• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PANJANG DAN DIAMETER PADA HEAT LOSS ALIRAN FLUIDA PANAS DALAM PIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PANJANG DAN DIAMETER PADA HEAT LOSS ALIRAN FLUIDA PANAS DALAM PIPA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh panjang dan diameter…

20

PENGARUH PANJANG DAN DIAMETER PADA HEAT LOSS

ALIRAN FLUIDA PANAS DALAM PIPA

Sutrisno1, Taufiq Hidayat2 1)2)

TeknikMesin Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta 1)

trisnowech_79@yahoo.co.id

ABSTRACT

In the industrialized world, especially in the plant-plant equipment is widely available that serves to support the process that takes place at the plant. To generate a production, then the performance of the equipment should be mutually supportive. If the equipment is damaged, the production process will be hampered. Among the existing equipment that generates very high heat and heat is supplied to the apparatus, where the heat is used for a process.

Heat transfer is the science which predicts the energy transfer occurs due to temperature differences between objects or materials. As for the heat loss that occurs in the pipeline is damage or loss of heat energy in the flow of fluid flowing in the pipe due to the heat transfer fluid in the pipe darisuatu air to the outside.

The purpose of this study was to determine the heat loss on a non-insulated pipe between the pipes insulated with some variation in the length of pipe and pipe diameter. It is also looking for a coefficient of friction of measurements and compared with the friction coefficient of the reference price. In the data collection required an equipment and supporting components to circulate fluid.

From the processing of data and graphs, obtained In and L / D are the same, the heat loss will increase with the increase in the price of the fluid viscosity.

Keywords: Heat loss, Heat Transfer,

PENDAHULUAN

Di dalam dunia industri,

terutama dipabrik-pabrik banyak

terdapat peralatan yang berfungsi

untuk menunjang proses yang

berlangsung di pabrik tersebut. Untuk menghasilkan suatu produksi, maka kinerja dari peralatan tersebut harus saling mendukung. Jika satu peralatan mengalami kerusakan maka proses produksi akan terhambat. Diantara

peralatan ada yang menghasilkan kalor yang sangat tinggi dan kalor tersebut dialirkan ke suatu peralatan, dimana kalor tersebut digunakan untuk suatu proses. Untuk mengalirkan kalor, maka digunakanlah pipa yang diisolasi oleh suatu lapisan isolasi agar kalor yang mengalir tidak mengalami penurunan suhu atau pengurangan kalor.

Dalam penerapannya untuk sistem yang diisolasi menyatakan

(2)

POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2 September 2015

Pengaruh panjang dan diameter…

21

bahwa energi dari sistem yang diisolasi adalah konstan. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kehilangan energi panas atau heat loss akibat adanya kerusakan atau kebocoran yang terjadi pada isolator tersebut. Dengan adanya peristiwa tersebut di atas maka

penulis mencoba menganalisa

kehilangan energi panas (heat loss) yang terjadi pada pipa non isolasi diantara pipa yang berisolasi dengan variasi panjang dan diameter tertentu serta pengaruh luar dan dalam yang ditimbulkan

TINJAUAN PUSTAKA DAN

DASAR TEORI

Tri Istanto dan Wibawa Edra Juwana (2010) melakukan penelitian tentang karakteristik perpindahan panas penurunan tekanan dari susunan sirip-sirip pin silinder tirus dalam saluran udara segiempat. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa pada kedua

susunan sirip pin, peningkatan bilangan Reynolds dan semakin kecil jarak Sy/D akan meningkatkan bilangan Nusselt,

yang berarti meningkatkan laju

perpindahan panas, dimana mencapai maksimum pada Sy/D = 2,36. Nilai penurunan tekanan dan faktor gesekan menurun dengan meningkatnya Sy/D.

Sutanto (2007) juga melakukan

penelitian tentang karakteristik

perpindahan panas dan perubahan tekanan pada heat exchanger dengan

variasi perubahan profil sirip

pendingin. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kalor yang diserap

oleh udara dapat meningkat sebesar 13,4% dibanding radiator standard serta diikuti pula daya untuk blower hisap sebesar 15%.

Pengaruh laju aliran pada

perpindahan kalor pendidihan di

vertical rectangular narrow gap diteliti oleh Kusuma dkk (2012). Hasil dari

penelitian Dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pendinginan pelat bersuhu 600 0C dengan debit aliran air pendingin 0,1 liter/detik, 0,2 liter/detik, dan 0,3 liter/detik menghasilkan nilai fluks kalor kritis sebesar 213,27 kW/m2, 479,56 kW/m2, dan 547,50

kW/m2. Serta nilai koefisien

perpindahan kalornya sebesar 1,0422 kW/(m2. 0C), 2,1059 kW/(m2. 0C), dan 2,2177 kW/(m2. 0C).

Semakin besar debit aliran yang dialirkan ke permukaan pelat yang memiliki suhu sama pada vertical rectangular narrow gap, maka akan menghasilkan kenaikan nilai fluks kalor kritis dan koefisien perpindahan panasnya. Fenomena counter current flow yang terjadi selama pendinginan menghambat proses pendinginan pelat panas dan mengakibatkan kecilnya nilai fluks kalor

a. Heat Loss

Hukum ke-nol termodinamika

menyatakan bila ada dua buah benda yang masing-masing berada dalam keseimbangan panas dengan benda ketiga, maka ketiga-tiganya berada dalam keseimbangan panas yang satu dengan yang lainnya, sehingga ketiga benda itu berada pada suhu yang sama.

(3)

Pengaruh panjang dan diameter…

22

Berdasarkan pernyataan di atas, maka energi panas bergerak dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang rendah.

Perpindahan panas (heat transfer)

ialah ilmu untuk meramalkan

perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Panas yang mengalir di dalam suatu pipa ke udara lingkungan seringkali disebut heat loss.

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

heat loss adalah kerugian atau kehilangan energi panas pada aliran

fluida yang mengalir di dalam pipa

akibat adanya perpindahan panas dari suatu fluida di dalam pipa ke udara luar.

Perpindahan Panas

Perpindahan panas konduksi

Perpindahan panas konduksi

dapat didefinisikan sebagai

perpindahan energi dari partikel yang mempunyai energi yang lebih besar ke partikel yang mempunyai energi yang lebih rendah dari suatu zat dengan interaksi antar partikel.

Perpindahan panas konduksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu konduksi stedi dan tak stedi. Disebut konduksi stedi jika beda suhu pada benda tidak sebagai fungsi waktu (beda suhu tetap sepanjang waktu). Sebaliknya

jika beda suhu pada benda

bergantung terhadap waktu maka disebut tak stedi.

Persamaan konduksi satu dimensi, dinyatakan dengan Hukum Fourier:

Gambar 1 Perpindahan panas konduksi

Perpindahan panas konveksi

Perpindahan panas konveksi

dapat diartikan sebagai

perpindahan energi karena gerakan acak dari molekul dari suatu zat. Di dalam perpindahan konveksi ada 2 mekanisme yang terjadi yaitu adveksi dan konveksi. Adveksi adalah gerakan difusi molekul karena beda temperatur, sedangkan

konveksi merupakan gerakan

agregat dari molekul karena beda temparatur. Persamaan konveksi antara benda padat dan fluida:

Q

h

.

A

T

w

T

U

U q w

T

Gambar 2 Perpindahan panas

konveksi dari suatu plat

x T kA Q    

(4)

POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2

Pengaruh panjang dan diameter…

Perpindahan panas radiasi

Perpindahan panas radiasi merupakan perpindahan energi oleh rambatan foton yang tak terorganisir. Setiap

benda yang terus menerus

memancarkan foton-foton secara

serampangan dalam arah dan waktu. Energi-energi tersebut diperhitungkan sebagai kalor. Untuk persamaan radiasi antara dua benda adalah:

Q = Fe Fg A

(T14 – T24)

Perpindahan Kalor Konduksi

Sistem Radial-Silinder

Gambar 3 merupakan suatu silinder panjang dengan jari-jari dalam ri, jari jari luar ro, dan panjang L. Silinder ini mengalami beda suhu Ti – To. Untuk silinder yang panjangnya sangat panjang

dibanding dengan diameternya,

dapat kita andaikan bahwa aliran

kalor berlangsung menurut arah

radial, sehingga koordinat ruang

yang kita perlukan untuk

menentukan sistem itu hanyalah jari-jari .

Gb. 3 Aliran panas satu-dimensi

Gambar 3. melalui silinder

berlubang dan analogi listriknya Sehingga perpindahan panas yang terjadi adalah :

OLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2 September 2015

23

Perpindahan panas radiasi merupakan perpindahan energi oleh rambatan foton yang tak terorganisir. Setiap

benda yang terus menerus

foton secara

dan waktu. ut diperhitungkan

Perpindahan Kalor Konduksi

Gambar 3 merupakan suatu jari , dan panjang L. Silinder ini mengalami . Untuk silinder yang panjangnya sangat panjang

dibanding dengan diameternya,

dapat kita andaikan bahwa aliran berlangsung menurut arah ngga koordinat ruang

yang kita perlukan untuk

menentukan sistem itu hanyalah

dimensi

melalui silinder

Sehingga perpindahan panas yang

dr dT kA qr  r karena Ar = 2rL, maka: dr dT krl qr 2

dT

l

k

dr

q

r

.

.

.

2

dengan kondisi batas : T = Ti pada

r = ri

T = To pada r = ro

Maka penyelesaian persamaan

adalah: o i o i T T r r r

r

k

l

T

q

.

ln

]

2

.

.

.

]

) ln( ) ( 2 i o o i r r r T T kL q

kL r r R i o th . 2 ln

      

Konsep tahanan termal dapat juga digunakan untuk dinding lapis-rangkap berbentuk silinder, seperti halnya dengan dinding

datar. Dengan mengabaikan

resistansi kontak termal, maka untuk sistem tiga-lapis seperti pada

C B A o i r

k

r

r

k

r

r

k

r

r

T

T

L

q

3 4 2 3 1 2

ln

ln

ln

)

(

.

2

Tahanan termalnya adalah:

L k r r L k r r L k r r R C B A i th . . 2 ln . . 2 ln . 2 ln 3 4 2 3 1 2

                    

(5)

Pengaruh panjang dan diameter…

24

Gb. 4. Aliran panas satu-dimensi

Gambar 4. melalui penampang

silinder dan analogi listriknya

Koefisien Perpindahan Kalor

Menyeluruh

Aliran Kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi bisa dinyatakan dengan

koefisien perpindahan kalor

menyeluruh U, yang dirumuskan dalam hubungan :

qUAT

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Variable dari penelitian ini adalah temperature fluida, temperatur pipa, panjang dan juga diameter pipa yang digunakan.

Komponen.

1)

Termokopel

Termokopel merupakan suatu

metode listrik yang paling umum

digunakan untuk pengukuran

suhu. Jenis termokopel ada 3 yaitu : termokopel jenis J, termokopel jenis K, dan termokopel jenis T.

Termokopel yang digunakan disini

merupakan termokopel jenis T

yang mempunyai spesifikasi

sebagai berikut ini :

- Material kawat terdiri dari

tembaga dan konstantan.

- Suhu yang dapat dicapai

antara –184,4oC sampai

371,1oC

2)

Pipa Galvanish

Pipa galvanish merupakan pipa

besi yang menggunakan

Aluminium sebagai lapisan luar

untuk mencegah terjadinya karat.

Pipa galvanish tersebut

mempunyai angka kekasaran

0,0005 ft atau 0,15 mm . 4. Display Termokopel

Display termokopel berfungsi sebagai sarana pembaca suhu yang terhubung dengan termokopel.

Display termokopel yang

digunakan mempunyai

kemampuan membaca angka

digital sebanyak 3 angka.

5. Heater

Heater yang penulis gunakan

disini mempunyai daya 1500 watt.

Fungsi utama heater untuk

memanaskan air di dalam

penampung sesuai dengan suhu yang diinginkan.

6. Pompa air

Fungsi utama pompa disini untuk mensirkulasikan aliran air dari penampung dan akan kembali ke penampung lagi melalui pipa. 7. Termokontrol

Termokontrol merupakan suatu

peralatan yang digunakan untuk mengatur suhu air didalam bak penampung sesuai dengan yang

kita inginkan. Termokontrol

tersebut dihubungkan dengan

heater. Apabila suhu yang dinginkan pada penampung air

(6)

POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2 September 2015

Pengaruh panjang dan diameter…

25

tercapai maka kerja heater di dalam penampung akan berhenti secara otomatis dan apabila suhu air yang diinginkan mulai turun maka heater akan bekerja kembali secara otomatis.

8. Asbes

Asbes merupakan salah satu jenis isolator yang berfungsi untuk

mengurangi laju perpindahan

panas fluida di dalam pipa ke

udara luar. Asbes tersebut

diletakkan sebelum dan sesudah pipa uji agar suhu dari penampung

ke pipa uji tidak banyak

berkurang.

b.Prosedur Pengujian.

Adapun prosedur dari pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengisi air pada penampung

sebanyak 40 L.

2. Heater/pemanas dimasukkan ke dalam penampung yang berisi air sedalam kurang lebih ¾ dari logam heater tersebut.

3. Mengatur skala pada termokontrol sesuai suhu yang dibutuhkan : 4. Setelah air pada penampung

mencapai suhu sesuai dengan

termokontrol maka rangkaian

termokontrol akan menghentikan

kerja heater dan jika air pada penampung di bawah suhu pada

termokontrol maka rangkaian

termokontrol akan menghidupkan heater.

5. Pompa air dihidupkan untuk mensirkulasikan air. Setelah suhu yang diinginkan terpenuhi dan

aliran air menjadi konstan ( stedi ), kemudian air tersebut melalui orifice yang dihubungkan dengan

manometer tertutup yang

berfungsi untuk mengetahui

berapa debit air tiap detiknya. 6. Setelah air melewati orifice maka,

air mengalir melalui pipa non isolasi pada sesi 1. Di sesi tersebut akan dibaca :

- Manometer tertutup :

- untuk mengukur besarnya

tekanan pada sesi 1 dengan melihat ketinggian air pada papan manometer.

- Termokopel 1 : diletakkan di dalam pipa yang berfungsi sebagai pembaca suhu air dalam pipa pada sesi 1.

- Termokopel 2 : ditempelkan di

dinding luar pipa yang

berfungsi untuk membaca suhu dinding pipa pada sesi 1. 7. Kemudian setelah air melewati

sesi 2 maka air mengalir melewati pipa non isolasi pada sesi 2, di sesi tersebut akan dibaca :

- Manometer tertutup: untuk

mengukur besarnya tekanan pada sesi 2 dengan melihat ketinggian air pada papan manometer. - Termokopel 3: diletakkan di

dalam pipa yang berfungsi sebagai pembaca suhu air dalam pipa pada sesi 2.

- Termokopel 4: ditempelkan di dinding luar pipa yang berfungsi untuk membaca suhu dinding pipa pada sesi 2.

(7)

Pengaruh panjang dan diameter…

26

8. Kecepatan yang melewati pipa divariasikan menggunakan katup Gambar skema alat pengambilan data seperti gambar 5

Gambar 5 skema alat uji penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengujian untuk diameter 1 inchi, dengan panjang = 150 cm Tabel 1 data hasil pengujian

Nilai rata-rata Tdd1 ( 0C) Tdl1 ( 0C) Tdd1 ( 0C) Tdl2 ( 0C) TwB ( 0C) 1 72.6 61.4 68.4 56.4 32 2 73.8 61.0 69.8 55.3 32 3 74.3 64.0 70.0 57.1 32 4 73.4 62.3 69.1 56.1 32 5 73.3 62.9 68.9 57.0 32 6 73.9 61.5 69.7 52.5 32 Ket :

Tdd1 = suhu pipa di area 1 Tdd2 = suhu pipa di area 2

(8)

POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2 September 2015

Pengaruh panjang dan diameter…

27

Tdd1 = suhu fluida masuk di area 1

Tdl2= suhu fluida keluar area 2

TwB = suhu udara luar (suhu kamar)

Penghitungan heat loss

Untuk menghitung heat loss kita harus terlebih dahulu mengetahui harga

-harga laju aliran massa (

m

) dan harga

spesifik panas (cp) dari suhu air. Dari tabel karaketristik fluida, dengan interpolasi didapat harga

untuk air dengan suhu 72,6 0 C

adalah :

= 976,4 kg/m, k = 0,666 W/m.oC

= 3,93. 10-4 kg/m, Pr = 2,477 Cp = 4,187 kJ/kg. 0 C.

Konduktivitas termal untuk pipa

galvanish adalah C

m

W 0

2.

73 .

Untuk diameter pipa 1 inch adalah : - Diameter dalam adalah : 2,93 cm - Diameter luar adalah : 3,26 cm Untuk harga kecepatan fluida didapat dari hasil perhitungan sebesar :

V = 0.3629 m/s

Maka harga dari laju aliran massa adalah :

m

=

4

πd

v

ρ

2

=

4

)

0293

,

0

(

14

,

3

3629

,

0

4

,

976

2

= 0,2387 kg/sUntuk menghitung kalor yang hilang ( heat loss ) dengan rumus : q=

m

C

p

(

Tf

2

Tf

1

)

= 0,2387 kg/s x 4,187 kJ/kg.0C x ( 68,4 0C – 72,6 0C ) = -4,15 kJ/s = -4.150 W

Tanda negatif (-) disini, bahwa kalor terbuang dari fluida keudara luar.

Dari hasil perhitungan seperti diatas kemudian data hasil perhitungan dibuat grafik seperti gambar 6 dan gambar 7. Dimana untuk T/To adalah perbandingan antara suhu fluida dengan suhu udara terbuka (suhu ruangan). Dan L/D adalah perbandingan panjang pipa dengan diameter pipa.

(9)

Pengaruh panjang dan diameter…

28

Gambar 6. grafik heat loss pada T/To = 2,4

Gambar 7. grafik heat loss pada T/To = 2,5 GRAFIK Q LOSS Pd T/To = 2,4

10000 100000 10000 100000 Re L/D = 89 L/D = 70 L/D = 67 L/D = 51 L/D = 40 L/D = 35.5 L/D = 31 L/D = 18 L/D = 13

GRAFIK Q LOSS Pd T/To = 2,5

10000 100000 10000 100000 Re L/D = 54 L/D = 41 L/D = 27 L/D = 20 L/D = 10

(10)

POLITEKNOSAINS VOL. XIV NO. 2 September 2015

Pengaruh panjang dan diameter…

29

Dari gambar 6 dan gambar 7, dapat diketahui bahwa :

Pada

,V ,D dan L/D yang sama,

heat loss akan meningkat dengan

bertambahnya harga viskositas fluida dan begitu juga sebaliknya.

Pada

,V ,D yang sama,

bilangan Reynolds akan mengalami

penurunan dengan bertambahnya

harga viskositas fluida. Sehingga heat

loss akan meningkat untuk perbandingan panjang dan diameter pipa (L/D) yang sama. Begitu juga sebaliknya, bilangan Reynolds akan meningkat pada harga viskositas fluida yang semakin kecil. Sehingga

heat loss akan mengalami penurunan

pada L/D yang sama.

Pada

,V ,D dan

yang

sama, heat loss akan meningkat dengan bertambahnya perbandingan panjang dan diameter pipa (L/D).

Begitu juga untuk perbandingan

panjang dan diameter pipa (L/D) yang semakin kecil nilai heat loss akan mengalami penurunan.

KESIMPULAN

- Pada

,V ,D dan L/D yang

sama, heat loss akan meningkat

dengan bertambahnya harga

viskositas fluida dan begitu juga sebaliknya.

- Pada

,V ,D dan

yang sama,

heat loss akan meningkat dengan

bertambahnya perbandingan

panjang dan diameter pipa (L/D). Begitu juga untuk perbandingan

panjang dan diameter pipa (L/D) yang semakin kecil nilai heat loss akan mengalai penurunan.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Y, 1998, Perpindahan

Panas (Konduksi stedi dan tak stedi serta Radiasi Termal),

teknik Mesin fakultas Teknik

Universitas Diponegoro,

Semarang.

Holman J.P, 1984, Perpindahan

Kalor, Edisi Keenam, Diterjemahkan oleh Ir. E. Jasjfi MSc, Penerbit Erlangga

Istanto. T, Edra. W. J, Karakteristik

Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat,

Jurnal Teknik Mesin Vol 12 no 1 April.

Kern D. Q, 1986, Process Heat

Transfer, International Student

Edition, McGraw-Hill Book Company, London.

Kusuma.H.M, Juarsa.M, Riza. A. A, Pengaruh Laju Aliran pada Perpindahan Kalor Pendidihan di Vertical Rectangular Narrow

Gap, Seminar Nasional VIII

SDM Teknologi Nuklir

Yogyakarta, 31 Oktober 2012 ISSN 1978-0176

Reynolds C William, Perkins Henry

C, 1993, Termodinamika

(11)

Pengaruh panjang dan diameter…

30

Kusnul Hadi, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Robert l. Daughterty, A. B, M. E. Joseph B. Franzini, Ph. D., E John Finnemore, Ph. D., 1985,

Fluid Mechanics With Engineering Applications, Eight

Edition, McGraw-Hill Book Company, London.

Robert W. Fox, AlanT. McDonald, 1975, Introduction to Fluid

Mechanics, Third Edition, John

Wiley and, sons, New Tork – Chichester – Brisbanr – Toronto – Singapore.

Sutanto. R, 2007, Karakteristik

Perpindahan Panas dan Perubahan Tekanan Pada Heat Exchanger dengan Variasi Perubahan Profil Sirip Pendingin,

Warner F. Cecil, 1985, Dasar-Dasar

Thermodinamika untuk Insinyur, Alih Bahasa Ir.

Moedjijarto Pratomo, Msc,

Penerbit PN Balai Pustaka. William C. Reynold, . Henry C

Perkine, 1991, Termodinamika

Teknik, Alih Bahasa: Dr Ir.

Filino Harahap, M. Sc, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gambar

Gambar  3  merupakan  suatu  silinder  panjang  dengan  jari-jari  dalam  r i ,  jari  jari  luar  r o ,  dan  panjang  L
Gambar 5 skema alat uji penelitian  HASIL DAN PEMBAHASAN
GRAFIK Q LOSS Pd T/To = 2,4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam prakteknya untuk memenuhi kontinuitas aliran, pompa ini terdapat beberapa hambatan, salah satunya yaitu pengaruh perbedaan diameter pipa isap dan diameter pipa pengeluaran yang

Dikatakan menyimpang karena fluida tersebut tidak dapat mengalir dalam pipa tanpa adanya energi panas atau kerja yang diberikan pada fluida sisko sebelum

Penelitian tentang Analisis Pengaruh Kecepatan Fluida Panas Aliran Berlawanan terhadap Efektivitas Heat Exchanger tipe Shell and Tube dilakukan di Laboratorium Konversi Energi

PROTOTYPE PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR MINUM Studi Mekanika Fluida (Analisis Aliran Fluida dalam Pipa dan Nilai Head Loss.. Pipa dan

Pengaruh heat input dan sudut kemiringan terhadap koefisien perpindahan panas pada pipa kalor dengan fluida campuran air - aseton ditunjukkan pada gambar

Judul Skripsi : SIMULASI ALIRAN FLUIDA DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA PESAT PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SINDANG CAI Telah berhasil dikoreksi atau

Posisi pipa dalam aliran yaitu salah satu bidang pipa tegak lurus dengan datangnya aliran, salah satu sudut pipa diarahkan dengan datangnya aliran dan sudut pipa yang lebih besar

Peristiwa yang terjadi pada perpindahan panas ini yaitu fluida panas yang masuk ke dalam heat exchanger akan mengalami penurunan suhu begitu pula pada saat fluida panas keluar dari heat