• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif dengan pembelajaran berbasis kontekstual pada siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif dengan pembelajaran berbasis kontekstual pada siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 - USD Repository"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X-5 SEMESTER 2 SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh: Nuansa Asa Nuarindah

091224020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X-5 SEMESTER 2 SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh Nuansa Asa Nuarindah

091224020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Percaya bahwa di dunia ini tak ada yang sia-sia.

Membiarkan hidup dengan caranya sendiri

menggiring kita menuju sebuah jawaban.

-Dee-

You will never know the true value of moment,

until it becomes a memory.

-Spongebob-

Jadilah sebagaimana engkau ingin menjadi,

bukan sebagaimana yang ingin mereka lihat.

-MT

-

Dengan penuh kasih darinya, kupersembahkan karya kecil pertama ku ini untuk Ayah dan Ibu tercinta yang membuatku memahami hidup ini.

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Nuarindah, Nuansa Asa. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif dengan Pembelajaran Berbasis Kontekstual pada Siswa Kelas X-5 Semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. SKRIPSI. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis paragraf persuasif.

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 orang. Data diperoleh dari hasil tes dan nontes. Aspek yang dianalisis yaitu kemampuan menulis paragraf persuasif siswa yang berpedoman pada indikator penilaian sebagai berikut: (1) isi paragraf, (2) organisasi paragraf, (3) pola kalimat, (4) pilihan kata, dan (5) ejaan.

Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa rata-rata skor menulis paragraf persuasif siswa pada kondisi awal adalah 55.85, pada siklus I meningkat menjadi 67.57, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 73.34. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal hanya 2 siswa atau 5.72% siswa, pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa atau 54.28 % siswa, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 29 siswa atau 87.87% siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan menulis paragraf persuasif siswa kelas X-5 pada siklus I dan siklus II. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yang artinya hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan.

(9)

viii

ABSTRACT

Nuarindah, Nuansa Asa. 2013. The Improvement of Persuasive Paragraph in Writing Skill by Using Contextual Teaching and Learning for X-5 Students of Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School 2012/2013 Semester 2. Thesis S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD

The research aimed to increase the ability for X-5 students of Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School 2012/2013 in writing the idea to convince the readers to be able to do something in the form of a persuasive paragraph by using contextual teaching and learning. The background of this research is dealing with the students’ difficulties in elaborating the topic.

This research includes as a classroom action research which conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The subject of this research is 35 students of X-5 Pangudi Luhur Senior High School 2012/2013 semester 2. The primary data are obtained from the test results and non-test. The analyzing aspect is student’s ability in writing persuasive paragraph based on the assessment indicator, those are: (1) the content of paragraph, (2) the organization of paragraph, (3) the sentence pattern, (4) the word choice, and (5) spelling.

The result of the quantitative analysis shows that in the beginning the results of hypothesis test showed t-test in number is larger than t-table. Therefore the null hypothesis is rejected and the alternative hypothesis is failed to reject. It means the research result in accordance with the formulated hypothesis.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif dengan Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pada Siswa Kelas X-5 Semester 2 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ini dengan baik.

Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, dan selaku dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian telah mendampingi, membimbing, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari proses awal hingga akhirnya penulis boleh menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(11)

x

5. Segenap dosen Program Studi PBSID yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan, bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.

6. Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSID yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSID sampai penyusunan skripsi ini.

7. Maria Harmin, S.Pd. yang bersedia memberikan bimbingan, bantuan, dan masukan selama proses penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta, Kuwato Sugeng dan Ibu Menik Wigiyati, yang telah memberikan cinta, doa dan dukungan, baik secara moral maupun material bagi penulis selama menjalani masa kuliah.

9. Yulius Vian Darmawan, yang tak lelah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.My older sister Angga Madyaratri, yang menjadi “teman” luar biasa.

11. Seluruh siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013, yang telah bersedia dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini.

12.Caecilia Petra Gading May Widyawari, Tofan Gustyawan, Woro Wiratsih yang telah berjuang belajar bersama dalam perkuliahan dan bersedia menemani, memberikan semangat, bantuan, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Natalia Staffiany, Aurelia Rani Wijayanti, dan Roni Prabowo yang sudah memberikan banyak bantuan.

14.Teman-teman PBSID angkatan 2009 yang tak bisa disebut satu per satu, khususnya kelas A. Terima kasih atas dukungan, motivasi, semangat, dan kebersamaan yang terjalin selama ini.

15.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan bantuannya.

(12)

xi

laporan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik dari para pembaca. Penulis berharap agar laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 14 Agustus 2013

(13)

xii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Batasan Istilah ... 5

(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Penelitian yang Relevan ... 7

2.2 Menulis Paragraf Persuasif ... 9

2.2.1 Pengertian Menulis ... 9

2.2.2 Paragraf Persuasif ... 10

2.2.3 Persuasi dan Argumentasi ... 12

2.2.4 Ciri-ciri Paragraf Persuasif... 14

2.2.5 Teknik dan Langkah Menulis Paragraf Persuasif ... 15

2.3 Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 19

2.3.1 Hakikat Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 19

2.3.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual ... 21

2.3.3 Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 23

2.3.4 Strategi Pembelajaran Kontekstual ... 25

2.3.4 Implementasi CTL dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 28

2.4 Kerangka Berpikir ... 31

2.5 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 36

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

(15)

xiv

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Instrumen Penelitian... 43

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

3.8 Indikator Keberhasilan ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.1.1 Siklus I ... 53

4.2.1 Siklus II ... 65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Paragraf Persuasif ... 71

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Nilai Rata-rata Siswa ... 84

4.2.3 Peningkatan Kemampuan Siswa Berdasarkan Ketuntasan Belajar ... 85

4.3 Uji Hipotesis ... 87

4.3.1 Uji Normalitas ... 87

4.3.2 Paired Sample T Test ... 90

BAB V PENUTUP ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Persuasi dan Argumentasi ... 14

Tabel 2.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 25

Tabel 3.1 Instrumen Observasi untuk Guru ... 44

Tabel 3.2 Instrumen Observasi untuk Siswa ... 45

Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara untuk Guru dan Siswa ... 46

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Paragraf Persuasif ... 48

Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan ... 52

Tabel 4.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ... 61

Tabel 4.2 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II ... 69

Tabel 4.3 Data Jumlah Siswa yang Tuntas dan Tidak Tuntas ... 85

Tabel 4.4 Uji Normalitas Nilai Prasiklus dan Siklus I ... 88

Tabel 4.5 Uji Normalitas Nilai Siklus I dan Siklus II ... 88

Tabel 4.6 Uji Normalitas Nilai Siklus II dan Kondisi Awal ... 89

Tabel 4.7 Uji-t Prasiklus dan Siklus I ... 91

Tabel 4.8 Uji-t Siklus I dan Siklus II ... 92

(17)

xvi

DAFTAR SKEMA

(18)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Hal. Diagram 4.1 Hasil Test Kemampuan Awal Menulis Paragraf Persuasif Siswa ... 54 Diagram 4.2 Hasil Test Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Siklus I ... 57 Diagram 4.3 Hasil Test Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Siklus II ... 65 Diagram 4.4 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal

Hingga Kondisi Akhir Aspek Isi Paragraf ... 72 Diagram 4.5 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal

Hingga Kondisi Akhir Aspek Organisasi Paragraf ... 74 Diagram 4.6 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal

Hingga Kondisi Akhir Aspek Pola Kalimat... 76 Diagram 4.7 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal

Hingga Kondisi Akhir Aspek Pilihan Kata ... 78 Diagram 4.4 Data Peningkatan Skor yang Diperoleh Siswa dari Kondisi Awal

Hingga Kondisi Akhir Aspek Ejaan ... 79 Diagram 4.9 Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa pada Pembelajaran dari Kondisi

Awal Hingga Kondisi Akhir ... 84 Diagram 4.10 Presentase Ketuntasan Menulis Paragraf Persuasif Siswa Kondisi

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa memiliki peran yang penting dalam sebuah kegiatan berkomunikasi. Bahasa berperan penting pula sebagai penunjang dalam mempelajari semua bidang studi bagi siswa maupun guru. Pada dasarnya seseorang mempelajari bahasa karena didorong oleh kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Seseorang mempelajari bahasa sejak kecil dan diarahkan agar mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi, baik secara lisan maupun tertulis.

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran bahasa salah satunya ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru. Salah satu kemampuan guru yang menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran bahasa adalah kemampuan dalam memlilih dan menerapkan metode yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran. Paradigma pembelajaran lama guru lebih sering mengajar dengan ceramah. Pembelajaran berlangsung dengan berfokus pada guru. Hal tersebut menyebabkan siswa pasif dan tidak banyak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya selama proses pembelajaran.

(20)

berbahasa tersebut saling mempengaruhi. Secara alamiah keterampilan berbahasa diperoleh seseorang secara teratur. Mula-mula pada masa kecil seseorang belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, setelah itu seseorang belajar membaca dan menulis. Tarigan (2008:2) menyatakan bahwa kegiatan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum masuk sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.

Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2001:294) bahwa dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi paragraf. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan paragraf yang runtut dan padu. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Tarigan (2008:8) bahwa menulis menuntut gagasan yang tersusun logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik sehingga menulis merupakan kegiatan yang cukup kompleks.

(21)

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu SMA yang memiliki siswa heterogen, yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X (Ibu Maria Harmin, S.Pd) pada tanggal 22 Maret 2013, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa kelas X-5 smester 2 tahun ajaran 2012/2013 dalam pelajaran menulis paragraf persuasif belum sesuai dengan harapan. KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75, berdasarkan ketetapan tersebut masih banyak siswa yang belum tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan menulis, terutama dalam menemukan dan mengembangkan ide, pemilihan kata, penulisan struktur kalimat, dan penggunaan ejaan yang baik dan benar.

(22)

Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dan kemampuan mengaitkan antara materi yang dipelajari dan kehidupannya. Melalui pembelajara berbasis kontekstual (Contextual Teaching and Learning), diharapkan dapat tercipta pembelajaran menulis yang menarik dan anak akan lebih kreatif. Martinis Yamin (2008: 152) mengungkapkan bahwa Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu para peserta didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari; seperti membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connections), melakukan pekerjaan yang berarti (doing significant), melakukan

pembelajaran yang diatur sendiri (self regulated learning), bekerjasama (collaborating), serta berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).

(23)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif dengan pembelajaran berbasis kontekstual pada siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta kelas X-5 semester 2 tahun ajaran 2012/2013?”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam Penelitian Tindakan kelas ini untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf persuasif siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta kelas X-5 semester 2 tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkat dengan pembelajaran berbasis kontekstual.

1.4Batasan Istilah

1.4.1Menulis Paragraf Persuasi

Paragraf persuasif adalah salah satu jenis paragraf yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar bersikap sesuai yang disampaikan penulis secara suka rela. Oleh sebab itu, sebuah paragraf persuasif harus disertai dengan data dan fakta yang menunjang tulisan tersebut.

1.4.2Pembelajaran Berbasis Kontekstual

(24)

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru, membantu guru dalam mengambangkan metode dan model-model pembelajaran yang kreatif guna meningkatkan kualitas pembelajaran menulis persuasi. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kontekstual, memberi inspirasi baru bagi guru-guru khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.5.2 Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis persuasi. Pembelajaran bahasa Indonesia lebih menarik dan tingkat kreativitas siswa dapat lebih berkembang.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan terdapat dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ari Sutrisno (2010) dan Norma Kristiani (2010).

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ari Sutrisno pada tahun 2010, berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV-A SD

(26)

Norma Kristiani 2010 “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Menggunakan

Metode Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik “Kancing Gemerincing” Siswa

Kelas X-3 Semester 2 SMA Negeri 6 Yogyakarta 2009/2010”. Penelitian tersebut memiliki kesamaan tujuan dengan penelitian ini, yaitu meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasif. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh informasi bahwa kemampuan menulis paragraf persuasif dan keaktifan siswa dapat ditingkatkan dengan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik “kancing gemerincing”. Hal tersebut dapat dibuktikan dari data yang dihasilkan, yaitu pada kondisi awal keaktifan siswa mencapai 40 % dan tidak terdapat siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Pada siklus I mengalami peningkatan keaktifan siswa menjadi 62.85 % dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 62.85 % dengan nilai rata-rata 57.68. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 85.3 % dan jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 88.24 % dengan nilai rata-rata 71.28.

(27)

karena itu, peneliti memilih salah satu pendekatan pembelajaran, yaitu kontekstual dengan media iklan.

Berdasarkan penelitian di atas, pendekatan pembelajaran kontekstual dengan media iklan belum dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf persuasif. Dengan pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual, selain diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf persuasif, siswa juga mampu mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

2.2Menulis Paragraf Persuasif 2.2.1 Pengertian Menulis

Menurut KBBI (2008:1219), menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Sementara itu menurut Sudaryanto (2001:64) menyatakan bahwa keterampilan menulis ialah suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang disampaikan melalui bahasa tulis, yang realisasinya berupa simbol-simbol grafis sehingga orang lain, yaitu pembaca, mampu memahami pesan yang terkandung di dalamnya.

Tarigan (2008: 21) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

(28)

pemikiran melalui tulisan. Pemikiran tersebut dapat berupa pendapat, pengetahuan, pengalaman, keinginan, atau pun perasaan seseorang. Menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis melalui media bahasa tulis saja tetapi meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami pembaca.

Tulisan yang baik memiliki ciri khas tersendiri. Rosidi (2009: 10-11) mengemukakan bahwa tulisan yang baik memiliki ciri-ciri a) kesesuaian judul dengan isi tulisan, b) ketepatan penggunaan ejan dan tanda baca, c) ketepatan dalam struktur kalimat, d) kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam setiap paragraf. Tulisan yang baik memiliki ciri khas tersendiri. Tulisan yang baik merupakan tulisan yang mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan dalam tulisan. Kebermaknaan tulisan didukung oleh kejelasan tulisan tersebut. Tulisan dapat disebut sebagai tulisan yang jelas jika pembaca dapat membaca dengan kecepatan yang tetap dan menangkap makna yang ada dalam tulisan tersebut. Selain bermakna dan jelas, tulisan yang baik memiliki kepaduan dan utuh. Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah. Hal tersebut karena terdapat pengorganisasian tulisan dengan jelas sesuai perencanaan dan bagian-bagiannya dihubungkan dengan yang lain.

2.2.2 Paragraf Persuasif

(29)

bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan dengan cara meyakinkan mereka yang menerima persuasi, bahwa keputusan yang diambil merupakan keputusan yang benar dan bijaksana serta dilakukan tanpa paksaan. Untuk meyakinkan pembaca mengenai apa yang dipersuasikan, penulis harus menimbulkan kepercayaan pada para pembaca.

Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya (Suparno dan Yunus, 2007:113). Alfiansyah (2009:27) mengungkapkan bahwa paragraf persuasif adalah suatu bentuk paragraf yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Paragraf persuasi adalah salah satu jenis paragraf atau tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Oleh karena itu, sebuah tulisan persuasif memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau paragraf persuasi lebih baik berupa fakta. Dalam tulisan atau paragraf persuasif biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau memengaruhi pembaca agar bersikap atau melakukan sesuatu (Oken, 2009:19).

(30)

sebab itu, sebuah paragraf persuasif harus disertai dengan data dan fakta yang menunjang tulisan tersebut.

2.2.3 Persuasi dan Argumentasi

Zainurrahman (2011:51) menjelaskan bahwa tulisan argumentatif, sering disebut sebagai salah satu tulisan persuasif, adalah tulisan yang menyuguhkan rasionalisasi, pembantahan, juga berisi seperangkat penguatan beralasan terhadap sebuah pernyataan. Keraf, (2007:119) menyatakan bahwa persuasi bertolak dari kepercayaan terhadap orang yang diajak berbicara dan sebaliknya, maka terdapatlah perbedaan antara argumentasi dan persuasi, sehingga orang beranggapan bahwa persuasi merupakan sinonim atau istilahnya mempunyai makna yang sama dengan argumentasi. Bagaimanapun juga antara kedua istilah tersebut terdapat perbedaan, Nurudin (2007:84) menjelaskannya sebagai berikut. a. Ciri khas argumentasi adalah usaha untuk membuktikan suatu kebenaran

(31)

mengenai siapa sasaran tulisannya dengan seluruh situasi yang ada, sedangkan argumentasi memerlukan analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang ada untuk membuktikan kebenaran itu. Argumentasi mensyaratkan berfokus pada apa yang dibicarakan itu memang benar tanpa melihat siapa pembacanya, sementara persuasif melihat sipa saja pembacanaya (latar belakang kehidupannya, kebiasaan sehari-harinya, kepercayaan) agar bisa mempengaruhi pembaca secara lebih baik.

c. Menyangkut jumlah fakta yang digunakan dalam argumentasi semakin banyak fakta semakin kuat pula kebenarannya yang dipertahankan, sebaliknya dalam persuasif fakta dipergunakan seperlunya bila sudah merasa cukup tidak perlu mengemukakan fakta lain (Nurudin, 2007:84).

(32)

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Argumentasi dan Persuasi No. A r g u m e n t a s i P e r s u a s i

1.

Argumentasi adalah suatu proses penalaran untuk mencapai suatu kesimpulan.

Persuasi adalah suatu keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atau kesesuaian kehendak.

2.

Sasaran proses berpikir pada argumentasi adalah kebenaran mengenai suatu subjek yang diargumentasikan.

Sasaran proses berpikir persuasi adalah pembaca atau lawan bicara, yaitu usaha bagaimana merebut kesepakatan pembaca atau lawan bicara.

3.

Semakin banyak fakta yang dipergunakan, semakin kuat kebenaran yang dipertahankan.

Fakta dipergunakan seperlunya saja.

2.2.4 Ciri-Ciri Paragraf Persuasif

Vendrafirdian (2008) mengungkapkan bahwa ciri-ciri persuasi sebagai berikut ini. a. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya.

b. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.

c. Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara pembicara/penulis dan yang diajak berbicara/pembaca.

d. Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai. e. Harus ada fakta dan data secukupnya.

Menurut Pratama (2009), ciri-ciri persuasif disebutkan sebagai berikut ini.

a. Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat.

(33)

c. Membuktikkan kebenaran, pendapat pengarang sehingga tercipta keyakinan dan kepercayaan pada diri pembaca.

d. Menggunakan beberapa teknik tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf persuasi adalah, (1) bahasa yang emotif; yang dimaksudkan di sini adalah penggunaan bahasa yang mampu membuat seseorang (pembaca) dapat merasakan sesuatu dari hati untuk melakukan, merasakan sesuatu, dan terlibat di dalamnya, (2) pilihan kata khusus; pemilihan kata dalam paragraf persuasif sederhana dan mudah dipahami, serta dapat menarik perhatian pembaca, (3) ajakan; ajakan tersembunyi secara makna namun dapat membuat hati seseorang tergerak untuk melakukan tindakan sesuai ajakan penulis.

2.2.5 Teknik dan Langkah Menulis Paragraf Persuasif

Dalam menulis persuasi, terdapat beberapa teknik yang digunakan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik persuasi menurut Keraf (2007:124-131).

1) Rasionalisasi

(34)

2) Identifikasi

Identifikasi adalah kegiatan di mana penulis harus mengidentifikasi dirinya dengan pembacanya. Identifikasi biasa digunakan dalam tulisan yang berkaitan dengan soal-soal politik, yaitu kampanye dengan tujuan utamanya adalah “menang”. Agar identifikasi dapat dilaksanakan sesuai dengan yang

diharapkan, harus diciptakan dasar umum yang sama. Dasar umum tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang: untuk siapa tulisan ditujukan?. Dengan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan tepat, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, kemampuan pembacanya.

3) Sugesti

Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Rangkaian kata-kata yang menarik dan meyakinkan, dapat memungkinkan penulis mempengaruhi pembaca dengan mudah. Sugesti akan mudah diikuti jika dilakukan oleh orang yang mempunyai wibawa dan kedudukan tinggi di tengah masyarakat. Jadi, seorang pembaca yang mengidolakan seorang penulis jelas akan mudah terkena sugesti.

4) Konformitas

(35)

penulis hanya menyajikan beberapa hal yang sama dengan pembaca, sedangkan dalam konformitas penulis memperlihatkan bahwa dirinya mampu bertindak sebagai pembaca itu sendiri.

5) Kompensasi

Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti bagi sesuatu hal yang tidak dapat diterima. Seorang penulis akan dapat dengan mudah membujuk pembaca dengan mendorong pembaca untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan dengan menunjukkan secara meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang baru.

6) Penggantian

Penggantian adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud dengan maksud lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli serta emosi cinta kasih asli. Dalam hal ini, penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk mengalihkan suatu objek atau tujuan tertentu kepada suatu tujuan lain. 7) Proyeksi

Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya subjek menjadi objek. Sebagai contoh, sesuatu sifat yang dimiliki seseorang tetapi dilontarkan sebagai sifat dan watak orang orang lain.

(36)

dari berbagai sumber, (4) menyusun kerangka paragraf, dan (5) mengembangkan kerangka menjadi paragraf persuasi.

Berikut ini beberapa langkah yang dapat ditempuh bila akan menulis paragraf persuasi.

a. Menentukan topik dan tujuan dalam paragraf persuasif

Dalam paragraf persuasif, tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung. b. Membuat kerangka paragraf persuasif

Agar susunan tulisan persuasif itu sistematis dan logis, kerangka tulisan perlu mendapat perhatian dalam perumusannya.

c. Mengumpulkan bahan untuk paragraf persuasif

Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran angket kepada responden. Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikan sebagai barang bukti.

d. Menarik simpulan dari paragraf persuasif

Penarikan simpulan dalam suatu paragraf persuasif harus kita lakukan dengan benar agar tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi.

e. Menutup paragraf persuasif

(37)

Teknik dan langkah penulisan persuasi adalah dua hal yang memiliki hubungan timbal balik. Jika seseorang akan menulis persuasi tetapi hanya menggunakan teknik penulisan saja tanpa mengikuti langkah-langkah penulisannya, seseorang tersebut tidak akan dapat menulis persuasi dengan baik. Demikian sebaliknya, jika seseorang hanya mengikuti langkah-langkah penulisannya tanpa menggunakan teknik, paragraf yang dibuat didalamnya tidak terdapat unsur-unsur pembangun tulisan persuasi.

2.3 Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh filsafat

konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpihak pada aliran psikologis kognitif (Sanjaya, 2006:257).

2.3.2 Hakikat Pembelajaran Berbasis Kontekstual

(38)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Johnson (2010:65) mendefinisikan CTL sebagai sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling bergabung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, akan menghasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Banyak ahli telah mendefinisikan tentang pengertian pembelajaran kontekstual ini. Pendapat lain mengenai pembelajaran kontekstual diungkapkan sebagai berikut.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment) (Trianto, 2009:107).

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen yang harus dilibatkan. Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya

(39)

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual.

2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Pembelajaran berbasis kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Sehubungan dengan hal tersebut Sanjaya (2006:254) menyatakan bahwa terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

(40)

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Sementara itu, pernyataan lain dikemukakan Fellows (2000:2-7) dalam Komalasari (2010:10). Dalam pernyataanya dijelaskan bahwa karakteristik pembelajaran kontekstual berfokus pada (a) problem-based (berbasis masalah), (b) using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks), (c) drawing upon student diversity (penggambaran keanekaragaman siswa), (d) supporting

self-regulated learning (pendukung pembelajaran pengaturan sendiri), (e) using

interdependent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling

(41)

sama (cooperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik (authentic assessment).

CTL merupakan pendekatan yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan pembelajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kontekstual (a) berkaitan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dan lingkungan terdekat siswa, (b) peristiwa yang terjadi bersifat aktual dan faktual, (c) memanfaatkan berbagai media yang sealamiah mungkin, (d) pengembangan materi berbasis masalah dan bersifat original, (e) memanfaatkan metode pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain agar terjadi tukar-menukar gagasan (berdiskusi) untuk saling beradu argumen, dan (f) Evaluasi pembelajaran mencerminkan autentisitas.

2.3.4 Komponen Pembelajaran Kontekstual

Johnson (2010:65) menyebutkan bahwa sistem CTL mencakup delapan komponen yang meliputi a) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, b) melakukan pekerjaan yang berarti, c) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, d) bekerja sama, e) berpikir kritis dan kreatif, f) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, g) mencapai standar yang tinggi, dan h) menggunakan penilain autentik.

(42)

Bahasa Indonesia. Sanjaya (2006:262) menjelaskan bahwa CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen:

a. kontruktivisme, adalah sebuah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. b. inkuiri, artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan

melalui proses berpikir secara sistematis.

c. bertanya (questioning), bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

d. masyarakat belajar (learning community), dapat dilakukan dengan menetapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.

e. pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

f. refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

g. penilaian nyata (authentic assessment), adalah proses yang dilakukan guru mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

(43)

Berdasarkan asas-asas pembelajaran kontekstual di atas, tugas-tugas guru pada proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

Tabel 2.2

Tugas Guru dalam Pembelajaran

Berdasarkan Komponen Pembelajaran Kontekstual

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik

Guru menyajikan kejadian-kejadian yang

menimbulkan konflik kognitif dan rasa ingin tahu siswa.

Tahap 2

Mengembangkan sifat ingin tahu

Guru memberikan pertanyaan berdasarkan topik/kejadian yang disajikan

Tahap 3 Menciptakan masyarakat belajar

Guru membimbing siswa untuk belajar kelompok dan bekerjasama dengan teman sekelopoknya dalam bertukar pengalaman dan berbagi ide. Tahap 4

Menghadirkan model

Guru menampilkan contoh pembelajaran agar siswa dapat berpikir, bekerja, dan belajar. Tahap 5

Melakukan refleksi

Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan menganalisis manfaat pembelajaran.

2.3.5 Strategi Pembelajaran Kontekstual

(44)

dari berbagai sumber dan pandangan. Untuk itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran kontekstual bagi para peserta didik secara matang.

Menurut Bern dan Ericson (2001:5-11 dalam Komalasari 2010:23), dikemukakan lima strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual.

1) Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning), pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penentuan.

2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif), pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3) Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pendekatan yang

memusatkan pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karta nyata.

(45)

5) Pembelajaran berbasis kerja(work-based learning), pendekatan di mana tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan siswa dan bisnis.

Sementara itu, Riyanto (2009:166) menjelaskan bahwa secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut.

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan peniliaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

(46)

2.3.6 Implementasi CTL dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran kontekstual menjadi fokus perhatian para ahli pengajaran sejak pembelajaran berubah paradigma dari berfokus pada guru ke berfokus pada siswa. Paradigma pembelajaran berfokus pada siswa memberikan ruang gerak kepada siswa untuk belajar sesuai dengan perkembangan kognisinya dan belajar sesuai dengan konteks tempat belajarnya. Pranowo dalam hand out “Konsep Dasar CTL dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” menjelaskan desain pembelajaran secara kontekstual dapat dirancang dengan memperhatikan komponen pembelajaran sebagai berikut.

a. Pemilihan materi

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus memilih materi yang tidak jauh dengan lingkungan hidup siswa. Sebaiknya memanfaatkan bahan yang sudah dipublikasikan (mudah dikenali siswa) sebagai materi. Materi bersifat aktual dan faktual serta original. Materi pembelajaran harus dikemas dalam bentuk problem solving (pemecahan masalah) sehingga memungkinkan siswa untuk mengemukakan pendapat pribadi secara argumentatif yang didukung dengan data serta argumen-argumen yang lain.

b. Metode pembelajaran

(47)

c. Media pembelajaran

Desain pembelajaran dengan CTL harus memberikan peluang untuk memilih media yang memungkinkan digunakannya media pembelajaran sesuai dengan konteks dan situasi belajar siswa.

d. Interaksi belajar mengajar

Interaksi belajar mengajar dengan CTL hendaknya memberikan kemungkinan kepada siswa untuk mengemukakan pemikiran-pemikiran inkonvensional sehingga pikiran kritis dan kreatif siswa dapat terakomodasi dengan baik. Ketika guru meminta kepada siswa agar memecahkan masalah sesuai dengan pendapat pribadi siswa, guru harus mengakomodasi pendapat-pendapat yang secara logis tidak masuk akal tetapi secara argumentatif dapat diterima akal sehat.

e. Penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar berdasarkan CTL disarankan menggunakan penilaian autentik. Artinya, penilaian dengan non-tes, seperti portofolio, proyek, unjuk kerja adalah bentuk penilaian tepat untuk pembelajaran berdasarkan pendekatan CTL.

(48)

http://rbaryans.wordpress.com/ diunduh 8 Desember 2012) menyatakan bahwa, pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan dengan seksama.

1) Implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia secara kontekstual mementingkan aktualisasi prinsip-prinsip CTL dalam keseluruhan tahapan pembelajaran (awal, inti, penutup).

2) Kegiatan pembelajaran yang bernuansa CTL lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan berpikir dan berbahasa secara sinergis.

3) Pembelajaran bernuansa CTL menempatkan komunitas belajar sebagai bagian sangat penting untuk mengaktualisasikan kemampuan berpikir dan berbahasa sekaligus.

4) Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah untuk dilaksanakan.

(49)

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan data hasil wawancara diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa kelas X-5 semester 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif belum maksimal. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan topik, menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan menggunakan ejaan yang benar. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa, penelitian yang dilakukan peneliti difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasif. Sebagai pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif, proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

Peningkatan kemampuan menulis paragraf persuasif siswa dilakukan dengan pembelajaran berbasis kontekstual. Selain proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan memperhatikan komponen dan karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, pemilihan materi dan media pembelajaran pun juga disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran kontekstual. Materi pembelajaran yang digunakan adalah materi-materi yang tidak jauh dengan lingkungan hidup siswa, sedangkan media pembelajaran yang digunakan adalah iklan.

(50)

kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual.

(51)

Skema 2.1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA

KELAS X-5 SEMESTER 2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

1) Guru belum menggunakan pembelajaran kontekstual

2) Guru tidak memberikan contoh paragraf persuasif

3) Hanya 6 % siswa yang mendapat nilai tuntas Proses pembelajaran berbasis

kontekstual.

Mempermudah menemukan ide atau gagasan

(52)

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian adalah:

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Arikunto (2006:2) memandang penelitian tindakan kelas sebagai bentuk penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan upaya untuk meningkatkan aktivitas serta motivasi dan juga hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasi dengan pembelajaran berbasis kontekstual.

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut. a. Perencanaan (planning), adalah persiapan program tindakan yang akan

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi siswa. b. Tindakan (acting), adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya

(54)

c. Pengamatan (observing), adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran menulis paragraf persuasi.

d. Refleksi (reflection), adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar mengajar selanjutnya.

3.2Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5, semester 2, tahun ajaran 2012/2013, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Objek penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf persuasif menggunakan metode pembelajaran berbasis kontekstual.

3.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada semester 2, tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013.

3.4Prosedur Penelitian

(55)

menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.

Skema 3.1

Desain PTK model Spiral Kemmis dan MC Taggart 3.4.1 Siklus I

a. Perencanaan

Dalam penelitian ini, kegiatan perencanaan terjabar sebagai berikut.

1) Menyusun lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan pedoman wawancara bagi siswa tentang tanggapan dan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti menyusun instrumen pengumpul data untuk mengetahui karakteristik dan analisis kebutuhan siswa.

2) Tahap ini peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran dan wawancara terhadap siswa dan guru kelas.

3) Menganalisis hasil observasi dan wawancara sebagai dasar untuk menyususn silabus dan RPP.

4) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(56)

5) Menyusun alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual dalam kegiatan pembelajaran menulis paragraf persuasif di kelas.

b. Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan harus sesuai dengan perencanaan. Pada tahap ini guru melakukan tindakan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti, dan penutup.

a) Pendahuluan

 Guru memberikan salam dan menyapa siswa, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

 Guru menayangkan video iklan.

 Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman dan pengetahuan siswa berkaitan dengan permasalahan yang terdapat pada iklan.

b) Inti

 Siswa berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat sampai dengan lima siswa.

 Siswa mengamati iklan.

 Siswa mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam tayangan iklan.

 Siswa menemukan unsur persuasi dalam iklan.

 Siswa mengembangan kalimat fakta, opini, dan ajakan berkaitan dengan topik pada iklan.

(57)

 Perwakilan kelompok membacakan hasil tulisan kelompok, siswa lain memberikan tanggapan.

 Siswa bersama guru melakukan evaluasi terhadap paragraf persuasi siswa.

 Guru menjelaskan beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dan kelebihan paragraf persuasi siswa.

 Siswa menulis paragraf persuasi berdasarkan beberapa topik yang telah guru sediakan.

c) Penutup

Pada tahap ini dilakukan refleksi dan penegaan materi terhadap pembelajaran yang berlangsung dan membuat simpulan terhadap pembelajaran keterampilan menulis persuasi.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan penelitian. Observasi dilakukan guna mengumpulkan data kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspekyang diamati adalah perilaku siswa baik positif maupun negatif. Aspek positif terdiri dari:

 memperhatikan materi pelajaran,

 keterlibatan siswa dalam setiap proses pembelajaran,  siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas,

(58)

 siswa meremehkan kegiatan menulis,

 siswa berbicara sendiri atau dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung,

 siswa mengganggu teman,

 siswa tidak bersemangat mengerjakan tugas. d. Refleksi

Refleksi pada siklus I dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang perlu dipertahankan, ditingkatkan, diubah, atau pun ditiadakan dalam pelaksanaan siklus II. Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes, dan hasil observasi yang telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui:

 kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran kontekstual yang digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus I;

 kelebihan dan kekurangan materi;

 tindakan-tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran;  tindakan-tindakan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran. 3.4.2 siklus II

(59)

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dalam siklus ini dimanfaatkan untuk menyusun RPP dan instrumen pengumpulan data. Peneliti mempersiapkan rencana tindakan berdasarkan evaluasi pada siklus I agar tujuan pembelajaran pada siklus II dapat tercapai.

b. Tindakan

Pada awal pembelajaran guru bertanya kepada siswa tentang hambatan atau kesulitan dalam menulis paragraf persuasi. Setelah itu siswa dikelompokkan menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5-4 siswa. Seperti pada siklus I, siswa mengamati sebuah iklan.

Setelah mengamati iklan, siswa berdiskusi untuk menemukan unsur persuasi yang terdapat pada iklan. Proses selanjutnya adalah siswa membuat paragraf persuasi dalam kelompok berdasarkan tema pada iklan. Proses selanjutnya adalah perwakilan kelompok membacakan hasil tulisannya dan siswa lain memberikan tanggapan. Setelah guru mengevaluasi hasil tulisan siswa, siswa kembali mengamati iklan dan menulis paragraf persuasi secara individu.

c. Observasi

(60)

d. Refleksi

Tahap refleksi digunakan untuk mengevaluasi tindakan siklus II. Pada tahap ini, peneliti mendiskusikan haasil temuan selama proses pembelajaran. Proses penyimpulan apakah indikator keberhasilan sudah tercapai atau belum juga dilakukan pada tahap ini. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka peneliti akan merencanakan siklus III.

3.4.3 Siklus III

Jika hasil yang diperoleh kurang menunjukkan perubahan yang signifikan, maka dapat dilakukan siklus ketiga. Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus ketiga pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya saja tindakan yang dilakukan berbeda. Siklus III bertujuan merevisi siklus II dan menyususn tindakan di siklus III. Tindakan pada siklus ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus kedua. Disamping itu pelaksanaan siklus ini juga dilaksanakan selama dua kali pertemuan.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu teknik tes dan nontes.

a. Teknik Tes

(61)

o Kesesuaian isi paragraf dengan permasalahan pada topik. o Kemampuan mengorganisasi paragraf.

o Kelengkapan unsur kalimat dan pola kalimat. o Penggunaan ejaan yang benar.

Berdasarkan teknik pengumpulan data dengan teknik tes, dapat disusun instrumen pengumpulan data sebagai berikut ini.

Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang Anda miliki, buatlah paragraf persuasif sesuai dengan topik dan permasalahan yang terdapat pada gambar iklan tersebut dengan memperhatikan hal-hal berikut ini!

1) Isi paragraf sesuai dengan topik dan permaslahan pada gambar iklan. 2) Paragraf disusun dengan jelas dan sistematis.

3) Setiap kalimat memiliki pola dan unsur yang baik dan benar.

4) Pilihan kata dan ungkapan sesuai dengan tema dan permasalahan, serta mengandung ajakan atau bujukan yang menarik.

5) Menggunakan ejaan yang benar. b. Teknik Nontes

Data yang dikumpulkan dengan teknik nontes adalah: o hasil observasi

Observasi dilaksanakan sebelum peneliti melaksanakan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui beberapa media, metode, dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran.

o hasil wawancara

(62)

o pengambilan gambar (foto)

Pengambilan gambar (foto) bertujuan agar semua kegiatan penelitian dapat didokumentasikan sebagai data.

3.6Instrumen Penelitian a. Instrumen Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui fokus pembelajaran, perhatian siswa, pengelolaan kelas, metode dan media pembelajaran, penataan materi, penilaian, interaksi guru dan siswa, dan respon guru terhadap siswa. Berikut pedoman observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Tabel 3.1

Instrumen Observasi untuk Guru

PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS GURU DI KELAS SECARA UMUM

Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Kelas :

Jam ke :

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal :

No. Unsur yang Diobservasi Ya Tidak

1. Guru menguasai materi pembelajaran 2. Guru menyajikan materi dengan sistematis 3. Guru menyajikan materi dengan tuntas

4. Guru memilih metode pembelajaran dengan tepat 5. Metode pembelajaran diterapkan secara efektif 6. Guru memakai media

7. Guru sering bertanya kepada siswa 8. Guru umumnya duduk di kursi

9. Guru sering berjalan ke samping, tengah, dan belakang

(63)

Tabel 3.2

Instrumen Observasi untuk Siswa

PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN SISWA DI DALAM KELAS Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Kelas :

Jam ke :

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal :

No. A s p e k Keterangan

1. Siswa menjawab pertanyaan guru. 2. Siswa memahami topik dan

permasalahan dari iklan layanan masyarakat.

3. Siswa dapat mengaitkan topik dengan pengalaman.

4. Siswa dapat menyusun kalimat opini, fakta, dan ajakan

5. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri paragraf persuasi.

6. Siswa berdiskusi dalam menyusun paragraf persuasi.

7. Siswa bertanya pada guru ketika menemui kesulitan.

8. Siswa bertanya pada teman ketika menemui kesulitan.

9. Siswa dapat bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok.

10. Siswa aktif mengungkapkan pendapat. 11. Perwakilan kelompok membacakan

hasil menulisnya

12. Siswa memberikan tanggapan dari hasil menulis kelompok lain.

b. Instrumen Wawancara

(64)

siswa dan guru terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini, serta tanggapan guru terhadap masalah yang kerap muncul dalam kegiatan belajar mengajar, metode, dan media yang biasa digunakan. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan yang yang diajukan dalam wawancara dengan guru dan siswa untuk mengetahui kondisi awal sebelum penelitian dilaksanakan.

Tabel 3.3

Pertanyaan untuk Guru dan Siswa

No. Pertanyaan untuk guru Pertanyaan untuk siswa 1. Apa sajakah yang perlu Anda

siapkan sebelum mengajar?

Apa pendapat Anda tentang pelajaran bahasa Indonesia?

2. Materi apakah yang Anda gunakan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi?

Apakah guru bahasa Indonesia Anda menguasai setiap materi yang diajarkan dengan baik? Apa alasan Anda?

3. Berapa KKM yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

Apakah guru Anda telah menyiapkan materi dan media pembelajaran dengan baik dan sistematis?

4. Aspek apa sajakah yang menjadi prinsip penilaian kemampuan menulis paragraf persuasi?

Apakah guru Anda sering

menyampaikan materi dengan ceramah? 5. Metode pembelajaran seperti

apakah yang anda gunakan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi?

Apakah guru Anda sering memberikan kesempatan kepada Anda untuk memecahkan sebuah permasalahan melalui kerja sama dengan teman yang lain?

6. Bagaimana hasil kemampuan siswa dengan metode yang sudah

diterapkan? Apakah mencapai KKM?

Apa pendapat Anda tentang

pembelajaran menulis paragraf persuasi di dalam kelas?

7. Media apa yang Anda gunakan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi?

Adakah kesulitan yang Anda temukan dalam pembelajaran menulis? Apa saja? 8. Kesulitan apa saja yang Anda temui

ketika mengajarkan keterampilan menulis paragraf persuasi?

Pembelajaran seperti apakah yang Anda inginkan untuk meningkatkan

(65)

c. Pretes Menulis

Pretes menulis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran kemampuan menulis persuasi siswa. Dalam proses ini siswa diinstruksikan untuk membuat paragraf persuasi, kemudian dilakukan analisis dan penilaian hasil menulis siswa. Dari hasil tersebut akan diketahui kemampuan awal siswa dalam menulis persuasi. Informasi tersebut berguna untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan hasil kemampuan menulis persuasi siswa pada siklus I yang akan dilaksanakan.

3.7Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik penelitian yang digunakan untuk menganalisis data penelitian disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh, yaitu data hasil observasi dan data prestasi belajar siswa. Analisis data ini mencakup mengidentifikasi paragraf persuasi siswa berdasarkan kriteria penilaian persuasi yang benar. Berdasarkan hasil identifikasi, akan ditentukan kualitas tulisan siswa. Tahap akhir adalah penilaian dan pemberian skor pada hasil tulisan siswa.

3.7.1 Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis kualitatif yang diperoleh dari hasil nontes. Data yang dianalisis adalah aktivitas siswa di kelas saat pembelajaran berlangsung.

3.7.2 Teknik Kuantitatif

a. Analisis kemampuan menulis paragraf persuasif siswa Skor yang diperoleh

(66)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Paragraf Persuasi No. Unsur yang

dinilai

Bobot Skala Kriteria Kategori

1. Isi paragraf 10 5

4

3

2

1

1) sesuai dengan tema, 2) sesuai dengan permasalahan, 3) disertai opini, 4) disertai ajakan,dan 5) disertai fakta atau bukti yang mendukung.

1) sesuai dengan tema, 2) sesuai dengan permasalahan, 3) disertai opini, 4) disertai ajakan, namun fakta yang mendukung

kurang.

1) sesuai dengan tema, 2) disertai opini, namun kurang relevan dengan permasalahan, fakta kurang mendukung. 1) disertai opini, 2) disertai fakta dan ajakan, namun kurang sesuai dengan tema dan permasalahan.

Isi tidak berkaitan dengan tema dan permasalahan.

(67)

1 Tulisan tidak jelas, tidak lengkap, dan tidak dapat dimengerti.

Dalam kalimat terdapat unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan, struktur kalimat tepat dan mudah dipahami, penggunaan konjungsi antar kalimat tepat.

Dalam kalimat unsur terdapat subjek, predikat, (objek, pelengkap, dan keterangan), terdapat maksimal tiga kalimat dengan struktur yang kurang tepat, penggunaan konjungsi antar kalimat tepat.

Dalam kalimat terdapat unsur subjek dan predikat, maksimal terdapat lima struktur kalimat dan konjungsi antar kalimat tidak tepat, tetapi masih dapat dipahami.

Unsur kalimat tidak lengkap, struktur kalimat dan konjungsi antar kalimat kacau, makna kalimat sulit dimengerti. Pola kalimat kacau, unsur kalimat tidak lengkap, dan kalimat tidak dapat dipahami.

Sangat

Pilihan kata dan ungkapan tepat, sesuai dengan tema dan gagasan yang ingin diungkapkan,

mengandung ajakan, bujukan, atau rayuan yang menarik. Pilihan kata dan ungkapan tepat, sesuai dengan tema,

mengandung ajakan, bujukan, atau rayuan tetapi kurang menarik.

Sangat baik

Gambar

grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Argumentasi dan Persuasi
Tabel 2.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran
gambar iklan tersebut dengan memperhatikan hal-hal berikut ini!
+7

Referensi

Dokumen terkait

Coffee Break Cafe adalah warung kopi yang identik minumannya untuk para lelaki tapi pada observasi pengamatan ternyata banyak wanita yang lebih cenderung menghabiskan

Produk, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus pada Bakso Lapangan Tembak Payakumbuh).”. 1.2

Mubarok Kamil Group, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana perhitungan pendapatan dan biaya kontruksi type 36 pada PT?. Mubarok

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dibuktikan dan

[r]

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan lamanya hemodialisis, baik penilaian status gizinya dengan Skinfold maupun LILA

Pasal 1 angka 9 yang dimaksud Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang tidak termasuk dokter PTT, diangkat oleh Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk dan

Kapal Patroli yang dipergunakan dalam rangka Patroli Bea dan Cukai wajib dilengkapi dengan Surat Perintah Berlayar atau Surat Perintah Terbang yang dikeluarkan oleh Pejabat Bea