• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Tinjauan Kebijakan Moneter

November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Boediono Gubernur

Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Adhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

(4)

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ...3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ...5

Inflasi ...6

Nilai Tukar Rupiah ...7

Kebijakan Moneter ...8

Strategi Kebijakan ...8

Suku Bunga ...9

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ...10

Pasar Modal ...11

Kondisi Perbankan ...14

(5)

I. Statement KebIjaKaN MoNeTeR

Perekonomian Indonesia masih terus merasakan rambatan dari krisis finansial global. Melemahnya perekonomian dunia telah mengimbas pada menurunnya kinerja perekonomian Indonesia. Dampaknya lebih dalam dari perkiraan semula. Berbagai indikator makroekonomi domestik mengalami penyesuaian dalam beberapa pekan terakhir. Ekonomi Indonesia sedang menuju keseimbangan barunya. Di sisi inflasi, melambatnya perekonomian dunia tentu menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari harga barang internasional. Secara umum, tekanan inflasi di dalam negeri mereda. Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati beberapa risiko tekanan inflasi ke depan yang perlu terus diwaspadai. Menghadapi kondisi tersebut, Bank Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan moneter yang tepat untuk dapat mencapai keseimbangan antara pencapaian sasaran inflasi dengan kestabilan ekonomi dalam jangka menengah panjang.

Berbagai indikator perekonomian menunjukkan bahwa krisis perekonomian global telah mengalir dan menyebar pada kinerja perekonomian dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat, sama halnya dengan investasi yang diperkirakan melemah akibat menurunnya permintaan eksternal dan meningkatnya faktor risiko ketidakpastian perekonomian dunia. Pertumbuhan ekspor diperkirakan juga akan melambat sedangkan pertumbuhan impor diperkirakan akan tertahan. Di sisi penawaran, beberapa sektor utama penopang pertumbuhan yakni sektor pertanian dan industri diperkirakan tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun, beberapa sektor seperti sektor pengangkutan dan telekomunikasi, serta sektor listrik, diperkirakan masih akan tumbuh tinggi.

Di tengah berbagai perkembangan tersebut, inflasi tetap menjadi perhatian utama Bank Indonesia. Berbagai kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mengurangi tekanan inflasi dalam jangka menengah panjang. Inflasi bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 11,77% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya inflasi pada kelompok volatile food dan sumbangan deflasi dari kelompok administered price. Sementara itu, dari sisi fundamental, melambatnya permintaan domestik serta berkurangnya

(6)

tekanan dari imported inflation menyebabkan tekanan pada inflasi inti cenderung menurun. Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan serta pertumbuhan kredit perbankan yang masih tinggi. Dengan memperhitungkan berbagai hal yang mengurangi tekanan inflasi dan faktor risiko tersebut. Bank Indonesia masih memperkirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada dalam kisaran 11,5% - 12,5%.

Nilai tukar rupiah selama Oktober 2008 mengalami depresiasi. Sentimen global telah mendorong terjadinya perilaku menghindari risiko (risk

aversion) oleh para investor asing. Secara alamiah, terjadinya krisis

global menyebabkan para investor memindahkan portfolionya keluar dari Indonesia. Hal ini memicu terjadinya capital outflow, Meski kondisi fundamental Indonesia masih kondusif, perilaku tersebut menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah. Indonesia tidak sendiri dalam hal ini.

Pelemahan nilai tular terjadi pada mata uang di kawasan regional, dengan penyebab yang sama, yaitu imbas dari sentimen global. Secara rata-rata, selama bulan Oktober 2008, Rupiah melemah 6,5% atau mencapai level Rp 9.998 per USD. Di pasar saham, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga mengalami penurunan yang cukup signifikan sebagai imbas krisis keuangan global. Namun, untuk keseluruhan bulan investor masih mencatat net beli di pasar saham. Menghadapi prahara krisis global tersebut, kondisi perbankan Indonesia secara umum masih solid. Indikator-indikator utama perbankan

menunjukkan ketahanan yang tetap baik dalam menghadapi gejolak pasar keuangan dunia. Kondisi likuiditas perbankan, yang sempat ketat di awal-awal krisis, kini mulai longgar kembali. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia, seperti pelonggaran GWM.

telah memberikan kontribusi pada kelonggaran likuiditas perbankan di pasar keuangan. Hal ini memberi keleluasaan bagi perbankan dalam menjalankan usahanya.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, dalam keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 6 November 2008, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 9,5%. Selain menggunakan BI Rate, Bank Indonesia juga tetap mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia, seperti pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan menjaga stabilitas di pasar uang dan valas. Transmisi kebijakan moneter akan bekerja melalui pergerakan suku bunga yang dikaitkan dengan

(7)

suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai timbulnya beberapa risiko global yang dapat mempengaruhi tekanan infasi dan kestabilan makeroekonomi. Untuk itu Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah dalam mencermati perkembangan dan prospek perekonomian global, regional dan domestik untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka menengah.

II. Perkembangan dan kebIjakan

moneter

Meningkatnya intensitas krisis di pasar keuangan global mewarnai perkembangan makroekonomi selama Oktober 2008. Imbas krisis global mendorong penurunan kinerja pasar keuangan regional termasuk Indonesia. Meskipun demikian, tekanan terhadap inflasi mulai mereda seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan penurunan harga komoditas internasional. Secara bulanan, laju inflasi pada Oktober 2008 mencapai 11,77% (yoy). Penurunan laju inflasi terutama bersumber dari penurunan inflasi volatile foods sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional dan deflasi kelompok administered prices sehubungan dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak jenis Pertamax dan Pertamax Plus. Meski menurun, beberapa tekanan inflasi ke depan tetap perlu diwaspadai terutama yang berasal dari sisi permintaan, masih tingginya pertumbuhan kredit, dan pelemahan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah pada Oktober 2008 mengalami pelemahan dibanding bulan sebelumnya disebabkan oleh pengaruh faktor global. Dari sisi moneter, kenaikan BI Rate ditransmisikan ke jalur suku bunga yaitu suku bunga simpanan bank umum dan suku bunga kredit. Hal tersebut diikuti dengan penyaluran kredit dan pengumpulan dana yang meningkat. Di pasar keuangan, kinerja pasar saham mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat memburuknya kondisi pasar keuangan global. Namun, penurunan saham lebih lanjut dapat ditahan dengan berbagai kebijakan BEI. Sementara itu, pelemahan juga terjadi kondisi serupa terjadi di pasar SUN, kinerja SUN mengalami tekanan yang tercermin pada peningkatan

(8)

I n f l a s i

Penurunan harga komoditas internasional dan penurunan

permintaan paska lebaran menahan laju inflasi pada oktober 2008.

Secara bulanan, laju inflasi pada Oktober 2008 menurun menjadi 0,45% dari 0,97% di bulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan, tekanan inflasi Oktober 2008 mencapai 11,77% menurun dibanding September 2008 sebesar 12,14%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi hingga Oktober 2008 telah mencapai 10,96%, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (5,24%) (Grafik 2.1)

Dilihat dari sumbangannya, inflasi IHK terutama bersumber dari kelompok Bahan Makanan (0,15%) dan kelompok Makanan Jadi. Minuman

dan Tembakau (0,13%) (Grafik 2.2). Pada kelompok Bahan Makanan, komoditas yang dominan menyumbang inflasi antara lain ikan segar, Inflasi pada komoditas ikan segar mencatat peningkatan mencapai 3,48% akibat berkurangnya pasokan. Komoditas lain adalah daging ayam ras dan sapi yang masing-masing mencapai 0,04% dan 0,02% terkait terbatasnya pasokan akibat masih tingginya harga pakan ternak. Pada kelompok Makanan Jadi. Minuman dan Tembakau, masih tingginya harga tepung terigu menyebabkan beberapa komoditas makanan jadi antara lain mie masih memberikan sumbangan inflasi. Komoditas lain di luar kelompok tersebut yang masih memberikan sumbangan adalah komoditas bahan bakar terkait dampak konversi minyak tanah yang masih terus berlanjut. Menurunnya inflasi IHK pada Oktober 2008 terutama didorong oleh faktor nonfundamental, sementara faktor fundamental relatif stabil. Berdasarkan pendekatan sub kelompok yang dilakukan oleh Bank Indonesia, secara bulanan dan tahunan inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil. Sementara inflasi volatile food dan administered relatif menurun.

Penurunan inflasi volatile food terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak goreng terkait penurunan harga CPo internasional. Selain itu, deflasi harga bumbu-bumbuan akibat

meningkatnya pasokan turut memberikan kontribusi pada penurunan inflasi volatile food. Sementara itu, harga daging-dagingan masih menunjukkan peningkatan terkait terbatasnya pasokan akibat masih tingginya harga pakan ternak. Komoditas lain yang menunjukkan peningkatan adalah komoditas ikan segar. Peningkatan harga pada komoditas tersebut cukup signifikan akibat berkurangnya pasokan terkait faktor cuaca. Sementara itu, harga beras relatif stabil yang didukung oleh

������ � � � �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� �� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ��� ��� ����� Grafik 2.1 IHK ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��������������� ������������� ������������� ���������������������� ������������������� ������������������������ �������������������� ������� ��������� ��������������������� ������������� ������������������������� �����������������

Grafik 2.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per

(9)

��������������������������� ������������ ���������������� ��������������������������� ������������� ������ ��� �� �� � � �� �� �� ������ ���� ���� ���� ���� ���� � � � � � � ���� ���� � � � � �� � � � � ���� � � � � ���� � � � � ���� � � � � ����

Grafik 2.3 Nilai Tukar vs Inflasi Barang Impor

dan Core Traded

1 Masih berlanjutnya kenaikan harga rokok diperkirakan terkait dengan rencana pungutan pajak rokok sebesar 25% yang akan dilakukan PEMDA (Kompas. 18 September 2008)

produksi beras nasional dan pengadaan beras Bulog yang relatif baik. Stok beras per 28 Oktober 2008 sebesar 2.496 juta ton yang merupakan stok tertinggi sejak tahun 2005.

Sejalan dengan tidak adanya penerapan kebijakan administered

prices strategis, inflasi administered prices pada oktober 2008

relatif menurun dibanding bulan sebelumnya. Tekanan inflasi

administered terutama terkait dengan masih meningkatnya harga rokok

(sumbangan 0,03%)1 dan kenaikan harga minyak tanah. Kenaikan harga

minyak tanah antara lain disebabkan pencabutan subsidi minyak tanah per 15 Oktober 2008 di kota Semarang, yang menyebabkan harga minyak tanah melonjak dari Rp. 6.000,-/liter menjadi Rp. 9.750,-/liter (62%). Disisi lain, penurunan harga Pertamax dan Pertamax plus mengakibatkan inflasi komoditas bensin memberikan sumbangan deflasi di kelompok

administered sebesar 0,01%.

Sementara itu, tekanan dari faktor eksternal terus menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional. Namun di sisi lain,

tekanan inflasi dapat muncul dari depresiasi nilai tukar yang cukup kuat, Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi inti relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Relatif stabilnya inflasi inti terkait dengan penurunan tekanan imported inflation (Grafik 2.3) yang diimbangi oleh peningkatan harga beberapa komoditas terkait depresiasi nilai tukar. Penurunan

imported inflation tersebut tercermin dari penurunan harga komoditas

yang terkait dengan komoditas internasional seperti gandum dan kedelai. Sementara itu, dampak depresiasi nilai tukar yang minimal tercermin dari kenaikan harga obat-obatan yang relatif rendah sebesar 0,82%. Di sisi lain, ekspektasi inflasi cenderung menurun (Grafik 2.4 & 2.5) dan tekanan dari kesenjangan output diperkirakan berkurang sejalan dengan menurunnya permintaan. Sementara itu, dilihat dari komponen barangnya, emas perhiasan merupakan komoditas yang masih memberikan sumbangan terhadap inflasi, yaitu sebesar 0,05%.

Nilai Tukar Rupiah

Selama Oktober 2008, rupiah mengalami pelemahan akibat perilaku menghindari risiko (risk aversion) investor asing. Imbal hasil rupiah yang

������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��������� ��������� ���� ���� ���� ���� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � �

Grafik 2.4 Ekspektasi Harga Konsumen

������ ��� ��� ��� ��� ��������� ��������������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� � � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ������

(10)

masih tinggi tidak mampu mencegah aliran dana asing keluar terutama dari SBI dan SUN. Secara rata-rata, rupiah melemah 6,5% dari Rp9.351/ USD menjadi Rp9.998/USD (Grafik 2.6). Sementara itu, pada akhir periode laporan, rupiah ditutup pada level Rp10.975/USD, melemah 14,5% dari level Rp9.385 di akhir September. Berkembangnya sentimen negatif yang bersumber dari faktor eksternal juga menyebabkan tingkat volatilitas rupiah meningkat dari 1,4% menjadi 3,15% (Grafik 2.7).

Meningkatnya faktor risiko terutama yang bersumber dari eksternal berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah (Grafik 2.8). Terjadinya outflow dana asing yang diakibatkan oleh perilaku

flight to quality mengakibatkan pelemahan Rupiah cukup signifikan (Grafik

2.9). Meskipun imbal hasil investasi rupiah masih tinggi, tingginya faktor risiko tidak sanggup menahan aliran modal keluar. Meski demikian, capital

outflow juga terjadi pada beberapa negara regional. Indikator risiko untuk

kawasan Emerging Market menurun seperti tercermin pada peningkatan tajam indikator EMBIG (Emerging Market Bond Index Global) Spread yang merupakan spread antara yield UST-Notes dan komposit dari yield negara-negara emerging market. Investor menilai prospek penempatan dana di aset emerging market menurun seiring meluasnya dampak resesi dan kesulitan likuiditas global. Hal ini memicu investor mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman.

Kebijakan Moneter

Strategi Kebijakan

Di bulan oktober 2008, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan bI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,5%. Keputusan tersebut diambil setelah mencermati

dan mempertimbangkan dengan seksama perkembangan keuangan dan ekonomi global terakhir serta kemungkinan dampaknya terhadap perekonomian nasional. Bank Indonesia juga mencermati secara mendalam prospek perkembangan permintaan domestik, neraca pembayaran

dan resiliensi sektor keuangan dalam negeri dalam konteks perubahan lingkungan global. Selain itu, dalam upaya mengendalikan inflasi. Bank Indonesia tetap melakukan optimalisasi penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia. Kebijakan stabilisasi rupiah diarahkan pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam.

���� ����� ����� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����������� ����������������� ����������������� ���� ���� � �����������������������������������������������������������������������������������������������������������������

Grafik 2.6 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����� ����� ���������� ��������������������� ������������������������� ���� ���� � ��������������������������������������������������������������������������������������� �������������� ������������

Grafik 2.7 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

������ ���������������� ������������������������������������������������ �� �� �� �� �� �� �� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Grafik 2.8 Pergerakan Mata Uang Dunia dan

(11)

���� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ������������������������� ���� ���� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��������� ��������� ��������� ����������

Beberapa kebijakan lain yang diambil oleh Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan adalah memperkenankan Bank untuk memindahkan portfolio SUN dari kategori Diperdagangkan dan Tersedia utk Dijual ke kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo sampai dgn PSAK No.55 diberlakukan (1 Januari 2009) yang juga berlaku untuk Efek bersifat utang domestik lainnya yang bersifat jangka panjang, perpanjangan tenor FX Swap dari 7 hari menjadi 1 bulan, penyediaan pasokan valuta asing bagi perusahaan domestik melalui perbankan, penurunan rasio GWM valuta asing dari 3% menjadi 1%, pencabutan ketentuan mengenai batasan posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek dengan meniadakan batasan posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek, serta penyederhanaan hitungan GWM rupiah menjadi 7,5% dari DPK.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah untuk mencermati perkembangan yang terjadi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga ketahanan dan kestabilan sistem keuangan Indonesia agar senantiasa dapat terpelihara dengan baik.

Suku Bunga

Suku bunga PUab o/N bergerak stabil disekitar bI Rate. Pada

Oktober 2008, suku bunga PUAB O/N cenderung bergerak bias ke atas, mencerminkan kuatnya permintaan likuiditas di pasar uang. Namun, kondisi tersebut -berangsur pulih seiring dengan intensifnya operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta mulai terasanya dampak penurunan GWM Rupiah sejak pertengahan pekan ke-empat Oktober 2008. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang tetap meningkat. Hal tersebut mengindikasikan terdapatnya kebutuhan likuiditas sekaligus mencerminkan masih cukup tingginya persepsi risiko.

Persepsi keketatan likuiditas di pasar uang di tengah berlanjutnya akselerasi pertumbuhan kredit memacu naiknya suku bunga deposito. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaannya,

perbankan terindikasi menaikkan suku bunga deposito di atas suku bunga penjaminan, khususnya bagi nasabah prima. Kenaikan suku bunga deposito tersebut bahkan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan BI Rate pada periode yang sama. Dalam perkembangannya, hal tersebut belum kunjung mereda pasca diberlakukannya pelonggaran GWM. Suku

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ������ ����� ����� ���� ���� ���� ����� ���� ������ ����� ����� ������ ����� ����� ������ ���� ������ ����� ����� ����� ����� ����� ����� ��������� ���������� �������������������������� ������������������ ����������������

Grafik 2.9 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar

pada November 2008 ������� ������������ ������ ������ ������ ������ ����� ����� ����� ����� ���� ���� ���� ���� ����� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ������

Grafik 2.10 Yield Spread Government

Bond RI dan AS

(12)

bunga deposito tertinggi untuk tenor 1 - 24 bulan tercatat mencapai 13,25% – 14,31%.

Sementara itu, kenaikan bI Rate ditransmisikan ke suku bunga kredit dengan magnitude yang semakin besar. Pada September

2008, rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja (KMK) meningkat drastis sebesar 51bps, yang terutama disumbang oleh

kelompok Bank Asing dan Campuran. Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit investasi (KI) yang sebelumnya turun, pada September 2008 turut naik signifikan mencapai 46bps, yang terutama dikontribusi oleh kenaikan suku bunga kredit investasi pada kelompok Bank Asing dan Campuran dan Bank Umum Swasta Nasional.

�� �� � � � � � �� �� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ��� ������� ������ ������ ������� ��������� �������� �������� �������� ���������

Grafik 2.12 Perbandingan Yield Spread

Beberapa Negara � � � � � �� �� �� �� �� �� ������� ������������������ ������������� ���������������� ���������������� ��������������� ���� ���� ���� ���� � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��

Grafik 2.13 Suku Bunga Kredit per Jenis

Penggunaan Tabel 2.1

Perkembangan berbagai Suku bunga Suku bunga (%)

BI Rate 8.00 8.00 8.00 8.00 8.25 8.5 8.75 9.00 9.25 9.50

Penjaminan Deposito 8.25 8.00 8.00 8.00 8.25 8.25 8.25 8.75 8.75 10.00

Dep 1 bulan (Weighted Average) 7.07 6.95 6.88 6.86 6.98 7.19 7.51 8.04 9.26 n.a

Dep 1 bulan (Counter Rate) 6.97 6.9 6.84 6.85 6.84 7.01 7.18 7.42 7.74 8.59

Base Lending Rate 13.14 12.92 12.83 12.75 12.77 12.8 12.95 13.21 13.26 13.88

Kredit Modal Kerja (KMK) 12.99 12.96 12.88 12.93 12.92 12.99 13.14 13.42 13.93 n.a

Kredit Investasi (KI) 12.81 12.71 12.59 12.47 12.36 12.51 12.61 12.86 13.32 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 16.04 15.96 15.83 15.74 15.67 15.71 15.73 15.78 15.87 n.a

2008

jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Naiknya bI Rate pada bulan oktober 2008 direspon dengan meningkatnya pertumbuhan dana.Pada September 2008, DPK tumbuh sebesar 14,3%, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 9,7%. Kenaikan tersebut dikontribusi oleh hampir seluruh komponen. Deposito kembali tumbuh meningkat sejalan dengan semakin tingginya suku bunga deposito. Kenaikan pertumbuhan tersebut terjadi hampir pada seluruh tenor, khususnya 3 dan 6 bulan. Penyumbang utama dari naiknya pertumbuhan deposito adalah kelompok perorangan dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Sedangkan perlambatan pada komponen tabungan terjadi pada kelompok BUMS yang diindikasi terkait dengan pengalihan ke deposito seiring dengan semakin menariknya suku bunga.

(13)

Sebaliknya, kenaikan bI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit. Efek tunda kebijakan moneter masih berlangsung di pasar kredit,

sebagaimana tampak pada pertumbuhan tahunan kredit pada September 2008 yang mencapai sebesar 34,6%, naik dari bulan sebelumnya sebesar 32,5%. Berdasarkan penggunaannya, kenaikan pertumbuhan tahunan kredit pada bulan laporan masih terjadi pada kredit modal kerja (KMK), diikuti kredit konsumsi (KK) dan investasi (KI). Dari sisi debitur, kenaikan pertumbuhan kredit antara lain dinikmati oleh kelompok perusahaan pembiayaan, asuransi, BPR, dan perorangan.

Likuiditas perekonomian tumbuh akseleratif dan secara nominal mulai lebih tinggi dari historis. Pada bulan September 2008. M1 dan

M2 tumbuh masing-masing 19,6% dan 16,9%, meningkat dari bulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 12,5% dan 12,6%. Dengan perkembangan tersebut secara riil2 pertumbuhan M1 dan M2

menjadi masing-masing sebesar 7,4% dan 4,7% meningkat tajam dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,7% dan 0,8%. Hal tersebut mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas perekonomian (Grafik II.16). Sementara itu, pengganda uang M2 melambat sejalan dengan tingginya kebutuhan uang kartal. Pada September 2008, pengganda uang (money multiplier) M2 masih bergerak turun disumbang oleh masih kuatnya akselerasi permintaan uang kartal musiman menjelang hari raya Iedul Fitri dan libur bersama (Grafik 2.17). Hal tersebut terkait dengan berlanjutnya kegiatan perekonomian yang memerlukan ketersediaan uang kartal untuk kepentingan transaksi.

Pasar modal

berlanjutnya tekanan di pasar keuangan global terus menekan kinerja IHSG. Pecahnya bubble pasar keuangan global dan meningkatnya

risiko kredit memicu terjadinya keketatan likuiditas di pasar-pasar

keuangan. Selain itu ekspektasi mulai membaiknya kondisi perekonomian AS memicu pembalikan modal yang selama ini ditempatkan di berbagai belahan dunia kembali ke AS, sehingga memicu penguatan secara signifikan USD terhadap seluruh mata uang dunia. Perkembangan dan pembalikan modal ini mengakibatkan IHSG terkoreksi tajam hingga mencapai posisi 1111,39. Searah dengan kondisi tersebut, kapitalisasi pasar juga mengalami penurunan secara signifikan sebesar Rp453 Grafik 2.14 Perkembangan Dana vs BI Rate

Grafik 2.15 Perkembangan Dana vs Kredit

�������������������������� �� �� � � �� �� �� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ���������������� �������������������� ������������������������������ ����������������� ������������� ������������������������������ � � �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���������� � � �� �� �� �� �� ��������� ������������ ���� ���� ���� ���� ������������������������������������������������������������ ������������������� �����������������

2 Dihitung terhadap inflasi aktual.

Grafik 2.16 Pertumbuhan Riil M1 dan M2

�������� ������� ��� ���� � � � �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����������������������������������������������������� ������� ������������� �������

(14)

triliun menjadi Rp1000,7 triliun pada akhir Oktober 2008. Kondisi IHSG kembali positif dan rebound setelah situasi global relatif membaik pasca diturunkannya kembali Fed Fund Rate sebesar 50 bps menjadi sebesar 1%. Mulai membaiknya IHSG juga didukung oleh berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengantisipasi krisis lebih lanjut serta membaiknya perkembangan harga-harga secara umum di pasar domestik. Dengan perkembangan tersebut IHSG ditutup menguat pada posisi 1256,7 atau melemah 31,4% (mtm) pada Oktober 2008 (Grafik 2.18).

Kejatuhan IHSG lebih dalam tertahan oleh faktor kebijakan.

Berbagai upaya dan kebijakan yang dilakukan otoritas bursa diantaranya berupa larangan transaksi shortselling, suspensi perdagangan, dan

auto-rejection batas bawah dapat menahan kejatuhan IHSG. Pelarangan short selling selama Oktober 2008 bertujuan untuk mengurangi spekulasi jual

perdagangan ditengah momentum penurunan harga. Sementara itu. suspensi perdagangan yang dilakukan dari 8 sampai dengan 13 Oktober 2008 merupakan upaya untuk memberikan waktu kepada investor agar dapat berpikir rasional ditengah gejolak pasar keuangan. Bersamaan dengan itu. BEI juga memperpanjang suspensi beberapa emiten yang berpotensi menekan kinerja IHSG secara keseluruhan. Seiring dengan kembali dibukanya bursa. BEI menerapkan auto rejection batas bawah sebesar 10% untuk membatasi kejatuhan IHSG yang lebih dalam. Dalam perkembangan selanjutnya. BEI menerapkan asymetric auto rejection (batas atas 20% dan batas bawah 10%). Di samping berbagai kebijakan tersebut. Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai kemudahan dalam melakukan buyback dan sekaligus menghimbau perusahaan BUMN untuk melakukan buyback sahamnya.

Meskipun mencatat net jual yang cukup tinggi hingga

pertengahan3 bulan laporan, secara keseluruhan pelaku asing justru mencatat net beli selama oktober 2008 (Grafik 2.19). Pelaku asing

tercatat membukukan net beli sebesar Rp4,3 triliun selama Oktober 2008. Searah dengan kondisi tersebut proporsi kepemilikan asing berdasarkan data KSEI pada Oktober 2008 kembali naik menjadi sebesar 64,13% dari posisi September 2008 sebesar 62,27%.Walaupun terjadi aksi beli yang terutama dilakukan oleh investor asing namun masih terjadi penurunan confidence pelaku pasar yang ditandai dengan rendahnya nilai

Grafik 2.17 Perkembangan Angka

Pengganda Uang

Grafik 2.18 IHSG dan BI Rate

����� ����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� � � � � � �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ����������� ����������� �������������������������������������� ������ ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ���� ������������� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ���

3 Sampai dengan 30 Oktober 2008 tercatat net jual asing sebesar Rp71 Miliar. namun sampai dengan 31 Oktober 2008 tercatat net beli asing sebesar Rp4.14 Triliun.

(15)

perdagangan pasar dari rata-rata kondisi normal Rp4-5 triliun menjadi Rp2,7 triliun per hari.

Sementara itu, faktor global semakin kuat memberi tekanan di pasar SUN dirasakan semakin kuat. Di tengah kondisi fundamental

SUN yang cukup baik seperti tercermin pada ekspektasi inflasi yang mulai menurun dan kondisi fiskal yang terjaga, gejolak pasar keuangan global menyebabkan yield SUN untuk seluruh tenor terus naik. Bahkan, tidak berimbangnya tekanan jual dan beli menyebabkan harga SUN pada beberapa seri tidak terbentuk. Yield SUN untuk seluruh tenor secara rata-rata mencapai 17,14% (end of period), naik sebesar 432bps dari posisi akhir September 2008 (Grafik 2.20). Dengan demikian, kenaikan spread

high-low yield untuk periode 2008 mencapai 12,23%.

Selain sebagai dampak dari kenaikan risiko eksternal dan melemahnya nilai tukar, penurunan kinerja SUN juga sejalan dengan kenaikan risiko emerging market. Kenaikan risiko emerging

market tercermin dari berbagai indikator yang terdapat dalam Global Stability Financial Report (GSFR) IMF Oktober 2008. Searah dengan

kondisi tersebut. EMBIG Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan confidence pelaku pasar menjadi terganggu dan tercermin dalam tipisnya volume dan frekuensi perdagangan. Nilai total perdagangan SUN pada Oktober 2008 tercatat sebesar Rp89 triliun atau turun Rp45 triliun dari posisi September 2008. Sementara itu, frekuensi rata-rata perdagangan SUN hanya sebesar 213 pada Oktober atau turun dari posisi 238 pada September 2008. Dari sisi kepemilikan, pelaku asing membukukan net jual sebesar Rp12,7 triliun. Penurunan kepemilikan asing tersebut khususnya terjadi pada SUN jangka pendek dan panjang sedangkan untuk jangka menengah relatif stabil.

Di pasar reksadana, Nab masih bergerak turun searah dengan kinerja di sisi underlying-nya. Searah dengan gejolak pasar keuangan,

reksadana berbasis SUN dan saham diperkirakan mengalami tekanan yang cukup besar. Beberapa analis memperkirakan NAB turun dari Rp86,1 triliun pada akhir September 2008 menjadi sekitar Rp75,0 triliun pada Oktober 2008. Dalam rangka mengurangi tekanan di pasar reksadana. Pemerintah akan memperkenalkan reksadana terproteksi dengan skema baru yang portofolionya berupa efek jangka panjang dan diperlakukan secara Hold

To Maturity.

Grafik 2.19 Net Beli Asing Saham

��������� ���� ������ ����� ����� � ���� ���� ���� ���� ���� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��������������������� ���������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����

Grafik 2.20 Pergerakan Yield SUN

���� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������������������� ������������������������������ ������������������������������ ����������������������������� ��������������

Grafik 2.21 Aktivitas Beli-Jual SUN Agustus

2008 ���������� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ���� � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������� ������� ��������������������

(16)

Kondisi Perbankan

Kinerja sektor perbankan masih tetap baik. Indikator-indikator utama seperti CAR. NPL dan PDN perbankan menunjukkan ketahanan dalam menghadapi gejolak pasar. Net Interest Income (NII) pada September 2008 tercatat stabil dari bulan sebelumnya sebesar Rp9,3 triliun. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL) sama dengan bulan sebelumnya sebesar 3,9% (gross) dan 1,4% (net). Dari sisi modal, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 16,5%. Sedangkan Return On Asset (ROA) relatif stabil dari bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 2,6%. Di sisi lain, kondisi likuiditas perbankan yang mulai longgar telah memberi keleluasaan bagi perbankan dalam menjalankan usahanya. Pertumbuhan kredit masih relatif stabil mencapai 34,6% dengan risiko kredit yang tetap terjaga. Meskipun demikian, ke depan risiko kredit masih perlu diwaspadai.

Grafik 2.22 Perkembangan Volume dan

Frekuensi Transaksi SUN

Tabel 2.2

Kondisi Umum Perbankan Indikator Utama Total Aset (T Rp) 1.850.5 1.862.7 1.895.0 1.986.5 1.940.3 1.940.7 1.944.7 1.949.3 1.972.5 2.040.9 2.057.1 2.066.6 2.122.6 DPK (T Rp) 1.400.6 1.419.4 1.437.5 1.510.7 1.471.2 1.474.5 1.466.2 1.481.8 1.505.6 1.553.4 1.532.9 1.528.1 1.601.4 Kredit (T Rp) 956.7 980.1 1.004.6 1.045.7 1.031.1 1.045.9 1.080.1 1.103.1 1.137.7 1.190.0 1.210.9 1.246.6 1.287.4 LDR (%) 68.3 69.0 69.9 69.2 70.1 70.9 73.7 74.4 75.6 76.6 79.0 81.6 80.4 NPLs Gross (%) 5.8 5.6 5.4 4.6 4.8 4.8 4.3 4.4 4.3 4.1 4.0 3.9 3.9 NPLs Net (%) 2.6 2.5 2.3 1.9 2.0 2.1 1.8 1.8 1.8 1.7 1.6 1.4 1.4 CAR (%) 20.0 19.8 19.5 19.3 20.1 19.2 18.6 18.4 17.1 16.4 16.2 16.0 16.5 NIM (%) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 2007 2008

Sep okt Nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep

���������� ���� ��� � �� ��� ������ ������ ������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ������� ������ ������������������������������������������� ��� ��

(17)

III. ReSPoN KebIjaKaN MoNeTeR

Setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap arah perkembangan laju inflasi serta perkembangan ekonomi dan keuangan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia

pada 6 November 2008 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate pada tingkat 9,5%. Dalam menghadapi gejolak keuangan global

yang berlanjut dan perlambatan ekonomi dunia yang makin nyata. Bank Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan moneter yang tepat untuk dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya menjaga stabilitas moneter. Meskipun tekanan inflasi di dalam negeri mulai mereda, namun laju inflasi masih terbilang cukup tinggi mencapai 11,77% (yoy).

Dengan memperhitungkan beberapa faktor risiko serta tekanan inflasi yang masih akan timbul hingga akhir tahun. Bank Indonesia memprakirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada pada kisaran 11,5%-12,5% (yoy) dan pada 2009 akan turun pada kisaran 6,5%-7,5%. Sementara itu, dari sisi nilai tukar. Bank Indonesia senantiasa melakukan kebijakan stabilisasi rupiah yang diarahkan pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam. Bank Indonesia tetap akan mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia, sembari terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah dalam mencermati perkembangan dan prospek perekonomian global, regional dan domestik untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka menengah.

(18)

* angka sementara

* angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir

2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file

Sumber : Bank Indonesia. kecuali data pasar modal (BAPEPAM). IHK. ekspor/impor dan PDB dari BPS

Indikator Terkini

SeKToR KeUaNGaN

H a R G a

SeKToR eKSTeRNaL

INDIKaToR KUaRTaLaN

SUKU bUNGa & SaHaM

Suku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

beSaRaN MoNeTeR (miliar Rp) base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-bank Umum

Inflasi bulanan (%. mtm) Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor 8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 7,93 7,96 7,99 8,31 8,73 9,23 9,28 9,71 10,98 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 8,01 8,04 8,04 8,44 9,20 9,75 9,74 9,91 11,16 7,13 7,16 7,18 7,19 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26 -7,44 7,41 7,40 7,42 7,40 7,36 7,26 7,23 7,34 7,49 7,82 8,40 9,45 -6,56 5,95 6,95 5,77 6,57 7,57 7,99 7,87 8,05 8,46 8,97 9,29 9,69 10,27 2.359.206 2.643.487 2.688.332 2.745.826 2.627.251 2.721.944 2.447.299 2.304.516 2.444.349 2.349.105 2.304.508 2.165.943 1.832.507 1.256.704 310.265 313.499 311.172 379.582 332.437 322.001 325.044 324.186 333.995 349.649 346.594 343.630 392.136 307.460 411.281 414.996 424.435 460.842 420.298 411.327 419.746 427.028 438.544 466.708 458.379 452.445 491.729 160.327 156.955 161.272 183.419 166.950 165.633 164.995 171.049 177.886 189.453 188.938 191.866 223.166 191.021 250.954 258.041 263.163 277.423 253.348 245.694 254.751 255.979 260.658 277.255 269.441 260.579 268.563 1.512.756 1.530.145 1.556.200 1.643.203 1.588.962 1.596.090 1.586.795 1.608.874 1.636.383 1.699.480 1.679.020 1.675.430 1.768.250 1.101.475 1.115.149 1.131.765 1.182.361 1.168.664 1.184.763 1.167.049 1.181.846 1.197.839 1.232.772 1.220.641 1.222.985 1.276.521 884.063 896.515 913.037 966.454 950.688 950.840 940.225 954.472 963.208 982.017 965.924 972.949 1.033.846 511.003 514.110 520.837 533.376 531.336 531.242 523.520 532.425 536.484 543.174 531.898 544.976 594.839 373.060 382.405 392.200 433.078 419.352 419.598 416.705 422.047 426.724 438.843 434.026 427.974 439.008 217.412 218.634 218.728 215.907 217.976 233.923 226.824 227.374 234.631 250.755 254.717 250.036 242.674 1.295.344 1.311.511 1.337.472 1.427.296 1.370.986 1.362.167 1.359.971 1.381.500 1.401.752 1.448.725 1.424.303 1.425.394 1.525.501 962.153 984.837 1.009.712 1.040.996 1.026.218 1.040.616 1.075.500 1.102.596 1.137.143 1.189.100 1.206.458 1.246.282 1.286.682 907.260 930.152 953.259 995.111 980.261 995.323 1.029.172 1.054.747 1.089.268 1.142.120 1.159.983 1.198.991 1.239.501 -0,80 0,79 0,18 1,10 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 6,95 6,88 6,71 6,59 7,36 7,40 8,17 8,96 10,38 11,03 11,90 11,85 12,14 11,77 9.137 9.103 9.376 9.419 9.291 9.051 9.217 9.234 9.318 9.225 9.118 9.153 9.378 10.995 7.561 8.125 7.916 8.434 8.957 8.356 9.091 8.572 9.589 9.719 9.468 - - -5.853 6.015 6.799 5.856 7.826 7.419 7.980 8.983 8.362 8.474 9.305 - - -48,30 48,90 48,84 50,98 49,06 48,93 50,27 50,21 48,98 50,22 51,53 52,17 57,11 50,58 6,25 6,32 6,32 6,44 6,11 5,11 4,90 5,47 5,53 6,67 12,07 9,16 15,61 13,05 11,99 65,77 -96,86 169,20 169,38 -34,98 7,27 8,02 15,46 15,93 14,33 13,60 8,89 17,77 16,73 11,92 2007

Sep okt Nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt

2008

2007*

Tw.IV Total Tw.I Tw.II Tw.III 2008

Gambar

Grafik 2.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per  Kelompok (November 2008. m-t-m)
Grafik 2.5 Ekspektasi Harga Pedagang
Grafik 2.6 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.11 Premi Swap Berbagai Tenor
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan laporan ini selain untuk menginformasikan mengenai proses dan hasil pencapaian tujuan serta sasaran, jua menjelaskan tingkat keberhasilan atau kegagalan

x Produk model TASC untuk meningkatkan kemampuan mencipta peserta didik dalam fisika yang dihasilkan telah memenuhi kategori valid, terbaca, dan praktis namun belum

1) Modernisasi pesantren bagi Abdurrahman Wahid adalah proses dinamisasi: penggalakan nilai-nilai hidup positif tradisi-tradisi pesantren dan penggunaan nilai-nilai baru

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

Pengembangan kawasan Pulau Maitara dengan konsep ekowisata, sehingga masyarakat dituntut keterlibatan dan peran aktif pada pengelolahan destinasi, masyarakat harus

d. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap

Sistem yang akan dirancang untuk penelitian ini merupakan suatu sistem dengan kemampuan melakukan pengukuran dan pengendalian berdasarkan voucher sehingga dapat

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti keadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan