• Tidak ada hasil yang ditemukan

Impacts of Total Dairy Cattle Ownership and Allocation of Worktime on Farmers Income (A Case of the Members KPSP Manglayang Bandung District)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Impacts of Total Dairy Cattle Ownership and Allocation of Worktime on Farmers Income (A Case of the Members KPSP Manglayang Bandung District)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SKALA USAHA SAPI PERAH DAN CURAHAN TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK

(Suatu Kasus pada Anggota Kelompok KPSP Manglayang Kabupaten Bandung)

Impacts of Total Dairy Cattle Ownership and Allocation of Worktime on Farmers Income

(A Case of the Members KPSP Manglayang Bandung District)

Ida Nur Fajri*, Taslim**, Hermawan**

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad

e-mail : [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar skala usaha ternak sapi perah, curahan tenaga kerja dan pendapatan anggota peternak KPSP Manglayang Kabupaten Bandung, juga menganalisis bagaimana hubungan antara skala usaha dan curahan tenaga kerja terhadap pendapatan usaha ternak sapi perah, serta pengaruhnya secara parsial maupun bersama-sama. Metode yang digunakan adalah metode survei, sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan analisis jalur. Responden yang diteliti berjumlah 75 orang dari 302 populasi, yang terbagi atas skala usaha I, II, dan III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha I, II, dan III secara berturut-turut memiliki rata-rata kepemilikan ternak sapi perah produktif dan seluruh kepemilikkan sebesar 2,08 ekor dan 2,61 ST; 4,89 ekor dan 5,79 ST; serta 16,50 ekor dan 18,41 ST, sedangkan curahan tenaga kerja secara berturut-turut adalah 41,81 HKP/bulan; 59,86 HKP/bulan; serta 107,81 HKP/bulan. Pendapatan peternak menurut skala usaha secara berturut-turut adalah Rp 355.729 /bulan/ST; Rp 398.299 /bulan/ST, dan Rp 376.731 /bulan/ST. Terdapat korelasi antara skala usaha dan curahan tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi perah serta kedua variabel tersebut berpengaruh nyata secara bersama-sama maupun parsial terhadap pendapatan peternak sapi perah.

Kata Kunci: Usahaternak Sapi Perah, Skala Usaha, Curahan Tenaga Kerja, Pendapatan Peternak

ABSTRACT

The purposes of this research are to determine how much the total of dairy cattle ownership, allocation of worktime, and farmers income on KPSP Manglayang members, also to analyze the relations and impacts of dairy cattle ownership and allocation of worktime on farmers income in KPSP Manglayang members. The method applied was survey method and used corellations and path analysis. The total of the respondents were 75 farmers from 302 population, which is divided into three ownership scale of I, II, and III. The results of this research indicate that all of three scales respectively had average based on productive cattles and total of cattles ownership were 2.08 and 2.61 AU; 4.89 and 5.79 AU; also 16.50 and 18.41 AU, whereas the allocation of worktime were 41.81 ME/month; 59.86 ME/month; and

107.81 ME/month. The farmers income based on dairy cattle ownerships were Rp 355,729 /month/AU; Rp 398,299 /month/AU; and Rp 376,731 /month/AU. There is a

(2)

corellation between total dairy cattle ownership and allocation of worktime on farmers income and both of variables has significant impact on farmers income together and partially.

Keywords : bussines of dairy cattle, dairy cattle ownership, allocation of worktime, farmers income

PENDAHULUAN

Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Rendahnya keadaan ekonomi masih dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang masih minim maupun modal yang dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas. Pengembangan usaha peternakan sapi perah dapat memberikan kontribusi berarti terhadap pembangunan ekonomi para peternak. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh peternakan sapi perah rakyat dengan skala usaha ternak rendah dan pemeliharaan yang masih dilakukan secara turun temurun. Jumlah kepemilikan rata-rata peternak sapi perah adalah 1-3 ekor dengan rataan produksi susu harian sebanyak 11 liter/ekor (Boediyono, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya usaha ternak sapi perah antara lain luas lahan, modal, dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan dalam usaha ternak sapi perah (Firman, 2010).

Ketersediaan modal yang cukup dapat menentukan jumlah kepemilikan ternak sapi perah. Sapi perah merupakan ternak ruminansia besar penghasil susu. Hasil produksi tersebut menentukan jumlah penerimaan yang diperoleh peternak. Suryadi, dkk (1989) membagi skala usaha menjadi tiga bagian, yaitu (1) skala usaha dengan kepemilikan betina produktif 1-3 ekor, (2) skala usaha dengan kepemilikan ternak produktif 4-6 ekor, dan (3) skala usaha dengan kepemilikan ternak > 7 ekor. Sapi perah betina produktif terbagi menjadi dua, yaitu sapi perah laktasi dan sapi perah kering kandang. Sapi perah laktasi adalah sapi perah yang melahirkan dan akan segera memproduksi susu (Djaja dkk., 2009). Agar terjadinya kelangsungan usaha dan kestabilan produksi terjaga, maka komposisi ternak pada usaha sapi perah adalah 85 % ternak laktasi dan 15 % ternak kering kandang (Priyanti dkk, 2009).

Penggunaan tenaga kerja dalam usaha tani sangat dibutuhkan, namun perlu dibedakan dalam usaha tani pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Usaha ternak sapi perah berskala rendah masih memanfaatkan tenaga kerja dalam kelurga dalam menjalankan usaha guna mengurangi biaya produksi sehingga memaksimalkan pendapatan yang diperoleh. Dalam usahatani, sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani (Mubyarto, 1994). Besarnya skala usaha

(3)

ternak akan menentukan penggunaan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Menurut Kusmaningsih, dkk (2008) dalam Priyanti, dkk (2009) mengatakan bahwa setiap 2-4 ekor sapi memerlukan sedikitnya seorang tenaga kerja untuk memelihara. Curahan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh peternak di Indonesia merupakan jumlah jam kerja yang dialokasikan untuk menjalankan usaha peternakan. Menurut Pujianto (2008) dalam Achmad dkk (2015), penggunaan dan ketersediaan tenaga kerja dihitung berdasarkan setara tenaga kerja pria (men equivalent) yakni untuk pria dewasa memiliki 1 HKP (Harian Keja Pria) setara 8 jam/hari, wanita dewasa 0,75 HKP dan anak-anak 0,5 HKP.

Faktor-faktor produksi seperti skala usaha dan curahan tenaga kerja dapat mempengaruhi pendapatan peternak sapi perah. Faktor-faktor produksi tersebut digunakan untuk menghasilkan output sehingga peternak akan memperoleh pendapatan dari usaha ternak sapi perah. Pendapatan adalah selisih dari jumlah penerimaan dan jumlah biaya produksi (Hadiana dkk, 2005). Penekanan biaya produksi harus diimbangi dengan stabilnya produksi susu. Penurunan harga penjualan pakan konsentrat pada peternak akan menurunkan biaya produksi yang berdampak pada peningkatan pendapatan, namun hal tersebut baru dapat tercapai ketika penurunan harga konsentrat tidak diikuti dengan penurunan kualitas pakan konsentrat tersebut.

METODE PENELITIAN

1. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah kondisi dari anggota kelompok KPSP Manglayang berupa skala usaha, curahan tenaga kerja, dan pendapatan peteranak.

2. Metode Penelitian

Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penentuan daerah penelitian Penelitian dilakukan pada anggota kelompok KPSP Manglayang yang berlokasi di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah pengembangan usaha peternakan sapi perah.

Penentuan responden Pengambilan sampel diambil dari keseluruhan populasi berjumlah 302 peternak menggunakan rumus Slovin, yaitu :

n =

𝑁

(4)

dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Pengambilan responden dilakukan dengan metode two stage random sampling, dengan pengambilan sampel pada tiap-tiap tahap dilakukan secara acak (Singarimbun, 1995) yang terdiri dari pengelompokan berdasarkan kepemilikan induk betina produktif dan pengambilan responden dari masing-masing skala usaha secara propotional random sampling, yaitu :

n

i

=

𝑁ᵢ

𝑁 x

n

dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum.

n = jumlah sampel seluruhnya.

Ni = jumlah populasi menurut stratum. N = jumlah populasi seluruhnya.

Hasil dari perhitungan menurut proportional random sampling adalah skala usaha I sebanyak 62 sampel, skala usaha II sebanyak 9 sampel, dan skala usaha III sebanyak 4 sampel.

Teknik pengumpulan data Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden, yaitu peternak sapi perah dengan pengambilan informasi dari penyebaran kuisioner dan wawancara serta observasi atau pengamatan langsung pada objek penelitian.

3. Operasionalisai Variabel

Curahan tenaga kerja (X1) Curahan tenaga kerja adalah alokasi waktu yang dikeluarkan

tenaga kerja dalam menjalankan usaha, dimana yang masuk ke dalam perhitungan merupakan tenaga kerja keluarga mulai dari suami, istri, dan anak-anak umur di bawah 15 tahun serta tenaga kerja luar keluarga peternak yang menjadi tanggungan keluarga peternak.

Skala usaha (X2) Skala usaha sapi perah adalah jumlah kepemilikan ternak dihitung

berdasarkan sapi perah produktif yang dipelihara oleh responden. Ternak produktif terdiri atas ternak laktasi dan kering kandang. Seluruh ternak dikonversikan ke dalam satuan ternak, dimana pedet setara dengan 0,25 ST; dara maupun dara bunting setara dengan 0,5 ST; dan induk setara dengan 1 ST.

Pedapatan (Y) Pendapatan yang dihitung berdasarkan selisih antara total penerimaan dan total biaya produksi berupa biaya tetap dan tidak tetap selama kurun waktu satu bulan. Penerimaan meliputi penjualan susu secara rutin, penjualan ternak, peningkatan nilai ternak.

(5)

4. Model Analisis

Analisis pencurahan tenaga kerja Perhitungan alokasi waktu tenaga kerja dinyatakan dalam satu harian kerja pria (HKP), dimana satu hari kerja equivalen dengan 8 jam lama kerja (Pujianto dalam Achmad dkk., 2015).

1 HKP (Hari Kerja Pria) = 8 jam kerja pria dewasa (1 HKP) 1 HKW (Hari Kerja Wanita) = 8 jam kerja wanita dewasa (0,75 HKP) 1 HKA (Hari Kerja Anak) = 8 jam kerja anak-anak < 15 tahun (0,5 HKP)

Analisis pendapatan Secara matematis, menurut Hadiana, dkk. (2005) pendapatan usaha peternakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Π = ΣTR – ΣTC Dimana :

Π = Keuntungan pada usaha peternakan (Rp/bulan)

ΣTR = Jumlah pendapatan pada usaha peternakan (Rp/bulan) ΣTC = Jumlah biaya pada usaha peternakan (Rp/bulan)

Analisis variabel eksogenus dan variabel endogenus Seluruh data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis jalur. Teknis analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah analisis jalur model satu persamaan strukturan (a single equation path model).

Y =

ρyx

1.X1 +

ρyx

2.X2 +

ɛ

Dimana :

ρx21 = Hubungan X1 terhadap X2 ρyx1 = Pengaruh X1 terhadap Y ρyx2 = Pengaruh X2 terhadap Y

ɛ1 = Pengaruh variabel selain X terhadap Y

Dalam model ini, hanya akan dilihat pengaruh secara langsung antara variabel X terhadap Y, disamping melihat pengaruhnya secara bersama-sama dan ingin mengetahui variabel dominan dalam peranannya (Juanim, 2004).

Pengujian model Pengujian model dilakukan secara gabungan dan parsial. Pengujian model secara gabungan dilakukan dengan menggunakan uji F (F-test), dimana hipotesis diuji dengan rumus (Sudjana, 1996) :

Statistik uji : F = R²(n-k-1) k(1 - R²) Keterangan : R2 = koefisien determinasi

n = jumlah sampel k = jumlah parameter

(6)

Adapun kriteria keputusan

Fhitung > Ftabel → Tolak Ho, atau Fhitung < Ftabel → Terima Ho

Jika Ho diterima, maka secara bersama-sama variabel X1 dan X2 tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan dan jika Ho ditolak, maka secara bersama-sama variabel X1 dan X2 berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Pengujian model secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test), dimana hipotesis diuji dengan rumus :

Statistik uji : t = ρ𝑦𝑥𝑖 √(1−𝑅2𝑦𝑥1𝑥2)𝐶𝑖𝑖𝑛−𝑘−1 Keterangan :

ρyxi = pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat R2 = koefisien determinasi

n = jumlah sampel k = jumlah parameter Kriteria keputusan

thitung > ttabel → Tolak Ho, atau thitung < ttabel → Terima Ho

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Hampir sebagian anggota peternak sapi perah KPSP Manglayang berlokasi di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Luas wilayah Desa Ciporeat adalah 259,85 ha. Penggunaan lahan di Desa Ciporeat sebagian besar untuk pemukiman warga, sawah, tegal, dan fasilitas umum lainnya. Topografi Desa Ciporeat berbukit dengan ketinggian 700-1400 m di atas permukaan laut. Temperatur lingkungan harian di desa ini berkisar antara 19-37 ºC, dengan curah hujan 2.500 mm/tahun serta kelembaban udara antara 60-70 %. Jumlah populasi ternak sapi perah di Desa Ciporeat pada tahun terakhir mencapai sekitar 1.114 ekor. Jumlah populasi ternak sapi perah di Desa Ciporeat pada tahun terakhir mencapai sekitar 1.114 ekor.

2. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 75 orang peternak anggota KPSP Manglayang. Identitas responden yang dikaji dalam penelitian ini yaitu umur peternak, pendidikan terakhir peternak, dan pengalaman beternak.

(7)

Pengelompokan umur

Umur produktif dari responden anggota KPSP Manglayang berkisar antara usia 20-59 tahun dengan jumlah 64 peternak atau 85,33 %, sedangkan peternak dengan usia > 60 tahun mencapai 11 peternak atau sekitar 14,67 %. Umur > 60 tahun merupakan umur non-produktif dan hal tersebut perlu dihindari agar aging agricultue atau penggunaan tenaga kerja lebih banyak usia lanjut tidak terjadi.

Tingkat pendidikan

Dominasi tingkat pendidikan pada responden anggota KPSP Manglayang adalah pendidikan SD dengan jumlah 39 peternak atau 52 %. Jumlah peternak yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan SD mencapai 25 peternak atau 33,33 %. Peternak lainnya memiliki tingkat pendidikan antara SD hingga Perguruan Tinggi sebanyak 11 peternak atau 14,67 %. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut dapat dibantu oleh pendidikan non formal guna mengembangkan tenaga kerja sektor pertanian, diantaranya kegiatan penyuluhan pertanian bagi para petani maupun peternak.

Pengalaman beternak

Responden pada penelitian ini sudah memiliki pengalaman beternak lebih dari 15 tahun sebanyak 31 orang atau 41,33 %. Pengalaman beternak yang lebih lama menandakan bahwa pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pemeliharaan (on farm) dapat dikatakan lebih baik. Menurut Soekartawi dalam Lestari, dkk (2009) menyatakan bahwa kemampuan peternak dalam menjalankan usaha ternaknya dipengaruhi oleh lamanya keterlibatan peternak dalam menjalankan usaha.

3. Tingkat Kepemilikkan Ternak Sapi Perah berdasarkan Skala Usaha

Kepemilikkan ternak sapi perah merupakan faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak sapi perah. Menurut Djaja (1991), terjadinya kelangsungan usaha dan produksi yang stabil dalam beternak sapi perah dipengaruhi oleh pemeliharaan ternak, yaitu 85 persen ternak laktasi dan 15 persen ternak kering kandang. Sudono dalam Dameria dkk (2013) menjelaskan bahwa persentase sapi laktasi merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam suatu peternakan sapi perah sebagai upaya menjamin pendapatan petani ternak.

(8)

Tabel 1. Rata-rata Kepemilikan Ternak Sapi Perah

No Kondisi Ternak Skala Usaha

I II III .. ST .. ... % ... .. ST .. ... % ... .. ST .. ... % ... 1 Produktif  Laktasi 1,89 90,87 4,67 95,50 14,00 84,85  Kering kandang 0,19 9,13 0,22 4,50 2,50 15,15 Total (A) 2,08 100,00 4,89 100,00 16,50 100,00 Persentase produktif 79,69 84,46 89,63 2 Non Produktif  Dara bunting 0,19 35,85 0,33 36,67 0,00 0,00  Dara 0,23 43,40 0,28 31,11 1,38 72,25  Pedet 0,11 20,75 0,19 21,11 0,53 27,75 Total (B) 0,53 100,00 0,90 100,00 1,91 100,00 Persentase non produktif 20,31 15,54 10,37

Total Seluruh (A+B) 2,61 5,79 18,41

Tampak bahwa rata-rata kepemilikan ternak sapi perah produktif di KPSP Manglayang untuk skala usaha I, II, dan III secara berturut-turut adalah 2,08 ekor; 4,89 ekor; dan 16,50 ekor. Persentase sapi perah produktif sudah lebih banyak dibandingkan dengan sapi perah non produktif, yaitu 79,69 %; 84,46 %; dan 89,63 %. Hal tersebut selaras dengan persentase sapi laktasi dan kering kandang yang sudah sesuai jumlahnya mencapai 90,87 %; 95,50 %; dan 84,85 % pada skala usaha I, II, dan III. Kurang ekonomisnya sebuah usaha dapat disebabkan persentase pemeliharaan ternak laktasi yang melebihi 80 persen dari keseluruhan sapi perah produktif (Siregar dan Kusandi, 2004). Hal tersebut dilakukan oleh sebagian besar peternak rakyat yang memaksa memerah sapi laktasi terus menerus hingga melewati waktu masa kering untuk mengejar penerimaan yang lebih besar (Kusnadi dan Juarini, 2006).

4. Pencurahan Tenaga Kerja berdasarkan Skala Usaha

Curahan tenaga kerja adalah waktu yang dikeluarkan oleh sebuah keluarga dalam usaha ternak sapi perah dalam satu hari. Curahan tenaga yang dikeluarkan dalam usaha ternak sapi perah biasanya terbagi atas pekerjaan dalam kandang dan pekerjaan luar kandang. Tenaga kerja keluarga dimanfaatkan baik dalam usaha ternak karena memegang peranan penting dalam menjalankan usaha. Adanya kegiatan gotong-royong dapat mengurangi biaya produksi dalam mengeluarkan upah untuk buruh atau tenaga kerja luar keluarga.

(9)

Tabel 2. Rata-rata pencurahan tenaga kerja responden berdasarkan skala usaha (HKP/bulan) Kegiatan

SKALA I

TK. Keluarga TK. Luar Keluarga Pria Wanita Anak Pria Wanita Anak

Luar kandang 15,62 8,01 0,09 0,39 0,01 0,00 Dalam kandang 8,95 7,98 0,10 0,41 0,25 0,00 Jumlah 24,57 15,99 0,19 0,80 0,26 0,00 Keseluruhan 40,75 1,06 Keseluruhan (HKP/ST/hari) 0,53 Kegiatan SKALA II

TK. Keluarga TK. Luar Keluarga Pria Wanita Anak Pria Wanita Anak

Luar kandang 22,00 6,87 0,00 7,92 0,00 0,00 Dalam kandang 11,75 8,35 0,16 0,00 2,81 0,00 Jumlah 33,75 15,22 0,16 7,92 2,81 0,00 Keseluruhan 49,13 10,73 Keseluruhan (HKP/ST/hari) 0,34 Kegiatan SKALA III

TK. Keluarga TK. Luar Keluarga Pria Wanita Anak Pria Wanita Anak

Luar kandang 21,03 4,62 0,00 30,23 5,63 0,00

Dalam kandang 10,85 9,68 0,00 11,02 14,76 0,00

Jumlah 31,88 14,30 0,00 41,25 20,39 0,00

Keseluruhan 46,18 61,64

Keseluruhan (HKP/ST/hari) 0,20

Rata-rata curahan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh keluarga peternak sapi perah dalam sebulan pada skala usaha I, II, dan III secara berturut-turut adalah 40,75 HKP/bulan atau 1,36 HKP/hari; 49,13 HKP/bulan atau 1,64 HKP/hari; dan 46,18 HKP/bulan atau 1,54 HKP/hari. Pada skala usaha III, penggunaan tenaga kerja keluarga lebih sedikit dibandingkan skala usaha II dikarenakan pada skala usaha III peternak sapi perah memutuskan untuk memperkerjakan tenaga kerja luar keluarga, sehingga curahan tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan lebih sedikit. Dominasi tenaga kerja pria terjadi pada skala usaha I, II maupun III. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja pria masih berperan penting dalam usaha ternak sapi perah. Curahan tenaga kerja yang paling banyak menyita waktu adalah pekerjaan luar kandang yang didominasi oleh kegiatan mencari rumput. Pekerjaan dalam kandang biasanya meliputi memandikan ternak dan membersihkan kandang, memberi pakan, serta memerah ternak.

(10)

5. Analisis Usahaternak Sapi Perah

Biaya Produksi Usaha dan Penerimaan Ternak Sapi Perah

Biaya produksi dan penerimaan ternak sapi perah perlu diperhitungkan agar pendapatan peternak sapi perah dapat diperoleh dengan seoptimal mungkin. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menjalan sebuah usaha. Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan tidak tetap.

Tabel 3. Biaya Produksi dan Penerimaan Ternak Sapi Perah

No Biaya Skala Usaha

I II III ...Rp/bulan... A 1. Biaya Tetap  Penyusutan kandang 16.624 21.091 50.000  Penyusutan alat 38.327 42.644 140.847  Penyusutan bibit 106.911 260.802 898.264  Bunga modal 4.839 0 0 Total (TFC) 166.700 324.537 1.089.111

2. Biaya Tidak Tetap

 Hijauan

  Pajak tanah 31.880 45.713 24.687

 Bensin 123.101 213.333 1.140.000

 Pupuk urea 60.470 85.647 66.667

 Tenaga kerja luar keluarga 16.129 366.667 1.525.000

 Konsentrat 837.645 806.667 2.275.000

 Bahan pakan lain 804.032 2.922.778 9.220.000

 Mineral dan vaseline 14.651 30.075 103.000

 Biaya lain 45.550 58.000 192.500

Total (TVC) 1.933.458 4.528.880 14.546.854

B Penerimaan

Penjualan Susu 2.587.297 6.627.367 21.272.125

Penjualan Ternak 120.363 157.407 250.000

Peningkatan Nilai Ternak

a. Pedet 164.770 262.663 646.982

b. Dara 73.457 52.597 269.815

c. Dara Bunting 48.574 44.511 0

d. Induk 34.150 15.028 132.667

Total (TR) 3.028.611 7.159.573 22.571.589

Tampak bahwa rata-rata biaya produksi yang paling besar dikeluarkan berasal dari biaya tidak tetap, yaitu penggunaan pakan berupa hijauan maupun konsentrat dan bahan pakan lain yang diberikan kepada ternak sapi perah. Menurut Yusdja (2005), biaya pakan dapat mencapai 62,5 persen dari total biaya usaha ternak sapi perah sehinggga keuntungan yang didapat oleh peternak bergantung pada biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan. Pada skala usaha I,II,

(11)

dan III secara berturut-turut, biaya pakan mencapai 89,20 %; 91,50 %, dan 91,14 % dari total biaya produksi. Hal tersebut selaras dengan hasil penerimaan dari penjualan susu bahwa skala usaha II memiliki rata-rata penerimaan paling optimal dari keseluruhan skala usaha yaitu Rp 6.627.367 /bulan atau Rp 1.355.290 /ST/bulan. Siregar dalam Dameria dkk (2013) menyatakan bahwa sumber penerimaan terbesar dan utama berasal dari penjualan susu, disamping penjualan sapi-sapi yang tidak produktif lagi, penjualan pedet yang tidak digunakan sebagai replacement stock serta penjualan pupuk kandang.

Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

Pendapatan usaha ternak sapi perah merupakan selisih antara penerimaan usaha dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak sapi perah adalah harga input produksi dan output. Harga merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi terhadap keberlangsungan suatu usaha (Priyanti dkk, 2009).

Tabel 4. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

No Komponen Skala Usaha

I II III ....Rp.... 1 Penerimaan (ΣTR) 3.028.611 7.159.573 22.571.589 2 Pengeluaran (ΣTC) TFC 166.700 324.537 1.089.111 TVC 1.933.458 4.528.880 14.546.854 3 Pendapatan (π) 928.453 2.306.156 6.935.624 Pendapatan (Rp/bln/ST) 355.729 398.299 376.731

Tampak bahwa pendapatan peternak sapi perah yang optimal berlangsung pada skala usaha II. Jumlah sapi betina laktasi dan biaya pakan merupakan komponen paling berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh, sehingga satu ekor sapi laktasi belum ekonomis jika harus membiayai lebih dari satu ekor sapi kering atau yang sedang tidak berproduksi (Priyanti dkk, 2009). Hadiana dkk (2005) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha sapi perah, yaitu 1) skala usaha produktif, 2) daya dukung sumber daya pakan, 3) bibit sapi perah, 4) harga input produksi dan ouput, 5) agroklimat, 6) kualitas susu, 7) manajemen budidaya, dan 8) skala usaha.

(12)

6. Hubungan antara Skala Usaha dan Curahan Tenaga Kerja serta Pengaruhnya pada Pendapatan Peternak Sapi Perah

Analisis jalur digunakan untuk menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 terhadap Y. Komponen skala usaha dan curahan tenaga kerja merupakan komponen faktor produksi yang sangat berkaitan dalam mempengaruhi pendapatan peternak sapi perah, begitu juga dengan besarnya skala usaha akan mempengaruhi curahan tenaga kerja yang dikeluarkan. Hasil perhitungan koefisien jalur antara skala usaha (X1) dan curahan tenaga kerja (X2) terhadap pendapatan (Y), sehingga membentuk persamaan jalur, yaitu :

Y = 0,61 X1 + 0,24 X2 +

ε

1

Koefisien jalur X1 terhadap Y (ρyx1) memiliki nilai sebesar 0,61, artinya setiap peningkatan skala usaha sebesar satu satuan, maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,61 satuan (meningkat karena positif), begitu juga X2 terhadap Y (ρyx2) memiliki nilai 0,24 yang artinya ketika curahan tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,24 satuan. Korelasi antara variabel X1 dan X2 sebesar 0,74. Hubungan antara skala usaha dan curahan tenaga kerja terhadap pendapatan memiliki nilai sebesar 0,66.

Pengujian model secara bersama-sama menunjukan hasil signifikan antara skala usaha dan curahan tenaga kerja terhadap pendapatan peternak, dapat dilihat dari perhitungan Fhitung > Ftabel, yaitu 69,888 > 3,12 dengan koefisien determinasi (R2)yang diperoleh sebesar 0,66.

Tabel 5. Pengujian Model secara Parsial

Variabel Hipotesis Koef. Jalur t Hitung db t Tabel Kesimpulan

X1 ρyx1 ≠ 0 0,61 5,62 72

± 1,99 Ho diterima

X2 ρyx2 ≠ 0 0,24 2,20 72

Tampak bahwa skala usaha maupun curahan tenaga kerja bepengaruh nyata terhadap pendapatan peternak, dilihat dari tHitung > tTabel. Skala usaha merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pendapatan peternak dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,61. Jumlah pemeliharaan sapi-sapi yang sesuai komposisi akan mempengaruhi pendapatan peternak. Dalam mencapai skala usaha yang optimal, menurut Priyanti dkk (2009), setiap peternak harus memelihara lebih dari enam ekor induk dalam satu tahun.

Faktor curahan tenaga kerja mempengaruhi pendapatan peternak, dilihat dari tHitung > tTabel. Penggunaan tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya, tentu akan

(13)

mengakibatkan maksimalnya pekerjaan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya serta dapat menambah etos kerja berupa kedisiplinan dan tanggung jawab dalam diri tenaga kerja (Rangkuti dkk, 2014).

KESIMPULAN

1. Rata-rata kepemilikan ternak sapi perah produktif dan seluruh kepemilikan pada anggota KPSP Manglayang adalah 2,08 ekor dan 2,61 ST; 4,89 ekor dan 5,79 ST; serta 16,50 ekor dan 18,41 ST secara berturut-turut untuk skala usaha I, II, dan III, dengan kepemilikan tersebut membutuhkan curahan tenaga kerja masing-masing sebesar 41,81 HKP/bulan; 59,86 HKP/bulan; dan 107,81 HKP/bulan untuk skala usaha I, II, dan III.

2. Rata-rata perolehan pendapatan peternak anggota KPSP Manglayang secara berturut-turut untuk skala usaha I, II, dan III sebesar Rp 355.729 /bulan/ST, Rp 398.299 /bulan/ST, dan Rp 376.731 /bulan/ST.

3. Skala usaha dan curahan tenaga kerja memiliki korelasi positif terhadap pendapatan peternak sebesar 0,81 dengan nilai R2 sebesar 0,66.

4. Skala usaha dan curahan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak secara bersama-sama maupun parsial.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Taslim, MP., sebagai pembimbing utama dan Ir. Hermawan, MS., sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Budiman., Purwanto, Ris Hadi., Sambas Sabarnurdin, dan Sumardi. 2015. Tingkat Pendapatan dan Curahan Tenaga Kerja pada Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmu Kehutanan. Volume 9 No. 2 – Juli – September 2015. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis.

Boediyana, Teguh. (2008). Menyongsong Agribisnis Persusuan yang Prospektif di Tanah Air. Trobos. No 108. September 2008 Tahun VIII.

Dameria Ruth, Siswanto Imam, dan Sudiyono Marzuki. 2013. Analisis Profitabilitas pada

Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Semarang. Ragam Jurnal Pengembangan

Humaniora Vol. 13 No 1. Fakultas Peternakan Universitas Dipenogoro, Semarang. Djaja, W. 1991. Perhitungan Jumlah Sapi Produktif dan Non Produktif. Buletin PPSKI

(14)

Djaja Willyan, Rasali H. Matondang, dan Haryanto. 2009. Aspek Manajemen Usaha Sapi Perah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah. Bandung: Widya Padjadjaran.

Hadiana, Muhamad Hasan, Rochadi Tawaf, dan Achmad Firman. 2005. Analisis Biaya Produksi Susu Segar pada Peternak Sapi Perah Anggota GKSI Jawa Barat. Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Dinas Koperasi Jawa Barat, dan GKSI Jawa Barat, Bandung.

Juanim. 2004. Analisis Jalur dalam Riset Pemasaran: Teknik Pengolahan Data SPSS dan

LISREL. Fakultas Ekonomi UNPAS. Bandung.

Lestari, W., Syafrif Hadi, dan Nahri Idris. 2009. Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan Februari, 2009, Vvol XII. No. 1. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi. (14-22).

Kusnadi, Uka dan Juarini, E. 2006. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi

Perah dalam Upaya Peningkatan Produks Susu Nasional. WARTAZOA Vol 17 No. 1

Th 2007. Balai Penelitian Peternakan Bogor. Bogor.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta.

Priyanti, Atien., Sudi Nurtini, dan Achmad Firman. 2009. Analisis Ekonomi dan Aspek Sosial Usaha Sapi Perah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Rangkuti, Khairunnisa., S. Siregar, M. Thamrin, dan Rui A. 2014. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Jagung. Agrium ISSN 2442-7306. Oktober 2014 Volume 19 No. 1. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Siregar, S.B. dan U.Kusnadi. 2004. Peluang Pengembangan Usaha Sapi Perah di Daerah Dataran Rendah Kabupaten Cirebon. Media Peternakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 2: 77 – 87.

Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung. Tarsito.

Suryadi. D, R. Thawaf, S. Rahayu, Soedjana, Taslim, Permadi. 1989. Analisis Biaya Produksi Susu pada Usaha Ternak Sapi Perah . Fakutas Peternakan Universitas Pdjadjaran. Bandung.

Yusdja, Yusmichad. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Analasisi Kebijakan Pertanian, September 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Vol. 3 No. 3.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata Kepemilikan Ternak Sapi Perah
Tabel 2.  Rata-rata pencurahan tenaga kerja responden berdasarkan skala usaha (HKP/bulan)  Kegiatan
Tabel 3.  Biaya Produksi dan Penerimaan Ternak Sapi Perah
Tabel 4.  Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data yang harus dibawa untuk diverifikasi adalah semua dokumen asli yang sesuai dokumen yang telah diupload oleh penyedia jasa atau data kualifikasi yang diisi melalui pengadaan

Kegagalan pustakawan untuk mendapatkan tempat ditengah masyarakat bukan karena pendekatan yang digunakan oleh pustakawan dalam menentukan peranya baik yang bersifat

Indonesia Comnets Plus mengundang perusahaan saudara untuk mengikuti Prakualifikasi Lelang untuk Kajian Reengineering Proses Bisnis Perusahaan.. No Judul Lelang

Pembelajaran problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk

akhir dengan menggunakan tungku pengecoran yang didasari oleh ilmi-ilmu.. teknik pengecoran logam dan perpindahan panas yang akan

Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami

Bagi mengatasi masalah tersebut, beberapa strategi telah dikemukakan antaranya melibatkan penerapan kaedah kontemporari, modul pembangunan semula tanah wakaf,

Namun terlepas dari asalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasi belajar siswa dalam