TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP)
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat
O L E H
NAMA : RIANT FEBRIAND SIMAMORA NIM : 072600094
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :
NAMA : RIANT FEBRIAND SIMAMORA
NIM : 072600094
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JUDUL : MEKANISME ADMINISTRASI SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (SPT PPH OP) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN BARAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini telah dipresentasikan di depan Panitia Penguji
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
Pada Hari :
Tanggal :
Pukul :
TIM MAJELIS PENGUJI
Ketua :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang oleh
karena kasih dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (SPT PPh OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat” ini tepat pada waktunya.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa modernisasi sistem
administrasi perpajakan telah dilakukan di dalam lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan praktek kerja dan
pengamatan atas Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (SPT PPh OP)Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan
Barat.
Selama penulisan karya tulis ini, penulis banyak menerima dorongan dan
motivasi serta bimbingan moral maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu
2. Kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan pengarahan
dalam menyusun Laporan Tugas Akhir.
3. Kepada Bapak Patar Hutabarat selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam menyusun Laporan Tugas Akhir.
4. Kepada Dosen FISIP USU, terkhususnya para dosen pengajar di Program Diploma
III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan ilmu pengetahuan khususnya
mengenai Ilmu Administrasi Perpajakan selama penulis mengikuti kegiatan
perkuliahan.
5. Kepada Bapak Febner Pilimon Simatupang yang telah bersedia menjadi
Supervisor selama menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih penulis sampaikan
buat bimbingan dan dukungannya.
6. Kepada Bapak Kepala Kantor Pajak Pratama Medan Barat, Kabag Umum beserta
Staf yang telah memberikan izin riset serta membantu dalam memberikan data
untuk kelengkapan Tugas Akhir ini.
7. Kepada orangtua tercinta yang telah memberikan cinta kasihnya yang begitu luar
biasa selama ini.
8. Kepada teman-teman sejurusan D III Admininstrasi perpajakan FISIP USU.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang
telah membantu penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
semua.
Medan, Juli 2010
Hormat Saya,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PKLM ... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
1.3. Ruang Lingkup PKLM ... 5
1.4. Metode PKLM ... 5
1.5. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 7
1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... 8
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1. Sejarah KPP Pratama Medan Barat ... 10
2.2. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat ... 13
2.3. Stuktur Organisasi ... 14
2.4. Uraian Tugas dan Fungsi ... 15
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN 3.1. Pengertian Pajak ... 21
3.2. Pembagian Pajak ... 21
3.2.1. Menurut Golongan ... 21
3.2.3. Menurut Pemungut ... 22
3.3. Subjek dan Non Subjek Pajak ... 22
3.3.1. Subjek Pajak ... 22
3.3.2. Non Subjek Pajak ... 23
3.4. Objek Pajak dan Bukan Objek PPh ... 25
3.4.1. Objek Pajak... 25
3.4.2. Non Objek Pajak ... 25
3.5. Surat Pemberitahuan ... 26
3.6. Sanksi berhubungandengan Surat Pemberitahuan ... 28
3.6.1. Sanksi Denda ... 28
3.6.2. Sanksi Bunga ... 29
3.6.3. Sanksi Kenaikan ... 29
3.6.4 Sanksi Pidana ... 30
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI 4.1. Pelaksanaan Pengisian SPT PPh ... 33
4.2. Tata Cara Pengisian SPT PPh ... 34
4.3. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam Pengisian SPT PPh... 42
4.4. Tata Cara Pelaporan SPT PPh ... 44
4.5. Kendala WP dalam Mengisi SPT PPh ... 45
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 49
5.2. Saran ... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak telah memegang peranan
penting di negara kita. Melalui penerimaan negara atas pembayaran pajak yang
dilakukan masyarakat, pemerintah akan mampu membiayai segala keperluan rutin
penyelenggaraan pemerintahan dan juga untuk menyediakan berbagai sarana maupun
prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.
Seperti yang kita ketahui bersama, pajak merupakan kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang (UU), dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (UU No. 28 Tahun 2007).
Reformasi perundang-undangan perpajakan telah memberikan keleluasaan
kepada masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini terlihat
pada penerapan sistem penghitungan sendiri (Self Assessment System) dalam
penghitungan pajak. Sistem pemungutan pajak Self Assessment System adalah sistem
dimana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, serta melaporkan sendiri jumlah pajak terutang, sehingga Wajib Pajak
perpajakan. Dalam hal ini, pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berperan sebagai
Pembina, Pengawas, Peneliti, serta memberikan petunjuk dan juga sanksi terhadap
Wajib Pajak (Mardiasmo, 2008;7).
Namun dalam kenyataannya, masih banyak Wajib Pajak yang belum
menyadari dan tidak melaksanakan secara penuh kepercayaan yang diberikan oleh
DJP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, terutama dalam hal kepatuhan
Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).
Pelaksanaan prosedur pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan
kegiatan rutin bagi para Wajib Pajak dimana setiap tahun setelah tahun pajak
berakhir/tahun kalender berakhir, para Wajib Pajak diharuskan untuk memenuhi
kewajiban perpajakan yaitu dengan mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan adalah merupakan surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan serta mempertanggungjawabkan
perhitungan dan pembayaran pajak terutang dengan baik dan benar
(Markus,2008:382), sedangkan fungsi SPT PPh menurut pasal 3 ayat 1
Undang-Undang. No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yaitu sebagai sarana administrasi untuk membuktikan pelaporan dan
pertanggungjawabkan atas pajak yang telah dibayar.
Fiskus menyadari masih banyak Wajib Pajak yang tidak memahami mengenai
Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan secara
yang menyebabkan hal tersebut yaitu kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, serta tidak membiasakan mengisi
SPT PPh secara mandiri atau mengisi SPT PPh tidak sesuai dengan jenis usaha. Hal
ini terbukti didalam pelaksanaan Pengisian SPT PPh, masih banyak yang tidak sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Akibatnya, Surat Pemberitahuan yang disampaikan
tidak terima/ tidak diproses dengan semestinya
Dari uraian diatas, sehubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan melaporkannya dalam
Tugas Akhir tentang “Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat”
1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan
a) Untuk mengetahui Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
b) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala bagi Wajib Pajak dalam
Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
1.2.2 Manfaat a) Bagi Mahasiswa
Menambah Khasanah pengetahuan di bidang Perpajakan mengenai Mekanisme
Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi secara benar,
lengkap dan jelas sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat
b) Bagi KPP Pratama Medan Barat
Aparat Pajak di Direktorat Jenderal Pajak akan memperoleh sumbangan pemikiran
mengenai Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Orang
Pribadi, serta kendala-kendala Wajib Pajak dalam Pengisian Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi khususnya Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
c) Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Meningkatkan hubungan kerjasama antara Universitas Sumatera Utara Khususnya
Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang
terkait yakni Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
1.3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dari latar belakang masalah yang telah di kemukan diatas maka dapat
a) Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
(SPT PPh OP).
b) Kendala-kendala Wajib Pajak dalam pelaksanaan Mekanisme Administrasi Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
c) Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak dalam
memberikan Pemahaman mengenai Mekanisme Administrasi Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
1.4. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi,
sesuai dengan metode yang digunakan adalah :
a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, serta mencari dan mengumpulkan data untuk pembuatan proposal dan
melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.
b) Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah maupun sumber lain
yang berhubungan dengan Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi.
Pada tahap ini penulis melakukan Pengamatan Lapangan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat.
d) Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data mengenai Mekanisme
Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Melalui :
1. Data Primer bersumber dari wawancara dan tanya jawab dengan pihak
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang dianggap memahami
tentang Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi.
2. Data Sekunder bersumber dari buku-buku, undang-undang, ataupun
sumber lainnya yang berhubungan dengan Mekanisme Administrasi Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
e) Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap, maka penulis akan
melakukan analisis dan evaluasi untuk menyimpulkan data atau keterangan yang
saling terkait mengenai Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi.
1.5. Teknik Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendukung penulisan Tugas Akhir, penulis menggunakan beberapa
a) Daftar Pertanyaan
Yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada pihak Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang dianggap mampu memberikan
masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.
b) Daftar Pengamatan
Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang
dilakukan dalam pencatatan terhadap setiap fenomena yang menjadi objek
penelitian.
c) Daftar Dokumentasi
Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan masalah
yang dikemukakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri berupa
lampiran-lampiran stuktur organisasi.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan Terdiri dari: Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan
Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja
Mandiri, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Berisikan tentang sejarah singkat dan berdirinya Kantor Pelayanan
Pajak Pajak Pratama Medan Barat, Stuktur Organisasi, serta Tugas dan
Fungsi Organisasi.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini berisikan tentang tentang ketentuan-ketentuan umum
Perpajakan seperti Pengertian Pajak, Subjek dan Objek Pajak, Definisi
Surat Pemberitahuan (SPT), Fungsi SPT, dan Mekanisme
Administrasi Surat Pemberitahuan (SPT).
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini membahas secara detail mengenai Mekanisme
Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,
serta mencari kendala-kendala Wajib Pajak dalam Pengisian Surat
Pemberitahuan, dan upaya-upaya Kantor Pelayanan Pajak dalam
memberikan pemahaman dalam Pengisian Surat Pemberitahuan
Tahunan Orang Pribadi.
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yaitu menguraikan secara
garis besar pembahasan mengenai Mekanisme Admiistrasi Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, beserta upaya-upaya Kantor
Pelayanan Pajak dalam memberikan pemahaman dalam mengisi SPT
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
2.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Pada Tahun 1987, Kantor Pelayananan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak
Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan
ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya
penambahan Kantor Inspeksi Pajak guna menambah penerimaan negara dari sektor
Pajak. Dengan alasan diatas maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat
yang berkedudukan di Binjai.
Pada Tahun 1988, Kantor Inspeksi Pajak dipecah menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya
Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan
Batu. Dan Kantor Inpeksi Pajak Medan tersebut beralamat di Jalan Sukamulia
No. 17-A.
2. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar, dengan adanya Kantor Inspeksi
Pajak Pematang Siantar, Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah tersebut
dimudahkan dalam mengurus keperluan Pajak. Sehingga apa yang menjadi
tujuan pemerintah yaitu menetapkan pelayanan yang memberikan kemudahan
Kantor Inspeksi Pajak Medan oleh Pemerintah dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Sukamulia No.
17-A Medan, yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya Medan, Kabupaten
Langkat, Kotamadya Binjai.
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang beralamat di Jalan diponogoro No.
30-A Medan.
3. Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang saat itu beralamat di Jalan Binjai No.
1 Medan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor Kep.785/KMK.01./1993 mengenai
Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah 1 Sumatera Bagian Utara terhitung
Agustus 1993, terdiri dari:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan kejaksaan No. 2
Medan.
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Sukamulia No.
17-A.
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di Jalan Binjai KM. 7
Medan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Asrama No.
7A Medan sebelum diterapkan modrenisasi di bidang Perkantoran merupakan salah
satu Kantor Pelayan Pajak Tipe A yang dibawah naungan Kantor Wilayah 1
Medan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat merupakan salah satu Kantor Pajak
terbesar di wilayah Sumatera bagian Utara 1, yang meliputi wilayah kerjanya:
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Petisah
3. Kecamatan Medan Sunggal
4. Kecamatan Medan Helvetia
5. Kecamatan Medan Polonia
6. Kecamatan Medan Tuntungan
7. Kecamatan Medan Selayang
8. Kecamatan Medan Maimun
9. Kecamatan Medan Baru
Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi 2 (dua)
sesuai dengan reorganisasi mengenai pemekaran Kantor terhitung tanggal 1 Maret
2002 terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah
Semenjak reorganisasi wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
meliputi antara lain:
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Petisah
3. Kecamatan Medan Sunggal
Pada Tanggal 26 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat resmi
menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, sehingga berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai
tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat meliputi wilayah kerja yaitu
Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan yaitu;
1. Kelurahan Kesawan
2. Kelurahan Silalas
3. Kelurahan Sei. Agul
4. Kelurahan Karang Berombak
5. Kelurahan Glugur
6. kelurahan Pulo Brayan Kota
2.2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi
pelayanan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dipercaya
untuk penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
Misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah
meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan peningkatkan kecepatan dan
mutu pelayanan Perpajakan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan
perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.
2.3. Stuktur Organisasi
Stuktur Organisi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penerapan tugas-tugas, fungsi wewenang, serta tanggungjawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Stuktur Organisasi berfungsi untuk menyelenggarakan tugas kedinasan
dengan tujuan yang diinginkan Dengan stuktur organisasi, masing-masing pegawai
akan tahu dan sadar akan kewajiban tugas, wewenang, dan tanggungjawab. Agar
kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancar, hendaknya pegawai tetap
ditempatkan pada posisi yang tepat yang tujuannya agar mendorong kinerjanya,
sehingga dengan adanya stuktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada
siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan atas tugas
dan wewenang yang telah diberikan.
2.4. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Medan Barat Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdiri dari:
1. Subbagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun tugas tiap-tiap seksi tersebut adalah
1. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,
dan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan
data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,
urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan
dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Felling,
pelaksanaan i-SISMOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan
perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan
kerjasama perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan,
pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran
basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,
Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi dan Pengamatan IV,
masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan
Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka
melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undang yang berlaku:
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional
senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadmistrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan ekstensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan
11. Pelaksanaan intensifikasi
12. Pembetulan ketetapan pajak
13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/ atau Bangunan
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
3.1. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan balas langsung dan digunakan
untuk keperluan negara dan kemakmuran rakyat.
Pengertian pajak menurut para ahli diantaranya;
1. Menurut Prof. DR. Rahcmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang tidak dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa imbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditunjukan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Fidel, 2008:2).
2. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah
Dari definisi pajak diatas dapat dirangkum beberapa ciri-ciri atau sifat pajak
(Markus,2008:1) sebagai berikut :
1. Harta kekayaan rakyat (sektor Swasta)
2. Berdasarkan undang-undang
3. Sebagian
4. Wajib diberikan kepada negara (sektor publik)
5. Tanpa mendapat kontra prestasi secara individual dan langsung
6. Bukan merupakan penalti
7. Yang mempunyai fungsi:
a. Budgeter yaitu mengisi kas negara untuk membiayai penyelenggaraan negara
dan sisanya untuk membiayai pembangunan.
b. Reguleren yaitu sebagai alat untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi dan
budaya rakyat.
3.2. Pembagian Pajak 3.2.1. Menurut Golongan
1. Pajak langsung yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan, contoh Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan
3.2.2. Menurut Sifat
1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya
yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Sebagai Contoh Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
3.2.3.Menurut Pemungutnya
1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan di biayai
untuk rumah tangga negara. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Sebagai contoh Pajak
Restoran, Pajak Hiburan.
3.3. Subjek dan Non Subjek Pajak Penghasilan 3.3.1. Subjek Pajak
Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun
2008 yang menjadi subjek pajak adalah:
2. Warisan yang belum terbagi sebagi satu kesatuan menggantikan yang berhak
3. Badan
4. Bentuk usaha tetap
3.3.2.Non Subjek Pajak
Menurut pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008
yang tidak termasuk subjek pajak adalah:
1. Kantor perwakilan negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lainnya dari negara
asing dan orang-orang di perbantukan untuk mereka yang berkerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara asing
dan di Indonesia tidak menerima penghasilan diluar jabatan tersebut serta
negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
3. Organisasi internasional
4. Pejabat–pejabat perwakilan organisasi internasional yang bukan warga negara
Indonesia
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 yang diatur
pada pasal 2 ayat 3, dan 4, Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam
Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri 1. Orang Pribadi
Orang Pribadi yang bertempat tinggal
di Indonesia yang lebih dari 183
dalam jangka waktu 12 bulan atau
dalam 1 tahun pajak/ masehi.
1. Orang Pribadi
Orang Pribadi yang bertempat tinggal
di Indonesia yang tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan atau
dalam 1 tahun pajak/ masehi.
2. Badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, kecuali unit
badan dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria.
2. Badan yang tidak didirikan di
Indonesia atau tidak berkedudukan di
Indonesia tetapi dapat menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
3. Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
3. Bentuk usaha tetap yang di
pergunakan oleh orang pribadi atau
badan yang kurang dari 183 hari yang
3.4.Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Penghasilan 3.4.1.Objek Pajak
Yang menjadi objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat 1
Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 adalah;
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan perkerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, honorarium, tunjangan, upah, komisi,
bonus, uang pensiun;
2. Hadiah dari undian atau perkerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah di bebankan sebagai biaya;
4. Royalti, laba usaha, premi asuransi, keuntungan selisih kurs mata uang asing,
selisih lebih karena penilaian aktiva kembali;
5. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
6. Deviden dalam bentuk nama apapun;
7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
Yang bukan menjadi objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat 3
Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 adalah;
1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang telah disahkan oleh pemerintah.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam segaris keturunan
lurus satu sederajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
3. Warisan
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa.
6. Iuran yang diterima atau di peroleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai
7. Bunga obligasi yang diterima atau di peroleh perusahaan reksadana selama 5
tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberi izin usaha.
3.5.Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
bukan objek pajak dan atau/atau harta kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (Muhammad Rusdji, 2006:388).
Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan menurut Pasal 3 ayat 1 UU. No.
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawaban penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
c. Harta dan kewajiban;
d. Pembayaran dan pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak, yang
ditentukan peraturan Perundangan-undangan perpajakan yang berlaku.
SPT ada dua macam, Yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan (Muda Markus, 2005):
1. SPT Masa, yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan
mengenai penghitungan dan pembayaran pajak terutang dalam satu masa pajak
(bulan) atau suatu saat, contoh SPT Masa PPh Pasal 21/26, SPT Masa PPh 22,
SPT Masa PPN & PPnBM, SPT PPh Pasal 25, dll.
2. SPT Tahunan, yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan
kurang/lebih bayar dalam satu tahun pajak, contoh SPT PPh Orang Pribadi, SPT
PPh Badan.
Yang wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
adalah:
1. Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan yang jumlahnya melebihi
Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP).
2. Setiap badan yang didirikan di Indonesia (berkedudukan) yang terdiri dari
perseroan terbatas, Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi, Yayasan, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang diatur pada pasal 3 huruf a,b,c adalah;
a. Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir
Masa Pajak, contoh; SPT PPh Pasal 21, dan SPT PPN;
b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, paling lama 3
(tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak penghasilan Wajib Pajak Badan, paling
lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Menurut pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila Wajib Pajak tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan maka akan di kenakan
berupa denda sebesar;
a. SPT Masa PPN Rp. 500.000,-
b. SPT Masa Lainnya Rp. 100.000,-
c. SPT PPh Badan Rp. 1.000.000,-
d. SPT PPh Orang Pribadi Rp. 100.000,-
Setelah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan penyidikan
mengenai ketidakbenaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak, terhadap ketidak benaran
tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, dengan syarat apabila Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri mengungkapan ketidakbenaran tersebut disertai kekurangan
pembayaran pajak yang terutang yang sebenarnya serta denda sebesar 150% dari
pajak kurang, dan wajib Pajak tersebut tidak dilakukan penyidikan.
Yang tidak dikenakan sanksi administrasi berupa denda yang diatur pada
pasal 7 ayat 2 undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan adalah:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan usaha dan atau
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus warga negara asing yang tidak
tinggal lagi Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang diatur dengan peraturan
Menteri Keuangan
3.6.2.Sanksi Bunga
Menurut pasal 8 ayat 1 Undang-Undang. No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu Wajib Pajak yang dikenakan sanksi
berupa bunga sebesar 2% dikarenakan adanya kemauan sendiri untuk membetulkan
SPT yang telah disampaikan dengan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktorat
Jendral Pajak belum melakukan pemeriksaan. Pembetulan SPT harus disampaikan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
3.6.3.Sanksi Kenaikan
SPT telah diperiksa oleh Direktur Jendral Pajak, dan belum diterbitkan surat
ketetapan, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapan dalam laporan
tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan yang
mengakibatkan:
a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar/atau lebih kecil
c. Jumlah harta menjadi lebih besar/lebih kecil
d. Jumlah modal menjadi lebih besar/atau kecil
Sehingga menjadi pajak kurang dibayar akibat ketidakbenaran dalam
Pengisian SPT dan dikenakan sanksi berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak yang
kurang bayar (Pasal 8 ayat 4 dan 5 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).
3.6.4.Pidana
Menurut pasal 38 huruf a dan b Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan setiap orang karena
kealpaannya; a) tidak menyampaikan SPT, b) Menyampaikan SPT tetapi isi tidak
benar dan tidak lengkap atau melampirkan keterangan isi yang tidak benar sehingga
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang pertama kali didenda paling sedikit 1 (satu) kali dari jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali dari jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau di pidana kurungan paling sedikit
3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
Wajib Pajak Penghasilan Orang pribadi yang melakukan pengisian SPT
harus memahami petunjuk umum pengisian SPT, berikut ini adalah petunjuk umum
pengisian SPT;
a. Wajib Pajak Mengisi SPT harus benar, lengkap, dan jelas.
b. SPT harus ditandatangani oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau orang yang
c. SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak
dilampiri keterangan atau dokumen.
d. Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT Tahunan, dan menyampaikannya
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
e. SPT Tahunan dapat disampaikan melalui kantor pos atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.
f. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus
dilunasi paling lama tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga tahun pajak
berikutnya.
g. Wajib Pajak membayar pajak terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos dan
Giro atau bank persepsi yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Anggaran.
h. Direktorat Jendral Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memperpanjang
jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 6 (enam) bulan.
i. Atas persetujuan Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak dapat mengangsur
atau menunda pembayaran pajak.
j. SPT Tahunan yang isi tidak benar, lengkap dan tidak jelas atau melampirkan
keterangan yang tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian pada kas
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
4.1. Pelaksanaan Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
Merupakan kegiatan rutin bagi para Wajib Pajak dimana setiap tahunan
setelah tahun pajak berakhir, para Wajib Pajak diharuskan untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya yaitu dengan mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan ke Kantor Pelayanan Pajak atau kantor Penyuluhan
dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan merupakan sarana bagi
Wajib Pajak untuk melaporkan serta mempertanggungjawabkan penghitungan dan
atau pembayaran pajaknya dengan baik dan benar. Dalam sistem Self Assesment yang
dianut Undang-Undang Perpajakan selama ini, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan besar jumlah Pajak Penghasilan
yang terutang dan apabila masih terdapat pajak kurang dibayar, maka harus dilunasi
terlebih dahulu sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan atau dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak. Dengan demikian,
Undang-Undang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan sendiri
4.2. Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Pelaksanaan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan yang
menganut sistem Self Assesment, para Wajib Pajak diminta secara mandiri untuk
mengisi dan melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan. Dalam
melaksanakan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
dituntun dan diberi pedoman buku petunjuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan, tujuannya agar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, berikut ini
merupakan tata cara pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan sesuai dengan
prosedur yang telah di tetapkan:
1. Lampiran 1 (Formulir 1770-1) halaman 1.
Formulir ini digunakan untuk menghitung besar penghasilan netto dalam
negeri yang diterima oleh Wajib Pajak, lampiran ini terdiri dari:
a. Bagian A
Bagian A digunakan oleh Wajib Pajak yang menggunakan pembukuan untuk
melaporkan besar penghasilan netto dalam negeri dari usaha atau perkerjaan bebas,
Wajib Pajak yang laporan keuangannya yang di audit oleh akuntan publik wajib
mencantumkan nama akuntan dan nama kantor akuntan.
b. Kolom 1
Kolom 1 digunakan untuk melaporkan peghasilan dari usaha dan atau
1. Peredaran Usaha
2. Harga Pokok Penjualan
3. Laba/ Rugi
4. Biaya Usaha
c. Kolom 2
Pada kolom ini digunakan untuk menentukan penyesuaian fiskal positif yang
bersifat menambah atau mengurangi penghasilan berdasarkan laporan keuangan
komersial, karena adanya biaya, pengeluaran, dan kerugian yang tidak dapat
dikurangi dari penghasilan neto dalam menghitung penghasilan kena pajak.
Penyesuaian Fiskal Positif terdiri dari:
1. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak, contoh: perbaikan rumah atau perbaikan kendraan pribadi
2. Premi asuransi kesehatan atau kematian
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan perkerjaan atau jasa dalam
bentuk natura contoh: penggantian pengobatan
4. Harta yang dihibahkan
5. Adanya hubungan istimewa
6. Pajak Penghasilan
7. Beban gaji
8. Sanksi administrasi
10. Fiskal positif lainnya
d. Kolom 3
Pada kolom ini digunakan untuk menentukan penyesuaian fiskal negatif
terhadap penghasilan neto komersial untuk menghitung penghasilan kena pajak.
Penyesuian fiskal negatif terdiri dari:
1. Penghasilan dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak
2. Selisih penyusutan/ amortisasi
3. Penyesuaian fiskal negativ lainnya
2. Lampiran 1 (formulir 1770-1) Halaman 2
Lampiran ini digunakan untuk menghitung penghasilan netto dalam negeri
yang menggunakan norma penghitungan penghasilan netto dan penghasilan dalam
negeri lainnya, lampiran ini terdiri dari:
a. Bagian B
Bagian ini digunakan untuk menghitung besarnya seluruh penghasilan netto
dalam negeri yang diterima oleh Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan penghasilan netto.
Bagian ini terdiri dari
1. Jenis Usaha
2. Peredaran Usaha dalam 1 tahun
4. Penghasilan neto
Contoh: X membuka usaha dibidang pakaian jadi dengan peredaran usaha 1
tahun Rp. 100.000.000, norma yang dipakai 10%, maka dalam Pengisian SPT dicatat
sebagai Berikut;
No Jenis Usaha Peredaran Usaha Norma Penghasilan Neto
1 Dagang Rp. 100.000.000 10% Rp. 10.000.000
b. Bagian C
Pada bagaian ini digunakan untuk untuk melaporkan penghasilan dalam
negeri lainnya yang sehubungan dengan kegiatan usaha atau perkerjaan bebas.
Bagian C terdiri dari;
1. Royalti
2. Bunga
3. Deviden
4. Sewa
5. Penghargan dan hadiah
6. Keuntungan dari penjualan/ penghasilan harta
7. Penghasilan lainnya
Contoh: x menerima deviden dari PT. Surya sebesar Rp. 5.000.000,- maka
No Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan
1 Deviden 5.000.000
3. Lampiran II (Formulir 1770-II)
Formulir ini digunakan untuk melaporkan rincian kredit Pajak Penghasilan
(PPh) yang dipotong/ dipungut oleh pihak lain, jenis kredit pajak yang dilaporkan
dalam lampiran ini adalah PPh pasal 21/22/23/23, lampiran ini terdiri dari:
1. Nama Pemotong/ Pemungut
2. NPWP Pemotong/ Pemungut
3. Bukti Pemotong/ Pemungut
4. Jenis Pajak
5. Jumlah Yang diPotong
Contoh; X selain membuka usaha juga berkerja di PT. ABC dan jumlah PPh
pasal 21 yang telah dipotong dalam 1 tahun Rp. 2.000.000,- nomor bukti pemotongan
234, tanggal pemotongan 10 Desember tahun 2009.
4. Lampiran III (Formulir 1770-III)
Formulir ini digunakan untuk melaporkan penghasilan yang dikenakan pajak
final dan penghasilan pengusaha tertentu, penghasilan tidak termasuk objek pajak,
dan penghasilan isteri yang dikenakan pajak secarah terpisah.
a. Bagian A
Bagian A digunakan untuk melaporkan penghasilan yang dikenakan pajak
final, dan penghasilan tertentu, bagian A meliputi:
1. Jenis Penghasilan
2. Dasar pengenaan pajak
3. PPh Terutang
Contoh; X menerima Bunga Deposito dari bank Rp. 5.000.000,- dengan tarif
5%, maka dalam pengisian SPT dicatat sebagai berikut:
NO Jenis Penghasilan Dasar Pengenaan
Pajak
PPh terutang
1 Bunga Deposito Rp. 5.000.000,- Rp. 250.000,-
b. Bagian B
Bagian B digunakan untuk melaporkan penghasilan yang tidak termasuk
objek pajak, yaitu meliputi:
1. Bantuan/sumbangan/ hibah
2. Warisan
3. Laba yang diterima anggota komanditer tidak atas saham, persekutuan,
perkumpulan
4. Klaim Asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa
Contoh; X menerima warisan dari orang tuanya yang telah meninggal dunia
berupa uang sebesar Rp. 50.000.000,-, maka dalam Pengisian SPT dicatat sebagai
berikut;
NO Sumber/ Penghasilan Penghasilan Bruto
1 Warisan Rp. 50.000.000,-
5. Lampiran IV (Fomulir 1770-IV)
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar harta dan kewajiban diakhir
tahun, formulir ini terdiri dari;
a. Bagian A
Pada bagian ini untuk melaporkan harta, bagian ini terdiri dari;
1. Jenis harta
2. Tahun perolehan
3. Harga perolehan
4. Keterangan
Contoh; X memiliki mobil Honda Jazz Tahun 2000 dengan harga perolehan
NO Jenis harta Tahun
Perolehan
Harga Perolehan Keterangan
1 Honda Jazz 2000 Rp. 150.000.00,- Bk123X
b. Bagian B
Bagian B digunakan untuk melaporkan kewajiban/ Hutang pada akhir tahun,
bagian B terdiri dari:
1. Nama pemberi pinjaman
2. Alamat pemberi pinjaman
3. Tahun pinjaman
4. Jumlah
Contoh: X pada tahun 2009 meminjam uang ke bank BNI di JL. Dr. Mansur
No. 23 medan sebesar Rp. 25.000.000,- maka dalam pengisian SPT di catat sebagai
4.3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan
Untuk melaksanakan kewajiban perpajakan, tentunya Wajib Pajak harus patuh
dan disiplin. Setiap kegiatan rutin Wajib Pajak dalam melaksanakan Pengisian Surat
Pemberitahuan Tahunan harus sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sehingga dengan melaksanakan ketentuan tersebut akan mangacu kapada
Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan secara benar
dan jelas. Untuk melaksanakan Prosedur pengisian SPT PPh Wajib Pajak disarankan
untuk membaca buku petunjuk Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan orang pribadi, tujuannya agar Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan yang disampaikan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan saat
Wajib Pajak melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dapat
diterima dan diproses oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama, berikut ini merupakan
hal-hal yang harus di perhatikan oleh Wajib Pajak dalam mengisi Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi berdasarkan usaha dan
perkerjaan bebas:
1. Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan dimulai dari Formulir :
a. Lampiran- IV (Formulir 1770-IV)
b. Lampiran- III (Formulir 1770-III)
c. Lampiran- II (Formulir 1770- II)
d. Lampiran- I (Formulir 1770- I) Halaman 2
f. Lampiran Induk (Formulir 1770)
2. Mengisi identitas Wajib Pajak yang meliputi:
a. Nama Wajib Pajak
b. Jenis Usaha/ perkerjaan
c. Nomor Pokok Wajib Pajak
d. No. Telp/ Faksimili
e. Tahun Pajak
f. Norma/ pembukuan
g. Wajib Pajak yang melakukan perubahan data harus mencantumkan data
tersebut
3. Surat Pemberitahuan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan, jika Wajib Pajak berhalangan dapat dikuasai dengan cara
membuat surat kuasa khusus.
4. Surat Pemberitahuan harus disampaikan sebelum tanggal jatuh tempo yaitu:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi disampaikan pada tanggal 31 Maret Tahun
Pajak berikutnya
b. Wajib Pajak Badan disampaikan pada tanggal 31 April Tahun Pajak
berikutnya
5. Surat Pemberitahuan harus diisi sesuai dengan Ketentuan undang-undang
4.4. Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) di KPP Pratama Medan Barat
Setelah Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan secara benar, lengkap, jelas dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, Wajib Pajak diharuskan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu pada tanggal 31
Maret tahun pajak berikutnya, Penyampaian Surat Pemberitahuan Oleh Wajib Pajak
yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak, dapat dilakukan:
1. Secara langsung ke Kantor Pelayananan Pajak.
2. Melalui pos dengan bukti penerimaan surat.
3. Dengan cara lain, seperti melalui perusahaan jasa ekpedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.
a. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara langsung akan diberikan tanda
penerimaan surat dan atas penyampain Surat Pemberitahuan melalui
elektronik akan diberikan bukti penerimaan elektornik
b. Bukti penerimaan Surat Pemberitahuan baik secara langsung maupun
elektronik akan menjadi tanda Bukti penerimaan Surat Pemberitahuan.
Sampai dengan tahun 2010, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar
jumlah Wajib Pajak yang mengambil SPT Tahunan Pajak Penghasilan adalah
sebanyak 11.067 orang.
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, jumlah Wajib Pajak yang telah
mengembalikan/menyampaikan kembali SPT Tahunannya adalah sebanyak 6.190
orang. Secara ringkas data diatas dapat digambarkan melalui tabel berikut:
Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP Pratama Medan Barat Sampai Dengan 30 Juni 2010
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar 19.003 orang
2 Wajib Pajak yang mengambil SPT Tahunan PPh OP 11.067 orang
3 Wajib Pajak yang mengembalikan SPT PPh OP Tahunan
a. Tepat Waktu : 6.005 orang
b. Terlambat (s/d 30 juni 2010) : 185 orang
6.190 orang
4 Tingkat Rasio kepatuhan Wajib Pajak
=
x
100%
= 32,57%
32,57%Dari 19.003 orang Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor
Tahunan Orang Pribadi adalah sebanyak 6.190 orang. Dari jumlah tersebut, maka
dapat diperoleh tingkat rasio kepatuhan Wajib Pajak hanya sebesar 32, 57%.
Banyaknya Wajib Pajak yang mengambil SPT Tahunan Orang Pribadi adalah
sebanyak 11.067 orang, dan yang mengembalikan/melaporkan penghasilannya untuk
tahun pajak 2009 adalah sebanyak 6.190 orang. Dengan demikian, terdapat selisih
yang cukup besar yaitu sebanyak 4877 orang. Selisih yang cukup besar ini
kemungkinan besar diakibatkan oleh banyaknya Wajib Pajak yang mengambil SPT
Tahunan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat, namun
mengembalikan/melaporkannya di KPP tempat Wajib Pajak tersebut berdomisili.
Secara ringkas, adapun alur administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat adalah sebagai berikut:
1. Setelah Wajib Pajak mengambil Surat Pemberitahuan (SPT) di KPP Pratama,
maka Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang.
2. Setelah Wajib Pajak mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan, maka Wajib Pajak dapat mengembalikan/menyampaikan kembali
Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut ke KPP Pratama. Wajib Pajak dapat pula
memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut ke drop box yang
disediakan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak di beberapa titik pusat
3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan disampaikan kepada Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) KPP Pratama.
4. Selanjutnya Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut akan diserahkan ke seksi
Pengolahan Data dan Informasi (PDI) untuk keperluan perekaman data dan
informasi yang ada di SPT Tahunan tersebut.
5. Apabila surat pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak lengkap,
maka Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan tersebut akan diserahkan ke seksi
Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) untuk melihat kekurangan apa yang
masih harus dipenuhi Wajib Pajak yang bersangkutan. Setelah itu, Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan tersebut akan dikembalikan kepada Wajib
Pajak untuk dilengkapi kembali.
6. Selanjutnya, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan akan dimasukkan ke seksi
Pelayanan untuk selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan arsip.
4.5. Kendala-Kendala Wajib Pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Wajib Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat tentang tata cara pengisian Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan, ada beberapa indikator yang menjadi kendala
utama para Wajib Pajak dalam melaksanakan pengisian Surat Pemberitahuan.
Kesulitan ini dikarenakan oleh kurang mengetahui/atau tidak tahu sama sekali tentang
Pajak juga tidak membiasakan secara mandiri untuk mengisi Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan dan kurang berkomunikasi dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak.
Dari uraian diatas dapat diketahui kendala-kendala utama Wajib Pajak dalam
melaksanakan Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, seperti perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan,
sehingga dalam pelaksanaan pengisian tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Adanya kesalahan pemberian formulir pengisian Surat Pemberitahuan
Tahunan yang tidak sesuai dengan kegiatan usaha .
c. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak mengenai
pelaksanaan prosedur pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi.
d. Wajib Pajak menyadari dalam hal pengisian Surat Pemberitahuan kurang
terlatih atau tidak dibiasakan untuk mengisi sendiri, sehingga Wajib Pajak
melimpahkan pelaksanaan pengisian Surat Pemberitahuan ke Pihak Ketiga.
4.6. Upaya-Upaya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat dalam memberikan pemahaman mengenai Administrasi Surat
Pemberitahuan Tahunan agar sesuai dengan prosedur dan ketentuan umum
a. Memberikan pelayanan dan kenyamanan yang baik oleh petugas pajak dalam
melayani seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh Wajib Pajak dan menjaga
kerahasian Wajib Pajak terutama menyangkut masalah Surat Pemberitahuan
dan dokumen lainnya.
b. Melaksanakan penyuluhan dengan cara:
1. Penyuluhan langsung yaitu Kantor Pelayanan Pajak langsung melakukan
penyuluhan kepada Wajib Pajak.
2. Penyuluhan umum yaitu Kantor Pelayanan Pajak memberikan informasi
yang menyangkut masalah Perpajakan Seperti batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan dilakukan melalui suatu media, seperti Koran,
spanduk, televisi dan lain-lain.
3. Penyuluhan kelompok yaitu Kantor Pelayanan Pajak mengumpulkan
Wajib Pajak berdasarkan wiliyah/kecamatan Wajib Pajak tersebut
terdaftar.
c. Menunjuk Account Representatif (AR) untuk Wajib Pajak yang berfungsi
sebagai wadah konsultasi/ permasalahan yang menyangkut dibidang
Perpajakan,
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Alur administrasi SPT PPh OP dimulai dari Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak
kepada pihak KPP Pratama Medan Barat, kemudian disampaikan di Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT), lalu menuju Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
untuk keperluan perekaman data. Selanjutnya SPT diserahkan ke pihak seksi
Pelayanan dan kemudian disimpan di gudang penyimpanan arsip KPP Pratama
Medan Barat.
2. Kendala utama yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam pengisian SPT PPh OP adalah
kurangnya pengetahuan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Selain itu, Wajib Pajak juga tidak membiasakan mengisi Surat Pemberitahuan secara
mandiri.
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berupaya untuk memberikan
masalah Surat Pemberitahuan dan dokumen lainnya serta memberikan penyuluhan
mengenai pengisian Surat Pemberitahuan secara baik dan benar kepada masyarakat.
5.2. SARAN
1. Untuk mengatasi permasalahan antara Wajib Pajak, Fiskus sebaiknya menciptakan
komunikasi yang efektif dan saling keterbukaan, terutama Account Representatif
(AR) sebagai wadah konsultasi Wajib Pajak harus paham dan tanggap terhadap
permasalahan yang dihadapi Oleh Wajib Pajak, dan memberikan solusi cepat dan
terbaik.
2. Bagi Wajib Pajak yang dengan sengaja mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) secara
tidak benar, lengkap, dan jelas yang dapat merugikan pendapatan negara, sebaiknya
kasus yang seperti ini di golongkan ke tindak pidana perpajakan dan sanksinya harus
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
3. Ada baiknya Wajib Pajak belajar mandiri mengisi Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan, tujuannya supaya Wajib Pajak tersebut Paham dan tidak kesulitan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Fidel, 2008, Pembahasan UU NO. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. CAROFIN Publishing, Jakarta.
Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Penerbit Andi; Yogyakarta.
Markus, Muda, 2006, Pengantar Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Marsyahrul, Tony, 2005. Pengantar Perpajakan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; Jakarta.
Rusjdi, Muhammad, 2006. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Indeks Kelompok Gramedia;Jakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2003. Modul Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
Waluyo,2000, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03.2007 Tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.
Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Sosialisasi Pengenalan Pokok-Pokok Perubahan UU
PPh yang Baru (Slide Presentasi). Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak