• Sebagai Paham Keagamaan, Ahmadiyah adalah paham yang memandang Mirza Ghulam Ahmad, yang lahir di
Kota Qodian, India, 1835 M, adalah imam mahdi, al-masih al-mau’ud, nabi, dan rasul (meskipun tidak membawa syariat baru)
• Sebagai Gerakan Keagamaan, Ahmadiyah adalah
organisasi/gerakan yang diberi nama Jemaat Ahmadiyah, yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di Qodian,
India, pada tahun 1889 M.
AHMADIYAH SEBAGAI
• Setelah Mirza Ghulam Ahmad wafat pada tahun 1908 M,
kepemimpinan Ahmadiyah dilanjutkan oleh Hadrat Hafiz Hakim Nuruddin selaku Khalifah I (1908-1914).
• Setelah Khalifah I wafat, Ahmadiyah terpecah dua, satu berpusat di Qodian (disebut Ahmadiyah Qodiani) dan satu lagi berpusat di
Lahore (disebut Ahmadiyah Lahore).
• Paham dan pendirian kedua Ahmadiyah tersebut adalah sama, kecuali bahwa Ahmadiyah Lahore tidak mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul, melainkan hanya sebagai
pembaharu atas Islam (mujaddid).
Para penganut Ahmadiyah di Indonesia berhimpun dalam dua organisasi, yaitu:
1. Para pengikut Jemaat Ahmadiyah Lahore yang tergabung dalam organisasi bernama Gerakan
Ahmadiyah Indonesia (GAI), yang memandang Mirza Ghulam Ahmad sebagai mujaddid.
2. Para pengikut Jemaat Ahmadiyah Qodian yang tergabung dalam organisasi bernama Jemaat
Ahmadiyah Indonesia (JAI), yang memandang Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul.
Jema’at Ahmadiyah Indonesia (JAI) telah terdaftar sebagai Badan Hukum di Departemen Kehakiman dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No JA/23/13, tanggal 13-3-1953 (Tambahan Berita Negara No 26 tanggal 31-3-1953).
Masalah : yang terdaftar itu badan hukumnya bukan aliran atau paham keagamaannya. Ada kerancuan dalam menyamakan Jemaat Ahmadiyah
Indonesia sebagai badan hukum dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia sebagai kumpulan orang-orang yang menganut suatu aliran dan paham keagamaan. Penganut Ahmadiyah mengaku paham mereka resmi
JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI)
Paham yang dikembangkan oleh Ahmadiyah Qodian menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam
Musyawarah Nasional II tanggal 11-17 Rajab 1400 H/ 26 Mei - 1 Juni 1980 M, adalah jama’ah di luar Islam, sesat
dan menyesatkan.
Fatwa ini kemudian dikuatkan lagi melalui Musyawarah Nasional MUI VII, pada tanggal 19-22 Jumadil Akhir
1426 H/ 26-29 Juli 2005 M.
Dalam fatwa tahun 2005 ini yang dinyatakan sesat itu bukan hanya Ahmadiyah Qodian, tetapi juga Ahmadiyah Lahore. Jadi, MUI makin mengeras atau melebar.
1. Tidak dapat.
2. Dapat, dalam arti untuk menjaga ketentraman
masyarakat.
3. Dapat, dalam arti sebagai bukti telah terjadinya
penodaan agama.
DAPATKAH
FATWA MUI
DIJADIKAN
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 29 Ayat (1)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Pasal 29 Ayat (2)
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
(Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999)
UU No. 39 Tahun 1999
UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia
Dalam menjalankan hak dan kewajiban, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
“Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan
dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari
pokok-pokok ajaran agama itu”.
Pasal 1
UU PNPS No. 1 Tahun 1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama
A. DAERAH
MUI di beberapa daerah mengusulkan agar ajaran dan kegiatan Ahmadiyah dilarang.
B. PUSAT
Beberapa pihak mengajukan usulan pelarangan ajaran dan kegiatan Ahmadiyah, diantaranya:
1. Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), tahun 1994 2. Prof. KH. Ibrahim Husen, LML, tahun 1994
3. Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PERSIS), tahun 1988
4. Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), tahun 1995 5. Forum Ukhuwah Islamiyah Indonesia (FUUI), tahun 1994
1. MUI Provinsi D.I. Aceh/NAD (1984)
“Ahmadiyah Qadian sesat dan menyesatkan” 2. Ulama di Sumatera Timur (1935)
“Ahmadiyah Qadian adalah kafir (murtad)” 3. MUI se-Indonesia (Munas 1980)
“Ahmadiyah jamaah di luar Islam, sesat dan menyesatkan” 4. MUI Provinsi Sumut (1980)
“Ahmadiyah jamaah di luar Islam, sesat dan menyesatkan” 5. Ormas Muhammadiyah (Putusan Tarjih, t.th)
“Tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad saw. Jika ada orang
FATWA-FATWA
MUI DAN ORMAS PUSAT DAN
DAERAH
5. …..
6. MUI Provinsi Riau (1994)
“Ajaran Ahmadiyah Qadian berada di luar Islam, dan dapat meresahkan masyarakat muslim”
7. Syuriyah Pengurus Pusat NU (1995)
“Ahmadiyah yang ada di Indonesia menyimpang dari ajaran Islam” 8. Forum Ukhuwah Islamiyah Indonesia/FUUI (1994)
“Ajaran Ahmadiyah Qadian sudah keluar dari akidah Islamiyah dan bahkan gerakan sesat dan menyesatkan, penodaan terhadap
AlQuran oleh Ahmadiyah melalui kitab sucinya ‘Tadzkirah’ wajib dihentikan”
FATWA-FATWA
MUI DAN ORMAS PUSAT DAN
DAERAH
1. Negara Republik Islam Pakistan (1981)
“seseorang yang masuk ke dalam kelompok Qadian dan Lahore adalah bukan muslim”
2. Rabithah Alam Islami (1981)
“menyatakan bahwa Ahmadiyah Qadian adalah kafir dan keluar dari Islam”
3. Negara Arab Saudi (1981)
“Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta tahun 1981 meminta Menteri Agama agar melarang Ahmadiyah dan menjelaskan kesesatan serta kekafirannya pada seluruh masyarakat Indonesia”,
4. Negara Malaysia
“melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Malaysia sejak 18 Juni 1975”
5. Negara Brunai Darussalam
KEBIJAKAN
NEGARA-NEGARA
1. Kejaksaan Negeri Subang (tahun 1978)
2. Kejaksaan Negeri Lombok Timur (tahun 1983)
3. Kejaksaan Negeri Sidenreng Rapang (tahun 1986) 4. Kejaksaan Negeri Kerinci (tahun 1989)
5. Kejaksaan Negeri Tarakan (tahun 1989)
6. Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (tahun 1994)
7. Panglima Kodam IX/Udayana KaOps. Timor Timur (tahun 1993) 8. Kejaksaan Agung RI (thd penerbitan Ahmadiyah, tahun 1981;
thd kitab suci Tadkirah tahun 1980) Adanya berbagai laporan kasus Ahmadiyah yang meresahkan masyarakat, telah dikeluarkan SK-SK oleh pihak kejaksaan, diantaranya sbb:
1.
Banyak warga masyarakat meminta
agar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)
dibubarkan oleh pemerintah.
Apakah pilihan ini dapat diambil? JAI adalah badan hukum yang sah dan terdaftar di
Departemen Kehakiman sejak tahun 1953.
Apakah dapat dibuktikan bahwa kegiatan JAI telah nyata-nyata menyimpang dari AD/ART yang
didaftarkannya pada tahun 1953 itu.
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
2.
Sebagian masyarakat meminta
agar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)
dibubarkan oleh pengadilan dan melalui
proses pengadilan, atas dasar
bahwa kegiatannya termasuk kategori
penodaan agama sesuai UU PNPS No.1
Tahun 1965.
Apakah bukti-bukti penodaan itu?
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
3.
Sebagian masyarakat meminta
agar Ahmadiyah dikategorikan
sebagai agama di luar Islam.
Bila jalan ini ditempuh, ada sejumlah
pertanyaan seperti apakah mereka
masih boleh menyebut tempat ibadah
mereka dengan mesjid, dan apakah
mereka boleh menunaikan ibadah haji
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
4.
Sebagian masyarakat meminta
agar Ahmadiyah diterima oleh umat Islam
arus-utama sebagai salah satu aliran
dalam Islam.
Jika pilihan ini diambil, maka apa saja yang perlu dilakukan oleh JAI dan MUI? Perlukah reposisi dari pihak Ahmadiyah dalam pandangan teologi mereka dan perlukah lebih membuka diri kepada umat Islam arus-utama/ tidak eksklusif? Pilihan ini mungkin,
tetapi dapatkah Ahmadiyah Indonesia berbeda
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
5.
Agar Pemerintah memberi peringatan keras kepada JAI agar menghentikan kegiatannya di seluruh wilayah RI, karena alasan-alasan berikut:a. Kegiatannya meresahkan masyarakat b. Penodaan agama
c. Kegiatannya tidak sesuai lagi dengan AD/ART-nya yang didaftarkan pada Kehakiman
pada tahun 1953.
- Apakah perlu batas waktu? - Kalau peringatan itu tidak diindahkan, lalu apa
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
6.
Diadakan pertemuan/musyawarah
antara MUI, JAI, GAI, ormas-ormas
Islam dan Pemerintah
untuk menyepakati bersama langkah
penyelesaian yang harus diambil,
dengan prinsip kesediaan
melakukan ’take and give’
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
7.
Ahmadiyah tidak dilarang, tetapi harus
menghentikan segala kegiatannya.
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
8.
Masih adakah pilihan solusi yang lain?
Mungkin.
Mari kita diskusikan bersama....
ALTERNATIF
PENYELESAIAN
Diskusi Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama
untuk Mencari Solusi Penyelesaian Masalah Ahmadiyah di Indonesia
Semoga Allah SWT menjernihkan pikiran kita dan memberikan jalan keluar terbaik bagi bangsa Indonesia. Amin.
Rabbi dkhilnii mudkhala sidqin wa akhrijnii mukhraja sidqin waj’alnii min ladunka sulthanan nashiraa.