• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan Tekanan Dalam Pipa Aliran Fluida II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penurunan Tekanan Dalam Pipa Aliran Fluida II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan tetap praktikum instrumentasi dan teknik pengukuran

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II

DISUSUN Oleh : Kelompok : 03 Kelas : 3EGB Anggota : 1. DINA SAFITRI (061440410793) 2. MEDIO DESTIAN (061440410799)

3. MUHAMMAD MARCO SAYPUTRA (061440410801)

4. PUSPITA ANGGRAINI (061440410804)

5. RIDHO ANUGERAH (061440410806)

6. RIZKA RAHMAWATI (061440410808)

7. YULINDA (061440410812)

Instruktur :

Dr. Ir. Hj. Rusdianasari, M.Si

Politeknik negeri sriwijaya

tahun akademik 2015/2016

PENURUNAN TEKANAN DALAM PIPA ALIRAN FLUIDA II

(2)

Mahasiswa dapat mempelajari kehilangan tekanan dalam singularitas akibat belokan pipa secara praktek dan teori.

II. Peralatan yang Digunakan

Seperangkat alat dynamic of fluids III. Teori Singkat

Tinjauan Umum Sistem Perpipaan

Kamus mendefinisikan pipa sebagai cubing panjang dari tanah liat, konkret, metal, kayu, dan seterusnya, untuk mengalirkan air, gas, minyak dan cairan-cairan lain. Pipa yang dimaksud bukan berarti hanya pipa, tetapi fitting- fitting, katup-katup dan komponen-komponen lainnya yang merupakan system perpipaan. Pipa dan komponen yang dimaksudkan disini adalah meliputi (Raswari, 1986) :

1. Pipa-pipa (pipes)

2. Jenis-jenis flens (flanges) 3. Jenis-jenis katup (valves)

4. Jenis-jenis alat penyambung (fittings) 5. Jenis-jenis alat-alat sambungan cubing

6. Jenis-jenis alat sambungan cabang o’let

7. Bagian khusus (special item) 8. Jenis-jenis gasket

9. Jenis-jenis baut (boltings)

Material-material pipa dibagi dua kelas dasar, metal dan nonmetal. Nonmetal pipa seperti kaca, keramik, plastik dan seterusnya. Pipa metal pun dibagi menjadi dua kelas, besi dan bukan besi. Material besi terdiri dari besi yang umum digunakan pada pipa proses. Besi metal adalah baja karbon, besi tahan karat, baja krome, besi tuang dan seterusnya. Sedang pipa metal bukan besi termasuk aluminium

1. Sambungan Pada Pipa

Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi hilangnya energi di dalam pipa Jenis-jenis sambungan ikut mempengaruhi hilangnya energi pada pipa. Dengan adanya sambungan dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan tambahan. Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang mengalir di dalamnya akan mengalami banyak kehilangan energi.

(3)

Dalam sistem pipa salah satu konstruksinya adalah menggunakan sambungan yang berfungsi untuk membelokan arah aliran fluida ke suatu tempat tertentu. Salah satu efek yang muncul pada aliran ketika melewati suatu sambungan yang berkaitan dengan pola aliran adalah adanya ketidakstabilan aliran atau fluktuasi aliran. Fluktuasi aliran yang terjadi terus menerus pada belokan pipa akan memberikan beban impak secara acak pada sambungan tersebut. Akibat pembeban impak secara acak yang berlangsung terus menerus bisa menyebakan getaran pada pipa.

Pada sambungan pipa bekerja gaya yang disebabkan oleh aliran zat cair yang berbelok, disamping berat pipa dan isinya.

2. Cara Penyambungan Pipa

Penyambungan tersebut dapat dilakukan dengan : a. Pengelasan

Jenis pengelasan yang dilakukan adalah tergantung pada jenis pipa dan penggunaannya, misalnya pengelasan untuk bahan stainless steel menggunakan las busur gas wolfram, dan untuk pipa baja karbon digunakan las metal.

b. Ulir (threaded)

Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tidak terlalu tinggi.

Kebocoran pada sambungan ini dapat dicegah dengan menggunakan gasket tape pipe.

Umumnya pipa dengan sambungan ulir digunakan pada pipa dua inci ke bawah. c. Menggunakan Flens (flange)

Kedua ujung pipa yang akan disambung dipasang flens kemudian diikat dengan baut.

3. Kehilangan-kehilangan Energi pada Sistem Perpipaan

Pada mekanika fluida telah diperlihatkan bahwa ada 2 macam bentuk kehilangan energi, yaitu :

1. Kehilangan Longitudinal (Longitudinal Losses)

Kehilangan longitudinal, yang disebabkan oleh gesekan sepanjang lingkaran pipa. Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan kehilangan longitudinal hf apabila panjang pipa L meter dan diameter d mengalirkan

(4)

kecepatan rata-rata V. Menurut White (1986), salah satu persamaan yang dapat digunakan adalah Persamaan Darcy-Weisbach yaitu :

h f=f x L dx

V2

2gx m

Dimana :

f = faktor gesekan (Darcy friction factor), nilainya dapat diperoleh dari diagram Moody.

L = panjang pipa (m) d = diameter pipa (m)

Tabel 1. Kekasaran rata-rata pipa komersial

Permukaan

Koefisien Kekasaran Mutlak (M) 10 -3 (Kaki)

Tembaga, Timbal, Kuningan,Aluminium

(baru) 0,001 - 0,002

(3,33 - 6,7)10 -6

Pipa PVC dan Plastik 0,0015 - 0,007 (0,5 - 2,33)10 -5

Stainless steel 0.015 5x10 -5

Baja komersial pipa 0,045 - 0,09 (1,5 - 3)10 -4

Membentang baja 0.015 5x10 -5

Weld baja 0.045 1.5x10 -4

Baja galvanis 0.15 5x10 -4

Berkarat baja (korosi) 0,15 – 4 (5 - 133)10 -4

Baru besi cor 0,25 - 0,8 (0.82 - 2.62)10 -4

Dikenakan besi cor 0,8 - 1,5 (2,7 - 5)10 -3

Rusty besi cor 1.5 - 2.5 (5 - 8,3) 10 -3

Lembar besi cor atau aspal 0,01 - 0,015 (3,33 - 5)10 -5

Merapikan semen 0.3 1x10 -3

Biasa beton 0,3 – 1 (1 - 3,33)10 -3

Beton kasar 0,3 – 5 (1 - 16,7)10 -3

Terencana kayu 0,18 - 0,9 0.59 - 2.95

Biasa kayu 5 16.7x10 -3

Sumber : ht t p : / / www. e ngine e ring t oolbox. c om/sur f a c e - roughn e s s - ve

nt i la t io n - du c t s - d_209.html

2. Kehilangan Lokal (Local Losses) 2

(5)

Kerugian lokal adalah kerugian head yang disebabkan karena sambungan, belokan, katup, pembesaran/pengecilan penampang, sehingga oleh Messina (1986) dirumuskan dengan :

h1 = ho + hb + hc (m) a. Kerugian pada bagian pemasukan

Untuk menghitung kerugian head pada bagian pemasukan digunakan rumus dari (Messina, 1986) :

h o=ko x V 2

2g

b. Kerugian karena perubahan penampang

Kerugian menghitung kerugian head karena perubahan penampang digunakan rumus dari ( saleh, 2003 )

∆ P=1

2x ζxρ x

V2 D x L

c. Kerugian karena sambungan

Untuk menghitung kerugian head karena belokan digunakan rumus Fuller (Sularso, 2002) :

ζ=α

π

[

0,131+1,847

(

D

2Ro

)

]

IV. Prosedur Percobaan

a. Menutup katup pembuangan yang terletak di bawah tangki b. Mengisi ¾ air dalam tangki

c. Menghubungkan steker listrik ke stop kontak

d. Memutar pasokan listrik saklar utama dalam posisi horizontal e. Lampu indikator akan menyala

(6)

f. Menghubungkan konektor ke pipa yang digunakan konektor (+) pada up stream dan konektor (-) pada down stream

g. Menghilangkan udara yang ada dalam selang dengan cara membuka dua katup buangan dan kemudian menutupnya

h. Untuk mendapatkan beda tekan sama dengan nol melakukan: 1. Menutup valve yang ada di atas tangki

2. Untuk mendapatkan beda tekan nol membuat laju alir nol, indikator menunjukkan missal x mbar, nilai ini sama dengan 0 atmosfer

3. Menggunakan harga x baar untuk faktor pengurangan setiap pengukuran

i. Membuka valve dan menentukan laju alir yang digunakan

V. DATA PENGAMATAN Digital

1. Pipa ( P2- P3 ) Belokan 1800 Diameter: 26,8 mm

Laju alir/Debit

(L/hr) ΔP-I (mbar) ΔP-II (mbar) ΔP-III (mbar) Rata-rata

500 2 2 2 2

1000 3 3 3 3

1500 6 6 6 6

2. Pipa ( P13- P14 ) Belokan 1350 Diameter: 17,3 mm

Laju alir/Debit

(L/hr) ΔP-I (mbar) ΔP-II (mbar) ΔP-III (mbar) Rata-rata

(7)

1000 20 20 20 20

1500 39 39 39 39

3. Pipa ( P15- P16 ) Pengecilan Pipa Diameter Kecil: 17,3 mm Diameter Besar: 26,8 mm

Laju alir/Debit

(L/hr) ΔP-I (mbar) ΔP-II (mbar) ΔP-III (mbar) Rata-rata

500 15 15 15 15

1000 40 40 40 40

1500 81 81 81 81

Dengan menggunakan manometer

4. Pipa ( P13- P14 ) Belokan 1350 Diameter: 17,3 mm

Laju alir/Debit

(L/hr) ΔP-I (mmH2O) ΔP-II (mmH2O) ΔP-III (mmH2O) Rata-rata 500 38-30,5 = 7,5 38-30,5 = 7,5 38-30,5 = 7,5 7,5 1000 48,4-29,2 = 19,2 49-20,5 = 28,5 49-29 = 20 22,6 1500 65-25,5 = 39,5 65-25,5 = 39,5 65,5-25,5 = 40 39,7

5. Pipa ( P15- P16 ) Pengecilan Pipa Diameter Kecil: 17,3 mm Diameter Besar: 26,8 mm

Laju alir/Debit

(L/hr) ΔP-I (mmH2O) ΔP-II (mmH2O) ΔP-III (mmH2O) Rata-rata 500 37,5-22,4 = 15,1 36,4-21,2 = 15,2 36,5-21,4 = 15,1 15,13 1000 55-13 = 42 53,9-11,9 = 42 54,2-12,2 = 42 42 1500 Tidak terbaca HASIL PERHITUNGAN digital 1. Pipa (P2-P3)

Laju aliran volume/debit (liter/jam 500 1000 1500

Nilai Pengukuran

Kehilangan tekanan (mbar) 2 3 6

Nilai Perhitungan

Laju aliran volume/debit (m3/s) 1,388×1

0-4 2,7778×10-4 4,1667×10 -4

Kecepatan (meter/detik) 0,2461 0,4925 0,7387

Koefisien kehilangan tekanan 1,535 1,535 1,535

Kehilangan tekanan (Pa) 23,2186 92,9878 209,1944

Pipa (P13-P14)

(8)

Nilai Pengukuran

Kehilangan tekanan (mbar) 6 18 38

Nilai Perhitungan

Laju alir volume/debit (liter/jam) 1,388×10-4 2,7778×10-4 4,1667×10-4

Kecepatan (meter/detik) 0,1737 0,3476 0,5215

Koefisien kehilangan tekanan 0,1941 0,1941 0,1941

Kehilangan tekanan (Pa) 1,4626 5,8572 13,1838

Pipa (P15-P16)

Laju alir volume/debit (liter/jam) 500 1000 1500

Nilai Pengukuran Kehilangan tekanan

Nilai Perhitungan

Laju alir volume/debit (liter/jam) 1,388×10-4 2,7778×10-4 4,1667×10-4

Kecepatan (meter/detik) 0,5215 1,183 1,773

Koefisien kehilangan tekanan 0,3402 0,3402 0,3402

Kehilangan tekanan (Pa) 23,1072 118,91 267,09

Manual dengan menggunakan Manometer

1. Pipa (P13-P14)

Laju aliran volume/debit (liter/jam 500 1000 1500

Nilai Pengukuran Kehilangan tekanan (mbar)

Nilai Perhitungan

Laju aliran volume/debit (m3/s) 1,388×1

0-4 2,7778×10-4 4,1667×10 -4

Kecepatan (meter/detik) 0,1737 0,4925

Koefisien kehilangan tekanan 0,1941 0,1941 0,1941

Kehilangan tekanan (Pa) 1,4494 11,7583 26,4525

Pipa (P15-P16)

Laju alir volume/debit (liter/jam) 500 1000 1500

Nilai Pengukuran

Kehilangan tekanan (mbar) 1,4638 4,0635

-Nilai Perhitungan

Laju alir volume/debit (liter/jam) 1,388×10-4 2,7778×10-4

-Kecepatan (meter/detik) 0,2461 0,4925

(9)

-Kehilangan tekanan (Pa) 1,32884 5,3829 -VI. PERHITUNGAN Secara Digital 1. Pipa ( P2 – P3 ) 1800 A. Laju alir 500 L/h Secara Praktek ∆P = 2 mbar = 2 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105pa ¿ ¿ = 200 Pa Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit Q= 500 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s

=

1,388 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 1,388x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,2461 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

ζ = ζ =

[

0,131+1,847(20,0268x0,016mm) 3,5

]

(

180 90

)

0,5 = 1,535  Penurunan Tekanan = 1 2 x999 kg m3x1,535x (0,2461)2m 2 s2 2 = 23,2186 Pa B. Laju alir 1000 L/h Secara Praktek

(10)

∆P = 3 mbar = 3 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105pa ¿ ¿ = 300 Pa Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit Q= 1000 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s

=

2,7778 x 10-4 m3/sKecepatan V = QA = 2,7778x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,4925 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

ζ = ζ =

[

0,131+1,847(20,0268x0,016mm) 3,5

]

(

180 90

)

0,5 = 1,535  Penurunan Tekanan = 1 2 x999 kg m3x1,535x (0,4925)2m 2 s2 2 = 92,9878 Pa C. Laju alir 1500 L/h Secara Praktek ∆P = 6 mbar = 6 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105pa ¿ ¿ = 600 Pa Secara Teori

(11)

Laju Alir Volume/ Debit Q= 1500 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s

=

4,1667 x 10-4 m3/sKecepatan V = QA = 4,1667x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,7387 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

ζ = ζ =

[

0,131+1,847(20,0268x0,016mm) 3,5

]

(

180 90

)

0,5 = 1,535  Penurunan Tekanan = 1 2 x999 kg m3x1,535x (0,7387)2m 2 s2 2 = 209,1944 Pa 2. Pipa P13-14

A. Laju Alir Volume 500 (L/h)Kehilangan Tekanan ∆P = 8 mbar Konversi Satuan : 8 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105pa ¿ ¿ = 800 Pa = 800 kg ms2  Volume Aliran / Debit

Q = 500 L/h Q= 500 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s

=

1,388 x 10-4 m3/sKecepatan

(12)

V = QA = 1,388x10−4m

3 /s

7,99x10−4m2 = 0,1737 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( ϛ )

C = 0,63+0,37(SS1 2 ) 2 =0,63+0,37(2,35x10 −4 m2 5,64x10−4 m2) 2 =0,6942 ϛ =

(

C1−1

)

2 =

(

1 0,6942−1

)

2 =0,1941

Kehilangan Tekanan (Pa)

∆P = ½ ρ ϛ V 2 2 = 12 . 999 kg m3 . 0,1941 . (0,1737)2m 2 s2 2 = 1,4626 kg / ms 2

B. Laju Alir Volume 1000 (L/h)Kehilangan Tekanan ∆P = 20 mbar Konversi Satuan : 20mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105pa ¿ ¿ = 2000 Pa = 2000 kg ms2  Volume Aliran / Debit

Q = 1000 L/h Q= 1000 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s

=

2,7778 x 10-4 m3/sKecepatan V = QA = 2,7778x10−4m 3 /s 7,99x10−4m2 = 0,3476 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( ϛ )

C = 0,63+0,37(SS1 2 ) 2 =0,63+0,37(2,35x10 −4 m2 5,64x10−4 m2) 2 =0,6942

(13)

ϛ =

(

C1−1

)

2 =

(

1 0,6942−1

)

2 =0,1941

Kehilangan Tekanan (Pa)

∆P = ½ ρ ϛ V 2 2 = 12 . 999 kg m3 . 0,1941 . (0,4376)2m 2 s2 2 = 5,8572 kg / ms 2

C. Laju Alir Volume 1500 (L/h)Kehilangan Tekanan ∆P = 39 mbar Konversi Satuan : 39 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105pa ¿ ¿ = 3900 Pa = 3900 kg ms2  Volume Aliran / Debit

Q = 1500 L/h 1500L/h x 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 4,167 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 4,167x10−4m 3 /s 7,99x10−4m2 = 0,5215 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( ϛ )

C = 0,63+0,37( S1 S2) 2 =0,63+0,37(2,35x10 −4m2 5,64x10−4 m2) 2 =0,6942 ϛ =

(

C1−1

)

2 =

(

1 0,6942−1

)

2 =0,1941

Kehilangan Tekanan (Pa)

∆P = ½ ρ ϛ V

2

(14)

= 12 . 999 kg m3 . 0,1941 . 0,2720m 2 s2 2 = 13,1838 kg / ms 2 3. Pipa P15-16 A. Laju Alir/Debit 500 L/hrKehilangan Tekanan ∆P = 15 mbar Konversi Satuan : 15 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbar x 1,0x105Pa ¿ ¿ = 1500 Pa = 1500 kg ms2

Volume Aliran / Debit

Q = 500 L/h 500L/h x 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 1,3889 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 1,3889x10−4m 3/s 7,99x10−4m2 = 0,5215 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( ϛ )

Dik : S1 = 2,35 x 10-4 m2 S 2 = 5,64 x 10-4 m2 ζ =

[

1− S1 S2

]

2 ζ =

[

1−2,35×10 −4m2 5,64×10−4 m2

]

2 = 0,3402

Kehilangan Tekanan (Pa)

∆P = 14× ζ × × v2 = ¿ 1 4 x0,3402×999 kg m3 x¿ 0,5125m/s) 2

(15)

= 23,1072 Pa × 10 −2 mbar 1pa = 0,231072 mbar B. Laju alir/debit 1000 L/hrKehilangan Tekanan ∆P = 40 mbar Konversi Satuan : 40 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbarx 1,0x105Pa ¿ ¿ = 4000 Pa = 4000 kg ms2  Volume Aliran / Debit

Q = 1000 L/h 1000L/h X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 2,78 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 2,78x10 −4 m3/s 2,35x10−4 m2 = 1,183 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( λ )

Dik : S1 = 2,35 x 10-4 m2 S 2 = 5,64 x 10-4 m2 ζ =

[

1− S1 S2

]

2 ζ =

[

1−2,35×10 −4m2 5,64×10−4 m2

]

2 = 0,3402

Kehilangan Tekanan secara teoritis

∆P = 14× ζ × × v2 = ¿ 1 4 x0,3402×999 kg m3 x¿ 1,183 m/s) 2 = 118,91 Pa × 10 −2 mbar 1pa = 1,1891 mbar C. Laju alir/debit 1500

(16)

Kehilangan Tekanan ∆P = 81 mbar Konversi Satuan : 81 mbar x 1¯¿ 1 ¯¿ 1000mbarx 1,0x105pa ¿ ¿ = 8100 Pa = 8100 kg ms2

Volume Aliran / Debit

Q = 1500 L/h 1500L/h X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3 x 1h 3600s = 4,167 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 4,167x10 −4 m3/s 2,35x10−4 m2 = 1,773 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( λ )

Dik : S1 = 2,35 x 10-4 m2 S 2 = 5,64 x 10-4 m2 ζ =

[

1− S1 S2

]

2 ζ =

[

1−2,35×10 −4m2 5,64×10−4 m2

]

2 = 0,3402

Kehilangan Tekanan secara teoritis

∆P = 14× ζ × × v2 = ¿ 1 4 x0,3402×999 kg m3 x¿ 1,773 m/s) 2 = 267,09 Pa × 10 −2 mbar 1pa = 2,6709 mbar Secara Manual dengan menggunakan manometer

(17)

1. Pipa P13-14 A. Laju alir/debit 500 L/hr Secara Praktek ∆P = ((38−30,5)+ (38−330,5)+(38−30,5)) = 7,5 mmH2O 7,5 mmH2O x 1¯¿ 1 ¯¿ 760mmHg× 1000mbar ¿ 1mmHg 13,6mmH2¿ = 0,7256 mbar Secara TeoriLaju Alir Volume/ Debit

Q= 500 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 1,388 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 1,388x10−4m 3 /s 7,99x10−4m2 = 0,1737 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

C = 0,63+0,37( S1 S2) 2 =0,63+0,37(2,35x10 −4 m2 5,64x10−4 m2) 2 =0,6942 ϛ =

(

C1−1

)

2 =

(

1 0,6942−1

)

2 =0,1941  Penurunan Tekanan ∆P = ½ ρ ϛ V 2 2 = 12 . 999 kg m3 . 0,1941 . (0,1737)2m 2 s2 2 = 1,4494kg / ms 2 B. Laju alir/debit 1000 L/hr Secara Praktek

(18)

∆P = ((49,4−29,2)+(493−29,5)+(49−29)) = 22,6 mmH2O 22,6 mmH2O x 1¯¿ 1 ¯¿ 760mmHg× 1000mbar ¿ 1mmHg 13,6mmH2¿ = 2,1865 mbar Secara TeoriLaju Alir Volume/ Debit

Q= 1000 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 2,7778x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 2,7778x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,4925 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

C = 0,63+0,37( S1 S2) 2 =0,63+0,37(2,35x10 −4m2 5,64x10−4 m2) 2 =0,6942 ϛ =

(

C1−1

)

2 =

(

1 0,6942−1

)

2 =0,1941  Penurunan Tekanan ∆P = ½ ρ ϛ V 2 2 = 12 . 999 kg m3 . 0,1941 . (0,4925)2m 2 s2 2 = 11,7583 kg / ms = 0,117583 mbar C. Laju alir/debit 1500 L/hr Secara Praktek ∆P = ((65−25,5)+ (65−25,53 )+ (65,5−25,5)) = 39,7 mmH2O

(19)

39,7 mmH2O x 1¯¿ 1 ¯¿ 760mmHg× 1000mbar ¿ 1mmHg 13,6mmH2¿ = 3,8409 mbar Secara TeoriLaju Alir Volume/ Debit

Q= 1500 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 4,1667 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 4,1667x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,7387 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

C = 0,63+0,37( S1 S2) 2 =0,63+0,37(2,35x10 −4m2 5,64x10−4m2) 2 =0,6942 ϛ =

(

C1−1

)

2 =

(

1 0,6942−1

)

2 =0,1941  Penurunan Tekanan ∆P = ½ ρ ϛ V 2 2 = 12 . 999 kg m3 . 0,1941 . (0,7387)2m 2 s2 2 = 26,4525 kg / ms = 0,264525 mbar 2. Pipa P15-16 A. Laju alir 500 L/h Secara Praktek ∆P = ((37,5−22,4)+(36,4−321,2)+(36,5−21,4)) = 15,13 mmH2O

(20)

15,13 mmH2O x 1¯¿ 1 ¯¿ 760mmHg× 1000mbar ¿ 1mmHg 13,6mmH2¿ = 1,4638 mbar Secara Teori

Laju Alir Volume/ Debit

Q= 500 Lh X 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 1,388 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 1,388x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,2461 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan

ζ =

[

1− S1 S2

]

2 ζ =

[

1−2,35×10 −4 5,64×10−4

]

2 = 0,3402  Penurunan Tekanan ∆P = 12× ζ × × v 2 D× L = 1 2x0,3402×999 kg m3x (0,2461)2m 2 s2 0,0268m ×0,35 = 132,8835 Pa × 10 −2 mbar 1pa = 1,32884 mbar B. Laju Alir Volume 1000 (L/h)

Secara praktek

Kehilangan Tekanan

∆P =

((55−13)+ (53,9−11,9)+ (54,2−12,2))

(21)

42 mH2O x 1¯¿ 1 ¯¿ 760mmHg× 1000mbar ¿ 1mmHg 13,6mmH2¿ = 4,0635 mbar

Volume Aliran / Debit

Q = 1000 L/h 1000L/h x 1dm 3 1L x 1m3 103dm3x 1h 3600s = 2,7778 x 10-4 m3/s  Kecepatan V = QA = 2,7778x10−4m 3 /s 5,64x10−4m2 = 0,4925 m/s  Koefisien Kehilangan Tekanan ( ) ϛ

ζ =

[

1− S1 S2

]

2 ζ =

[

1−2,35×10 −4 5,64×10−4

]

2 = 0,3402

Kehilangan Tekanan (Pa)

∆P = 12× ζ × × v 2 D× L = 1 2x0,3402×999 kg m3x (0,4925)2m 2 s2 0,0268m ×0,35 = 538,2890 Pa × 10 −2mbar 1pa = 5,3829 mbar

(22)

VII. ANALISA PERCOBAAN

Praktikum kali ini yaitu penurunan tekanan dalam pipa aliran fluida II yang bertujuan untuk dapat mempelajari kehilangan tekanan dalam singularitas akibat belokan pipa secara praktek dan teori ialah tentang penurunan tekanan pada sambungan pipa dan perubahan luas penampang pipa. Pada praktikum kali ini, penurunan tekanan yang diukur yaitu pada belokan pipa P2-P3, pipa P13-14 , dan pipa P15-P16 dan juga perubahan luas penampang pipa yaitu perbesaran pipa dan pengecilan pipa. Kehilangan tekanan adalah kehilangan energi akibat gesekan fluida terhadap sambungan pipa. Pengukuran kehilangan tekanan pada praktikum ini dilakukan secara digital dan dengan menggunakan manometer. Di mana secara digital menggunakan detector valve dan mentransdusikan dalam bentuk sinyal listrik dan kemudian terbaca secara digital nilai dari penurunan tekanannya. Selanjutnya dilakukan pengukuran penurunan

tekanan secara manual menggunakan manometer H2O. Penurunan tekanan yang

(23)

Pada praktikum ini menggunakan variasi sambungan/ belokan dan variasi debit air yaitu 500 L/hr, 1000 L/hr, dan 1500 L/hr. Variasi debit tersebut untuk mengetahui besarnya penurunan tekanan dengan adanya perbedaan kecepatan aliran fluida yang berhubungan langsung dengan besarnya gaya gesek yang terjadi. Selanjutnya dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa pada sambungan P2-P3 apabila laju alir fluida semakin besar maka nilai penurunan tekanan / rugi tekan akibat gesekan yang terjadi akan semakin besar. Sesuai dengan prinsip Bernouli bahwa dalam suatu aliran fluida peningkatan kecepatan fluida berbanding lurus dengan penurunan tekanan yang terjadi. Pada sambungan pipa P13-P14m juga sama halnya bahwa semakin besar laju alir fluida maka penurunan tekanannya juga semakin besar, dimana penurunan tekanan tersebut terjadi akibat adanya gesekan fluida terhadap pipa pada sambungan pipa tersebut. Diketahui juga adanya penurunan tekanan saat terjadi perubahan luas penampang pipa. Hubungan perbandingan lurus terjadi juga pada perbesaran pipa dan pengecilan pipa. Apabila laju alir fluida semakin besar maka gaya gesek dan penurunan tekanan yang terjadi juga semakin besar. Dapat dianalisa bahwa besar atau kecilnya penurunan tekanan ini disebabkan oleh adanya koefisien gesek, semakin besar koefisien gesek maka semakin besar kerugian geseknya dan semakin kecil koefisien gesek maka semakin kecil kerugian geseknya. Koefisien gesek ini berarti suatu nilai (biasanya berkisar antara 0-1) yang berlaku tetap untuk satu benda yang menentukan energi yang harus dikeluarkan untuk memindahkan suatu benda dan artinya adalah semakin besar koefisien gesek maka semakin besar energi yang harus digunakan untuk memindahkan fluida tersebut.

Pada percobaan pipa P2-P3 dan P13-P14, dapat diketahui bahwa kerugian gesek yang terjadi lebih besar penurunan tekanannya pada P13-P14 dikarenakan pada pipa P13-P14 diameter penampangnya lebih kecil daripada

penampang belokan pipa p2-p3 , yaitu dengan diameter 17,3 mm, sehingga

kerugian geseknya akan semakin besar dengan kecilnya luas penampang pipa. Hal demikian juga dijelaskan oleh adanya kerugian gesek pada perbesaran dan pengecilan pipa yaitu bahwa saat pengecilan pipa kerugian tekanan akan semakin besar dan pada pembesaran pipa kerugian tekanan akan semakin kecil

(24)

dikarenakan oleh kecilnya penampang pipa sehingga kecepatan fluida naik dan semakin besar gaya gesek yang terjadi.

Kehilangan tekanan yang paling besar adalah pada pipa P13- P14 hal ini dikarenakan diameter pada pipa P13-P14 lebih kecil dibandingkan pada pipa P2-P3 dan P14-P15, karena semakin kecil diameter pipa maka akan semakin besar nilai koefisien gesek dan juga menyebabkan penurunan tekanan yang terjadi akan semakin besar.

VIII. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum penurunan tekanan dalam pipa aliran fluida II dapat disimpulkan bahwa :

 Apabila laju alir fluida/ debit semakin besar maka kehilangan tekanannya juga semakin besar dikarenakan semakin besar laju alir fluida maka gesekannya akan semakin besar.

 Kehilangan tekanan dalam suatu aliran fluida dalam pipa dapat disebabkan oleh

adanya sambungan pipa yang menyebabkan adanya gesekan fluida terhadap pipa.

 Nilai koofisien kehilangan tekanan berbanding lurus dengan besarnya kehilangan

tekanan, hal ini dikarenakan semakin besar nilai koefisien gesek maka semakin besar energi yang diperlukan untuk melakukan gerakan pada fluida.

 Penurunan tekanan pada pengecilan pipa akan lebih besar dibandingkan pada pembesarana pipa hal ini juga dipengaruhi oleh diameter penampanmg pipa, semakin kecil diameter maka semakin besar gaya geseknya begitupun sebaliknya.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

 Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Teknik Pengukuran.”Penurunan Tekanan

dalam Pipa Aliran Fluida II”.Teknik Kimia Prodi DIV Teknik Energi. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang 2015.

 Anonim.

https://id.scribd.com/doc/249405949/MEKANIKA-FLUIDAPERCOBAAN-II-SINGULARITAS-PIPA (diakses tanggal 20-09-2015

 Anonim.

(26)
(27)

Gambar

Tabel 1. Kekasaran rata-rata pipa komersial
GAMBAR ALAT

Referensi

Dokumen terkait

Ketika dua atau lebih elektroda digunakan bersamaan, meskipun selalu hampir selalu terjadi dalam rekaman fisiologis, Perbedaan voltage antara mereka adalah

Dikarenakan lampu jalan pintar yang digunakan bersifat on-grid (terhubung dengan jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN), maka sistem monitoring memiliki fungsi untuk

Hubungan sikap dengan kunjungan ke posyadu tidak aktif pada sikap negatif lebih banyak yaitu 29 orang (78,4%) dibandingkan sikap positif yaitu 2 orang (5,0%), sedangkan

Suatu percobaan dirancang untuk mengetahui bentuk Pengaruh kecepatan dan massa terhadap energi kinetik sebuah benda serta Pengaruh massa dan ketinggian terhadap

Atas permohonan pencabutan gugatan dari Penggugat tersebut, oleh karena sudah melewati tahap penyampaian jawaban dari n ketentuan dalam Pasal 76 ayat (2)

Dilihat ban- yaknya barang bukti narkoba yang disita, Bintara polisi ini diduga bagian dari jaringan.. Sedang ditelusuri dari mana barang laknat itu

OGAN BUKIT BESAR PALEMBANG... Raya Palembang

Untuk jenis hutan user dapat memasukkan kode jenis hutan dan nama jenis hutan, pada produksi user dapat melakukan inputan data kode produksi dan nama produksi dari KPH Perhutani yang