyesuaian diri. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi dengan korelasi produk moment . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0,373 dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 ( p< 0,005 ). Menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif. Artinya jika seseorang memiliki perilaku asertif yang tinggi maka penyesuaian diri orang tersebut juga semakin tinggi. Hubungan positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa daya keterkaitan yang baik antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri. Pada pengkategorian korelasi, koefisien korelasi masuk dalam korelasi kategori sedang.

(6)

ii

Abstract

The transition process in this adjustment can cause problems for students who have a less assertive behavior either. For the purpose of this study was to determine the relationship between assertive behavior with the adjustment in vocational students Technology and Industry Christian Salatiga.

This study used survey method with a correlation design. This study population is students of class XSMK,in SMK Kristen Salatiga numbered 60 people. Sample collection techniques used are saturated sampling technique. The research instrument used is assertive behavior scale and the scale of adjustment. The analytical method used is the correlation with product moment correlation with significance level of 5%.

The results showed that the correlation coefficient between assertive behavior by adjustment of 0.373 with a probability value of 0.002. This correlation value is significant at the 5% error level. R positive value indicates that there is a positive relationship or correlation. This means that if a person has a high assertive behavior adjustment then the person is also higher. Positive and significant correlation indicates that the relationship is good between assertive behavior with the adjustment. In the categorization of correlation, the correlation coefficient is included in the category of medium correlation.

(7)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut memberikan respon lebih cermat terhadap perubahan-perubahan yang tengah berlangsung di masyarakat.Menurut Widyawati (2002).Masyarakat menghendaki adanya perkembangan total, baik dalam visi, pengetahuan, proses pendidikan, maupun nilai-nilai yang harus dikembangkan bagi peserta didik, untuk mnghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks.

Ahmadi (1991) menyebutkan bahwa masalah-masalah pendidikan secara rinci yang kerap kali dihadapi oleh pesertadidik sebagian diantaranyamuncul pada awal sekolah.Mereka kerap menghadapi kesulitanmenyesuaikan diri dengan pelajaran, para guru, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah dan teman sebaya.Disamping hal itu terdapat, faktor lain yang terkadang diabaikan yaitu masa transisi (peralihan), seperti transisi dari SMP ke SMA (Hapsari, 2006:6). Transisi ini dianggap dapat menimbulkan masalah bagi siswa karena transisi yang terjadi tidak hanya mengenai peralihan tingkat pendidikan tetapi juga peralihan dari masa anak-anak ke remaja.

Peralihan dari SMP ke SMA pada dasarnya adalah suatu pengalaman yang ternyata dapat menimbulkan masalah atau stress (Mardani, Hardjono&Karyanta (2009). Transisi dari SMP ke SMA yaitu suatu keadaan yang bergerak dari posisi teratas ketika berada disekolah menengah pertama menjadi siswa yang paling tua dan paling berkuasa disekolah, berubah ke posisi yang terendah, disekolah menengah atas menjadi siswa yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah (Santrock, 2007). Fenomena ini disebut juga dengantop dog phenomenon dimana hal tersebut dapat menimbulkan

(8)

masalah bagi banyak siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru (Hawkins & Berndt, dalam Santrock 2002).Hal seperti ini dialami oleh siswa kelas X SMA sehingga diperlukan penyesuaian diri.

(Hartono &Sunarto, 2002) menambahkan bahwa bagi siswa yang baru memasuki sekolah lanjutan mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya.Mereka juga kerap kali mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman-teman, dan mata pelajarannya.Kegagalan remaja dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan bahaya seperti tidak bertanggungjawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang jika jauh dari lingkungan yang tidak dikenal, dan perasaan menyerah (Hurlock, 2006). Akibatnya adalah prestasi belajar siswa menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.

Pada masa transisi, siswa perlu memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik sehingga tetap dapat mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh sekolah. Pentingnya penyesuaian diri pada siswa dikemukakan oleh Safura&Supriyantini (2006), yang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penyesuaian diri memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi siswa untuk dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan faktor penentu kesehatan mental remaja

Permasalahan dalam penyesuaian diri di sekolah seringkali timbul ketika remaja atau siswa mulai memasuki ke jenjang yang baru, baik sekolah lanjutan pertama

(9)

maupun lanjutan atas.Terlebih lagi, siswa harus menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya pada tahap perkembangan remaja.Perubahan yang dialami oleh remaja pada tahap perkembangan antara lain yaitu perubahan biologis seperti perubahan fisik, perubahan kognitif seperti perubahan cara berpikir yang menjadi lebih idealistis dan logis, serta perubahan sosial seperti hubungannya dengan teman sebaya dan mulai membantah orang tua (Santrock, 2007).

Mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif bukanlah hal yang mudah, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan berperilaku asertif yaitu dengan tindakan mengekspresikan perasaan dan keyakinan secara terbuka, langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai. (Setiono dan Pramadi, 2005).Individu yang memiliki perilaku asertif yang tinggi ditandai dengan kemampuan untuk mengekspresikan emosi, mempertahankan tujuan, dan membangun hubungan interpersonal yang saling menguntungkan (Yong, 2010).Individu yang berperilaku asertifakan mampu menegaskan dirinya sendiri, ketegasan inilah yang mendorong individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Hamound et al..(2011), memaparkan bahwa siswa yang memiliki perilaku asertifyaitu kemampuan untuk mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan individu untuk bertindak menurut kepentingan individu sendiri.Memiliki kecenderungan sikap dapat bekerja sama, dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih, serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan harga diri. Penelitian yang dilakukan oleh (Bazleh, Tarkhan&Sheikh, mahmoudi, 2012) menghasilkan temuan bahwa perilaku asertif memberikan dampak yang sangat kuat terhadap penyesuaian diri.Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Mardani,(2009) yang menyimpulkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada

(10)

individu maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.Sama halnya dengan penelitian Megawati (2010) yang menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada peserta didik.Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan Calhoun &Acocella (dalam Mardani, dkk., 2009) yang menyatakan bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif.

Kajian dan penelitian yang dipaparkan mendukung kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara perilaku asertif dan penyesuaian diri pada individu.Namun persoalan penyesuaian diri pada siswa di sekolah masih sering muncul hingga saat ini.Seperti yang terjadi di SMK Tekhnologi dan Industri Kristen (STM Kristen), Salatiga.Penulis mencoba memetakanfenomena yang terjadi di SMK Kristen dengan mewawancarai salah seorang staf pengajar di sekolah tersebut.Hasil wawancara dengan narasumber menunjukkan bahwa siswa SMK Kristen sering menunjukkan tingginya perilaku menyontek dan membolos.Oleh karena itu, penulis bermaksud penelitian untuk mengetahui hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri individu dengan judul “Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Diri Pada Siswa SMK Tekhnologi dan Industri Kristen Salatiga”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini adalah adakah hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMKKristen Salatiga?

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Asertif

Alberti& Emmons (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa asertif merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan yang paling diinginkantanpa rasa cemas, mengekspresikan kejujuran dan melakukan hak-haknya tanpamelanggar hak orang lain.

Pengertian dikemukakan oleh Rini (2001), yaitu bahwa asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari assertif behavior yang mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakan dengan sopan untuk meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan, sesuai dengan norma, tenang, dewasa, dan masuk akal

Selanjutnya, Beddel & Lennox (1997) memberikan pengertian mengenai perilaku asertif, yaitu: asertifitas akan mendukung tingkah laku interpersonal yang secara simultan akan berusaha untuk memenuhi keinginan individu semaksimal mungkin dengan secara bersamaan juga mempertimbangkan keinginan orang lain karena hal itu tidak hanya memberikan penghargaan pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain.

(12)

Dan uraian pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwaperilaku asertif adalah sikap atau perilaku pribadi yang menyangkut ekspresi keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, serta perasaan-perasaan secara tepat, jujur, relatif terbuka, dan langsung mengarah ke tujuan.

Aspek-aspek asertivitas

Aspek-aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (2002), yaitu;

a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia.

Mampu menempatkankedua belah pihak secara setara, memulihkan keseimbangan kekuatan dengancara memberikan kekuatan pribadi terhadap yang lemah serta menjadikannya mungkin bagi setiap orang untuk menang dan tidak ada seorang pun yangmerugi.

b. Bertindak menurut kepentingan sendiri.

Mengacu kepada kesanggupan untukmembuat keputusan sendiri tentang karier, hubungan, gaya hidup, dan jadwal, untuk berinisiatif mengawali pembicaraan dan mengorganisir kegiatan, untukberinisiatif mengawali pembicaraan dan mengorganisir kegiatan, untukmempercayai penilaian sendiri, untuk menetapkan tujuan dan berusaha meraih itu semua, untuk meminta bantuan dari orang lain, untuk berpartisi dalam pergaulan.

c. Membela diri sendiri.

Mencakup perilaku seperti berkata tidak, menentukan batas-batas bagi waktu dan energi, menanggapi kritik atau hinaan atauamarah, mengekspresikan atau membela sebuah pendapat.

(13)

d. Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman.

Berarti kesanggupanuntuk kurang setuju, menunjukkan amarah, memperlihatkan kasih sayang ataupersahabatan, mengakui rasa takut atau cemas, mengekspresikan persetujuanatau dukungan, bersikap spontan tanpa adanya rasa cemas yang menyakitkan.

e. Menerapkan hak-hak pribadi.

Berhubungan dengan kesanggupan sebagaiwarga negara, sebagai konsumen, sebagai anggota dari sebuah organisasi atausekolah atau kelompok kerja, sebagai partisipan dalam peristiwa umum untukmengekspresikan opini, untuk bekerja bagi perubahan, untuk menanggapipelanggaran dari hak seseorang atau hak orang lain.

f. Tidak menyangkal hak-hak orang lain.

Berarti mencapai ekspresi pribaditanpa kritik tidak adil terhadap orang lain, tanpa perilaku yang menyakitkanterhadap orang lain, tanpa menjuluki, tanpa intimidasi, tanpa manipulasi, tanpa mengendalikan orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Asertif

Menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yaitu:

a. Jenis Kelamin

Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.

(14)

Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

c. Kebudayaan

Tuntutan lingkungan menentukan batas-vatas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang

d. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.

Penyesuaian diri

Menurut Calhoun dan Accocella (1995) menyebutkan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process) dan manusia terus menerus berupaya menemukan serta mengatasi tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat (Sunarto dan Hartono, 2006).

Menurut Haber dan runyon (1984), bahwa penyesuaian diri merupakan proses yang terus berlangsung dalam kehidupan individu dalam menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah tanpa membuat kecewa diri sendiri maupun orang lain, merasa bersalah, takut, dan khawatir.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan proses mental dan tingkah laku, yaitu individu berusaha dapat mengatasi

(15)

kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, konflik-konflik dan frustasi yang dialami, sehingga terwujud keselarasan antara tuntutan dalam diri dengan harapan lingkungan sekitar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terbagi menjadi dua yaitu; Menurut Fatimah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain:

a. Faktor psikologis, yaitu faktor pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan konflik yang dialami dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu.

b. Faktor perkembangan dan kematangan, mempengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, kegamaan, dan intelektual

c. Faktor lingkungan, kondisi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kebudayaan, dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri seseorang.

d. Faktor budaya dan agama, lingkungan budaya tempat tinggal dan tempat berinteraksi serta ajaran agama merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi hidup dan akan menentukan pola penyesuaian dirinya.

Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984), yaitu: a. Persepsi terhadap realitas

(16)

Individu tersebut mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai.

b. Kemauan mengatasi stres dan kecemasan

Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami.

c. Gambaran diri yang positif

Penilaian diri yang kita lakukan harus bersifat positif dan negatif.Kita tidak boleh terjebak pada satu penilaian saja terutama penilaian yang tidak diinginkan, kita harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik.Individu seharusnya mengakui kelemahan dan kelebihannya, jika seseorang mengetahui dan memahami dirinya dengan cara yang realistik, dia akan mampu mengembangkan potensi, sumber-sumber dirinya secara penuh.

d. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik

Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap berada di bawah kontrol.Masalah-masalah dalam pengungkapan perasaan seperti kurang kontrol atau adanya kontrol yang berlebihan.Kontrol yang berlebihan dapat menyebabkan dampak yang negatif, sedangkan kurangnya kontrol akan menyebabkan emosi yang berlebihan

(17)

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.Sejak kita berada dalam kandungan, kita selalu tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan fisik, sosial dan emosi. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain.

Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri

Perilaku asertif dapat menjadi solusi terbaik bagi siswa untuk dapat mempertahankan dirinya dalam dunia baru dalam bentuk yang rileks, lebih menyenangkan, dan lebih sehat bagi perkembangan psikologis siswa, karena dengan perilaku tersebut, siswa dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan teman-teman barunya (Mardani, Hardjono&Karyanta (2009). Individu yang memiliki perilaku asertif yang tinggi ditandai dengan kemampuan untuk mengekspresikan emosi, mempertahankan tujuan, dan membangun hubungan interpersonal yang saling menguntungkan (Yong, 2010).Pernyataan tersebut didukung oleh Hamound, (2011) yang memaparkan bahwa siswa yang memiliki perilaku asertif cenderung dapat bekerja sama, dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan harga diri. Perilaku asertif yang dimiliki oleh individu dapat membantu individu tersebut untuk cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi siswa untuk dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan merupakan faktor penentu kesehatan mental remaja. Kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri akan memunculkan perilaku seperti tidak bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap agresif, perasaan tidak aman, merasa ingin pulang ketika berada di lingkungan yang tidak dikenal dan perasaan menyerah (Hurlock, 2006).

(18)

Penelitian yang dilakukan oleh Bazleh, Tarkhan&Sheikhmahmoudi (2012) menghasilkan temuan bahwa perilaku asertif memberikan dampak yang sangat kuat terhadap penyesuaian diri.Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Mardani (2009) yang menyimpulkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada individu maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.Sama halnya dengan penelitian Megawati (2010) yang menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada peserta didik.Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan Calhoun &Acocella (dalam Mardani, 2009) yang menyatakan bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri pada siswa SMK Kristen Salatiga.

(19)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya (Sugiyono,2006). Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk menganalisis Hubungan antara Perilaku Asertif dengan penyesuaian Diri siswa SMK Kristen Salatiga.

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Kristen Salatiga yang berjumlah 55 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi, sampel merupakan sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yang merupakan teknik menentukan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Oleh karena itu peneliti menggunakan seluruh populasi dengan jumlah 55 siswa.

Alat Ukur Penelitian

Metode pengumpulan data berupa angket dan skala pengukuran psikologi.Pengertian angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

(20)

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawab (Sugiono, 2008).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua alat ukur berupa skala perilaku asertif yang juga telah disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Alberti dan Emmons (2002). Dan skala penyesuaian diri yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkap oleh Haber dan Runyon (1984) . Jumlah item yang diuji dalam skala perilaku asertif adalah 30 item dan yang sudah diuji coba menjadi 24 item. Penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥0, 30. Item yang valid berjumlah 24 item yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Skor bergerak antara 0,323-0,548. Kemudian didapatkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0, 800 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0, 30.

Tabel3.2. Sebaran Item skala perilaku Asertif

NO ASPEK (Favorable) (Unfavorable) Jumlah

1. Mempromosian Hubungan Kesetaraan dalam Hubungan Manusia. 1*, 3, 5 2, 4 4 2. Bertindak Menurut Kepentingan Sendiri. 6, 8, 10* 7, 9 4

3. Membela Diri Sendiri. 11*, 13 12, 14, 15 4 4. Mengekspresikan

Perasaan dengan Jujur dan Nyaman.

16, 18* 17, 19, 20 4

5. Menerapkan Hak-Hak Pribadi.

21, 23 22*, 24, 25 4 6. Tidak Menyangkal Hak

Orang lain.

26, 28, 29 27*, 30 4

JUMLAH 24

(21)

Sedangkan untuk mengukur item skala penyesuaian diri sebanyak 30 item dan yang sudah di uji coba menjadi 26 item yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Skor bergerak antara 0, 323-0, 548.Kemudian didapatkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0, 887 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0, 30.

Tabel 3.4.Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri

No ASPEK (Favorable) (Unfavorable) JUMLAH

1 Persepsi Terhadap Realitas 1, 3, 5 2, 4, 6 6 2 Kemauan Mengatasi Stress dan

Kecemasan

7, 9, 11 8, 10, 12 6

3 Gambaran Diri yang Positif 13, 15, 17* 14*, 16, 18 4 4 Kemampuan Mengekspresikan

Emosi dengan Baik

19, 21, 23* 20, 22, 24 5 5 Hubungan Interpersonal yang

Baik

25, 27*, 29 26, 18, 30 5

JUMLAH 26

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jumlah skala psikologi yang disebar sebanyak 55 buah. Pada tanggal 4 Desember 2014 peneliti datang ke sekolah untuk meminta ijin melakukan penelitian kepada kepala sekolah SMK Kristen Salatiga. Kemudian pada tanggal 12 Desember penelitian dilaksanakan dengan cara peneliti datang kesekolah dan dibantu dengan guru BK untuk menyebar angket kepada kelas X. Setelah pengisian skala selesai, skala langsung diberikan kepada peneliti dan peneliti langsung mengecek skala yang telah diisi oleh responden . Dari skala psikologi yang disebar , semuanya kembali dan semuanya itu bisa dipakai dalam penelitian.

(22)

Analisis Data

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment Pearson, dengan ketentuan ada hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung yang merupakan hubungan linier, bentuk distribusi variabel perilaku asertif dan penyesuaian diri mendekati distribusi normal. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas, dan uji linieritas.Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS version 17.0.

HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Perilaku Asertif

Tabel 1.1Kategorisasi Pengukuran Skala Perilaku Asertif

No Interval Kategori Mean N Presentase

1 78 < x ≤ 96 Sangat Tinggi 63,86 6 10, 0% 2 66 < x ≤ 78 Tinggi 15 15, 0% 3 54 < x ≤ 66 Sedang 34 56, 7% 4 42 < x ≤ 54 Rendah 11 18, 3% 5 24 < x ≤ 42 Sangat Rendah 0 0, 0% Jumlah 60 100, 0% SD = 10, 05 Min = 45 Max = 86 Keterangan: x= perilaku asertif

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perhitungan deskriptif variabel perilaku asertif dari 24 item pertanyaan tampak skor yang paling rendah adalah 45 dan skor paling tinggi adalah 86, nilai rata-rata adalah 63, 86 dengan standar deviasi 10, 05. Dan berdasarkan tabel 1,1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa

(23)

yang memiliki kategori sangat tinggi ( 10,0%) , tinggi ( 15,0%) , sedang (56,7%), rendah (18,3%) , sangat rendah (0,0%). Maka secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku asertif siswa SMK Kristen Salatiga berada pada kategori sedang. Penyesuaian Diri

Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran Skala Penyesuaian Diri

No Interval Kategori Mean N Presentase

1 84,5 < x ≤ 104 Sangat Tinggi 65,56 5 8,3% 2 71,5 < x ≤ 84,5 Tinggi 5 8,3% 3 58,5 < x ≤ 71,5 Sedang 38 63,3% 4 45,5 < x ≤ 58,5 Rendah 11 18,3% 5 26 < x ≤ 45,5 Sangat Rendah 1 1,7% Jumlah 60 100,0% SD = 11, 63 Min = 45 Max = 95 Keterangan: x= penyesuaian diri.

Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel 4.3 tampak skor empirik yang diperoleh pada skala penyesuaian diri dari 26 item pertanyaan tampak skor paling rendah adalah 45 dan skor paling tinggi adalah 95, rata-ratanya adalah 65, 56 dengan standar deviasi 11,63. Dan berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kategori sangat tinggi ( 8,3%), tinggi (8,3%), sedang (63,3%), rendah (18,3%), sangat rendah (1,7%). Maka secara umum dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri siswa SMK Kristen Salatiga berada pada kategori sedang

Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji pra syarat.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi suatu data. Uji normalitas di dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrovov-Smirnov pada program SPSS 16.0.

(24)

Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi lebih besar 0,005 (p >0,05).Hasil uji normalitas di dalam penelitian ini menunjukkan kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05.Variabel perilaku asertif memiliki nilai signifikansi sebesar 0,073 dimana 0,073 > taraf kesalahan 5% (0,05).Oleh karena itu distribusi data perilaku asertif berdistribusi normal.Begitu pula data pada penyesuaian diri dimana memiliki nilai signifikansi sebesar 0,067 ( p>0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa data penyesuaian diri mengikuti distribusi normal.

Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Dari hasil uji linearitas di ketahui bahwa nilai f sebesar 1,128 dengan nilai sig sebesar 0.0372 (p>0.05) yang menunjukan bahwa hubungan perilaku asertif dengan penyesuaian diri adalah linier.

Analisis Korelasi

Tabel 1.3

Hasil Uji Korelasi antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Diri

Perilaku_arsertif

Perilaku_penyes uaian_Diri

Perilaku_arsertif Pearson Correlation 1 .373**

Sig. (2-tailed) .003.

N 60 60

Perilaku_penyesuaian_Diri Pearson Correlation .373** 1

Sig. (2-tailed) .003

(25)

Uji hipotesis di dalam penelitian ini menggunakan statistic uji parametric sebab data penelitian diketahui berdistribusi normal dan berkorelasi linear.Statistic uji yang digunakan adalah analisis korelasi menggunakan pearson correlation. Hasil dari analisis korelasi ini menghasilkan koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0, 373 dengan nilai signifikansi 0, 003 (p<0,05). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri siswa SMK Kristen Salatiga.

Hubungan yang ditimbulkan positif yang artinya semakin tinggi perilaku asertif seseorang maka dapat berdampak semakin tinggi pula perilaku orang tersebut dalam penyesuaian diri.Begitu pula sebaliknya, jika seseorang memiliki perilaku asertif yang rendah maka penyesuaian diri orang tersebut terhadap lingkungannya juga rendah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri sebesar 0, 373 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 003. Nilai korelasi ini signifikan pada taraf kesalahan (p<0,05).Nilai koefisien korelasi positif yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif.Artinya jika seseorang memiliki perilaku asertif yang tinggi maka penyesuaian diri orang tersebut juga semakin tinggi.Hubungan positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan yang baik antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri.

Hasil penelitian ini didukung pula dari penelitian yang dilakukan oleh Mardani, dkk., (2009).Penelitian yang dilakukan oleh Mardani, dkk., (2009) mengungkapkan bahwa semakin positif perilaku asertif pada individu maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.Selain itu Megawati (2010) juga melakukan penelitian yang sama dengan hasil temuan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku asertif dengan

(26)

penyesuaian diri pada peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika seorang siswa memiliki perilakuy asertif yang tinggi dan fenomena di lapangan yang menunjukkan bahwa masih terdapat kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri dapat diminimalkan atau dihilangkan dengan siswa berperilaku asertif. Dengan berperilaku asertif siswa dapat bersikap jujur, terbuka, tanpa ada perasaan cemas dan siswa dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan teman sebaya ( Hardjono & Karyanta, 2009 ).

Perhitungan kategorisasi diketahui bahwa mayoritas responden memiliki perilaku asertif pada kategori sedang yaitu rata-rata 63,86 atau sebesar 56,7%.Artinya perilaku asertif responden tidak rendah dan tidak pula tinggi.Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi perilaku asertif seseorang.Andu,(1994) mengungkapkan bahwa perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi pengalaman masa kanak-kanaknya.Adanya pola asuh orang tua dan lingkungan turut membentuk perilaku asertif seseorang.Tingkat pendidikan juga turut berperan dalam pembentukan perilaku asertif seseorang.Caplow (Yogaryiantono, 1991) mengatakan bahwa semakin orang berpendidikan akan semakin mengenal dirinya secara lebih baik, termasuk kelebihan dan kekurangannya, sehingga mereka cenderung mempunyai rasa percaya diri, sedangkan sikap percaya diri ini dapat menumbuhkan perilaku asertif yang lebih baik.

Hasil kategorisasi pada variabel sikap penyesuaian diri memiliki kategori terbanyak adalah sedang, rata-rata 65,56 atau sebesar 63,3% responden termasuk kedalam sikap penyesuaian diri yang sedang.Calhoun dan Accocella (1995) menyebutkan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.Dalam hal ini penyesuaian diri responden baik dengan dirinya sendiri maupun orang lain dan lingkungan dapat dikatakan masih kurang baik. Penyesuaian diri

(27)

merupakan hal yang penting sebab manusia hidup berdampingan.Perlu adanya penyesuaian diri yang baik agar diri kita dapat diterima orang lain maupun lingkungan.

Namun demikian pada hasil penelitian masih didapati perilaku penyesuaian diri responden yang masuk ke dalam kategori rendah dan sangat rendah.Ada sebesar 1, 7% responden yang menyatakan dirinya sangat rendah dalam penyesuaian diri.Hal ini perlu menjadi perhatian baik keluarga maupun pihak sekolah.Ada faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tersebut memiliki sikap penyesuaian diri yang tinggi maupun rendah.faktor tersebut dapat berasal dari dalam individu itu sendiri dapat pula berasal dari faktor luar. Faktor luar seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, agama dan budaya.Jika seseorang terbiasa dengan lingkungan keluarga yang kurang perduli maka penyesuaian diri individu tersebut akan semakin sulit.

Penyesuaian diri menjadi masalah tersendiri bagi siswa yang memiliki perilaku asertif kurang baik.Masa transisi dari siswa SMP menjadi siswa SMK memerlukan sikap penyesuaian diri yang baik.Tentu saja siswa yang telah terbiasa untuk mudah bergaul, atau memiliki perilaku asertif yang cukup baik tidak akan mendapatkan kendala ketika berpindah lingkungannya. Namun lain halnya dengan siswa yang memiliki kendala terhadap perilaku asertif. Penyesuaian diri terhadap lingkungan akan sulit tercapai dengan perilaku asertif yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Calhoun &Acocella (dalam Mardani, dkk., 2009) yang menyatakan bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dapat memilih dan melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, dan keadaan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa perilaku asertif. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perilaku asertif yang baik agar proses penyesuaian diri dapat berjalan dengan lancar. Terutama untuk siswa kelas X dimana masa SMP harus segera ditinggalkan dan mendewasakan diri pada bangku SMK.

(28)

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMK Kristen Salatiga adalah sebesar 0,373 dengan signifikansi 0,003 (p<0,05). Artinya ada hubungan positif yang signifikans antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMK Kristen Salatiga. Semakin tinggi perilaku asertif semakin tinggi penyesuaian diri siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan saran kebeberapa pihak yaitu:

1. Bagi Orangtua.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku asertif dan penyesuaian diri siswa masih dalam kategori yang sedang.Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua kurang membiasakan diri anaknya untuk memiliki komunikasi interpersonal yang baik dan kurang dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Seperti yang diketahui bahwa pendidikan anak sejak dini berasal dari orang tua.Oleh karena itu diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya dalam menanamkan perilaku asertif yang lebih baik.Perilaku asertif yang lebih baik ini diharapkan dapat berdampak positif dengan sikap penyesuaian diri anak.Lebih dekat dengan anak, mendengarkan permasalahan yang sedang dihadapi anak, dan mengarahkan anak untuk hidup lebih mandiri dapat menjadi salah satu solusi agar perilaku asertif anak dapat meningkat menjadi lebih baik.

(29)

2. Bagi Guru.

Diharapkan guru sebagai orang tua siswa disekolah dapat menanamkan perilaku asertifkepada murid-muridnya.Hal ini mengingat masih terdapat sebagian besar siswa memiliki perilaku asertif yang sedang.Pemberian motivasi dan mendidik siswa menjadi lebih mandiri sekiranya dapat meningkatkan perilaku asertif siswa.Memberikan bimbingan konseling disela-sela jam pelajaran juga perlu dilakukan agar siswa merasa lebih nyaman berada di lingkungan sekolah. Perilaku asertif siswa yang meningkat ini diharapkan dapat membuat penyesuaian diri siswa menjadi meningkat pula.Guru dapat membuat suasana lingkungan sekolah pada saat proses belajar mengajar menjadi nyaman sehingga siswa dapat lebih mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang serupa dapat mengembangkan penelitian ini dengan mencari faktor-faktor apa saja yang turut mempengaruhi hubungan antara perilaku asertif dengan penyesuaian diri. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat pula mengembangkan sampel penelitian tidak hanya terbatas pada siswa saja.Mengingat sikap penyesuaian diri dan perilaku asertif perlu dimiliki oleh semua orang baik tua maupun muda.Penggembangan alat uji juga dapat dilakukan seperti untuk meneliti perbedaan perilaku asertif dan penyesuaian diri pada remaja dengan orang tua

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, R. ,dan Emmons, M. 2002. Your Perfect Right: Hidup Lebih Bahagia dengan mengungkapkan Hak. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Anggraini, Nur, Erina. (2010). Hubungan antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru yang Merantau Di Kota Malang.Jurnal.Universitas Brawijaya Malang.

Anindyajati, M. &Karima, M. C. (2004) Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahguna Narkoba (Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba di Tempat-tempat Rehabilitasi Narkoba).Jurnal Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul. Vol 2 no. 1

Azwar, S. (2011).Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bazleh, Nikita, Morteza T, Hasan S. (2012). Relationship Between Self-Assertivenes Anger and Social Adjusment Women With Breast Cancer. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Science.vol.2(3).

Haber, A. ,&Runyon, R. P. 1984. Psychology of Adjusment.Illinois:The Dorsey Press. Hurlock, E. B. (2006). Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi

ke-5.Jakarta: Erlangga

Mardani, R. I, Nugraha A. K. (2009).Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas x Asrama SMA MTA Surakarta.Jurnal. Prabandari, YayiSuryo. (2012). Menyusun Instrumen Serta Validitas dan

Reliabilitasnya. Yogyakarta.FK UGM.

Ritonga, rahman. (1997). Statistika untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian .Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Santrock, J. W. (2007). Remaja.Edisi ke-11.Jakarta: Erlangga Sugiyono (2013).Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta

Widhiarso, Wahyu (2007). Skala Likert(Summated Ratings). Yogyakarta.Fakultas Psikologi UGM.

(31)

Yong, F. S. (2010). A Study on The Assertiveness and Academic Procastination of English and Communication Student at aPrivate University. American Journal of Scientific Research, Vol 9, 62-72.

Zakiyah, N.,Hidayati, F. N. R &Setyawan, I. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Prokastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMPN 3 PeteronganJombang .Jurnal Psikologi Undip. Vol 8, 2

Azwar, S. (2000). Asumsi-asumsi dalam Inferensi Statistika. Yogyakarta: Faculty of Psychology.

Hamound, S.A, Dayem, S.A.E, dan Osman. The Effect of an Assertiveness Training Program on Assertiveness Skills and Self –Esteem of Faculty Nursing Student.

Journal of American Science, Vol.7, 12.

Llyod, S.R. (1991). Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Budiyanto. Jakrta: Binarupa Aksara.

Setiono, V., dan Pramadi, A. 2005. Pelatihan Asertivitas dan Peningkatan Perilaku Asertif pada Siswa-siswi SMP. Anima: Indonesian Psychological Journal. Vol.20, no.2, 149-168.

Sunarto, H., dan Hartono, B.A. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Zengel, M. 2009. The Effectiveness of an Assertiveness Training Programme on Adolescent’s Assertiveness Level. Journal Elementary Education. Vol.8, No.2, 485-492

Beddel, J. R & Lenox, S. S. (1997). Handbook for communication and problem solving skills training: A cognitive behavioral approach. New York: John Willy & Sons, Inc

Tjalla, DR. Awaluddin. (2012). Perilaku Asertif pada Remaja Awal. Jurnal Psikologi. Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik).

Bandung : Pustaka Setia

Rathus, S.A. dan Nevid, J.S. 1983. Adjustment and Growth: The Challenges of Life (2 ed). New York: CBS College Publising.

Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta

Calhoun, J.F.1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian.alih bahasa Mari Juniati. Jakarta : erlangga

Widyawati,5.2002.Reformasi pendidikan dasar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Hapsari, Ratna Maharani. 2006. Sumbangan perilaku Asertif Terhadap Harga Diri Pada Remaja. Jurnal Pscyche, Vol 5

Hartono, Ά.B., & Sunarto, H., (2002). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta.

(32)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Cetakan 8. Bandung: Alfabeta.

Safura, Laily dan Sri Supriyanti. (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Anak di Sekolah dengan Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi, Vol 2, no.1, 25-30

Gambar

Tabel 3.4.Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri
Tabel 1.1Kategorisasi Pengukuran   Skala Perilaku Asertif
Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran   Skala Penyesuaian Diri

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal yang dibahas dalam mata kuliah ini adalah tinjauan umum UMKM dan Koperasi, peranan UMKM dan Koperasi bagi perekonomian Indonesia, perbedaan antara UMKM dan

Tujuan penelitian ini adalah bertujuan mewujudkan model pembelajaran pembuatan karya akhir yang menghasilkan produk alat peralatan dan mesin yang langsung

maupun sanksi perdatanya. Karena dalam Peraturan Daerah No. 29 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mojokerto tidak disebutkan besarnya hukuman yang diberikan..

Allah SWT, dengan segenap rasa syukur akan ke-Esaan nya yang telah memberi nikmat dan anugerah yang sangat indah pada waktunya, akhirnya peneliti dapat merampungkan

Harga Penawaran Terkoreksi Alamat

[r]

- Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 1 Unit Donggala 20.000.000 P A D JUNI 2012 30 Hari. - Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 2 Unit Donggala 35.000.000

Senyawa yang terdapat di dalam kulit jeruk yaitu flavanone glycosides, yang dikenal sebagai anti-inflamasi (Xu et al., 2007). Mekanismenya dengan meregulasi ekspresi