HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI
DUKUNGAN SOSIAL DAN PENERIMAAN
IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK
Virginia Octavia Naina
Jurusan Psikologi Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara
Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480. Telp. (62-21) 532 7630
[email protected] Putri Lenggo Geni, S.Psi., BA., M.Psi
ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between perceived social support and maternal acceptance with autistic children. This study takes 50 respondents of mothers with autistic children using accidental sampling technique. Measurements were performed by using two questionnaires. Questionnaire for measuring social support was adapted from questionnaires of Perceived Social Support Multidimension by Zimet, Dahlem, Zimet & Farley consisting of a 12-point statement. The second questionnaire was adapted from the Parental Acceptance Scale owned Blaine M. Porter which consists of 40 items that statement then adjusted to 33 point declaration to measure maternal acceptance. The results showed a strong and positive relationship between perceived social support variables with the maternal acceptance who have children with autism (r = 0906, p <0.01). It means that the higher mother's perceived a social support, the higher they can accept her child with autism.
Keywords:
Perceived of social support, maternal acceptance, Autism
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik. Penelitian ini mengambil responden sebanyak 50 ibu dari penyandang autis dengan menggunakan teknik aksidental sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner. Kuesioner pertama untuk mengukur dukungan sosial yang diadaptasi dari kuesioner Multidimension of Perceived Social Support oleh Zimet, Dahlem, Zimet & Farley yang terdiri dari 12 butir pernyataan. Kuesioner kedua diadaptasi dari Parental Acceptance Scale milik Blaine M. Porter yang terdiri dari 40 butir pernyataan kemudian disesuaikan sehingga menjadi 33 butir pernyataan untuk mengukur penerimaan ibu. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat dan memiliki arah hubungan yang positif antara variabel persepsi dukungan sosial dengan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik (r = 0.906, p < 0.01). Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi persepsi dukungan sosial ibu, maka semakin tinggi pula penerimaan mereka terhadap anaknya yang menyandang autisme.
Kata Kunci:
PENDAHULUAN
Secara umum jumlah penyandang autis terus meningkat, namun belum ada lembaga resmi yang memiliki angka prevalensi individu autistik di Indonesia sesuai fakta lapangan dikarenakan alasan biaya, tenaga kerja, dan keengganan orang tua mengakui bahwa putra-putrinya menyandang autisme. (http://nasional.kompas.com/read/2008/06/08/1739 470/boom.autisme.terus.meningkat).
Autisme berbeda dengan penyakit. Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan otak pada anak dan mempengaruhi hubungan sosial, komunikasi, minat, dan perilaku anak. Karakteristik autisme dapat ditunjukkan dari perbedaan perilaku dalam jenis kelamin, usia, prevalensi (seberapa sering perilaku muncul), onset (kapan perilaku muncul), dan tingkat keparahan (http://www.mcf.gov.bc.ca/autism/pdf/autism_handbook _web.pdf )
Keengganan orang tua mengakui bahwa anaknya menyandang autisme disebabkan oleh rasa frustasi orang tua mengingat anak mereka tidak mungkin memiliki masa kecil yang riang. Orang tua hanya akan melihat keputus-asaan, ketergantungan, dan isolasi sosial dengan adanya perbedaan yang terjadi pada perkembangan anaknya dengan anak normal lainnya (Seligman & Darling dalam Altiere & Kluge, 2009). Disamping itu, orang tua juga harus menghadapi beberapa masalah dengan anak autistik, seperti mempersiapkan mental untuk dapat menerima kenyataan bahwa putra atau putri mereka menyandang autisme dan mengukur kemampuan keluarga dari segi waktu, tenaga, dan biaya dalam menjalankan program penanganan autisme. (Pamoedji,2010)
Orang tua cenderung menyalahkan diri mereka karena memiliki anak autistik diakibatkan oleh perilaku mereka. Hal ini terutama dirasakan oleh ibu. Rasa bersalah pada ibu muncul karena ia merasa sebagai penyebab anak menjadi penyandang autis. Selain itu, ibu juga menganggap dirinya sebagai bagian yang paling bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang menyandang autisme (Gray dalam Meadan, Halle, & Ebata, 2010).
Rasa bersalah tersebut menyebabkan frustasi (Gray, dalam Altiere & Kluge, 2009). Menurut Hasting dan Hering (dalam Meadan, Halle, & Ebata, 2010), meskipun beberapa penelitian tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam peran yang dimiliki ibu dan ayah, tetapi sebagian besar melaporkan bahwa stres, depresi, dan kecemasan lebih sering dihadapi oleh ibu daripada ayah.
Kondisi stres, depresi, dan cemas yang dialami oleh ibu dapat menyebabkan ibu tidak dapat mengasuh anaknya dengan baik. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya dukungan sosial. Ibu yang merasa menerima tingkat dukungan lebih tinggi, terutama dari pasangannya dan saudaranya, melaporkan rendahnya tingkat depresi yang berhubungan dengan gejala somatik dan masalah dalam pernikahannya (Dunn, Burbine, Bowers, & Tantleff-Dunn, 2001).
Dukungan sosial dapat bersifat formal dan informal. Dukungan formal didefinisikan sebagai bantuan yang bersifat sosial, psikologis, finansial, dan disediakan baik secara gratis atau imbalan untuk biaya lembaga. Sementara dukungan informal adalah jaringan yang mencakup keluarga dekat, teman, tetangga, dan orang lain yang membentuk kelompok dengan keluhan yang sama (Schopler & Mesibov dalam Plumb, 2008).
Sifat dukungan yang lebih banyak diterima ibu adalah dalam bentuk informal. Karena menurut Herman dan Thompson (dalam Plumb, 2011), dukungan informal lebih banyak memberi dukungan pada saat dukungan formal seperti perkumpulan orang tua, kelompok sosial, dan day
care tidak tersedia. Sedikit atau banyaknya dukungan sosial yang diterima akan tergantung dari
persepsi ibu atas dukungan sosial tersebut. Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa stres (Zimet dalam Louw & Viviers, 2010).
Persepsi atas adanya dukungan sosial tidak hanya membantu ibu mengatasi stres, tetapi juga dapat membantu penerimaan ibu terhadap anaknya yang menyandang autisme (Dunn, Burbine, Bowers, & Tantleff-Dunn, 2001). Menurut Porter (1954) penerimaan adalah, perasaan dan perilaku orang tua yang dapat menerima keberadaan anak tanpa syarat, menyadari bahwa anak juga memiliki hak untuk mengekspresikan perasaannya, dan kebutuhan anak untuk menjadi individu yang mandiri. Penelitian terhadap tiga pasang orang tua anak autistik menemukan bahwa penerimaan orangtua terhadap anak autistik dipengaruhi oleh faktor dukungan dari keluarga besar, masyarakat umum, para ahli, tingkat pendidikan, kemampuan keuangan, dan lain-lain.
Ginanjar (2008) mengatakan, penerimaan yang tulus dari orang tua adalah terapi yang sangat luar biasa bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Apabila ibu sudah dapat menerima anaknya maka proses pembelajaran dan perkembangan anak akan lebih cepat (Meadan, Halle, & Ebata, 2010).
Melihat pentingnya dukungan sosial yang dipersepsikan dan penerimaan ibu terhadap anak autistik, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan ibu yang memiliki anak penyandang autis.
Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi dukungan sosial dan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian dan Tehnik Sampling
Karakteristik subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang tua khususnya ibu yang memiliki anak autistik yang berusia minimal 3 tahun.
Setting lokasi penelitian
Tahap pelaksanaan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan menemui langsung responden untuk diberikan kuesioner penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Juli 2012 sampai dengan 22 Juli 2012. Pembagian kuesioner dilakukan mulai pukul 10.00 sampai 18.00 dalam sebuah acara
gathering yang diikuti oleh sejumlah keluarga yang memiliki anak autistik.
Tehnik sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan secara tidak acak atau non-probability sampling dengan jenis pengambilan sampling yaitu sampling
aksidental. Sampling aksidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, dengan kata lain siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik sampel penelitian, maka orang tersebut dapat dijadikan sebagai sampel atau responden (Riduwan, 2008).
Desain penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian yang menjunjung tinggi objektifitas, keseragaman, positivisme, verifikasi, pengamatan, dan pengukuran (Purwanto, 2007). Selanjutnya Purwanto mengatakan bahwa kebenaran dari penelitian kuantitatif merupakan realitas yang tampak sebagaimana didefinisikan oleh peneliti. Penelitian ini juga merupakan jenis penelitian korelasi, yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut (Purwanto, 2007).
Alat ukur penelitian
Alat ukur dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu alat ukur untuk variabel persepsi dukungan sosial dan variabel penerimaan ibu. Untuk alat ukur persepsi dukungan sosial, peneliti memilih untuk mengadaptasi alat ukur milik Zimet tahun 1988, yaitu MPSS (Multidimensional of Perceived Social
Support) dan untuk alat ukur penerimaan ibu, peneliti juga mengadaptasi dari alat ukur milik Blaine M.
Porter tahun 1954, yaitu PAS (Parental Acceptance Scale).
Tidak dilakukan uji coba terhadap kedua alat tes tersebut dikarenakan alat ukur merupakan alat ukur yang sudah baku. Alat ukur MPSS (Multidimensional of Perceived Social Support) awalnya nilai reliabilitas sebesar 0.850 dengan jumlah aitem sebanyak 12 pernyataan. Pada saat akan melakukan uji lapangan, alat ukur ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan tidak mengurangi atau menambah jumlah pernyataan. Setelah dilakukan uji lapangan, didapatkan hasil sebesar 0.746. Sedangkan untuk alat ukur PAS (Parental Acceptance Scale), awalnya memiliki reliabilitas sebesar 0.865 dengan jumlah aitem sebanyak 40 pernyataan. Sebelum melakukan uji lapangan, peneliti melakukan
expert judgement dan didapatkan hasil pengurangan jumlah aitem menjadi 35 pernyataan. Setelah
dilakukan perhitungan, nilai reliabilitas yang didapatkan sebesar 0.880.
Prosedur
Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan mengadaptasi alat ukur MPSS (Multidimensional of
Perceived Social Support) dan PAS (Parental Acceptance Scale) sesuai dengan situasi dan keadaan di
Indonesia. Setelah alat ukur selesai dibuat, peneliti mendatangi sekolah dan tempat terapi namun tidak ada satupun instansi yang membolehkan peneliti mengambil data dikarenakan kejenuhan responden yang selalu menjadi bahan penelitian para mahasiswa tetapi mereka tidak mendapat feedback apapun. Kemudian peneliti mendapatkan informasi dari kerabat peneliti bahwa akan ada sebuah acara gathering yang sebagian besar diikuti oleh keluarga dengan anak autistik. Setelah itu, peneliti langsung menyebarkan kuesioner kepada 50 responden yang hadir pada acara tersebut.
Pelaksanaan penelitian
Tahap pelaksanaan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan menemui langsung responden untuk diberikan kuesioner penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Juli 2012 sampai dengan 22 Juli 2012. Pembagian kuesioner dilakukan mulai pukul 10.00 sampai 18.00 dalam sebuah acara
gathering yang diikuti oleh sejumlah keluarga yang memiliki anak autistik. Total kuesioner yang
diperoleh sebanyak 50 kuesioner.
Tehnik pengolahan data
Hal pertama yang dilakukan oleh penliti adalah mengecek kembali kelengkapan pengisian kuesioner yang telah diisi oleh responden. Setelah itu, pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan teknik pengolahan data statistik dengan melakukan uji koefisien korelasi metode
Product Moment Pearson. Menurut Priyatno (2010), Product Moment Pearson digunakan untuk
memproses data yang berbentuk interval guna menjawab rumusan masalah, hipotesis penelitian, serta hubungan antar kedua variable yang diteliti.
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara statistik dengan menggunakan program SPSS versi 18.0. menurut Supardi (2007), pengolahan data terdiri dari tahap editing dan tahap tabulating. Pengolahan data dimulai dari tahapan editing, yaitu dengan melakukan pemeriksaan satu per-satu item jawaban kuesioner yang sudah terkumpul. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan tabulating dimana pada tahapan ini peneliti memeriksa kuesioner yang memiliki isian jawaban kemudian diberikan skor sesuai dengan skala yang sudah ditentukan. Setelah memberikan skor untuk kedua kuesioner, data yang sudah ada dikelompokkan dalam tabel dengan menggunakan program Microsoft Excel. Kemudian data dipindahkan ke dalam program statistik SPSS 18.0 untuk dianalisa.
HASIL DAN BAHASAN
Analisis korelasi Pearson
Correlations SkorTotalMPSS SkorTotalPAS SkorTotalMPSS Pearson Correlation 1 .906** Sig. (2-tailed) .000 N 50 50 SkorTotalPAS Pearson Correlation .906** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data penelitian 2012
Analisis korelasional ini menggunakan metode Pearson karena menggunakan data interval. Berdasarkan hasil analisis didapatkan adanya korelasi positif dan tinggi antara dukungan sosial dan penerimaan r = 0.906, p<0.01. Sehingga dapat diartikan menjadi semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh ibu, maka semakin tinggi pula penerimaan mereka terhadap anaknya yang menyandang autisme.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa setelah dilakukan uji korelasi, hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan positif antar variabel dukungan sosial dan penerimaan ibu yang memiliki anak autistik (r= 0.906, p<0.01).
Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penyempurnaan pada alat ukur dengan melakukan uji coba terlebih dahulu dan menguji alat ukur dengan menggunakan
validitas lain seperti validitas kriteria, agar alat tes ini dapat lebih mengukur apa yang ingin diukur atau sesuai dengan tujuan penelitian.
Disarankan untuk peneliti berikutnya yang juga ingin meneliti hal serupa mengenai anak autistik dapat memberikan umpan balik setelah melakukan penelitian. Umpan balik dapat berupa pengadaan seminar singkat terkait dengan autistik dan memberikan rangkuman penelitian dalam bentuk leaflet.
Peneliti selanjutnya dapat memperluas jumlah responden agar lebih representatif dan dapat menjadikan tingkat pendidikan dan jumlah penghasilan sebagai variabel penelitian, baik yang memiliki prosentase tinggi maupun rendah.
REFERENSI
Altiere, M. J., Kluge, S. V. (2009). Searching for acceptance: Challenge encountered while raising a child with autism. Journal of Intellectual & Developmental Disability, 34(2), 142-152.
Azwar. A, Prihartono, J. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binurupa Aksara
Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Psychological Testing (edisi ke-7). Jakarta: PT Indeks.
Boom! Autisme terus meningkat. (2008, 8 Juni). Kompas. Diunduh dari http://nasional.kompas.com/read/2008/06/08/1739470/boom.autisme.terus.meningkat
Boyd, B. A. (2002). Examining the Relationship Between Stress and Lack of Social Support in Mothers of Children with Autism. Focus Autism Other Dev Disabl, 17(4). 208-215
Cheng, S. T., & Chan, A. C. M. (2004). The multidimensional scale of perceived social support: dimensionality and age and gender differences in adolescents. Journal of Personality and
Individual Differences, 37(7), 1359-1369.
Dunn, M., Burbine, T., Bowers, C., & Tantleff-Dunn, S. (2001) Moderators of stress in parents of children with Autism. Community Mental Health Journal, 37(1), 39-51.
Gatari, E. (2008). Hubungan antara Perceived Social Support dengan Subjective Well-Being pada Ibu Bekerja. (Skripsi). Diunduh dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125240-155.633%20GAT%20h%20-%20Hubungan%20Antara%20-%20Metodologi.pdf
Ginanjar, A. S. (2008). Menjadi Orang Tua Istimewa. Jakarta : Dian Rakyat
Lubis, U. M. (2009). Penyesuaian Orang Tua yang Memiliki Anak Autis. (Skripsi). Universitas Sumatra Utara. Medan
Meadan, H., Halle, J. & Ebata, A. (2010). Families With Children Who Have Autisme Spectrum Disorders: Stress and Support. Exceptional Children. 77 (1), 7-36
Mustafa. (2000). Teknik Sampling. Diunduh dari home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan Statistika Modern. Jakarta: Salemba Humanika
Porter, B.M. (1954). Measurement of Parental Acceptance of Children, Journal of Home Economics,
46(3). 176 – 181
Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS Analisis Statistik Data. Yogyakarta: MediaKom
Purwanto. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rachmayanti, S. & Zulkaida, A. (2007). Penerimaan Diri Orang Tua Terhadap Anak autistik dan Peranannya dalam Terapi Autisme. Jurnal Psikologi, 1(1). 11-12. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo
Zimet, G.D., Dahlem, N.W., Zimet, S.G. & Farley, G.K. (1988). The Multidimensional Scale of Perceived
Social Support. Diunduh dari http://www.yorku.ca/rokada/psyctest/socsupp.pdf
RIWAYAT PENULIS
Virginia Octavia Naina lahir di Washington DC, USA pada tanggal 20 Oktober 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2012.