• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun, yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu, secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral.1

Allah SWT berfirman yang berbunyi:

                                ....

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.(Q.S al-Hujaraat:11)

Dari ayat di atas diketahui bahwa mengolok-olokkan, mengejek, dan memandang rendah orang lain adalah sesuatu yang dilarang. Mengolok-olokkan, mengejek, dan memandang rendah orang lain terjadi karena merasa bahwa dirinya serba lengkap, serba cukup, dan serba tinggi padahal merekalah yang serba kekurangan. Segala manusia pun harus mengerti bahwa

1Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, (Tanggerang Selatan: Universitas

(2)

dalam dirinya sendiri terdapat segala macam kekurangan, kealpaan, dan kesalahan.2

Olokan, ejekan, dan memandang orang rendah dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki akhlak dan moral yang kurang baik dan orang yang kurang memahami tentang berbagai keberagaman yang ada di dalam suatu masyarakat. Maka dari itu diperlukan suatu pendidikan yang bisa memberikan pengetahuan akan hal tersebut.

Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusian Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.3

Dalam hal ini pembelajaran PKn sangatlah dibutuhkan karena pembelajaran PKn tidak hanya memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja tetapi juga afektif maupun psikomotor kepada siswa. Sehingga dengan pembelajaran Pkn dapat terciptanya suatu masyarakat yang paham akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang mempunyai sikap yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan juga membekali siswa untuk bisa bersaing secara global serta dapat membekali peserta didik dengan

2Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Gema Insani, 2015), Cet. ke-1, h. 425-426

3Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana

(3)

berbagai keterampilan. Maka dari itu pembelajaran PKn perlu diajarkan sedini mungkin.

Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SLDB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.4

Berdasarkan hasil observasi selama masa praktek pengalaman lapangan, pembelajaran PKn yang berlangsung di MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Pariaman masih monoton, hal ini terlihat dari kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Selain itu siswa berisik dan kurang bisa mengerjakan soal apabila sendiri. Siswa juga menganggap pembelajaran PKn adalah pelajaran yang membosankan karena bersifat hafalan. Sarana dan prasarana yang digunakan juga masih kurang lengkap, seperti kurang tersedianya buku pembelajaran yang menunjang siswa untuk belajar. Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan wali kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yaitu ibu Herawati, S.Pd.SD di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman didapat informasi bahwa dalam pembelajaran PKn siswa kurang termotivasi untuk memahami

4Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, (Tanggerang Selatan: Universitas

(4)

materi yang diajarkan sehingga siswa kurang menguasai materi yang diberikan dan menjadikan siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan, ini terlihat dari hasil ujian tengah semester (MID) semester satu, dari sebanyak 14 jumlah siswa yang ada di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 4 orang dan 10 orang lagi masih mendapatkan nilai di bawah KKM dimana KKM yang ditentukan adalah 75. Dari 14 siswa nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 60.

Tabel 1.1

Presentase Ketuntasann Ujian MID Semester I Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn Pada Tahun Ajaran 2016/2017

Kelas Jumlah Siswa (Orang)

Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah % Jumlah %

V 14 4 28,6 10 71,4

Sumber: Wali kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kec. Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman

Berdasarkan tabel di atas, maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang bisa membuat siswa termotivasi dalam belajarnya sehingga bisa meningkatkan pemahamannya dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru dan pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif serta dapat memberikan pengaruh yang positif kepada siswa.

Maka dari itu, untuk mengatasi hal ini dapat digunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) yang diharapkan dapat

(5)

menjadikan pembelajaran lebih aktif, menyenangkan, kreatif, dan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa sehingga pembelajaran tidak hanya berlangsung pada saat itu saja tetapi dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectually, Repetition. Auditory bermakna juga bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sedangkan Intellectually bermakna belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menemukan, mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, atau kuis.5

Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Perbedaannya hanya terletak pada repetisi yaitu

5

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 29

(6)

pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.6

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model AIR ini dapat mengaktifkan siswa dan dapat memberikan penngalaman bermakna karena model AIR adalah model yang memberikan siswa peluang untuk belajar di dalam kelompoknya, membahas suatu persoalan kemudian diprestasikan dan diakhri dengan sebuah kuis atau pemberian latihan.

Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar PKn sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Model Pembelajaran

Auditory Intellectually Repetition (AIR) Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Dalam belajar siswa berisik.

2. Siswa kurang bisa mengerjakan soal kalau sendiri.

3. Monoton yang ditandai kurangnya interaksi antara guru dan siswa.

4. Siswa mengagap PKn adalah mata pelajaran yang membosankan karena bersifat hafalan.

6Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), h.

(7)

5. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn di dalam kelas sehingga siswa kurang menguasai materi yang diberikan.

6. Sarana dan prasarana yang ada masih kurang menunjang kegiatan belajar siswa.

7. Hasil belajar yang diperoleh siswa masih kurang memuaskan. C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta kemampuan peneliti yang terbatas. Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang diharapkan, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Bentuk perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

2. Bentuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

3. Hasil belajar siswa menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang perlu diteliti yaitu:

1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

2. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

(8)

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan penerapan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman?”

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk:

1. Mengetahui bentuk perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

2. Mengetahui bentuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan penerapkan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.

F. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Menambah pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dalam proses

pembelajaran PKn dengan menggunakan model Auditory Intellectually Repetition dan untuk meningkatkan motivasi siswa sehingga berpengaruh terhadap aktifitas belajar yang lebih aktif dan hasil belajar yang lebih tinggi.

2. Sebagai pedoman atau acuan bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran dan sebagai masukkan bagi guru untuk memberikan

(9)

bantuan kepada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi (referensi) yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan penelitian ini peneliti lakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada fakultas tarbiyah dan seterusnya sebagai bukti bahwasannya peneliti telah melakukan perkuliahan dengan waktu tertentu.

G. Penjelasan Judul

Untuk memperoleh gambaran umum yang lebih jelas tentang apa yang dimaksud pada judul, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dalam mengartikan kata-kata yang terdapat di dalamnnya, maka peneliti akan menjelaskan satu persatu dari kata-kata tersebut, yaitu:

1. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. 7

2. Pembelajaran PKn

PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan

7

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013), h. 29

(10)

pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun, yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu, secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral.8

3. Kelas V MIN Gadur Koto Tinggi

Merupakan salah satu kelas di MIN Gadur yang menjadi objek penelitian. MIN Gadur sendiri adalah madrasah ibtidaiyah Negeri yang terletak di Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yang menjadi tempat penelitian.

Berdasarkan penjelasan masing-masing istilah di atas, maka maksud dari judul skripsi adalah bagaimana bentuk perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada mata pelajaran PKn di kelas V MIN Gadur Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman.

8Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, (Tanggerang Selatan: Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penegasan istilah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meneliti nilai-nilai pendidikan

Dari beberapa penjelasan mengenai istilah judul dalam penelitian ini.Maka dapat diutarakan bahwa maksud yang hendak dimengerti dari judul nilai-nilai pendidikan

Dari penjelasan diatas adapun maksud dari judul skripsi “Studi Analisis Perencanaan Program Kerja Bidang Usaha Pengurus Koperasi Pegawai Republik Indonesia Al-Ikhlas Kantor

Berdasarkan penegasan istilah tersebut di atas, maka secara operasional maksud dari judul skripsi ini adalah suatu penelitian yang berkaitan dengan tingkat pengaruh

Dari Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang penulis maksud dengan judul “Layanan Perpustakaan di Dinas Perpustakaan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Berdasarkan uraian istilah-istilah yang digunakan dalam judul di atas, yang penulis maksud dengan “Adab Interaksi Guru dan Murid dalam Kisah Musa dan Khidhr (Telaah

Berdasarkan pengertian menurut istilah di atas, dapat dikemukakan maksud dari judul penelitian ini yaitu persepsi guru fikih tentang khilafiyah dalam pembelajaran fikih

tersebut menunjukkan bahwa guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Perencanaan