• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Akuntansi ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Akuntansi ISSN:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pelayan Kesehatan JKN/BPJS

(Survey pada 2 Rumah Sakit Umum di Kota Bandung, Jawa Barat) 1

Ella Dwi Septianingsih, 2Pupung Purnamasari, 3Hendra Gunawan 1,2,3

Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116

e-mail: 1ellaaadwi@yahoo.com , 2p_purnamasari@yahoo.co.id , 3

indira_aulia@ymail.com

Abstract: This study aims to determine the effect of operational audits , good clinical governance and effectiveness of health services JKN / BPJS . The object of this study conducted in hospitals and general hospitals Sariningsih PINDAD Bandung . Respondents in this study are the internal control unit , the head part and BPJS employees , all Head Room and Inpatient Clinical Instructure , Head Instructure room and Clinical Pharmacy , Head Instructure room and Clinical Laboratory , Head of Accounting and Finance , Head of the Outpatient .

The method used in this study is the verification method using a survey approach , sampling in this study using the Proportionate Stratified Random Sampling . Results of this study express the relationship between operational audits and good clinical governance affects the effectiveness of medical care JKN / BPJS in both class D Hospital in Bandung.

Keywords: Operational Audit, Good Clinical Governance, The Effectiveness of Health Services JKN/BPJS

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh operasional audit , good clinical governance dan efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS. Objek penelitian ini dilakukan di rumah sakit Sariningsih dan rumah sakit umum Pindad Kota Bandung. Responden dalam penelitian ini adalah kepada satuan pengawasan internal, kepala bagian dan pegawai BPJS, seluruh Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Instalasi Rawat Inap, Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Farmasi, Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Laboratorium, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Rawat Jalan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode verifikatif dengan menggunakan pendekatan survey, pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Hasil penelitian ini menyatakan keterkaitan antara audit operasional dan good clinical governance mempengaruhi efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS di kedua Rumah Sakit kelas D di Bandung.

Kata kunci : Audit Operasional, Good Clinical Governance, Efektifitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS

A. Pendahuluan

Dalam satu dasawarsa belakangan ini dunia medis mengalami perkembangan begitu pesat baik dari tempat pelayanan maupun penemuaan-penemuan dalam bidang pengobatan. Kebijakan pemerintah tentang pendirian rumah sakit, poliklinik dan puskesmaspun merambah ke berbagai daerah. Bukan hanya sekedar kuantitas tempat pelayanan saja yang menjadi sorotan masyarakat umum tetapi kualitas dari pelayanan yang menjadi prioritas utama yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan pengobatan (Divianto, 2012).

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004). Upaya kesehatan adalah setiap

(2)

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.

Sama halnya yang dikemukakan oleh Georgopoulos dan Tannenbaum (1985), yang meninjau efektivitas dari sudut pencapaian tujuan, berpendapat bahwa rumusan keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dan mengejar sasarannya, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi. Efektivitas merupakan tujuan dari organisasi rumah sakit untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kesehatan. Pemerintah bekerja sama dengan instansi rumah sakit yang menjamin kesehatan memantapkan programnya dengan popgram JKN/BPJS. Sebenarnya program Jaminan Kesehatan Nasional yang dibuat pemerintah mengacu sesuai “Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dan juga kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung pemerintah” (koranfesbuk.com).

Dalam situs resmi BPK (2014) Sejak awal tahun hingga pertengahan tahun 2014 telah menyelesaikan kerugian Negara sebesar 30,7 triliun. Laporan KPK tahun 2014 juga menyebutkan bahwa di tahun 2014 terjadi 14.584 kasus karena sistem pengendalian intern yang lemah dan kurangnya kesiapan dari pemerintah daerah termasuk didalamnya rumah sakit (www.bpk.go.id). Program JKN/BPJS ini pada akhirnya menyebabkan pelayanan kesehatan rendah dan mengurangi efektivitas dalam ngengoptimalkan jasa kesehatan.

Salah satu kurangnya efektivitas pelayanan jaminan kesehatan JKN/BPJS yang menimpa rumah sakit adalah kasus pada pengadaan obat. Dari sisi jenis obat, melalui e-katalog hanya dapat dijaring 200 jenis obat sementara dengan sistem DPHO bisa mencakup 600 jenis obat. Dari sisi harga obat, melalui sistem DPHO harga obat bisa ditekan hingga 50% karena volume pemesanannya besar dan mencakup seluruh Indonesia. Dengan e-katalog, jika RS kekurangan obat maka mereka harus membeli sendiri .Sementara banyak RS (terutama RS kecil) yang tidak mempunyai cukup dana dan pengalaman membeli obat melalui e-katalog. Selain itu, jarang ada pabrik obat yang mau melayani pembelian obat oleh RS dalam jumlah sedikit dan mendadak. Ini yang menyebabkan banyak RS saat ini sering kekurangan atau kehabisan obat sejak BPJS Kesehatan beroperasi (detik.com).Pelayanan kesehatan Depkes RI (2009) Upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Sarana pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit yang menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat juga perlu diadakan audit operasional, karena manajemen rumah sakit harus dapat menciptakan serta mendorong pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, baik itu dari segi pelayanan, kinerja pegawai, persediaan obat-obatan dan alat-alat medis yang memadai serta kegiatan operasional lainnya. Cahyati (2012), berdasarkan hal tersebut manajemen

(3)

meningkatkan kualitas pelayanan dari rumah sakit tersebut. Maka manajemen rumah sakit ini memerlukan auditor operasional dalam pengelolaan .pelayanan kesehatan.

Audit operasional secara umum bertujuan untuk memeriksa suatu pelayanan yang telah dilaksanakan apakah sesuai dengan yang diharapkan dan apabila didalam audit tersebut ditemukannya hal-hal yang menyimpang dari yang diharapkan, maka pemeriksa laporan melaporkan temuan tersebut kepada manajemen dan memberikan rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan. Pihak manajemen yang berkepentingan langsung dengan pemeriksaan tersebut dan harus menerima setiap hasil pemeriksaan dan segera melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan, sehingga seluruh kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien (Divianto,2012). Tidak hanya auditor operasional yang mendukung pencapaian dalam efektivitas pelayanan kesehatan, dibutuhkan juga penerapan good clinical governance untuk menjaga agar pelayanan kesehatan terjaga dengan baik. Untuk pengembangan sistem pelayanan klinis dilakukan melalui penerapan

good clinical governance. Konsep clinical governance yang dikembangkan oleh Scally and Donaldson (1998) yang didefinisikan sebagai: “ A framework through which NHS

organizations are accountable for continuously improving the quality of their services, and safeguarding high standards of care by creating an environment in which excellence in clinical care can flouris” ternyata menunjukkan perbaikan mutu pelayanan klinis yang signifikan. Konsep tersebut diadopsi di Indonesia untuk peningkatan mutu pelayanan klinis dirumah sakit dan menjamin keselamatan pasien, yang diharapkan menjadi kerangka kerja dalam meningkatan mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Adapun tujuan akhir diterapkannya good clinical governance adalah untuk menjaga agar pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan baik berdasarkan standar pelayanan yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi. Dengan demikian pada gilirannya akan mendukung dalam upaya mewujudkan peningkatan derajat kesehatan melalui upaya klinik yang maksimal dengan biaya yang paling cost-effective, (Bayu,2012).

Penulis melakukan penelitian berdasarkan referensi dari penetitian yang dilakukan oleh Divianto (2012). Peranan Audit Operasional Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di Rumah Sakit. Divianto (2012) menemukan bahwa peranan audit operasional mempunyai pengaruh terhadap efektivitas terhadap pelayanan kesehatan rawat inap namun terdapat hal lain yang mempengaruhi tetapi diluar batasan penelitan.

B. Landasan Teori

Audit operasional yang mencakup penyebutan efficiency (pengeluaran yang minimum dari sumber daya), effectiveness (pencapaian hasil yang diinginkan) dan

economy (kinerja dari suatu entitas) Tunggal, (2001). Tujuan audit operasional Menurut IBK. Bayangkara (2008:3) tujuan dari audit operasional (audit manajemen) yaitu Audit operasional ( audit manajemen ) bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut.

Scally and Donaldson (1998), Clininical Governance is approach to maintaining and improving the quality of patient care within a health system (NHS). And

(4)

its most widely cited formal definition it as: “a framework throught which NHS organizations are accountable for continually improving the quality of their services and safeguarding high standards of care by creating an environment in which excellence in clinical care flourish”. Clinical governance suatu kerangka kerja organisasi yang akuntabel untuk meningkatkan kualitas layanan dan menerapkan standar tinggi layanan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk melakukan melakukan layanan klinis (NHS-UK Department of Health, 1998).

Clinical governance yang baik dinilai tanggung jawabnya/akuntabilitasnya berdasarkan kinerja klinis bukan kinerja yang lain karena ini adalah setting rumah sakit, dinilai dari kecepatan pasien mendapat layanan misalnya, info ini belum mencakup hal-hal klinis sehingga memaksa RS untuk akuntabel untuk mencapai high standar of health care. Tujuan Clinical Governance untuk menjamin akses yang memadai dan high quality, the best care untuk semua pasien, melindungi pasien dari risiko yang tidak diharapkan.

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2009:179) mengungkapkan pengertian efektivitas adalah sebagai berikut Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang–undangan.

Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan (Siregar dan Amalia, 2004). BPJS merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan. Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dan juga kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung pemerintah.

(5)

Variabel Independen Variabel dependen

(+)

(+)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode verifikatif dengan pendekatan survey melalui teknik pengumpulan data dengan kuisioner. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer yang diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah terstuktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada rumah sakit umum sebagai responden dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada kepada satuan pengawasan internal, kepala bagian dan pegawai BPJS, seluruh Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Instalasi Rawat Inap, Kepala Ruangan dan

Clinical Instructure Farmasi, Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Laboratorium, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Rawat Jalan kedua rumah kelas D sakit umum di Bandungsebagai responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan angket (kuesioner).

Populasi dalam penelitian ini adalah kepada satuan pengawasan internal, kepala bagian dan pegawai BPJS, seluruh Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Instalasi Rawat Inap, Kepala Ruangan dan Clinical Instructure Farmasi, Kepala Ruangan dan

Clinical Instructure Laboratorium, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Rawat Jalan kedua rumah kelas D sakit umum di Bandung. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling, yaitu Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan bila populasi mempunyai anggota atau unsure yang tidak homogen dan berstrata propesional . sehingga sampel dalam penelitian ini sesuai dengan kuesioner yang kembali yang akan diolah. Alat uji analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Audit Operasional diukur menggunakan 10 indikator(Boynton, Njohansundan dan Kell,2003), Good Clinical Governance diukur dengan 9 indikator (Rustam,2012),

audit operasional (X1) Good Clinical Governance (X2) Efektifitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS (Y)

(6)

dan efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS diukur dengan 18 indikator (Ratminto dan Winarsih,2009).

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi item-total variabel lebih besar dari 0,3 dan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai cronbach alpha untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,70.

Uji Parsial (t)

Variabel thitung Sig

(p) ttabel Α Keputusan Keterangan

Audit Operasional

X1 10,814 0,000 1,669 5% H0ditolak Signifikan

Good Clinical Governance

X2 7,439 0,000 1,669 5% H0ditolak Signifikan Dalam penelitian ini digunakan sampel n = 68. Nilai ttabel dengan jumlah sampel (n) = 68, jumlah variabel X (k) = 2, taraf signifikan α = 5%; derajat bebas (db) = n-k-1 = 68-2-1 = 65 dengan pengujian satu arah diperoleh sebesar 1,669 .Penentuan hasil pengujian (penerimaan/ penolakan H0) dapat dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya.

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4986.360 2 2493.180 592.857 .000a

Residual 273.349 65 4.205

Total 5259.709 67

a. Predictors: (Constant), Good_Clinical_Governance, Audit_Operasional b. Dependent Variable: Efek_Pel_aKes_JKN_BPJS

Berdasarkan hasil pengolahan seperti yang terdapat pada tabel diatas dapat dilihat F hitung adalah 592.857 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,0000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel audit operasional dan good clinical governance secara simultan (bersama-sama) berpengaruh secara signifikan. Dan jika dilihat secara parsial bahwa nilai signifikansi untuk variabel Audit Operasional (X1) adalah 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel audit operasional berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS, selanjutnya Good Clinical Governance diperoleh nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan good clinical governance berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS.

(7)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .974a .948 .946 2.05070

a. Predictors: (Constant), Good_Clinical_Governance, Audit_Operasional

Diperoleh besarnya korelasi antara Audit Operasional dan Good Clinical Governance dengan Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS sebesar 0,974. Korelasi yang diperoleh masuk dalam kategori kuat.Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa nilai koefisien nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,946. Hasil ini berarti bahwa ada kontribusi dari Audit Operasional dan Good Clinical Governance sebesar 94,6% dalam menjelaskan/mempengaruhi Efektifitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS. Sedangkan 5,4% dijelaskan oleh variabel lainnya.

Pengaruh Audit Operasional Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa perubahan Audit Operasional berbanding lurus terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS dengan koefisien bertanda regresi sebesar 0,452 .Apabila Audit Operasional mengalami peningkatan sebesar satu point sedangkan Good Clinical Governance tidak mengalami perubahan (konstan), maka Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS akan meningkat sebesar 0,452 point. Ini berarti bahwa semakin Audit Operasional dapat menjalankan fungsinya meningkatkan Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS. Hasil uji t yang diperoleh menunjukkan Ho ditolak. Nilai t-hitung untuk X1 lebih besar dari nilai positif ttabel(t = 10.814> 1,669) dan hasil nilai signifikansi uji statistik (p-value) untuk variabel X1 sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Diperoleh keputusan uji adalah menolak H0. Jadi dapat disimpulkan Audit Operasional berpengaruh terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS. Audit Operasional dalam sebuah institusi rumah sakit sangat penting dikarenakan Audit Operasional layak atau tidaknya satuan pengawasan internal yang berhubungan dengan kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan kepada pasien dengan didukung dengan penelitian sebelumnya bahwa audit operasional berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap.Cahyati (2012)

Pengaruh Good Clinical Governance Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa perubahan good clinical governance

berbanding lurus dengan efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS dengan koefisien bertanda positif sebesa 0,547. Jadi apabila Good Clinical Governance mengalami peningkatan sedangkan Audit Operasional tidak mengalami perubahan (konstan), maka Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS meningkat 0,547. Hasil uji t yang diperoleh menunjukkan Ho ditolak. Nilai t-hitung untuk X2 lebih besar dari ttabel(t = 7.439 > 1,668 ) dan hasil nilai signifikansi uji statistik (p-value) untuk variabel X2 sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.Diperoleh keputusan uji adalah menolak H0.Jadi dapat disimpulkan

Good Clinical Governance berpengaruh terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/.BPJS .

(8)

Pengaruh Audit Operasional dan Good Clinical Governance Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS

Berdasarkan hasil perhitungan regresi yang telah dikemukakan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa Audit Operasional dan Good Clinical Governance

mempunyai pengaruh terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi ganda yang menunjukkan adanya pengaruh variabel bebas terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS yang secara sistematis dinyatakan dengan statistik. didapat F hitung adalah 592.857 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,0000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel audit operasional dan good clinical governance secara simultan (bersama-sama) berpengaruh secara signifikan. Dan jika dilihat secara parsial bahwa nilai signifikansi untuk variabel Audit Operasional (X1) adalah 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel audit operasional berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS, selanjutnya Good Clinical Governance diperoleh nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan

good clinical governance berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS. Keeratan hubungan antara Audit Operasional dan Good Clinical Governance dengan Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS sebesar 0,974 dan masuk dalam kategori sangat kuat. Dari koefisien determinasi (R Square) diperoleh ada kontribusi Audit Operasional dan Good Clinical Governance sebesar 94,6% dalam menjelaskan/mempengaruhi Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS. Sedangkan 5,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

E. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan mengenai Pengaruh Operasional Audit dan Good Clinical Governance Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS” ( Survey Di Rumah Sakit Sariningsih dan Rumah Sakit Pindad Bandung), maka penulis dalam bab ini akan mencoba menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.

a. Berdasarkan keseluruhan pemaparan analisis perhitungan statistik pada pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial audit operasional berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS Di Rumah Sakit Sariningsih dan Rumah Sakit Pindad Bandung.

b. Berdasarkan keseluruhan pemaparan analisis perhitungan statistik pada pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial good clinical governance berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS Di Rumah Sakit Sariningsih dan Rumah Sakit Pindad Bandung.

c. Berdasarkan keseluruhan pemaparan analisis perhitungan statistik pada pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan audit operasional dan good clinical governance berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS Di Rumah Sakit Sariningsih dan Rumah Sakit Pindad Bandung dengan total pengaruh sebesar 94,6%, sedangkan sisanya sebesar 5,4% dijelaskan oleh variabel lainnya.

(9)

Saran yang ingin penulis sampaikan oleh penulis dengan harapan dapat menjadi bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi Rumah Sakit Sariningsih dan Rumah Sakit Umum PINDAD yaitu:

a. Rumah Sakit harus sering mengadakan pelatihan khusus dan pendidikan professional untuk Satuan Pengawasan Internal agar menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya.

b. Rumah Sakit harus bisa menyeleksi pegawai Satuan Pengawasan Internal, dari mulai perektrutan dan penempatan posisi karena Satuan Pengawasan Internal sangat memegang andil dalam kemajuan Rumah Sakit.

c. Satuan Pengawasan Internal harus berkomunikasi dengan pihak manajemen Rumah Sakit khususnya di bidang masalah yang diaudit agar dapat mendapatkan informasi yang lengkap, akurat dan relevan.

d. perbanyak dokter spesialis untuk meningkatkan Good Clinical Governance karena pasien JKN/BPJS meningkat maka kualitas klinispun harus meningkat.

e. Perbanyak ruangan agar tidak terjadi penumpukan pasien JKN/BPJS. Daftar Pustaka

Bayangkara, IBK. 2008. Audit Manajemen dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat. Bayu, 2012.“Tujuan Akhir Diterapkannya Good Clinical Governance“. www.elearning

.mmr.umy.ac.id diakses pada tanggal 31 maret 2015.

Boynton, Njohansundan dan Kell,2003. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga

Cahyati, Icah, 2012. “Pengaruh Audit Operasional Terhadap Efektivitas Pelayanan

Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Cibabat”. Bandung: Universitas Pasundan Bandung.

Detik.com, 2015. “Kurangnya Efektivitas Pelayanan Kesehatan JKN/BPJS”. www.detik.com diakses pada tanggal 31 maret 2015

Depkes RI, 2009. “Upaya Pelayanan Kesehatan”. www.depkes.go.id diakses pada tanggal 31 maret 2015.

Divianto, 2015. “ Peranan Audit Operasional Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Rumah Sakit (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bunda Palembang). Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

G. Scally and L.J Donaldson, 1998. Clinical Governance and The Drive For Quality Improvement In The New NHS. England

Georgopulous, Tannembaum, 1995. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga. Mulyadi, 2002. Auditing 1 Edisi ke 6. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Perundang – undangan UU nomor 40 Tahun 2004. “ Sistem Jaminan Nasional”. www.koranfesbuk.com. Diakses pada tanggal 1 April 2015.

Ratmino dan Winarsih, Atik Septi. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rustam, Astriana, 2012. “Dunia Kesehatan Clinical Governance”. astrianarustam21.blogspot.com diakses pada tanggal 16 April 2015.

(10)

Tips-tips-keluarga-bunda.blogspot.com. “ Apa itu BPJS Kesehatan dan Bagaimana

Mengurusnya”. Diakses pada tanggal 1 April 2015

Tunggal, Amin Widjaya, 2001. Audit Operasional Suatu Pengantar. Jakarta: Harvarindo.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis melihat nya dari kalangan mahasiswa, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di salah satu rental playstation (Ps) Farel Game

Pengujian ketahanan terhadap antibiotik Rhizobia yang digunakan pada penelitian ini adalah 5 isolat rhizobia indigeous edamame yang diisolasi dari daerah Jember yaitu isolat

Terdapat empat belas jenis peralatan tangan dan enam jenis peralatan mesin yang digunakan untuk job kozen ventilasi yaitu 1 buah peralatan tangan ketam pendek halus untuk 1

Struktur EIS dapat menyediakan beberapa interface, seperti laporan periodik, tanya jawab, menu-driven, command language, natural language, dan input/output. EIS interface yang baik

Bentuk-bentuk dari ke-7 desain elemen estetis interior berornamen kearifan lokal yang dikembangkan pada Masjid Imaduddin Tancung mengusung konsep dan filosofi

BoundaryClass, berisi kumpulan kelas yang menjadi interfaceatau interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem, seperti tampilan formentry dan formcetak. Control class,

Berdasarkan permasalahan tersebut, strategi yang diperlukan dalam pembangunan KPH Rinjani Barat adalah (1) Pemanfaatan kekuatan masyarakat dan pemanfaatan lahan dalam