• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP)

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

O L E H

NAMA : RIANT FEBRIAND SIMAMORA NIM : 072600094

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi Pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

NAMA : RIANT FEBRIAND SIMAMORA

NIM : 072600094

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JUDUL : MEKANISME ADMINISTRASI SURAT

PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (SPT PPH OP) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN BARAT

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini telah dipresentasikan di depan Panitia Penguji

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

Pada Hari :

Tanggal :

Pukul :

TIM MAJELIS PENGUJI

Ketua :

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang oleh

karena kasih dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang

berjudul “Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (SPT PPh OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat” ini tepat pada waktunya.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa modernisasi sistem

administrasi perpajakan telah dilakukan di dalam lingkungan Direktorat Jenderal

Pajak. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan

kepada masyarakat. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan praktek kerja dan

pengamatan atas Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi (SPT PPh OP)Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan

Barat.

Selama penulisan karya tulis ini, penulis banyak menerima dorongan dan

motivasi serta bimbingan moral maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu

(5)

2. Kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan pengarahan

dalam menyusun Laporan Tugas Akhir.

3. Kepada Bapak Patar Hutabarat selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dalam menyusun Laporan Tugas Akhir.

4. Kepada Dosen FISIP USU, terkhususnya para dosen pengajar di Program Diploma

III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan ilmu pengetahuan khususnya

mengenai Ilmu Administrasi Perpajakan selama penulis mengikuti kegiatan

perkuliahan.

5. Kepada Bapak Febner Pilimon Simatupang yang telah bersedia menjadi

Supervisor selama menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih penulis sampaikan

buat bimbingan dan dukungannya.

6. Kepada Bapak Kepala Kantor Pajak Pratama Medan Barat, Kabag Umum beserta

Staf yang telah memberikan izin riset serta membantu dalam memberikan data

untuk kelengkapan Tugas Akhir ini.

7. Kepada orangtua tercinta yang telah memberikan cinta kasihnya yang begitu luar

biasa selama ini.

8. Kepada teman-teman sejurusan D III Admininstrasi perpajakan FISIP USU.

(6)

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang

telah membantu penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi

semua.

Medan, Juli 2010

Hormat Saya,

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PKLM ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

1.3. Ruang Lingkup PKLM ... 5

1.4. Metode PKLM ... 5

1.5. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 7

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1. Sejarah KPP Pratama Medan Barat ... 10

2.2. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat ... 13

2.3. Stuktur Organisasi ... 14

2.4. Uraian Tugas dan Fungsi ... 15

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN 3.1. Pengertian Pajak ... 21

3.2. Pembagian Pajak ... 21

3.2.1. Menurut Golongan ... 21

(8)

3.2.3. Menurut Pemungut ... 22

3.3. Subjek dan Non Subjek Pajak ... 22

3.3.1. Subjek Pajak ... 22

3.3.2. Non Subjek Pajak ... 23

3.4. Objek Pajak dan Bukan Objek PPh ... 25

3.4.1. Objek Pajak... 25

3.4.2. Non Objek Pajak ... 25

3.5. Surat Pemberitahuan ... 26

3.6. Sanksi berhubungandengan Surat Pemberitahuan ... 28

3.6.1. Sanksi Denda ... 28

3.6.2. Sanksi Bunga ... 29

3.6.3. Sanksi Kenaikan ... 29

3.6.4 Sanksi Pidana ... 30

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI 4.1. Pelaksanaan Pengisian SPT PPh ... 33

4.2. Tata Cara Pengisian SPT PPh ... 34

4.3. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam Pengisian SPT PPh... 42

4.4. Tata Cara Pelaporan SPT PPh ... 44

4.5. Kendala WP dalam Mengisi SPT PPh ... 45

(9)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran ... 50

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak telah memegang peranan

penting di negara kita. Melalui penerimaan negara atas pembayaran pajak yang

dilakukan masyarakat, pemerintah akan mampu membiayai segala keperluan rutin

penyelenggaraan pemerintahan dan juga untuk menyediakan berbagai sarana maupun

prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.

Seperti yang kita ketahui bersama, pajak merupakan kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang (UU), dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat (UU No. 28 Tahun 2007).

Reformasi perundang-undangan perpajakan telah memberikan keleluasaan

kepada masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini terlihat

pada penerapan sistem penghitungan sendiri (Self Assessment System) dalam

penghitungan pajak. Sistem pemungutan pajak Self Assessment System adalah sistem

dimana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, serta melaporkan sendiri jumlah pajak terutang, sehingga Wajib Pajak

(11)

perpajakan. Dalam hal ini, pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berperan sebagai

Pembina, Pengawas, Peneliti, serta memberikan petunjuk dan juga sanksi terhadap

Wajib Pajak (Mardiasmo, 2008;7).

Namun dalam kenyataannya, masih banyak Wajib Pajak yang belum

menyadari dan tidak melaksanakan secara penuh kepercayaan yang diberikan oleh

DJP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, terutama dalam hal kepatuhan

Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).

Pelaksanaan prosedur pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan

kegiatan rutin bagi para Wajib Pajak dimana setiap tahun setelah tahun pajak

berakhir/tahun kalender berakhir, para Wajib Pajak diharuskan untuk memenuhi

kewajiban perpajakan yaitu dengan mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan adalah merupakan surat yang

digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan serta mempertanggungjawabkan

perhitungan dan pembayaran pajak terutang dengan baik dan benar

(Markus,2008:382), sedangkan fungsi SPT PPh menurut pasal 3 ayat 1

Undang-Undang. No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

yaitu sebagai sarana administrasi untuk membuktikan pelaporan dan

pertanggungjawabkan atas pajak yang telah dibayar.

Fiskus menyadari masih banyak Wajib Pajak yang tidak memahami mengenai

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan secara

(12)

yang menyebabkan hal tersebut yaitu kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, serta tidak membiasakan mengisi

SPT PPh secara mandiri atau mengisi SPT PPh tidak sesuai dengan jenis usaha. Hal

ini terbukti didalam pelaksanaan Pengisian SPT PPh, masih banyak yang tidak sesuai

dengan prosedur yang berlaku. Akibatnya, Surat Pemberitahuan yang disampaikan

tidak terima/ tidak diproses dengan semestinya

Dari uraian diatas, sehubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM), Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan melaporkannya dalam

Tugas Akhir tentang “Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat”

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

a) Untuk mengetahui Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Barat.

b) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala bagi Wajib Pajak dalam

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

(13)

1.2.2 Manfaat a) Bagi Mahasiswa

Menambah Khasanah pengetahuan di bidang Perpajakan mengenai Mekanisme

Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi secara benar,

lengkap dan jelas sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Barat

b) Bagi KPP Pratama Medan Barat

Aparat Pajak di Direktorat Jenderal Pajak akan memperoleh sumbangan pemikiran

mengenai Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Orang

Pribadi, serta kendala-kendala Wajib Pajak dalam Pengisian Surat Pemberitahuan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi khususnya Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Barat.

c) Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

Meningkatkan hubungan kerjasama antara Universitas Sumatera Utara Khususnya

Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang

terkait yakni Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

1.3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dari latar belakang masalah yang telah di kemukan diatas maka dapat

(14)

a) Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

(SPT PPh OP).

b) Kendala-kendala Wajib Pajak dalam pelaksanaan Mekanisme Administrasi Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

c) Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak dalam

memberikan Pemahaman mengenai Mekanisme Administrasi Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

1.4. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi,

sesuai dengan metode yang digunakan adalah :

a) Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan

Mandiri, serta mencari dan mengumpulkan data untuk pembuatan proposal dan

melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

b) Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka

seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah maupun sumber lain

yang berhubungan dengan Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi.

(15)

Pada tahap ini penulis melakukan Pengamatan Lapangan di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Barat.

d) Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data mengenai Mekanisme

Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Melalui :

1. Data Primer bersumber dari wawancara dan tanya jawab dengan pihak

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang dianggap memahami

tentang Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi.

2. Data Sekunder bersumber dari buku-buku, undang-undang, ataupun

sumber lainnya yang berhubungan dengan Mekanisme Administrasi Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

e) Analisis dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap, maka penulis akan

melakukan analisis dan evaluasi untuk menyimpulkan data atau keterangan yang

saling terkait mengenai Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi.

1.5. Teknik Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendukung penulisan Tugas Akhir, penulis menggunakan beberapa

(16)

a) Daftar Pertanyaan

Yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada pihak Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang dianggap mampu memberikan

masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

b) Daftar Pengamatan

Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang

dilakukan dalam pencatatan terhadap setiap fenomena yang menjadi objek

penelitian.

c) Daftar Dokumentasi

Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan masalah

yang dikemukakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri berupa

lampiran-lampiran stuktur organisasi.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan Terdiri dari: Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja

(17)

Mandiri, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Berisikan tentang sejarah singkat dan berdirinya Kantor Pelayanan

Pajak Pajak Pratama Medan Barat, Stuktur Organisasi, serta Tugas dan

Fungsi Organisasi.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini berisikan tentang tentang ketentuan-ketentuan umum

Perpajakan seperti Pengertian Pajak, Subjek dan Objek Pajak, Definisi

Surat Pemberitahuan (SPT), Fungsi SPT, dan Mekanisme

Administrasi Surat Pemberitahuan (SPT).

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini membahas secara detail mengenai Mekanisme

Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,

serta mencari kendala-kendala Wajib Pajak dalam Pengisian Surat

Pemberitahuan, dan upaya-upaya Kantor Pelayanan Pajak dalam

memberikan pemahaman dalam Pengisian Surat Pemberitahuan

Tahunan Orang Pribadi.

(18)

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yaitu menguraikan secara

garis besar pembahasan mengenai Mekanisme Admiistrasi Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, beserta upaya-upaya Kantor

Pelayanan Pajak dalam memberikan pemahaman dalam mengisi SPT

(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

2.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada Tahun 1987, Kantor Pelayananan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi

Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak

Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya

penambahan Kantor Inspeksi Pajak guna menambah penerimaan negara dari sektor

Pajak. Dengan alasan diatas maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat

yang berkedudukan di Binjai.

Pada Tahun 1988, Kantor Inspeksi Pajak dipecah menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya

Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan

Batu. Dan Kantor Inpeksi Pajak Medan tersebut beralamat di Jalan Sukamulia

No. 17-A.

2. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar, dengan adanya Kantor Inspeksi

Pajak Pematang Siantar, Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah tersebut

dimudahkan dalam mengurus keperluan Pajak. Sehingga apa yang menjadi

tujuan pemerintah yaitu menetapkan pelayanan yang memberikan kemudahan

(20)

Kantor Inspeksi Pajak Medan oleh Pemerintah dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Sukamulia No.

17-A Medan, yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya Medan, Kabupaten

Langkat, Kotamadya Binjai.

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang beralamat di Jalan diponogoro No.

30-A Medan.

3. Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang saat itu beralamat di Jalan Binjai No.

1 Medan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor Kep.785/KMK.01./1993 mengenai

Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah 1 Sumatera Bagian Utara terhitung

Agustus 1993, terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan kejaksaan No. 2

Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Sukamulia No.

17-A.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di Jalan Binjai KM. 7

Medan

Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Asrama No.

7A Medan sebelum diterapkan modrenisasi di bidang Perkantoran merupakan salah

satu Kantor Pelayan Pajak Tipe A yang dibawah naungan Kantor Wilayah 1

(21)

Medan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat merupakan salah satu Kantor Pajak

terbesar di wilayah Sumatera bagian Utara 1, yang meliputi wilayah kerjanya:

1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Petisah

3. Kecamatan Medan Sunggal

4. Kecamatan Medan Helvetia

5. Kecamatan Medan Polonia

6. Kecamatan Medan Tuntungan

7. Kecamatan Medan Selayang

8. Kecamatan Medan Maimun

9. Kecamatan Medan Baru

Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi 2 (dua)

sesuai dengan reorganisasi mengenai pemekaran Kantor terhitung tanggal 1 Maret

2002 terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah

Semenjak reorganisasi wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

meliputi antara lain:

1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Petisah

3. Kecamatan Medan Sunggal

(22)

Pada Tanggal 26 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat resmi

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, sehingga berubah menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai

tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat meliputi wilayah kerja yaitu

Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan yaitu;

1. Kelurahan Kesawan

2. Kelurahan Silalas

3. Kelurahan Sei. Agul

4. Kelurahan Karang Berombak

5. Kelurahan Glugur

6. kelurahan Pulo Brayan Kota

2.2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi

pelayanan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dipercaya

untuk penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak

(23)

Misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah

meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan peningkatkan kecepatan dan

mutu pelayanan Perpajakan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan

perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

2.3. Stuktur Organisasi

Stuktur Organisi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis

mengenai penerapan tugas-tugas, fungsi wewenang, serta tanggungjawab

masing-masing dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Stuktur Organisasi berfungsi untuk menyelenggarakan tugas kedinasan

dengan tujuan yang diinginkan Dengan stuktur organisasi, masing-masing pegawai

akan tahu dan sadar akan kewajiban tugas, wewenang, dan tanggungjawab. Agar

kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancar, hendaknya pegawai tetap

ditempatkan pada posisi yang tepat yang tujuannya agar mendorong kinerjanya,

sehingga dengan adanya stuktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada

siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan atas tugas

dan wewenang yang telah diberikan.

2.4. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Medan Barat Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdiri dari:

1. Subbagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Pelayanan

(24)

5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun tugas tiap-tiap seksi tersebut adalah

1. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,

dan rumah tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan

data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,

urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan

Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan

dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Felling,

pelaksanaan i-SISMOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum

(25)

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan

perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan

kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen

penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan,

pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran

basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi dan Pengamatan IV,

masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan

(26)

Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka

melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan

pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undang yang berlaku:

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional

yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional

senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor

Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan

dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan

perundang-undang yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Barat mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek

(27)

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadmistrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

11. Pelaksanaan intensifikasi

12. Pembetulan ketetapan pajak

13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan/ atau Bangunan

(28)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

3.1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan balas langsung dan digunakan

untuk keperluan negara dan kemakmuran rakyat.

Pengertian pajak menurut para ahli diantaranya;

1. Menurut Prof. DR. Rahcmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang tidak dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapat jasa imbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditunjukan dan

digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Fidel, 2008:2).

2. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah

(29)

Dari definisi pajak diatas dapat dirangkum beberapa ciri-ciri atau sifat pajak

(Markus,2008:1) sebagai berikut :

1. Harta kekayaan rakyat (sektor Swasta)

2. Berdasarkan undang-undang

3. Sebagian

4. Wajib diberikan kepada negara (sektor publik)

5. Tanpa mendapat kontra prestasi secara individual dan langsung

6. Bukan merupakan penalti

7. Yang mempunyai fungsi:

a. Budgeter yaitu mengisi kas negara untuk membiayai penyelenggaraan negara

dan sisanya untuk membiayai pembangunan.

b. Reguleren yaitu sebagai alat untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi dan

budaya rakyat.

3.2. Pembagian Pajak 3.2.1. Menurut Golongan

1. Pajak langsung yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan

kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang

bersangkutan, contoh Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan

(30)

3.2.2. Menurut Sifat

1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya

yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan

diri Wajib Pajak. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Sebagai Contoh Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3.2.3.Menurut Pemungutnya

1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan di biayai

untuk rumah tangga negara. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Sebagai contoh Pajak

Restoran, Pajak Hiburan.

3.3. Subjek dan Non Subjek Pajak Penghasilan 3.3.1. Subjek Pajak

Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun

2008 yang menjadi subjek pajak adalah:

(31)

2. Warisan yang belum terbagi sebagi satu kesatuan menggantikan yang berhak

3. Badan

4. Bentuk usaha tetap

3.3.2.Non Subjek Pajak

Menurut pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008

yang tidak termasuk subjek pajak adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lainnya dari negara

asing dan orang-orang di perbantukan untuk mereka yang berkerja pada dan

bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara asing

dan di Indonesia tidak menerima penghasilan diluar jabatan tersebut serta

negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

3. Organisasi internasional

4. Pejabat–pejabat perwakilan organisasi internasional yang bukan warga negara

Indonesia

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 yang diatur

pada pasal 2 ayat 3, dan 4, Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam

(32)

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri 1. Orang Pribadi

Orang Pribadi yang bertempat tinggal

di Indonesia yang lebih dari 183

dalam jangka waktu 12 bulan atau

dalam 1 tahun pajak/ masehi.

1. Orang Pribadi

Orang Pribadi yang bertempat tinggal

di Indonesia yang tidak lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan atau

dalam 1 tahun pajak/ masehi.

2. Badan yang didirikan atau bertempat

kedudukan di Indonesia, kecuali unit

badan dari badan pemerintah yang

memenuhi kriteria.

2. Badan yang tidak didirikan di

Indonesia atau tidak berkedudukan di

Indonesia tetapi dapat menerima atau

memperoleh penghasilan di Indonesia.

3. Warisan yang belum terbagi sebagai

satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

3. Bentuk usaha tetap yang di

pergunakan oleh orang pribadi atau

badan yang kurang dari 183 hari yang

(33)

3.4.Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Penghasilan 3.4.1.Objek Pajak

Yang menjadi objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat 1

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 adalah;

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan perkerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, honorarium, tunjangan, upah, komisi,

bonus, uang pensiun;

2. Hadiah dari undian atau perkerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

3. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah di bebankan sebagai biaya;

4. Royalti, laba usaha, premi asuransi, keuntungan selisih kurs mata uang asing,

selisih lebih karena penilaian aktiva kembali;

5. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

6. Deviden dalam bentuk nama apapun;

7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

(34)

Yang bukan menjadi objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat 3

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 adalah;

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat

atau lembaga amil zakat yang telah disahkan oleh pemerintah.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam segaris keturunan

lurus satu sederajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau

badan sosial atau pengusaha kecil yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

3. Warisan

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna dan asuransi beasiswa.

6. Iuran yang diterima atau di peroleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai

7. Bunga obligasi yang diterima atau di peroleh perusahaan reksadana selama 5

tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberi izin usaha.

3.5.Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan

(35)

bukan objek pajak dan atau/atau harta kewajiban, menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (Muhammad Rusdji, 2006:388).

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan menurut Pasal 3 ayat 1 UU. No.

28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai

sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawaban penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui

pemotongan atau pemungutan pihak dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian

Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

c. Harta dan kewajiban;

d. Pembayaran dan pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak, yang

ditentukan peraturan Perundangan-undangan perpajakan yang berlaku.

SPT ada dua macam, Yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan (Muda Markus, 2005):

1. SPT Masa, yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan

mengenai penghitungan dan pembayaran pajak terutang dalam satu masa pajak

(bulan) atau suatu saat, contoh SPT Masa PPh Pasal 21/26, SPT Masa PPh 22,

SPT Masa PPN & PPnBM, SPT PPh Pasal 25, dll.

2. SPT Tahunan, yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan

(36)

kurang/lebih bayar dalam satu tahun pajak, contoh SPT PPh Orang Pribadi, SPT

PPh Badan.

Yang wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

adalah:

1. Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan yang jumlahnya melebihi

Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP).

2. Setiap badan yang didirikan di Indonesia (berkedudukan) yang terdiri dari

perseroan terbatas, Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi, Yayasan, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan yang diatur pada pasal 3 huruf a,b,c adalah;

a. Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir

Masa Pajak, contoh; SPT PPh Pasal 21, dan SPT PPN;

b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, paling lama 3

(tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;

c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak penghasilan Wajib Pajak Badan, paling

lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

(37)

Menurut pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila Wajib Pajak tidak

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan maka akan di kenakan

berupa denda sebesar;

a. SPT Masa PPN Rp. 500.000,-

b. SPT Masa Lainnya Rp. 100.000,-

c. SPT PPh Badan Rp. 1.000.000,-

d. SPT PPh Orang Pribadi Rp. 100.000,-

Setelah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan penyidikan

mengenai ketidakbenaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak, terhadap ketidak benaran

tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, dengan syarat apabila Wajib Pajak dengan

kemauan sendiri mengungkapan ketidakbenaran tersebut disertai kekurangan

pembayaran pajak yang terutang yang sebenarnya serta denda sebesar 150% dari

pajak kurang, dan wajib Pajak tersebut tidak dilakukan penyidikan.

Yang tidak dikenakan sanksi administrasi berupa denda yang diatur pada

pasal 7 ayat 2 undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan adalah:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang meninggal dunia;

b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan usaha dan atau

(38)

c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus warga negara asing yang tidak

tinggal lagi Indonesia;

d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia

e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi

belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;

g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang diatur dengan peraturan

Menteri Keuangan

3.6.2.Sanksi Bunga

Menurut pasal 8 ayat 1 Undang-Undang. No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu Wajib Pajak yang dikenakan sanksi

berupa bunga sebesar 2% dikarenakan adanya kemauan sendiri untuk membetulkan

SPT yang telah disampaikan dengan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktorat

Jendral Pajak belum melakukan pemeriksaan. Pembetulan SPT harus disampaikan

paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.

3.6.3.Sanksi Kenaikan

SPT telah diperiksa oleh Direktur Jendral Pajak, dan belum diterbitkan surat

ketetapan, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapan dalam laporan

tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan yang

mengakibatkan:

a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar/atau lebih kecil

(39)

c. Jumlah harta menjadi lebih besar/lebih kecil

d. Jumlah modal menjadi lebih besar/atau kecil

Sehingga menjadi pajak kurang dibayar akibat ketidakbenaran dalam

Pengisian SPT dan dikenakan sanksi berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak yang

kurang bayar (Pasal 8 ayat 4 dan 5 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

3.6.4.Pidana

Menurut pasal 38 huruf a dan b Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan setiap orang karena

kealpaannya; a) tidak menyampaikan SPT, b) Menyampaikan SPT tetapi isi tidak

benar dan tidak lengkap atau melampirkan keterangan isi yang tidak benar sehingga

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan

perbuatan yang pertama kali didenda paling sedikit 1 (satu) kali dari jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali dari jumlah

pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau di pidana kurungan paling sedikit

3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

Wajib Pajak Penghasilan Orang pribadi yang melakukan pengisian SPT

harus memahami petunjuk umum pengisian SPT, berikut ini adalah petunjuk umum

pengisian SPT;

a. Wajib Pajak Mengisi SPT harus benar, lengkap, dan jelas.

b. SPT harus ditandatangani oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau orang yang

(40)

c. SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak

dilampiri keterangan atau dokumen.

d. Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT Tahunan, dan menyampaikannya

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

e. SPT Tahunan dapat disampaikan melalui kantor pos atau melalui perusahaan

jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

f. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus

dilunasi paling lama tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga tahun pajak

berikutnya.

g. Wajib Pajak membayar pajak terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos dan

Giro atau bank persepsi yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Anggaran.

h. Direktorat Jendral Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memperpanjang

jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 6 (enam) bulan.

i. Atas persetujuan Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak dapat mengangsur

atau menunda pembayaran pajak.

j. SPT Tahunan yang isi tidak benar, lengkap dan tidak jelas atau melampirkan

keterangan yang tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian pada kas

(41)
(42)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

4.1. Pelaksanaan Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Merupakan kegiatan rutin bagi para Wajib Pajak dimana setiap tahunan

setelah tahun pajak berakhir, para Wajib Pajak diharuskan untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya yaitu dengan mengisi dan menyampaikan Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan ke Kantor Pelayanan Pajak atau kantor Penyuluhan

dan Pengamatan Potensi Perpajakan.

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan merupakan sarana bagi

Wajib Pajak untuk melaporkan serta mempertanggungjawabkan penghitungan dan

atau pembayaran pajaknya dengan baik dan benar. Dalam sistem Self Assesment yang

dianut Undang-Undang Perpajakan selama ini, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk

menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan besar jumlah Pajak Penghasilan

yang terutang dan apabila masih terdapat pajak kurang dibayar, maka harus dilunasi

terlebih dahulu sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

disampaikan atau dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak. Dengan demikian,

Undang-Undang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan sendiri

(43)

4.2. Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pelaksanaan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan yang

menganut sistem Self Assesment, para Wajib Pajak diminta secara mandiri untuk

mengisi dan melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan. Dalam

melaksanakan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

dituntun dan diberi pedoman buku petunjuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan, tujuannya agar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, berikut ini

merupakan tata cara pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan sesuai dengan

prosedur yang telah di tetapkan:

1. Lampiran 1 (Formulir 1770-1) halaman 1.

Formulir ini digunakan untuk menghitung besar penghasilan netto dalam

negeri yang diterima oleh Wajib Pajak, lampiran ini terdiri dari:

a. Bagian A

Bagian A digunakan oleh Wajib Pajak yang menggunakan pembukuan untuk

melaporkan besar penghasilan netto dalam negeri dari usaha atau perkerjaan bebas,

Wajib Pajak yang laporan keuangannya yang di audit oleh akuntan publik wajib

mencantumkan nama akuntan dan nama kantor akuntan.

b. Kolom 1

Kolom 1 digunakan untuk melaporkan peghasilan dari usaha dan atau

(44)

1. Peredaran Usaha

2. Harga Pokok Penjualan

3. Laba/ Rugi

4. Biaya Usaha

c. Kolom 2

Pada kolom ini digunakan untuk menentukan penyesuaian fiskal positif yang

bersifat menambah atau mengurangi penghasilan berdasarkan laporan keuangan

komersial, karena adanya biaya, pengeluaran, dan kerugian yang tidak dapat

dikurangi dari penghasilan neto dalam menghitung penghasilan kena pajak.

Penyesuaian Fiskal Positif terdiri dari:

1. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib

Pajak, contoh: perbaikan rumah atau perbaikan kendraan pribadi

2. Premi asuransi kesehatan atau kematian

3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan perkerjaan atau jasa dalam

bentuk natura contoh: penggantian pengobatan

4. Harta yang dihibahkan

5. Adanya hubungan istimewa

6. Pajak Penghasilan

7. Beban gaji

8. Sanksi administrasi

(45)

10. Fiskal positif lainnya

d. Kolom 3

Pada kolom ini digunakan untuk menentukan penyesuaian fiskal negatif

terhadap penghasilan neto komersial untuk menghitung penghasilan kena pajak.

Penyesuian fiskal negatif terdiri dari:

1. Penghasilan dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak

termasuk objek pajak

2. Selisih penyusutan/ amortisasi

3. Penyesuaian fiskal negativ lainnya

2. Lampiran 1 (formulir 1770-1) Halaman 2

Lampiran ini digunakan untuk menghitung penghasilan netto dalam negeri

yang menggunakan norma penghitungan penghasilan netto dan penghasilan dalam

negeri lainnya, lampiran ini terdiri dari:

a. Bagian B

Bagian ini digunakan untuk menghitung besarnya seluruh penghasilan netto

dalam negeri yang diterima oleh Wajib Pajak yang menggunakan norma

penghitungan penghasilan netto.

Bagian ini terdiri dari

1. Jenis Usaha

2. Peredaran Usaha dalam 1 tahun

(46)

4. Penghasilan neto

Contoh: X membuka usaha dibidang pakaian jadi dengan peredaran usaha 1

tahun Rp. 100.000.000, norma yang dipakai 10%, maka dalam Pengisian SPT dicatat

sebagai Berikut;

No Jenis Usaha Peredaran Usaha Norma Penghasilan Neto

1 Dagang Rp. 100.000.000 10% Rp. 10.000.000

b. Bagian C

Pada bagaian ini digunakan untuk untuk melaporkan penghasilan dalam

negeri lainnya yang sehubungan dengan kegiatan usaha atau perkerjaan bebas.

Bagian C terdiri dari;

1. Royalti

2. Bunga

3. Deviden

4. Sewa

5. Penghargan dan hadiah

6. Keuntungan dari penjualan/ penghasilan harta

7. Penghasilan lainnya

Contoh: x menerima deviden dari PT. Surya sebesar Rp. 5.000.000,- maka

(47)

No Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan

1 Deviden 5.000.000

3. Lampiran II (Formulir 1770-II)

Formulir ini digunakan untuk melaporkan rincian kredit Pajak Penghasilan

(PPh) yang dipotong/ dipungut oleh pihak lain, jenis kredit pajak yang dilaporkan

dalam lampiran ini adalah PPh pasal 21/22/23/23, lampiran ini terdiri dari:

1. Nama Pemotong/ Pemungut

2. NPWP Pemotong/ Pemungut

3. Bukti Pemotong/ Pemungut

4. Jenis Pajak

5. Jumlah Yang diPotong

Contoh; X selain membuka usaha juga berkerja di PT. ABC dan jumlah PPh

pasal 21 yang telah dipotong dalam 1 tahun Rp. 2.000.000,- nomor bukti pemotongan

234, tanggal pemotongan 10 Desember tahun 2009.

4. Lampiran III (Formulir 1770-III)

Formulir ini digunakan untuk melaporkan penghasilan yang dikenakan pajak

final dan penghasilan pengusaha tertentu, penghasilan tidak termasuk objek pajak,

dan penghasilan isteri yang dikenakan pajak secarah terpisah.

(48)

a. Bagian A

Bagian A digunakan untuk melaporkan penghasilan yang dikenakan pajak

final, dan penghasilan tertentu, bagian A meliputi:

1. Jenis Penghasilan

2. Dasar pengenaan pajak

3. PPh Terutang

Contoh; X menerima Bunga Deposito dari bank Rp. 5.000.000,- dengan tarif

5%, maka dalam pengisian SPT dicatat sebagai berikut:

NO Jenis Penghasilan Dasar Pengenaan

Pajak

PPh terutang

1 Bunga Deposito Rp. 5.000.000,- Rp. 250.000,-

b. Bagian B

Bagian B digunakan untuk melaporkan penghasilan yang tidak termasuk

objek pajak, yaitu meliputi:

1. Bantuan/sumbangan/ hibah

2. Warisan

3. Laba yang diterima anggota komanditer tidak atas saham, persekutuan,

perkumpulan

4. Klaim Asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa

(49)

Contoh; X menerima warisan dari orang tuanya yang telah meninggal dunia

berupa uang sebesar Rp. 50.000.000,-, maka dalam Pengisian SPT dicatat sebagai

berikut;

NO Sumber/ Penghasilan Penghasilan Bruto

1 Warisan Rp. 50.000.000,-

5. Lampiran IV (Fomulir 1770-IV)

Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar harta dan kewajiban diakhir

tahun, formulir ini terdiri dari;

a. Bagian A

Pada bagian ini untuk melaporkan harta, bagian ini terdiri dari;

1. Jenis harta

2. Tahun perolehan

3. Harga perolehan

4. Keterangan

Contoh; X memiliki mobil Honda Jazz Tahun 2000 dengan harga perolehan

(50)

NO Jenis harta Tahun

Perolehan

Harga Perolehan Keterangan

1 Honda Jazz 2000 Rp. 150.000.00,- Bk123X

b. Bagian B

Bagian B digunakan untuk melaporkan kewajiban/ Hutang pada akhir tahun,

bagian B terdiri dari:

1. Nama pemberi pinjaman

2. Alamat pemberi pinjaman

3. Tahun pinjaman

4. Jumlah

Contoh: X pada tahun 2009 meminjam uang ke bank BNI di JL. Dr. Mansur

No. 23 medan sebesar Rp. 25.000.000,- maka dalam pengisian SPT di catat sebagai

(51)

4.3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan

Untuk melaksanakan kewajiban perpajakan, tentunya Wajib Pajak harus patuh

dan disiplin. Setiap kegiatan rutin Wajib Pajak dalam melaksanakan Pengisian Surat

Pemberitahuan Tahunan harus sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sehingga dengan melaksanakan ketentuan tersebut akan mangacu kapada

Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan secara benar

dan jelas. Untuk melaksanakan Prosedur pengisian SPT PPh Wajib Pajak disarankan

untuk membaca buku petunjuk Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan orang pribadi, tujuannya agar Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan yang disampaikan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan saat

Wajib Pajak melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dapat

diterima dan diproses oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama, berikut ini merupakan

hal-hal yang harus di perhatikan oleh Wajib Pajak dalam mengisi Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi berdasarkan usaha dan

perkerjaan bebas:

1. Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan dimulai dari Formulir :

a. Lampiran- IV (Formulir 1770-IV)

b. Lampiran- III (Formulir 1770-III)

c. Lampiran- II (Formulir 1770- II)

d. Lampiran- I (Formulir 1770- I) Halaman 2

(52)

f. Lampiran Induk (Formulir 1770)

2. Mengisi identitas Wajib Pajak yang meliputi:

a. Nama Wajib Pajak

b. Jenis Usaha/ perkerjaan

c. Nomor Pokok Wajib Pajak

d. No. Telp/ Faksimili

e. Tahun Pajak

f. Norma/ pembukuan

g. Wajib Pajak yang melakukan perubahan data harus mencantumkan data

tersebut

3. Surat Pemberitahuan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak yang

bersangkutan, jika Wajib Pajak berhalangan dapat dikuasai dengan cara

membuat surat kuasa khusus.

4. Surat Pemberitahuan harus disampaikan sebelum tanggal jatuh tempo yaitu:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi disampaikan pada tanggal 31 Maret Tahun

Pajak berikutnya

b. Wajib Pajak Badan disampaikan pada tanggal 31 April Tahun Pajak

berikutnya

5. Surat Pemberitahuan harus diisi sesuai dengan Ketentuan undang-undang

(53)

4.4. Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) di KPP Pratama Medan Barat

Setelah Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan secara benar, lengkap, jelas dan sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan, Wajib Pajak diharuskan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu pada tanggal 31

Maret tahun pajak berikutnya, Penyampaian Surat Pemberitahuan Oleh Wajib Pajak

yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak, dapat dilakukan:

1. Secara langsung ke Kantor Pelayananan Pajak.

2. Melalui pos dengan bukti penerimaan surat.

3. Dengan cara lain, seperti melalui perusahaan jasa ekpedisi atau jasa kurir

dengan bukti pengiriman surat.

a. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara langsung akan diberikan tanda

penerimaan surat dan atas penyampain Surat Pemberitahuan melalui

elektronik akan diberikan bukti penerimaan elektornik

b. Bukti penerimaan Surat Pemberitahuan baik secara langsung maupun

elektronik akan menjadi tanda Bukti penerimaan Surat Pemberitahuan.

Sampai dengan tahun 2010, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar

(54)

jumlah Wajib Pajak yang mengambil SPT Tahunan Pajak Penghasilan adalah

sebanyak 11.067 orang.

Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, jumlah Wajib Pajak yang telah

mengembalikan/menyampaikan kembali SPT Tahunannya adalah sebanyak 6.190

orang. Secara ringkas data diatas dapat digambarkan melalui tabel berikut:

Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP Pratama Medan Barat Sampai Dengan 30 Juni 2010

No Keterangan Jumlah

1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar 19.003 orang

2 Wajib Pajak yang mengambil SPT Tahunan PPh OP 11.067 orang

3 Wajib Pajak yang mengembalikan SPT PPh OP Tahunan

a. Tepat Waktu : 6.005 orang

b. Terlambat (s/d 30 juni 2010) : 185 orang

6.190 orang

4 Tingkat Rasio kepatuhan Wajib Pajak

=

x

100%

= 32,57%

32,57%

Dari 19.003 orang Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor

(55)

Tahunan Orang Pribadi adalah sebanyak 6.190 orang. Dari jumlah tersebut, maka

dapat diperoleh tingkat rasio kepatuhan Wajib Pajak hanya sebesar 32, 57%.

Banyaknya Wajib Pajak yang mengambil SPT Tahunan Orang Pribadi adalah

sebanyak 11.067 orang, dan yang mengembalikan/melaporkan penghasilannya untuk

tahun pajak 2009 adalah sebanyak 6.190 orang. Dengan demikian, terdapat selisih

yang cukup besar yaitu sebanyak 4877 orang. Selisih yang cukup besar ini

kemungkinan besar diakibatkan oleh banyaknya Wajib Pajak yang mengambil SPT

Tahunan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat, namun

mengembalikan/melaporkannya di KPP tempat Wajib Pajak tersebut berdomisili.

Secara ringkas, adapun alur administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Barat adalah sebagai berikut:

1. Setelah Wajib Pajak mengambil Surat Pemberitahuan (SPT) di KPP Pratama,

maka Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang.

2. Setelah Wajib Pajak mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan (SPT)

Tahunan, maka Wajib Pajak dapat mengembalikan/menyampaikan kembali

Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut ke KPP Pratama. Wajib Pajak dapat pula

memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut ke drop box yang

disediakan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak di beberapa titik pusat

(56)

3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan disampaikan kepada Tempat Pelayanan

Terpadu (TPT) KPP Pratama.

4. Selanjutnya Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut akan diserahkan ke seksi

Pengolahan Data dan Informasi (PDI) untuk keperluan perekaman data dan

informasi yang ada di SPT Tahunan tersebut.

5. Apabila surat pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak lengkap,

maka Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan tersebut akan diserahkan ke seksi

Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) untuk melihat kekurangan apa yang

masih harus dipenuhi Wajib Pajak yang bersangkutan. Setelah itu, Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan tersebut akan dikembalikan kepada Wajib

Pajak untuk dilengkapi kembali.

6. Selanjutnya, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan akan dimasukkan ke seksi

Pelayanan untuk selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan arsip.

4.5. Kendala-Kendala Wajib Pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Wajib Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat tentang tata cara pengisian Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan, ada beberapa indikator yang menjadi kendala

utama para Wajib Pajak dalam melaksanakan pengisian Surat Pemberitahuan.

Kesulitan ini dikarenakan oleh kurang mengetahui/atau tidak tahu sama sekali tentang

(57)

Pajak juga tidak membiasakan secara mandiri untuk mengisi Surat Pemberitahuan

Pajak Penghasilan dan kurang berkomunikasi dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak.

Dari uraian diatas dapat diketahui kendala-kendala utama Wajib Pajak dalam

melaksanakan Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan yaitu:

a. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, seperti perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan,

sehingga dalam pelaksanaan pengisian tidak sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Adanya kesalahan pemberian formulir pengisian Surat Pemberitahuan

Tahunan yang tidak sesuai dengan kegiatan usaha .

c. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak mengenai

pelaksanaan prosedur pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi.

d. Wajib Pajak menyadari dalam hal pengisian Surat Pemberitahuan kurang

terlatih atau tidak dibiasakan untuk mengisi sendiri, sehingga Wajib Pajak

melimpahkan pelaksanaan pengisian Surat Pemberitahuan ke Pihak Ketiga.

4.6. Upaya-Upaya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Barat dalam memberikan pemahaman mengenai Administrasi Surat

Pemberitahuan Tahunan agar sesuai dengan prosedur dan ketentuan umum

(58)

a. Memberikan pelayanan dan kenyamanan yang baik oleh petugas pajak dalam

melayani seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh Wajib Pajak dan menjaga

kerahasian Wajib Pajak terutama menyangkut masalah Surat Pemberitahuan

dan dokumen lainnya.

b. Melaksanakan penyuluhan dengan cara:

1. Penyuluhan langsung yaitu Kantor Pelayanan Pajak langsung melakukan

penyuluhan kepada Wajib Pajak.

2. Penyuluhan umum yaitu Kantor Pelayanan Pajak memberikan informasi

yang menyangkut masalah Perpajakan Seperti batas waktu penyampaian

Surat Pemberitahuan dilakukan melalui suatu media, seperti Koran,

spanduk, televisi dan lain-lain.

3. Penyuluhan kelompok yaitu Kantor Pelayanan Pajak mengumpulkan

Wajib Pajak berdasarkan wiliyah/kecamatan Wajib Pajak tersebut

terdaftar.

c. Menunjuk Account Representatif (AR) untuk Wajib Pajak yang berfungsi

sebagai wadah konsultasi/ permasalahan yang menyangkut dibidang

Perpajakan,

(59)

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Alur administrasi SPT PPh OP dimulai dari Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak

kepada pihak KPP Pratama Medan Barat, kemudian disampaikan di Tempat

Pelayanan Terpadu (TPT), lalu menuju Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

untuk keperluan perekaman data. Selanjutnya SPT diserahkan ke pihak seksi

Pelayanan dan kemudian disimpan di gudang penyimpanan arsip KPP Pratama

Medan Barat.

2. Kendala utama yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam pengisian SPT PPh OP adalah

kurangnya pengetahuan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Selain itu, Wajib Pajak juga tidak membiasakan mengisi Surat Pemberitahuan secara

mandiri.

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berupaya untuk memberikan

(60)

masalah Surat Pemberitahuan dan dokumen lainnya serta memberikan penyuluhan

mengenai pengisian Surat Pemberitahuan secara baik dan benar kepada masyarakat.

5.2. SARAN

1. Untuk mengatasi permasalahan antara Wajib Pajak, Fiskus sebaiknya menciptakan

komunikasi yang efektif dan saling keterbukaan, terutama Account Representatif

(AR) sebagai wadah konsultasi Wajib Pajak harus paham dan tanggap terhadap

permasalahan yang dihadapi Oleh Wajib Pajak, dan memberikan solusi cepat dan

terbaik.

2. Bagi Wajib Pajak yang dengan sengaja mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) secara

tidak benar, lengkap, dan jelas yang dapat merugikan pendapatan negara, sebaiknya

kasus yang seperti ini di golongkan ke tindak pidana perpajakan dan sanksinya harus

sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

3. Ada baiknya Wajib Pajak belajar mandiri mengisi Surat Pemberitahuan Pajak

Tahunan, tujuannya supaya Wajib Pajak tersebut Paham dan tidak kesulitan dalam

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pembahasan UU NO. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. CAROFIN Publishing, Jakarta.

Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Penerbit Andi; Yogyakarta.

Markus, Muda, 2006, Pengantar Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Marsyahrul, Tony, 2005. Pengantar Perpajakan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; Jakarta.

Rusjdi, Muhammad, 2006. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Indeks Kelompok Gramedia;Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2003. Modul Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Waluyo,2000, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03.2007 Tentang Bentuk dan Isi Surat

Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.

Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Sosialisasi Pengenalan Pokok-Pokok Perubahan UU

PPh yang Baru (Slide Presentasi). Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Referensi

Dokumen terkait

yang berjudul : “Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”... Tujuan dan

Berdasarkan self assesment semua Wajib Pajak harus mendaftarkan diri pada Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk dicatat sebagai Wajib Pajak

Dalam melaksanakan administrasi perpajakan, seorang wajib pajak harus melaksanakan prosedur perpajakan yang terdiri dari pengisian SPT PPN, pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Masa

Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi melalui e-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta adalah

Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”.. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor utama yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak, dimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal ini dinilai dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP

Mekanisme Perekaman Data Informasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ”1. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja